Anda di halaman 1dari 10

Penanganan Kasus Darurat Guna Meningkatkan Mutu

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sehat Jaya

Disusun oleh :

1. SYABILLA SEPTINA ANGGRAINI (P17410231006)


2. TANIA RIZKI NABILA PUTRI (P17410231007)
3. FITRI WULANDARI (P17410231008)
4. DWI RATNA SARI (P17410231015)

1A

PROGRAM STUDI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang memiliki risiko antara


keselamatan dan kesejahteraan pasien. Meskipun ilmu kedokteran terus berkembang dan
teknologi medis yang telah semakin maju, risiko kejadian yang tidak diinginkan seperti
komplikasi, cedera, atau kematian pasien selalu ada. Dengan adanya undang-undang seperti
UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran, UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pasien memiliki hak untuk mengajukan
tuntutan hukum terhadap tenaga kesehatan. Oleh karena itu, puskesmas perlu mengembangkan
program yang menyeluruh untuk proses pelayanan kepada pasien untuk mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diinginkan, sehingga masyarakat masih tetap memiliki kepercayaan
terhadap kualitas puskesmas.

Puskesmas Sehat Jaya adalah pusat pelayanan kesehatan primer yang memiliki fungsi
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayahnya. Sebagai pusat
pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat, Puskesmas Sehat Jaya sering kali menjadi
tempat pertama yang dikunjungi oleh masyarakat yang membutuhkan bantuan medis dalam
situasi darurat. Namun, dalam menghadapi kasus darurat, terdapat beberapa tantangan yang
perlu diatasi agar pelayanan tetap berjalan optimal dan responsif terhadap kebutuhan pasien.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Puskesmas Sehat Jaya adalah kurangnya
keamanan pelayanan darurat yang apabila dibiarkan akan berpotensi terjadi cedera pada pasien.
Selain itu, puskesmas Sehat Jaya juga mengalami kurangnya koordinasi antar petugas medis.
Terkadang, informasi yang diberikan antar sesama petugas medis berbeda.

Tantangan yang dihadapi lainnya adalah, Puskesmas Sehat Jaya memiliki kekurangan
pada komunikasi. Komunikasi yang tidak selaras atau sejalan sering kali ditemui oleh sesama
petugas medis di Puskesmas Sehat Jaya. Pemberian pelayanan kepada pasien yang kurang
efisien membuat pasien enggan kembali, dan respons petugas medis yang diberikan juga lambat
dan tidak terintegrasi.

1
1.2 Tujuan

Puskesmas sehat jaya berusaha untuk menyajikan kualitas pelayanan yang lebih baik
dalam penanganan kasus gawat darurat serta berusaha untuk meningkatkan kesenjangan antara
pelayanan kesehatan yang diberikan, dengan fokus pada kekurangan yang dimiliki di
Puskesmas Sehat Jaya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metodologi

1. Judul : Menangani Kasus Darurat di Puskesmas Sehat Jaya

2. Latar Belakang :

Puskesmas Sehat Jaya berusaha meningkatkan mutu pelayanannya dalam mengatasi kasus
darurat. Kasus ini menyoroti beberapa tantangan yang mungkin dihadapi oleh pasien, penyedia
layanan, dan pengelola fasilitas kesehatan.

3. Peran:

a) Pasien (Nama: Dian Permata) :

Dian Permata datang ke Puskesmas Sehat Jaya dengan keluhan nyeri dada yang tiba-tiba. Ia
memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya dan mengharapkan pelayanan yang
cepat, aman, dan efektif. Perankan perasaan, kekhawatiran, dan kebutuhan sebagai pasien.

b) Penyedia Layanan (Nama: Dr. Adi Pratama) :

Dr. Adi Pratama adalah dokter yang bertanggung jawab untuk menangani Dian Permata. Ia
harus memberikan pelayanan darurat yang aman dan efektif. Perankan penilaian cepat,
komunikasi yang efektif, dan koordinasi tim medis.

c) Pengelola Fasilitas Kesehatan (Nama: Siti Rahayu) :

Siti Rahayu adalah pengelola fasilitas kesehatan di Puskesmas Sehat Jaya. Ia bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa fasilitas memiliki protokol keamanan untuk penanganan kasus
darurat, serta efisiensi proses pelayanan. Perankan keputusan pengelolaan fasilitas untuk
memastikan respons cepat dan terkoordinasi.

