Tugas PLTF
Tugas PLTF
Dosen Pengampu:
Abdul Wahid Nurudin, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Imam Djauhari Hidayatullah 1411200006
Dimas Bayu Pramudyo 1411200023
Khusnul Rofik 1411200008
M Fuadul Faiz 1411200026
Ahmad Doni Setyawan 1411220004
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................. 10
ii
3.4 Alokasi Layout ......................................................................................................... 27
BAB IV ................................................................................................................................ 32
BAB V .................................................................................................................................. 39
BAB VI ................................................................................................................................ 50
iii
6.2 Area Allocation Diagram (AAD) ........................................................................... 52
BAB VII............................................................................................................................... 55
PENUTUP ........................................................................................................................... 55
7.2 Saran......................................................................................................................... 55
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
organisasi, luas lantai perkantoran dan fasilitas, serta ketenagakerjaan. Analisis aspek ekonomi
dan finansial berisi perhitungan-perhitungan seperti biaya, modal kerja, rugi laba, serta
proyeksi penilaian investasi. Analisis aktivitas dan perencanaan tata letak menjelaskan
pengaturan tata letak dari seluruh fasilitas yang dimiliki perusahaan yang digambarkan dalam
bentuk activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), template, dan
maket.
Berdasarkan uraian di atas, maka perancangan tata letak fasilitas sangat penting untuk
mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efisien, ekonomis dan aman. Untuk
mencapai tujuan tersebut, seorang mahasiswa teknik industri tentunya harus mampu
memahami dan menerapkan perancangan tata letak fasilitas melalui Tugas Perancangan Tata
Letak Fasilitas, sebelum menerapkan pada dunia kerja yang sebenarnya. Penerapan
perancangan tata letak fasilitas pada laporan akhir Tugas ini yaitu pada perusahaan Caffe
Suraloka yang memproduksi beberapa jenis makanan minuman, salah satu sajian yang paling
best seller dari Caffe Suraloka adalah minuman kopinya. Penerapan ini diharapkan dapat
menambah wawasan mahasiswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan
dengan tata letak dan sebagai bekal pada masa akan datang di dunia kerja yang sebenarnya.
1.2 Maksud Dan Tujuan Tugas PTLF
Pelaksanaan Tugas Perancangan Tata Letak Fasilitas ini tentunya memiliki beberapa
maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Maksud dan tujuan Tugas Perancangan Tata Letak
Fasilitas adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis urutan serta waktu proses produksi kopi
berdasarkan peta proses operasi di Caffe Suraloka, serta menentukan jumlah mesin
yang diperlukan.
2. Menganalisis luas lantai produksi kopi di Caffe Suraloka, termasuk luas lantai tamu,
luas lantai waiters, luas lantai kasir, luas lantai dapur, luas lantai kebersihan/tempat
cuci, luas lantai tenaga kerja, luas lantai mushola, luas lantai toilet, dan luas lantai
gudang.
3. Mengetahui dan menganalisis alat angkut yang digunakan untuk pemindahan bahan
serta ongkos penanganan material (OMH) di Caffe Suraloka.
4. Menganalisis alokasi layout berdasarkan from to chart (FTC), tabel skala prioritas
(TSP), dan allocation relationship diagram (ARD) di lantai produksi Caffe Suraloka.
2
5. Mengetahui dan menganalisis badan hukum, karakteristik, visi, misi, struktur
organisasi, luas lantai perkantoran, fasilitas, ketenagakerjaan, dan gaji di Caffe
Suraloka.
6. Menganalisis total biaya investasi awal, modal kerja, HPP kopi, angsuran pokok dan
bunga bank, serta rugi laba di Caffe Suraloka. Juga, mengetahui aliran kas, proyeksi
penilaian investasi, dan break even point.
7. Menganalisis perencanaan tata letak Caffe Suraloka dengan activity relationship chart
(ARC), area allocation diagram (AAD), template, dan maket.
1.3 Kegunaan Tugas PTLF
Pelaksanaan Tugas Perancangan Tata Letak Fasilitas tentunya memiliki kegunaan
khususnya bagi Mahasiswa yang mengikuti Tugas tersebut. Kegunaan-kegunaan Tugas
Perancangan Tata Letak Fasilitas adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa mengenai cara pembuatan routing sheet
dan multi product process chart (MPPC) serta analisa mengenai penggunaan routing
sheet dan multi product process chart (MPPC) sehingga dapat menentukan jumlah
mesin yang akan digunakan.
2. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa untuk dapat memperkirakan kebutuhan
luas lantai bagian produksi (dapur).
3. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa untuk dapat melakukan perhitungan dan
analisa ongkos penanganan material.
4. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa untuk dapat merencanakan pola aliran
aktivitas pada bagian departemen produksi serta membuat layout pada bagian
departemen produksi.
5. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa untuk dapat menentukan bentuk struktur
organisasi mencakup logo, visi dan misi perusahaan, badan hukum usaha, dan
karakteristik. Selain itu, Mahasiswa dapat menentukan total gaji tenaga kerja langsung
dan tidak langsung serta luas lantai fasilitas dan perkantoran.
6. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa untuk dapat menghitung investasi awal
dan modal kerja, harga pokok penjualan, angsuran pokok dan bunga bank, serta rugi
laba dan aliran kas. Selain itu, Mahasiswa dapat mengambil keputusan berdasarkan
proyeksi penilaian investasi.
7. Memberikan pembelajaran kepada Mahasiswa untuk dapat menentukan derajat
kedekatan tiap-tiap aktivitas dengan alasan yang jelas serta dapat menentukan alokasi
3
atau tata letak bagian departemen produksi dan perkantoran. Selain itu, Mahasiswa
dapat menentukan perancangan tata letak fasilitas.
1.4 Diagram Pemecahan Masalah
Pelaksanaan Tugas Perancangan Tata Letak Fasilitas memiliki prosedur yang saling
berintegrasi. Pengumpulan data-data penunjang dan pembatasan masalah dilakukan untuk
penyelesaian tidak keluar dari pembahasan yang akan dilakukan. Prosedur Tugas Perancangan
Tata Letak Fasilitas digambarkan dalam diagram alir (flowchart) seperti pada Gambar 1.1
berikut ini.
4
Inisialisasi
5
Berdasarkan Gambar 1.1, maka langkah awal dalam pemecahan masalah mengenai
perancangan tata letak fasilitas yaitu inisialisasi. Inisialisasi yaitu menentukan produk yang
akan diproduksi. Produk yang dipilih yaitu kopi Espreso. Kopi Expresso adalah jenis kopi
yang dihasilkan dengan mengesktrasi biji kopi yang sudah digiling dengan menyemburkan
air panas dibawah tekanan tinggi. Data penunjang yang pertama yaitu data permintaan,
peramalan, dan kebutuhan produksi. Data penunjang pada bagian ini yaitu waktu produksi
dalam 1 bulan adalah 4 minggu, waktu produksi dalam 1 minggu adalah 7 hari, waktu
produksi dalam 1 hari adalah 8 jam, produk yang diproduksi berdasarkan peramalan adalah
50-100 produk/hari, efisiensi mesin sebesar 95%, reliabilitas mesin sebesar 80%,
produkstifitas kerja per bulan 1500-3000 produk, dan kapasitas produksi Kopi Expresso
adalah 50-100 produk/hari.
Setelah mengumpulkan data-data tersebut, maka selanjutnya adalah mengumpulkan
data komponen-komponen utama, komponen tambahan, dan mesin-mesin yang akan
digunakan dalam proses produksi Kopi Expresso. Komponen utama pada produk Kopi
Expresso yaitu biji kopi. Komponen utama tentunya membutuhkan komponen tambahan
sebagai pendukung dalam membuat suatu produk. Komponen tambahan yang digunakan
dalam proses produksi Kopi Expresso yaitu, gula dan air. Sedangkan mesin-mesin yang
digunakan untuk proses produksi Kopi Expresso yaitu mesin penghancur kopi, mesin
portafilter, dan mesin expresso.
Data penunjang selanjutnya yaitu peta proses operasi. Peta proses operasi merupakan
peta yang menggambarkan langkah-langkah proses produksi yang dialami oleh setiap bahan
baku hingga menjadi produk jadi. Informasi yang dapat diperoleh dari peta proses operasi
yaitu produk yang akan dibuat, komponen utama meliputi nama komponen utama, ukuran
terima dan ukuran pakai serta kuantitas, komponen tambahan, mesin yang digunakan, waktu
setiap proses, persentase scrap, dan urutan proses.
Data-data penunjang yang telah terkumpul selanjutnya digunakan dalam aspek
teknis. Aspek teknis terdiri dari beberapa tahapan yang sangat berpengaruh dengan jalannya
proses produksi. Tahapan yang pertama adalah routing sheet. Routing sheet atau lembar
pengurutan merupakan langkah-langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen
tertentu dan rincian yang perlu diketahui dari hal-hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Informasi yang diperoleh berdasarkan routing sheet yaitu jumlah kebutuhan bahan yang
6
perlu disiapkan dan jumlah mesin teoritis urutan proses secara keseluruhan untuk setiap
proses per komponen.
Jumlah mesin teoritis pada routing sheet tidak dapat diterapkan secara langsung pada
lantai produksi. Maka dari itu, selanjutnya perlu dibuat multi product process chart (MPPC)
untuk mengelompokkan jumlah mesin teoritis yang diperoleh dari routing sheet untuk mesin
yang sama. Setelah dilakukan penjumlahan dan pembulatan, maka dapat diperoleh jumlah
mesin aktual yang akan digunakan pada lantai produksi.
Tahapan selanjutnya adalah menghitung luas lantai produksi. Selain data-data
penunjang yang telah dikumpulkan sebelumnya, data penunjang tambahan yang digunakan
dalam menghitung luas lantai yaitu jumlah mesin aktual dari multi product process chart
(MPPC), tinggi maksimal model tumpukan dan rak, toleransi bahan dan kelonggaran
(allowance). Perhitungan luas lantai terdiri dari beberapa bagian yaitu luas lantai tamu, luas
lantai waiters, luas lantai kasir, luas lantai dapur, luas lantai kebersihan/tempat cuci, luas
lantai tenaga kerja, luas lantai mushola, luas lantai toilet, dan luas lantai gudang.
Tahapan selanjutnya dalam aspek teknis untuk analisis ongkos Caffe Suraloka dalam
pembuatan kopi expresso adalah menganalisis biaya terkait dengan biaya penanganan bahan
(OMH) minimum.
Tahapan selanjutnya dalam aspek teknis yaitu alokasi layout. Tahapan ini terdiri dari
4 bagian yaitu pembuatan from to chart (FTC), in flow (IF) dan out flow (OF), tabel skala
prioritas (TSP), dan acitivity relationship diagram (ARD).
Sebelum masuk dalam tahap akhir, maka terdapat hal lain yang perlu
dipertimbangkan dalam mendirikan suatu perusahaan, yaitu aspek manajemen dan
organisasi. Tanpa adanya suatu manajemen dan organisasi, perusahaan tentunya tidak akan
berjalan. Aspek manajemen dan organisasi terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama
yaitu pembentukan karakteristik perusahaan yang meliputi nama dan badan hukum
perusahaan, logo perusahaan, visi dan misi perusahaan, serta struktur organisasi. Struktur
organisasi perlu dibentuk untuk mengetahui pembagian tugas dan wewenang pada setiap
bagian. Perusahaan yang dibentuk bernama cafee suraloka. Caffe adalah tempat untuk
makan dan minum sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana yang santai dan tidak resmi.
Tahapan selanjutnya menentukan luas tanah yang dibutuhkan untuk mendirikan
Caffe Suraloka. Perhitungan luas tanah terdiri dari luas lantai perkantoran dan luas lantai
7
fasilitas. Selain itu, luas lantai produksi dan luas lantai fasilitas yang telah ditentukan
sebelumnya perlu dipertimbangkan dalam perhitungan luas tanah. Lokasi tanah yang akan
dibeli untuk mendirikan Caffe Suraloka tentunya mempertimbangkan beberapa hal di
antaranya yaitu ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, pasar, dan faktor-faktor lain dalam
aspek sosial dan ekonomi.
Berdasarkan informasi lokasi tanah yang akan didirikan Caffe Suraloka, maka dapat
diketahui upah minimum regional (UMR) atau upah minimum kabupaten atau kota (UMK).
Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat ditentukan gaji tenaga kerja langsung dan tidak
langsung pada Caffe Suraloka. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat
langsung dalam proses produksi seperti tenaga kerja bagian produksi, tenaga kerja bagian
kasir, tenaga kerja bagian melayani/waitesr, tenaga kerja bagian kebersihan, dan tenaga kerja
penanganan bahan (material handling). Sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah
tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi seperti pemasok biji kopi.
Perusahaan yang akan didirikan tentunya membutuhkan investasi awal dan modal
kerja dalam pelaksanaan seluruh kegiatannya. Maka dari itu perlu direncanakan pula dalam
aspek ekonomi dan finansial. Aspek ekonomi dan finansial meliputi perhitungan investasi
awal, modal kerja, harga pokok penjualan (HPP), angsuran pokok, bunga bank, rugi laba,
dan aliran kas. Perhitungan aliran kas meliputi initial cash flow (ICF), operational cash flow
(OCF), dan terminal cash flow. Investasi awal dan modal kerja membutuhkan data
penunjang tambahan dari aspek teknis serta aspek manajemen dan organisasi. Investasi awal
dan modal kerja yang sebagian diperoleh dari bank tentunya perlu dilakukan analisis guna
mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak.
Proyeksi penilaian investasi dilakukan dengan menggunakan tiga teknik yaitu
payback period (PP), net present value (NPV), dan internal rate of return (IRR). Apabila
salah satu teknik tersebut menyatakan proyek tidak layak, maka perlu dilakukan revisi atau
perbaikan. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu mengurangi biaya investasi awal maupun
meningkatkan profit yang diinginkan. Apabila telah dilakukan proyek penilaian investasi
kembali dan ketiga teknik menyatakan bahwa proyek layak, maka langkah selanjutnya
dalam aspek ekonomi dan finansial yaitu perhitungan break even point (BEP).
Tahapan terakhir dalam perancangan tata letak fasilitas adalah analisis aktivitas dan
perencanaan tata letak. Tahapan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pembuatan activity
8
relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD), template, dan maket. Activity
relationship chart (ARC) merupakan teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa
hubungan antar aktivitas yang ada di Caffe Suraloka. Aktivitas-aktivitas yang ada dalam
pembuatan Kopi Expresso ini saling berhubungan antara satu aktivitas dengan aktivitas
lainnya, hal ini ditinjau dari beberapa kriteria yang ada, maka dapat dikatakan bahwa dalam
perencanaan tata letak fasilitas harus dilakukan penganalisaan yang optimal.
Area Allocation Diagram (AAD) dalam produksi Kopi Expressodi Caffe Suraloka
ini merupakan penggambaran dari penempatan area-area produksi, perkantoran, dan fasilitas
Caffe Suraloka. AAD ini dibuat berdasarkan tata letak produksi yang sebenarnya dan
memuat alokasi dari mesin dan produksi, beserta receiving, shipping, dan lain-lain. Template
Caffe Suraloka ini merupakan suatu gambaran yang lebih jelas dari tata letak fasilitas yang
akan dibuat terkait dengan segala aktivitas produksi Kopi Expresso di Caffe Suraloka
tersebut dan merupakan gambaran detail dari Area Allocation Diagram (AAD) pembuatan
produk Kopi Expresso Caffe Suraloka. Maket merupakan gambaran template dalam bentuk
tiga dimensi (3D) yang memiliki skala.
9
BAB II
IDENTIFIKASI AWAL
2.1 Inisialisasi
Tahap awal yang dilakukan dalam perancangan tata letak fasilitas adalah
menentukan produk dan lokasi yang akan dibuat. Produk yang akan dibuat yaitu berbagai
macam makanan ringan dan minuman cafe. Pemilihan produk tersebut dikarenakan sangat
cocok untuk kaum milenial sekarang yang cenderung nongkrong dan memiliki pangsa pasar
yang cukup luas. Produk minuman dan makanan ringan ini yang memiliki nama cafe
suraloka memiliki kelebihan yaitu tempat yang menarik di atas perbukitan dan memiliki
berbagai macam fariasi makanan dan minuman dengan harga sangat terjangkau. Kafe
suraloka langsung viral, dikarenakan lokasinya berada jauh dari keriuhan kota tuban.
Gambar 2.1 berikut ini merupakan gambar menu dari café suraloka.
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa produk makanan dan
minuman dari café suraloka sangat memanjakan mata kalangan milenial sekarang.
Komponen utama yang diperlukan untuk memproduksi makanan dan minuman dari café
suraloka ini yaitu, Buah-buahan yang segar, susu, es batu, air dingin, sosis, belut dan lain
sebagainya sesuai di pamflet produk. Produk tersebut tentunya juga membutuhkan
10
komponen tambahan untuk menunjang dan melengkapi produk tersebut. Komponen
tambahan yang digunakan untuk penyimpanan yaitu kulkas, frezeer, blender, mesin pres
cup, sendok, dan gelas. Pembuatan minuman dan makanan ini terdiri dari beberapa proses.
Tergantung dadi pesanan pelanggan.
Target pasar untuk produk yang ada di café suraloka ini mencakup semua orang.
Karena produk yang diberikan ini memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan, maka
dibutuhkan suatu tata letak yang baik agar dapat mengoptimalkan hubungan antara tenaga
kerja, aliran material, dan bahan, hingga produk jadi untuk mencapai tujuan perusahaan
secara efisien, ekonomis dan aman.
11
Tabel 2.1 Komponen Utama Jus Buah
Mesin merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan pula dalam
perancangan tata letak fasilitas. Penempatan mesin yang tidak tepat menyebabkan proses
produksi menjadi terhambat dan dapat mengakibatkan operator bekerja menjadi tidak
nyaman. Proses makanan dan minuman tentunya membutuhkan beberapa mesin. Tabel 2.2
berikut ini merupakan data mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi café
suraloka.
Tabel 2.2 Kebutuhan Mesin-Mesin
No. Nama Tipe Ukuran
Proses
Mesin Mesin/Alat Bahan (kg)
1 Freezer Mengawetkan Sharp 41
2 Kompor Memasak Quantum 6,6
3 Mesin pres Pres cup OmickoCup 14
12
1. Data kebutuhan jenis proses atau mesin yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi
kerja dan penganggarannya.
2. Data kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada setiap elemen
opersi kerja atau pemeriksaan.
3. Pola tata letak fasilitas kerja dan aliran pemindahan materialnya.
4. Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan tata cara kerja yang sedang dipakai.
Berdasarkan manfaat-manfaat dari peta proses operasi di atas, dapat dilihat bahwa
salah satunya adalah pola tata letak fasilitas kerja dan aliran pemindahan materialnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peta proses operasi merupakan data penunjang yang
sangat penting dalam perancangan tata letak fasilitas. Gambar 2.2 berikut ini merupakan
peta proses operasi dari produk café suraloka.
13
Gambar 2.2 Peta Proses Operasi Pembuatan Produk Kopi Di Café Suraloka
Memasukkan
kopi bubuk ke
portafilter sesuai
O-2 dengan takaran
dan padatkan
bubuk kpi
Memasukkan
O-3 bubuk kopi ke
mesin exprexso
Memasukkan air
O-4 pana ke mesin
exprexso
Menggunakan
mesin exprexso
O-5 untuk
menghasilkan
kopi
Tuangkan kopi
O-6
ke cup plastik
Tutup cup
O-6 plastik
menggunakan
RINGKASAN penutup
Perhitungan untuk tabel routing sheet sebaiknya dilakukan untuk proses terakhir
sebelum perakitan untuk semua komponen. Hal tersebut dilakukan karena jumlah yang
diminta adalah 30 unit untuk setiap komponen dan karena proses merakit tidak menghasilkan
scrap. Berikut ini merupakan contoh perhitungan routing sheet komponen kaki 1 proses
melubangi.
15
1. Kolom 1 : Nomor Operasi
Karena proses mengaduk dan mencampur memiliki nomor urut 5 maka dapat ditulis
dengan O-5.
2. Kolom 2 : Deskripsi
Berisi nama operasi yang dilakukan yaitu mengaduk dan mencampur.
3. Kolom 3 : Nama Mesin
Berisi nama mesin yang digunakan pada proses mengaduk dan mencampur yaitu
mesin blender.
4. Kolom 4 : Produksi Mesin/Jam
Berisi banyak unit produk yang dihasilkan dalam waktu 1 jam atau 60 menit.
60 menit
Produksi Mesin/Jam =
Waktu Operasi
16
30 unit
Bahan yang disiapkan = = 30,01 unit
1 - 0,002
8. Kolom 8 : Efisiensi Mesin
Kolom efisiensi mesin merupakan tingkat pemanfaatan mesin.
Bahan yang disiapkan
Efisiensi Mesin =
Efisiensi
30,01 unit
Efisiensi Mesin = = 31,59
95%
9. Kolom 9 : Jumlah Mesin Teoritis (JMT)
Berisi tentang jumlah mesin secara teoritis untuk setiap operasi jumlah ini diperoleh
dengan menggunakan persamaan :
Efisiensi Mesin
Jumlah Mesin Teoritis =
mesin kerja
Produksi × Reabilitas × Jam
jam hari
31,59
Jumlah Mesin Teoritis = = 0,17 unit
30 80% 8
3.2 Multi Product Process Chart (MPPC)
Multi product process chart (MPPC) merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik komponen
utama maupun komponen tambahan, seperti urutan-urutan operasi, pemeriksaan, dan
penyimpanan. Multi product process chart (MPPC) digunakan untuk mengetahui jumlah
pemakaian kebutuhan mesin aktual dari routing sheet. Gambar 3.1 berikut ini merupakan
multi product process chart (MPPC) untuk proses produksi minuman.
17
Deskripsi Penyediaan bahan Proses Produksi Jumlah mesin
Peralatan 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,10 Teoritis Aktual
11,2 11
1 1
Memotong
1 1 1
12,3 12
Menyeduh 2 2 2 2 2
7,8 8
Melebur dan 3 3 3 3 3
mencampur
4 4 4 4 4
5,6 6
Pres cup
Pembuatan multi product process chart (MPPC) seperti pada Gambar 3.1 perlu
memperhatikan beberapa hal yaitu urutan proses operasi pada multi product process chart
(MPPC) harus sama dengan yang diinformasikan pada peta proses operasi. Contoh yaitu
pada peta proses operasi untuk proses pengukuran komponen utama kaki 1 memiliki nomor
urut O-1, maka pada multi product process chart (MPPC) juga memiliki nomor urut O-1.
Simbol-simbol yang digunakan pada peta proses operasi dan multi product process chart
(MPPC) antara lain operasi, pemeriksaan, dan penyimpanan. Cara penomoran dilakukan
berdasarkan urutan-urutan proses operasi per komponen. Hal terakhir yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan multi product process chart (MPPC) yaitu kebutuhan mesin
teoritis pada multi product process chart (MPPC) harus sama dengan jumlah kebutuhan
setiap mesin (misal meja fabrikasi, mesin potong) dalam satu kegiatan, bukan sama dengan
jumlah kebutuhan mesin seluruh mesin untuk satu komponen.
3.3 Luas Lantai
Luas lantai adalah luas suatu tempat atau area yang akan digunakan dalam mengelola
suatu bahan atau dalam mengerjakan suatu proses produksi. Perhitungan luas lantai terdiri
dari tiga bagian yaitu perhitungan luas lantai gudang bahan baku (receiving), luas lantai
mesin, dan luas lantai gudang barang jadi (shipping). Perhitungan luas lantai dilakukan untuk
memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian produksi.
18
3.3.1 Luas Lantai Bahan
Perhitungan luas lantai bahan terdiri dari dua bagian yaitu perhitungan luas lantai
gudang bahan baku model tumpukan dan perhitungan luas lantai gudang. Gudang bahan
baku model tumpukan digunakan untuk menyimpan komponen utama yang memiliki
dimensi yang relatif lebih besar. Sedangkan gudang bahan baku model rak digunakan untuk
menyimpan komponen tambahan yang memiliki dimensi yang relatif lebih kecil.
3.3.3.1 Gudang Bahan Baku Model Tumpukan
Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan dilakukan untuk
memperkirakan area yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen utama yang memiliki
dimensi atau ukuran relatif lebih besar. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas
lantai gudang bahan baku model tumpukan yaitu nomor komponen, nama komponen, jumlah
komponen, tipe material, dan ukuran per potong. Data-data tersebut dapat diperoleh dari data
komponen utama, peta proses operasi, dan routing sheet. Tabel 3.2 berikut ini merupakan
hasil perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Bubuk kopi
1 atau Sashet 85 27 1 0,00229 208 0,47 1 0,47 0,92 0,51
minuman
Cair
3 Es Batu Dipad 86 24 1 0,00206 208 0,42 1 0,42 0,92 0,45
atkan
Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai model tumpukan untuk komponen
kaki 1 dapat dilihat sebagai berikut:
1. Data pada kolom 1, 2, 3, dapat diketahui dari data penunjang.
2. Kolom 5 berisi volume (m3) dari komponen utama kaki 1.
19
Volume kaki 1 (m3) = p x l x t = 80 x 28 x 1 = 2,240 cm3 = 0,00224 m3
3. Kolom 6 berisi jumlah bahan yang disiapkan dalam 1 minggu, data ini diperoleh dari
routing sheet dan merupakan hasil pembulatan. Pembulatan dilakukan karena dalam
pemesanan bahan baku komponen utama tidak memungkinkan untuk pembelian dalam
jumlah desimal. Selain itu, komponen utama merupakan bahan baku yang akan diproses
sendiri dan memiliki ukuran yang relatif besar sehingga periode yang digunakan dalam
jangka waktu 1 minggu. Sehingga tidak terlalu banyak tumpukan dibandingkan dalam
jangka waktu 1 bulan.
Bahan/Minggu = Bahan yang disiapkan x Jumlah hari kerja/Minggu
Bahan/Minggu = 52 x 4 = 208
4. Kolom 7 berisi volume total bahan baku dalam 1 minggu
Volume Total = Volume x Bahan/Minggu = 0,00224 x 208
Volume Total = 0,46 m3
5. Kolom 8 berisi tinggi tumpukan yaitu sebesar 1 meter. Penentuan tinggi maksimal
tumpukan dimaksudkan agar komponen yang letaknya di bawah tumpukan tidak
mengalami kerusakan. Komponen utama merupakan salah satu elemen yang penting
dalam proses produksi, sehingga apabila mengalami kerusakan akan menghambat
proses produksi dan target produksi tidak dapat tercapai.
6. Kolom 9 berisi luas lantai yang diperoleh dengan persamaan:
Luas Lantai (m2) = Volume Total : Tinggi Tumpukan = 0,46 : 1 = 0,82 m2
7. Kolom 10 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses produksi berjalan
dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan mempertimbangkan faktor operator,
mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku, operator tidak akan
mengalami kesulitan dan kualitas bahan baku tetap terjamin.
Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,46 x 200% = 0,92 m2
8. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen utama.
Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,46 + 0,92 = 1,38 m2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan untuk
menyimpan komponen kaki 1 dalam gudang bahan baku (receiving) yaitu 1,38 m2.
20
3.3.3.2 Gudang Bahan Baku Model Rak
Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak dilakukan untuk memperkirakan
area yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen tambahan yang memiliki dimensi atau
ukuran relatif lebih kecil. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai gudang
bahan baku model rak yaitu nomor komponen, nama komponen, jumlah komponen, volume
pemakaian, ukuran per potong, dan unit tersedia. Data-data tersebut dapat diperoleh dari data
komponen tambahan, peta proses operasi, dan routing sheet. Tabel 3.3 berikut ini merupakan
hasil perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak.
21
3.3 Luas Lantai
22
Contoh perhitungan dan analisis mengenau luas lantai model rak untuk komponen sekat dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Data pada kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat diketahui dari data penunjang.
2. Kolom 6 berisi jumlah pemakaian komponen tambahan dalam 1 minggu
Produk/Minggu = 30 x hari kerja/minggu x volume pemakaian
Produk/Minggu = 30 x 6 x 6 = 1080 cup
3. Kolom 7 berisi jumlah komponen yang harus tersedia dalam 1 minggu sesuai dengan
pemesanannya, karena komponen tambahan sekat pemesanannya dilakukan dengan
lot for lot maka jumlah unit tersedia sama dengan volume pemakaian. Perbedaan
terletak pada komponen tambahan sekrup.
4. Unit/Minggu = Produk/Minggu : Unit Tersedia = 1080 : 6 = 180 unit
5. Kolom 8 berisi jumlah komponen tambahan yang harus tersedia selama 4 minggu.
Komponen tambahan memiliki perbedaan pada perhitungan luas lantai bahan baku
model tumpukan, karena periode yang digunakan pada perhitungan luas lantai model
rak adalah 4 minggu atau 1 bulan. Hal tersebut dikarenakan komponen tambahan
memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga penggunaan ruangan pada gudang bahan
baku tidak terlalu besar. Selain itu juga dikarenakan komponen tambahan tidak
diproduksi sendiri dalam perusahaan, sehingga persediaan sangat mempengaruhi
kelancaran proses produksi.
Unit/ 4 Minggu = Unit/Minggu x Jumlah Minggu Kerja/bulan
Unit/ 4 Minggu = 180 x 4 = 720 unit
6. Kolom 9 berisi volume material.
Volume material = p x l x t = 6 x 6 x 1 = 36 cm3 = 0,000036 m3
7. Kolom 10 berisi volume unit komponen tambahan selama 4 minggu.
Volume unit = Unit/ 4 Minggu x Volume Material
Volume unit = 720 x 0,000036 = 0,025 m3
8. Kolom 11 berisi luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan
Luas Lantai = Volume Unit : Tinggi maksimal model rak
Luas Lantai = 0,025 : 2 = 0,0125 m2
9. Kolom 12 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses produksi
berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan mempertimbangkan faktor
23
operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam pemindahan bahan baku komponen
tambahan, operator tidak akan mengalami kesulitan dan kualitas bahan baku tetap
terjamin. Pemberian kelonggaran diasumsikan 100% untuk area pengambilan yang
dilakukan oleh operator sedangkan sisanya 100% untuk gang sehingga aliran bahan
tetap lancar.
Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,0125 x 200% = 0,025 m2
10. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan.
Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,0125 + 0,025 = 0,0262 m2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan untuk
menyimpan komponen tambahan sekat dalam gudang bahan baku (receiving) yaitu
0,0262 m2.
3.3.2 Luas Lantai Mesin
Perhitungan luas lantai mesin dilakukan untuk memperkirakan area yang akan
digunakan untuk menempatkan mesin-mesin yang akan digunakan selama proses produksi.
Dalam perhitungan luas lantai mesin, perlu diperhatikan mengenai gang. Penentuan
besarnya gang dipengaruhi oleh ukuran faktor manusia, peralatan atau mesin, dan bahan
baku yang digunakan. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai mesin yaitu
nama mesin atau peralatan, jumlah mesin atau peralatan, ukuran mesin atau peralatan, dan
toleransi bahan. Data penunjang tersebut dapat diperoleh dari data mesin-mesin dan multi
product process chart. Tabel 3.4 berikut ini merupakan hasil perhitungan luas lantai mesin
produk café suraloka.
24
Tabel 3.4 Luas Lantai Mesin
Ukuran Luas
(m) Luas Toleransi Total
Nama Jumlah Seluruh Allowance
Departemen Mesin Bahan Luas/Departemen
Mesin Mesin 2) Mesin (200%)
P L (m (100%) (m2)
(m2)
Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai mesin untuk meja fabrikasi dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data-data penunjang.
2. Kolom 5 berisi luas lantai mesin tanpa toleransi dan allowance. Luas lantai ini
menggunakan rumus persegi panjang.
Luas mesin = p x l = 1,8 x 2 = 3,6 m2
3. Kolom 6 berisi luas seluruh mesin berdasarkan jumlah mesin yang akan digunakan pada
multi product process chart (MPPC).
Luas seluruh mesin = jumlah mesin x luas mesin = 12 x 3,6 = 43,2 m2
4. Kolom 7 berisi toleransi yang diberikan karena sebelum mesin melanjutkan proses
selanjutnya biasanya terdapat bahan baku yang letaknya dekat dengan mesin tersebut.
Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi sehingga tidak mengalami
kesulitan sewaktu proses produksi berjalan.
Toleransi bahan = luas seluruh mesin x toleransi bahan 100%
Toleransi bahan = 43,2 x 100% = 43,2 m2
5. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan. Luas allowance sebesar 100% diberikan
untuk operator yang menjalankan mesin tersebut sedangkan sisanya 100% untuk
jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang (gang).
25
Allowance = luas seluruh mesin x allowance 200%
Allowance =43,2 x 200% = 86,4 m2
6. Kolom 9 berisi total luas departemen berdasarkan luas seluruh mesin, toleransi bahan,
dan allowance.
Total luas/departemen = luas seluruh mesin + toleransi bahan + allowance
Total luas/departemen = 43,2 + 43,2 + 86,4 = 172,8 m2
Berdasarkan hasil tersebut, maka luas area yang dibutuhkan untuk proses pengukuran
dengan meja fabrikasi adalah sebesar 280 m2.
3.3.3 Luas Lantai Gudang Barang Jadi
Perhitungan luas lantai gudang barang jadi (shipping) dilakukan untuk mengetahui area yang
digunakan untuk menyimpang produk jadi hasil produksi. Data-data yang diperlukan untuk
perhitungan luas lantai gudang barang jadi yaitu nama produk, ukuran produk, dan tinggi
tumpukan. Tabel 3.5 berikut ini merupakan hasil perhitungan luas lantai gudang barang jadi
café suraloka.
Makanan 0,76 0,65 0,8 0,41 200 384 1 384 768 1.152
26
3. Kolom 4 berisi total produk jadi yang dapat dibuat dalam jangka waktu 1 minggu.
Produk jadi/minggu = kapasitas produksi/hari x jumlah hari kerja/minggu
Produk jadi/minggu = 25 x 6 = 150 unit
4. Kolom 5 berisi total volume dari seluruh barang jadi dalam 1 minggu.
Total volume = volume x produk jadi/minggu
Total volume = 1,92 x 150 = 228 m3
5. Kolom 6 berisi tinggi maksimal tumpukan yaitu 1 meter. Alasan pemilihan tinggi
maksimal tumpukan tersebut yaitu agar barang jadi tidak mengalami kerusakan pada
saat ditumpuk dan kualitas masih terjamin. Selain itu, untuk mempermudah operator
dalam menjangkau produk jadi.
6. Kolom 7 berisi luas lantai yang digunakan untuk menyimpan barang jadi.
Luas lantai = total volume : tinggi maksimal tumpukan
Luas lantai = 228 : 1 = 228 m2
7. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan terhadap area penyimpanan barang jadi.
Allowance yang digunakan yaitu 200% dimana 100% diperuntukkan bagi area operator
yang menyimpan atau mengangkut barang jadi sedangkan sisanya 100% digunakan
sebagai jalannya alat-alat pengangkut barang jadi (gang).
Allowance = luas lantai x allowance 200%
Allowance = 228 x 200% = 456 m2
8. Kolom 9 berisi total luas lantai yang digunakan untuk menyimpan barang jadi meliputi
allowance.
Total luas lantai = luas lantai + allowance
Total luas lantai = 228 + 456 = 684 m2
Hasil tersebut menyatakan luas area yang digunakan untuk meyimpan barang jadi rak
buku selama 1 minggu adalah sebesar 684 m2.
3.4 Alokasi Layout
Secara umum, alokasi layout dilakukan untuk mengetahui pola aliran aktivitas yang
akan digunakan pada perusahaan khususnya pada lantai produksi. Pola aliran aktivitas
tersebut mempertimbangkan ongkos penanganan material (OMH) dan skala prioritas
sehingga akan meminimalkan ongkos penanganan material dan layout menjadi lebih
27
optimal. Alokasi layout ini terdiri dari empat bagian yaitu from to chart (FTC), in flow - out
flow (IF – OF), tabel skala prioritas (TSP), dan allocation relationship diagram (AAD).
28
S 0
Jumlah 0 17655 20490 13140 5460 34910 11540 103195
Berdasarkan Tabel 3.7 mengenai from to chart (FTC) yang berisi ongkos mesin,
maka didapat dilihat bahwa ongkos penanganan material (OMH) yang paling besar
dikeluarkan yaitu berasal dari receiving atau gudang bahan baku. Hal tersebut gudang bahan
baku terdiri dari dua bagian yaitu gudang bahan baku komponen utama yang mengirim
komponen utama rak buku ke meja fabrikasi dan gudang bahan baku komponen tambahan
yang mengirim komponen tambahan ke meja perakitan. Sedangkan ongkos penanganan
material (OMH) yang paling besar dimasukkan yaitu departemen meja perakitan. Hal
tersebut karena lantai produksi pada departemen meja perakitan menerima penanganan
material komponen tambahan dari receiving, komponen utama yang telah dihaluskan atau
diratakan dari departemen mesin serut, dan komponen utama yang telah dilubangi dari
departemen mesin bor. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak yang
ditempuh maka ongkos penanganan material yang dikeluarkan akan semakin besar.
3.4.2 In Flow – Out Flow (IF-OF)
Berdasarkan from to chart (FTC) pada Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa nilai-nilai tiap
selnya diperoleh tabel ongkos penanganan material (OMH). Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk FTC inflow dan FTC outflow. FTC inflow dilakukan untuk menghitung
ongkos yang masuk dari suatu mesin ke mesin lainnya, sedangkan FTC outflow untuk
menghitung ongkos yang keluar dari satu mesin atau area ke mesin atau area lainnya. Tabel
3.8 berikut ini merupakan hasil perhitungan from to chart (FTC) in flow pada lantai produksi
rak buku.
To
R F1 F2 F3 F4 A1 S
From
R 1 0,63
F1 1
F2 1
F3 1 0,18
F4 0,21
29
A1 1
S
In flow merupakan koefisien atas ongkos pada mesin dilihat dari ongkos
yang masuk ke dalam mesin. Berikut ini merupakan contoh perhitungan in flow dari gudang
bahan baku (receiving) menuju meja fabrikasi.
ongkos di mesin 17655
Inflow = = =1
ongkos yang masuk ke mesin 17655
Nilai koefisien sebesar 1 menunjukkan bahwa ongkos yang masuk ke mesin
sebanding dengan ongkos yang terdapat di mesin. Sedangkan nilai koefisien yang kurang
dari 1 menunjukkan bahwa ongkos yang masuk ke mesin lebih besar dibandingkan dengan
ongkos pada mesin. Hal tersebut disebabkan karena mesin yang digunakan menerima
pengiriman komponen dari beberapa department misal pada meja perakitan yang menerima
komponen-komponen dari gudang bahan baku (receiving), mesin serut, dan mesin bor.
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa pada from to chart (FTC) in flow koefisien
terkecil adalah 0,18 dari departemen mesin serut ke departemen meja perakitan. Setelah
perhitungan from to chart inflow, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan from to chart
outflow untuk menentukan apakah ada koefisien yang lebih kecil dibandingkan 0,18. Tabel
3.9 berikut hasil perhitungan ongkos yang keluar dari mesin (out flow) pada lantai produksi
café suraloka.
Tabel 3.9 From To Chart (FTC) Out Flow
To
R F1 F2 F3 F4 A1 S
From
R 0,87 1,88
F1 1,56
F2 1,13
F3 0,78 0,54
F4 0,61
A1 ∞
S
30
Out flow merupakan koefisien atas ongkos pada mesin dilihat dari ongkos yang
keluar dari dalam mesin. Berikut ini merupakan contoh perhitungan from to chart (FTC) out
flow dari gudang bahan baku (receiving) ke meja fabrikasi.
31
BAB IV
ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
32
c. Menciptakan atmosfer yang natural dan relax dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang
demi meningkatkan kenyamanan pelangan.
d. Kami berkeyakinan bahwa kepuasan pelangan, adalah kunci untuk keberhasilan caffe
suraloka dalam memperoleh keuntungan, mempertahankan keberadaan dan mencapai
pertumbuhan.
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi dalam restoran adalah kerangka yang digunakan untuk
mengatur dan mengelola berbagai aspek operasional dalam bisnis caffe suraloka. Struktur
ini mencakup tugas-tugas yang harus dilakukan oleh setiap bagian dalam restoran dan
bagaimana hubungan antara bagian-bagian tersebut terjalin. Dalam tulisan ini, saya akan
menjelaskan secara rinci tentang struktur organisasi restoran dan tugas-tugas yang terkait
dengan setiap bagian.
Owner
Kapten
Tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang ada dalam struktur organisasi
pada caffe suraloka.Tanggung jawab dari masing-masing jabatan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Owner berfungsi sebagai pemilik dari perusahaan caffe suraloka.
2. Kapten bertanggung jawab untuk mengatur kegiatan secara keseluruhan dan sebagai
penanggung jawab di caffe suraloka termasuk semua fasilitas dan karyawan.
3. Kasir bertanggung jawab untuk mengatur masalah keuangan dan penanggung jawab
di bagian keuangan.
4. Barista bertanggung jawab membuat minuman sesusai dengan pesanan pelanggan dan
mengecek semua kebutuhan yang ada di dapur 1
33
5. Koki dapur 1 bertanggung jawab untuk menggoreng snack dan makanan ringan di
dapur 1
6. koki dapur 2 bertanggung jawab untuk memasak makanan berat di dapur 2 dan
mengecek semua kebutuhan yang di butuhkan di dapur 2
4.4 Luas Lantai Caffe Suraloka Untuk Proses Produksi
Lantai caffe suraloka merupakan area yang dibutuhkan untuk tenaga kerja untuk
proses produksi dan fasilitas.Alokasi untuk total dari luas lantai produksi di caffe suraloka.
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Luas Lantai caffe suraloka
Ukuran Luas
No Ruang Jumlah Total
(m) (m2)
1 Dapur 1 1 10 x 15 150 150
2 Kasir 1 4×5 20 20
3 Kamar karyawan 1 4×5 20 20
4 Dapur 2 1 4×5 20 20
5 Gudang 1 4×5 20 20
6 Toilet 2 2×2 4 16
Jumlah 246
Allowance (100%) 246
Total 492
Total luas lantai produksi dan fasilitas yang dibutuhkan adalah sebesar 246 m2
dengan allowance 100%, jadi luas lantai perkantoran sebesar 492 m2. Allowance diberikan
dengan tujuan untuk area ruang gerak dari para tenaga kerja tidak langsung sehingga akan
memberikan rasa nyaman dan aman. Apabila tidak diberikan allowance, maka tidak ada
gang untuk para tenaga kerja tidak langsung sehingga mereka a kan kesulitan untuk bergerak
dari satu tempat ke tempat lain. maka ruangan yang paling luas adalah dapur 1. dapur 1
antara kasir dan ruang barista dibuat dalam satu ruangan agar mempermudah komunikasi
vertikal yang baik untuk setiap bagian dan mengoptimalkan komunikasi dan waktu kerja
yang sama dalam satu ruangan. Toilet berjumlah dua diperuntukkan untuk pria dan wanita.
34
4.5 Luas Lantai Fasilitas
Perusahaan tentunya memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk tenaga
kerja atau kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses produksi. Fasilitas tersebut
tentunya digunakan untuk kepentingan pribadi setiap tenaga kerja maupun kepentingan
umum yang dapat digunakan oleh seluruh tenaga kerja. Tabel 4.2 berikut ini merupakan total
dari perhitungan luas lantai fasilitas pada CV. Buana Nusantara.
Tabel 4.2 Luas Lantai Fasilitas caffe suraloka
No Ruang Jumlah Ukuran (m) Luas (m2) Total (m2)
1 Mushola 1 6×6 36 36
2 Toilet 2 2×2 4 16
3 Parkir motor 1 10 ×15 150 150
4 Parkir mobil 1 10 ×15 150 150
5 Taman 1 8 × 10 80 80
6 Lantai 1 1 15 × 10 150 150
7 Lantai 2 1 10 × 10 100 100
8 Lantai 3 1 10 × 10 100 100
9 Gazebo 1 10 × 10 100 100
Jumlah 882
Allowance(100%) 882
Total 1.764
Total luas lantai fasilitas yang dibutuhkan adalah sebesar 882 m2 dengan allowance 100%,
jadi luas lantai fasilitas sebesar 1.764 m2. Allowance diberikan dengan tujuan untuk area
ruang gerak dari para tenaga kerja tidak langsung maupun langsung serta kendaraan
sehingga akan memberikan rasa nyaman dan aman. Toilet berjumlah 2 unit dimana 1 unit
diperuntukkan untuk pria dan 1 unit untuk wanita.
4.6 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan seluruh kegiatan
yang terdapat dalam suatu perusahaan. Upah atau gaji merupakan salah satu faktor yang
35
dipertimbangkan untuk kesejahteraan seluruh tenaga kerja. Perhitungan upah tenaga kerja
terdiri dari dua bagian yaitu untuk tenaga kerja tetap serta tenaga kerja tidak tetap (part time)
4.6.1 Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses
produksi di perusahan caffe suraloka. Upah bagi tenaga kerja tetap dapat berubah sewaktu-
waktu tergantung dengan absensi kehadiran kerja dan bonus tambahan. Tabel 4.3 berikut ini
merupakan perhitungan upah atau gaji tenaga kerja di caffe suraloka.
Tabel 4.3 Gaji Tenaga Kerja tetap
Departemen Fabrikasi
Nama Jumlah Gaji/bulan Total Gaji/bulan
Mesin/Jabatan Personil (Rp) (Rp)
kapten 1 1.500.000 1.500.000
kasir 1 1.450.000 2.900.000
waiters 2 1.400.000 2.800.000
barista 2 1.450.000 2.900.000
koki 2 1.450.000 2.900.000
Total Gaji Tenaga Kerja Langsung 13.000.000
36
4.7 Sosial Ekonomi
Caffe suraloka terletak di Panggung sari, Gedongombo, Kec. Semanding,
Kabupaten Tuban, Jawa. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki lokasi yang cukup bagus
dengan pemandangan yang indah sehingga sangat cocok dengan caffe suraloka karena
bertemakan pegunungan .Selain itu, tanah pada lokasi ini telah memiliki Sertifikat Hak Milik
(SHM) dengan harga Rp 200.000,- per meter persegi. Lokasi ini terletak pada koordinat -
6°55'47"S 112°04'25"E105m. Gambar 4.3 berikut ini menunjukkan lokasi yang akan
didirikan caffe suraloka.
37
syarat pendidikan minimal lulus minimal SMK/SMA. Selain syarat pendidikan tersebut,
tenaga kerja yang akan direkrut untuk Caffe suraloka diutamakan yang memiliki tempat
tinggal tidak jauh dari lokasi caffe agar dapat meminimumkan biaya transportasi para tenaga
kerja.
Gambar 4.5 Tampak Samping Lokasi Caffe & Resto Suraloka
Gambar 4.6 Tampak Depan Lokasi Caffe & Resto Suraloka
38
BAB V
ANALISIS ASPEK EKONOMI DAN FINANSIAL
39
Tabel 5.1 Investasi Awal Cafe Suraloka (Lanjutan)
Komponen
Harga/Unit Tota Harga Umur Nilai Susut/Th
No. Biaya Jumlah Satuan
(Rp) (Rp) (Th) Sisa (Rp) (Rp)
Investasi
1. Meja 15 Unit 100.000 1.500.000 10 15.000 20.000
3. Kursi 11 Unit 55.000 605.000 10 10.000 -
4. Alat 5 Unit 500.000 2.500.000 12 200.000 40.000
5. Wastafel 1 Unit 350.000 350.000 10 40.000 20.000
6. Karpet 11 Unit 57.000 228.000 8 23.000 -
Kipas
7. 3 Set 200.000 600.000 10 20.000 15.000
Angin
Jam
9. 3 Unit 60.000 180.000 7 20.000 10.000
Dinding
10. Lampu 20 Unit 25.000 500.000 5 20.000 10.000
Total (Rp) 1.780.013.000 348.000 115.000
Modal Sendiri 75% (Rp) 1.335.009.750
Modal Pinjaman 25% (Rp) 335.752.438
40
Bangunan terbuka = luas lantai fasilitas terbuka
= 2.502 m2 – 1.588m2
= 914 m2
Jumlah mesin = Berdasarkan MPPC pada Gambar 3.1 halaman III-6.
Total harga = Jumlah x Harga/ Unit.
Contoh perhitungan total harga pada meja fabrikasi:
Total harga minuman = 80 unit x Rp 10.000 = Rp 800.000
Total harga makanan = 30 unit x Rp15.000 =Rp 450.000
Nilai sisa = 10% dari total harga
Contoh perhitungan nilai sisa pada makanan dan minuman:
Nilai sisa minuman = 10% x Rp 800.000 = Rp 80.000
Nilai sisa makanan = 10% x Rp 450.000 = Rp 45.000
Total = Rp 35.000
Nilai susut/tahun =
Total harga − Nilai sisa 800.000 − 80.000
= = Rp. 72.000
Umur 10
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diperoleh informasi bahwa total harga paling besar
berasal dari bangunan tertutup yaitu sebesar Rp. 794.000.000. Hal tersebut dikarenakan
karena kuantitas atau jumlah yang diperlukan untuk bangunan tertutup lebih besar
dibandingkan komponen biaya investasi yang lain. Pada akhir perhitungan investasi awal
diketahui bahwa pemilik Cafe Suraloka akan mengeluarkan dana sebesar 75% dari total
biaya investasi awal sebesar Rp 1.335.009.750 untuk membangun proyek maupun
pengadaan semua komponen pada Tabel 5.1 Sedangkan sisanya 25% sebesar Rp
335.752.438
5.2 Perhitungan Modal Kerja
Modal kerja merupakan pemasukan biaya selain dari investasi awal pemilik
perusahaan. Modal kerja terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah
41
sejumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah biaya tersebut tidak berubah atau tetap tanpa
terkait oleh besar kecilnya proses produksi. Biaya tetap meliputi biaya PBB (tanah dan
bangunan tertutup), biaya penyusutan, dan biaya tenaga kerja tak langsung . Biaya variabel
merupakan biaya yang dikeluarkan dan besar kecilnya biaya tersebut dipengaruhi oleh
proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan langsung, biaya bahan tak langsung,
biaya overhead pabrik, gaji tenaga kerja langsung, dan gaji tenaga kerja tak langsung (part
time). Tabel 5.2 berikut ini merupakan perhitungan modal kerja pada Cafe Suraloka.
Tabel 5.2 Modal Kerja Cafe Suraloka
Kompon Tahun 0 Tahun Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
en Biaya (Rp) 1(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
A. Biaya Tetap
1. PBB
750.600.00 750.600.00 750.600.00 750.600.00 750.600.00 750.600.0
Tanah
0 0 0 0 0 00
Banguna
794.000.00 794.000.00 794.000.00 794.000.00 794.000.0
n
0 0 0 0 00
Tertutup
2. 17.810.000 17.810.000 17.810.000 17.810.000 17.810.00
Penyusut 0
an
3. Tenaga 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
Kerja Tak
Langsung
B. Biaya Variabel
1. Biaya
Bahan
Langsung
Meja 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Kursi 605.000 605.000 605.000 605.000 605.000
Alat Pres 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000
42
Watafell 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
Karpet 228.000 228.000 228.000 228.000 228.000
Kipas
600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Angin
Lampu 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
Jam
Dinding 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
43
Modal Pinjaman 25% (Rp) 335.752.438
Berdasarkan perhitungan pada tabel modal kerja di atas, maka di bawah ini terdapat contoh
perhitungan untuk memperjelas hasil perhitungan.
1. Biaya tetap (Biaya yg tidak terpengaruh oleh volume produksi)
Tanah = 0.5% dari total harga tanah.
= 0,5% x Rp 750.600.000
= Rp 2.699.550
Bangunan Tertutup = 0.5% dari total harga bangunan tertutup
= 0,5% x Rp 794.000.000
= Rp 5.698.500
Penyusutan = total penyusutan tabel investasi awal.
= Rp 17.810.000
Berdasarkan perhitungan biaya tetap dapat dilihat bahwa biaya yang diperlukan
untuk modal kerja tetap setiap tahunnya, hal tersebut dikarenakan tidak dipengaruhi oleh
jumlah produksi yang dihasilkan. Untuk gaji tenaga kerja tak langsung perkantoran, pada
sebelum tahun pertama perusahaan belum mengeluarkan biaya karena pada periode tersebut
perusahaan masih dalam tahap pembangunan proyek.
2. Biaya variabel (Biaya yg terkait dengan volume produksi)
Biaya bahan langsung = Berdasarkan harga komponen pada Tabel 2.1
= Harga/unit x Jumlah unit komponen utama/ produk x 30
produk/hari x 30 hari kerja x 12 bulan
Contoh perhitungan
Biaya bahan langsung = Rp 5000 x 2 x 30 x 30 x 12
= Rp 36.000.000
Biaya Bhn. Tak Lsg. = Berdasarkan harga komponen pada Tabel 2.2
= Harga/unit x Jumlah unit komponen tambahan/ produk x 30 produk/hari x 30 hari kerja
x 12 bulan
= Rp 5000 x 2 x 30 x 30 x 12
= Rp 36.000.000
Contoh perhitungan tahun ke-2
44
Gaji TK. Langsung = Total gaji TK. Langsung x 12 bulan
= Rp 13.000.000x 12
= Rp 156.000.000
Gaji TK. Tidak langsung = Gaji TK. Tidak langsung x 12 bulan
= 180.000 x 12
= Rp. 2.160.000
Berdasarkan perhitungan modal kerja pada Tabel 5.2, dapat dilihat pada akhir
perhitungan modal kerja diketahui bahwa pemilik Yummy Juice akan mengeluarkan dana
sebesar 75% dari total biaya modal kerja dari sebelum tahun pertama dan tahun pertama
sebesar Rp 1.335.009.750 untuk menjalankan proyek sedangkan sisanya 25% diperoleh
sebesar Rp335.752.438. Modal kerja hanya dikeluarkan untuk sebelum tahun pertama dan
tahun pertama karena untuk tahun-tahun selanjutnya, biaya modal kerja yang harus
dikeluarkan diperoleh dari pendapatan bersih hasil penjualan café suraloka.
5.3 Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok penjualan atau HPP adalah total pengeluaran dan beban yang
dikeluarkan secara langsung atau tidak langsung untuk memproduksi barang dan jasa. Salah
satu komponen dalam HPP adalah biaya produksi. Tabel 5.3 berikut ini merupakan
perhitungan harga pokok penjualan (HPP) makanan dan minuman di Cafe Suraloka.
Tabel 5.3 Harga Pokok Penjualan (HPP)
No. Komponen Biaya Biaya (Rp)
1. PBB 6.163.600
2. Penyusutan 17.810.000
3. Biaya Bahan Langsung 36.000.000
4. Biaya Bahan Tidak Langsung 36.000.000
5. Gaji Tenaga Kerja Langsung 156.000.000
6. Gaji Tenaga Kerja Tak Langsung 2.160.000
Harga Pokok Produksi 335.752.438
Total 254.133.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) 254.133.000
45
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.3, dapat diperoleh informasi bahwa
Harga Pokok Penjualan (HPP) untuk makanan dan minuman yang dihasilkan oleh Cafe
Suraloka adalah sebesar Rp 1.902.351.800. Langkah selanjutnya dapat ditentukan harga jual
untuk penjualan produk.
Pajak = 10% x HPP = 10% x Rp 254.133.000= Rp 25.413.300
Profit = 45% x HPP = 40% x Rp 254.133.000= Rp 101.653.200
Harga Jual (Rp) = HPP + Pajak + Profit
= Rp 254.133.000+ Rp 25.413.300 + Rp 101.653.200
= Rp 381.199.500
HPP/unit = HPP : Jumlah produksi dalam 1 tahun
= Rp 254.133.000: (30 unit x 30 hari x 12 bulan)
= Rp 3.529.625
Harga jual/unit = Harga jual : Jumlah produksi dalam 1 tahun
= Rp381.199.500: (30 unit x 30 hari x 12 bulan)
= Rp 5.294.500
Berdasarkan uraian perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa profit atau persentase
keuntungan yang ingin diperoleh adalah sebesar 45%. Hal tersebut mempertimbangkan daya
beli pelanggan terhadap produk sangatlah ramai dimasyarakat.
5.4 Perhitungan Rugi Dan Laba
Sebelum perusahaan didirikan, lebih baik diperhitungkan terlebih dahulu
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh badan usaha ini dalam jangka waktu tertentu.
Perhitungan ini menggambarkan perkiraan keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh
atau diderita oleh proyek tersebut untuk jangka waktu tertentu. Tabel 5.4 berikut ini
merupakan hasil perhitungan rugi laba selama 1 tahun pada café suraloka .
Tabel 5.4 Rugi Laba
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
No. Komponen Analisis
(Rp) (Rp) (Rp)
2.853.527.7
1. Total Penjualan 381.199.500 254.133.000
00
46
Biaya Produksi 1.912.851.8
2. 193.106.000 193.106.000
(Operasional) 00
3. Pendapatan Kotor 61.027.000 61.027.000 940.675.900
4. Penyusutan Biaya Investasi 17.810.000 17.810.000 66.826.950
Pendapatan (Sebelum
5. 809.123.950 879.348.950 873.848.950
bunga+pajak)
182.593.656 146.074.924 109.556.193
6. Bunga Kredit 18%
,00 ,80 ,60
Pendapatan (Sebelum
7. 254.133.000 254.133.000 254.133.000
Pajak)
8. Pajak 25.413.300 25.413.300 25.413.300
Pendapatan Bersih (Setelah
9. 43.810.000 43.810.000 43.810.000
Pajak)
10. Profit on sales (%) 0,1149266 0,1149266 0,1149266
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.5, berikut ini merupakan contoh
perhitungan untuk tahun pertama.
1. Total penjualan = Harga jual (berdasarkan perhitungan HPP)
= Rp 381.199.500
2. Biaya produksi = Besarnya total biaya modal kerja yang
dikeluarkan dalam tahun ke-1 (Tabel 5.2)
= Rp 36.000.000 + Rp 157.106.000
= Rp 193.106.000
3. Pendapatan kotor = Total penjualan – Biaya produksi
= Rp 254.133.000- Rp 193.106.000
= Rp 61.027.000
4. Penyusutan Biaya Investasi = Total biaya penyusutan pada tabel investasi
awal (Tabel 5.1)
= Rp 17.810.000
5. Pendapatan bersih setelah pajak
= Pendapatan kotor – penyusutan biaya investasi
47
= Rp 61.027.000- Rp 17.810.000
= Rp 43.810.000
Pendapatan bersih setelah pajak
10. Profit on sales = ×100%
Total Penjualan
43.810.000
= 381.199.500 𝑥 100%
= 0,1149266 x 100%
= 11,49%
Perhitungan rugi laba dilakukan dengan membandingkan berapa besar biaya yang
dikeluarkan baik investasi awal, modal kerja maupun pembayaran hutang ke bank terhadap
pendapatan yang diperoleh dari total penjualan produk. Perhitungan ini juga
mempertimbangkan bunga kredit dan pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh
karena itu, dapat diketahui pada profit on sales dari tahun ke tahun. Nilai profit on sales jika
mengalami kenaikan, maka dapat diketahui bahwa perusahaan akan memperoleh laba atau
keuntungan.
5.5 Perhitungan Analisis Kas (Cash Flow)
Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan aliran kas (cash flow). Aliran kas adalah
bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi
yang menunjukan aliran masuk dan keluar uang tunai (kas) perusahaan. Aliran kas yang
berhubungan dengan suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu aliran kas awal
(initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas akhir
(terminal cash flow).
5.5.1 Initial Cash Flow (ICF)
Aliran kas awal (initial cash flow) ini dipengaruhi oleh total biaya investasi awal dan
biaya modal kerja, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
ICF = Total Biaya Investasi Awal + Biaya Modal Kerja (Thn 0 + thn 1)
= Rp 17.810.000+ (Rp 42.000.000 + Rp 296.679.600)
= Rp 356.259.600
Nilai dari initial cash flow didapatkan berjumlah Rp 356.259.600 ini memiliki arti
bahwa Cafe Suraloka harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk investasi sebesar Rp
356.259.600 untuk dapat menjalankan produksinya mulai dari tahun ke nol sampai tahun ke
1.
48
5.5.2 Terminal Cash Flow (TFC)
Aliran kas akhir atau terminal cash flow (TCF) dipengaruhi oleh modal kerja dan
total nilai sisa, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
TCF = Modal Kerja (Thn ke-0 + Thn Ke-1) + Total Nilai Sisa
= (Rp 75.225.000 + Rp 1.902.351.800) + Rp 208.006.000
= Rp 2.185.582.800
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa aliran kas yang
berkaitan dengan nilai sisa seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan
peralatan proyek sebesar Rp 2.185.582.800.
5.6 Perhitungan Break Event Point (BEP)
Menghitung Break Event Point (BEP) unit dalam rupiah merupakan metode yang
digunakan untuk menentukan jumlah unit produk yang perlu dijual agar perusahaan
mencapai titik impas atau break even. Dalam perhitungan ini, total biaya tetap perusahaan
dibagi dengan selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.
Menghitung BEP unit kemudian dapat dikalikan dengan harga jual per unit untuk
mendapatkan BEP unit dalam rupiah membantu perusahaan dalam merencanakan strategi
penjualan, menentukan harga jual yang optimal, dan mengoptimalakan laba perusahaan.
Pemahaman yang baik mengenai cara menghitung BEP dalam rupiah, perusahaan
dapat mengukur kinerja keuangan, mengidentifikasi resiko, dan membuat keputusan bisnis
yang lebih cerdas.
Cara menghitung BEP unit dilakukan dengan menggunakan rumus BEP (Jumlah Unit) :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 352.279.600
= = 19.948,4
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 −𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 52.978,5−35.319
49
BAB VI
ANALISIS AKTIVITAS DAN PERENCANAAN TATA LETAK
50
pribadi antar operator juga alasan yang harus dipertimbangkan, karena operator yang bekerja
pada lantai produksi merupakan tenaga kerja langsung yang terdapat pada cafe
SORALOKA. Lokasi parkir harus berdekatan dengan receiving atau shipping untuk
memudahkan bongkar dan muat bahan baku maupun produk jadi ke mobil pick-up. Sehingga
diberi warna kuning dan memiliki alasan hubungan pribadi, urutan aliran kerja dan adanya
ramai.
Mushola harus berdekatan dengan toilet umum, kantin dan taman untuk
memberikan pemandangan untuk mengurangi kejenuhan pekerja pada saat istirahat.
Sehingga mushola memiliki derajat hubungan kedekatan yang mutlak terhadap toilet pabrik
dan hubungan sangat penting terhadap taman. Toilet pabrik dan kantin juga harus berdekatan
karena agar memudahkan pekerja pada saat istirahat. oleh karena itu toilet umum dan kantin
memiliki derajat hubungan kerja yang mutlak.
Pembuangan limbah membutuhkan lokasi harus dijauhkan dari fasilitas dan bagian
lainnya. Hal ini dikarenakan pembuangan limbah memiliki bau-bauan, sehingga harus
dijauhkan. Prioritas penempatan pembuangan limbah harus berdekatan mutlak dengan lokasi
parkir. Hal ini dikarenakan agar memudahkan pengangkutan limbah oleh truk-truk
pengangkut sampah atau limbah. Pos satpam harus berdekatan dengan gerbang dan parkir
karena menggunakan tenaga kerja yang sama dalam penggunaan maupun pengaturannya.
Instalasi listik tidak memiliki hubungan yang penting dengan semua fasilitas, karena
instalasi listrik memiliki tegangan yang tinggi sehingga dapat membahayakan tenaga kerja
maupun fasilitas yang lain. Sehingga instalasi listrik harus diletakkan cukup jauh dari
jangkauan tenaga kerja maupun fasilitas.
51
1 Gazebo 1
0
7 I
2
2 Mushola 0 7 I
3
7 O 7 I
4
3 Lantai 1 A 4 O 7
5
7 A 4
I 6
E 4 I 7
4 Lantai 2 A 7 A 7 4
O
O
I
7
8
7 E 3 A 7 A
5 Lantai 3 A 5 O 3 A 7 O 3 A
9
7 7 10
6 Dapur 1
I 5 I 3 I E 3 0 11
A 5 O 5 I 7 A O 7 O 12
7 I 5 I 6 O 3 E 7 I 7 0
7 Dapur 2 5 5 7 7 O
13
I 5 I 6 O I E O
7 O 5 E 5 I 6 O 7 I 7 I 7 O 14
8 Kamar A 7 O 5 O 6 A 5 O 7 O 7 I 6
7 A 7 O 4 E 5 E 7 I 6 O 7 1
9 Kasir O I 6
2
I 7 A 7 O 7 E 7 7
A UO O I 7
3
10 Gudang 7
6
5
I
I
6
7
I 7
7
E 6 O 7 4
I
7 E 6 I 6 O 6 I 6 5
11 Aut dor 6 A 7 O 6 E 6 6
A
7 A 6 O 7 E 6 7
12 Taman I 7 O 7 I 7 8
7 I 7
O 7 9
13 WC I 7 O 7 10
7 I 7 11
14 Parkiran E 7 12
13
7
14
6.2 Area Allocation Diagram (AAD)
Area allocation diagram (AAD) perusahaan cafe SORALOKA dibuat berdasarkan
perhitungan luas lantai dan activity relationship diagram (ARD). Area allocation diagram
(AAD) merupakan suatu gambaran dari tata letak produksi yang sebenarnya dan membuat
alokasi dari departemen produksi serta departemen perkantoran. Tujuan dari proses ini
adalah merancang pengaturan yang efisien ruangan yang dibutuhkan oleh tiap kegiatan,
dalam satu kesatuan yang terpadu.
Luas lantai dapur cafe SORALOKA yaitu sebesar 20 m2. Ukuran panjang dan lebar
pada cafe SORALOKA yaitu 150 m dan 120 m. Luas lantai produksi cafe SORALOKA
terdiri dari luas lantai gudang bahan baku (receiving) sebesar 20 m2, kamar karyawan sebesar
20 m2. Luas lantai mesin terdiri dari luas lantai departemen kasir sebesar 20 m2, luas lantai
toilet sebesar 4 m2, luas lantai dapur 1 sebesar 150 m2,
52
Pembuatana area allocation diagram (AAD) untuk bagian perkantoran berdasarkan
activity relationship chart (ARC). Total luas lantai dapur 1 yang dibutuhkan adalah sebesar
150 m2 dengan allowance 100%, jadi luas lantai dapur 2 sebesar 20 m2. Allowance diberikan
dengan tujuan untuk area ruang gerak dari para tenaga kerja tidak langsung sehingga akan
memberikan rasa nyaman dan aman. Apabila tidak diberikan allowance, maka tidak ada
gang untuk para tenaga kerja tidak langsung sehingga mereka akan kesulitan untuk bergerak
dari satu tempat ke tempat lain. Ukuran luas lantai dapur 1 yaitu dengan panjang 10 m dan
lebar 15 m. Gambar 6.2 berikut ini merupakan area allocation diagram (AAD) pada cafe
SORALOKA.
Keterangan :
1. Gazebeo
2. Mushola
3. Lantai 1
4. Lantai 2
5. Lantai 3
6. Dapur 1
7. Dapur 2
8. Kamar
53
9. Kasir
10. Gudang
11. Aut dor
12. Taman
13. WC
14. Parkiran
54
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dalam simpulan, Tugas Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) memiliki tujuan
utama untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang, aliran
informasi, dan tata cara di Caffe Suraloka. Mahasiswa akan mempelajari langkah-
langkah perancangan tata letak, analisis biaya, manajemen organisasi, hingga proyeksi
investasi. Selain itu, tugas ini memberikan kegunaan seperti pembelajaran tentang
routing sheet, analisis luas lantai, ongkos penanganan material, serta perencanaan tata
letak fasilitas, semuanya diaplikasikan pada contoh perusahaan Caffe Suraloka.
Dalam rangka perancangan tata letak fasilitas untuk Café Suraloka, inisialisasi
dimulai dengan menentukan produk (makanan dan minuman) dan lokasi yang strategis.
Café Suraloka menargetkan pangsa pasar kaum milenial dengan beragam makanan dan
minuman yang terjangkau. Data permintaan dan peramalan produksi, bersama dengan
identifikasi komponen utama, tambahan, dan mesin, menjadi landasan untuk merancang
tata letak yang efisien. Peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah produksi,
membantu dalam perancangan tata letak fasilitas, dan memastikan aliran
material yang optimal.
7.2 Saran
Perhitungan biaya investasi awal untuk mendirikan Cafe Suraloka harus dilakukan
dengan cermat dan teliti. Proses ini melibatkan pertimbangan harga per unit, umur ekonomis,
nilai sisa, dan depresiasi untuk setiap aset yang dibutuhkan. Sementara itu, saran-saran di
atas dapat membantu meningkatkan akurasi perhitungan biaya dan mengidentifikasi faktor-
faktor risiko yang mungkin timbul. Analisis ROI akan membantu dalam mengevaluasi
sejauh mana investasi awal dapat memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang
55
diinginkan. Dengan demikian, perencanaan investasi yang matang akan mendukung
kesuksesan jangka panjang Cafe Suraloka.
56