4. Situasi Simulasi :

Dian Permata mendatangi Puskesmas Sehat Jaya dengan gejala nyeri dada. Dr. Adi Pratama
harus segera mengevaluasi kondisinya dan memberikan perawatan darurat yang dibutuhkan.

3
Sementara itu, Siti Rahayu harus memastikan bahwa semua protokol keamanan diikuti dan
pelayanan berjalan efisien.

5. Diskusi :

Peserta diminta untuk berdiskusi mengenai keefektifan penanganan kasus darurat, keamanan
pasien, dan efisiensi proses pelayanan. Diskusi ini dapat menyoroti pentingnya pelatihan,
koordinasi tim, dan perencanaan yang baik dalam menghadapi kasus darurat di tingkat
puskesmas.

2.2 Langkah-langkah Praktikum

1. Bentuk Kelompok:

Bentuklah kelompok dalam kelas dengan jumlah anggota antara 4 – 5 mahasiswa

2. Identifikasi Dimensi Mutu:

Diskusikan bersama kelompok mengenai konsep mutu dan identifikasi bersama dimensi mutu
pada pelayanan kesehatan, termasuk keamanan, efektivitas, efisiensi, dan Keterjangkauan.
Diskusikan contoh kasus nyata yang dapat mencerminkan setiap dimensi.

3. Analisis Batasan Mutu:

Berdasarkan batasan mutu, identifikasi bersama dengan kelompok mengenai faktor-faktor


yang dapat membatasi mutu pelayanan kesehatan, seperti ketersediaan sumber daya, risiko
keselamatan pasien, dan aksesibilitas. Diskusikan potensi dampak negatif dan strategi untuk
mengatasinya.

4. Simulasi Evaluasi Pelayanan :

Buatlah situasi simulasi atau kasus studi mengenai pemberian pelayanan kesehatan dengan
berfokus pada dimensi mutu. Evaluasilah pelayanan dengan mempertimbangkan aspek
keamanan, efektivitas, efisiensi, dan Keterjangkauan.

5. Perancangan Inisiatif Peningkatan Mutu:

Berdasarkan hasil evaluasi, setiap kelompok untuk merancang inisiatif peningkatan mutu.

4
Ini dapat melibatkan pengembangan kebijakan, pelatihan untuk tenaga medis, atau
implementasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi. Diskusikan secara mendalam mengenai
dampak dan potensi keberhasilan inisiatif ini

6. Evaluasi:

Setelah praktikum, peserta diminta untuk menyusun laporan singkat yang mencakup hasil
identifikasi dimensi mutu, analisis batasan mutu, rekomendasi peningkatan mutu, dan hasil
survei kepuasan pelanggan.

2.3 Evaluasi Hasil


Evaluasi dari hasil diskusi kasus tersebut adalah:
1. Mengidentifikasi Dimensi Mutu: Evaluasi dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa
dimensi mutu dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Sehat Jaya, termasuk
keamanan, efektivitas, aksesibilitas, responsivitas, kesinambungan, dan keadilan. Setiap
dimensi tersebut dievaluasi untuk memahami sejauh mana pelayanan kesehatan di
puskesmas tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan.
2. Aspek Kepuasan Pelanggan: Hasil evaluasi memperhatikan aspek kepuasan pelanggan
dengan meninjau berbagai faktor yang memengaruhi kepuasan pasien, seperti kecepatan
pelayanan, keramahan petugas, kemudahan akses, kualitas diagnosis dan pengobatan,
serta kemampuan puskesmas dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pasien secara
menyeluruh.

2.4 Pembahasan

1. Dian permata (Pasien) : sebagai pasien, dian permata harus mendapatkan haknya yaitu
mendapatkan pelayanan yang terbaik dari siti rahayu sebagai pengelola fasyankes dan
dari Dr. Adi Pratama sebagai penyedia layanan. Namun sebagai pasien, Dian Permata
harus tetap tenang dan kooperatif, serta memberikan informasi yang akurat terkait gejala
yang dialaminya dan memberikan riwayat medis yang lengkap seperti obat-obatan,
riwayat alergi, dan penyakit kronis. Dian Permata juga harus menjalankan
kewajibannya yaitu mengikuti juga mematuhi instruksi dari Dr. Adi Pratama, termasuk
menjalani pemeriksaan fisik dan tes yang diperlukan.
2. Dr. Adi Pratama (Penyedia layanan): sebagai penyedia layanan, Dr. Adi Pratama harus
menjalankan kewajibannya yaitu segera memberikan pelayanan darurat sesuai standar
medis yang berlaku, hal ini pastinya memerlukan koordinasi antara tim medis lain.
5
Selain itu Dr. Adi Pratama harus menyampaikan instruksi yang jelas kepada Dian
Permata serta memberikan perawatan yang sesuai dengan gejala yang dialami, dalam
hal ini nyeri dada.
3. Siti Rahayu (Pengelola fasyankes) : sebagai pengelola fasyankes, siti rahayu harus
menjalankan tugasnya dengan cepat dan efisien, kasus darurat yang dialami oleh Dian
Permata memerlukan respons penanganan yang cepat dan tepat, namun Siti Rahayu juga
harus memastikan protokol keamanan yang ketat, berjalan dengan efisien, dan
memastikan penggunaan sumber daya yang optimal dan mengkoordinasikan antara tim
medis yang terlibat dalam perawatan Dian Permata.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kasus tersebut adalah:

1. Prioritaskan Keselamatan Pasien: Kesehatan dan keselamatan pasien harus menjadi


prioritas utama dalam setiap situasi. Dr. Adi Pratama harus segera mengevaluasi dan
menangani kondisi Dian Permata dengan cepat dan tepat. Setiap tindakan yang diambil
harus memperhitungkan risiko dan manfaatnya untuk pasien.
2. Komitmen terhadap Protokol Keamanan: Siti Rahayu dan tim medis harus memastikan
bahwa semua protokol keamanan telah diikuti dengan ketat. Hal ini mencakup sterilisasi
peralatan, pengendalian infeksi, dan langkah-langkah kebersihan lainnya untuk
mencegah penyebaran penyakit dan memastikan lingkungan yang aman bagi pasien dan
staf.
3. Kerja sama Tim: Kolaborasi antara dokter dan staf medis lainnya sangat penting dalam
situasi darurat seperti ini. Efektivitas pelayanan kesehatan tergantung pada kemampuan
tim untuk bekerja sama secara sinergis dalam menangani pasien dan menyediakan
perawatan yang dibutuhkan dengan efisien.
4. Pentingnya Pengetahuan dan Keterampilan Klinis: Dokter seperti Dr. Adi Pratama perlu
memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis yang memadai untuk mengenali dan
menangani kondisi darurat seperti nyeri dada. Pelatihan dan pengembangan terus-
menerus dalam bidang medis sangatlah penting untuk memastikan bahwa dokter dapat
memberikan perawatan yang optimal kepada pasien.
5. Komunikasi yang Jelas dan Efektif: Komunikasi yang jelas dan efektif antara semua
pihak terlibat, termasuk pasien, dokter, dan staf medis lainnya, sangat penting untuk
memastikan bahwa informasi yang diperlukan dapat disampaikan dengan baik dan
keputusan perawatan dapat diambil secara tepat waktu.

6
6. Siaga dan Responsif: Pusat kesehatan seperti Puskesmas Sehat Jaya harus siaga dan
responsif terhadap kebutuhan darurat pasien. Persiapan yang matang dan tanggap
terhadap situasi darurat dapat membantu menyelamatkan nyawa dan mengurangi risiko
komplikasi yang tidak diinginkan

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dimensi mutu sangat diperlukan dalam kasus ini, karena dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien meningkat, sehingga dalam memperoleh layanan
juga efektivitas pada sistem kesehatan meningkat secara menyeluruh.

3.2 Saran dan Rekomendasi

Saran dan rekomendasi dari kelompok kami dalam kasus ini yaitu:

1. Responsiveness (Daya Tanggap) : Dr. Adi Pratama harus segera menganalisis kondisi Dian
Permata dan memberikan perawatan darurat yang dibutuhkan sesuai dengan keadaannya.

2. Safety (Keamanan) : Siti Rahayu perlu menjamin bahwa semua protokol keamanan telah
diikuti agar terhindar dari risiko cedera dan keselamatan pasien serta staf medis telah terjamin
dengan aman.

3. Efficiency (Efisiensi) : Siti Rahayu juga perlu menjamin bahwa pelayanan kesehatan telah
berjalan efisien, sehingga waktu penanganan pasien bisa optimal tanpa mengorbankan kualitas
perawatan.

4. Effectiveness (Efektivitas) : Dr. Adi Pratama harus memberikan perawatan yang efektif
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, dalam hal ini Dian Permata dengan gejala nyeri
dada.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ruly dan Nurul (2020). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MUTU PELAYANAN 2.1.1
DEFINISI MUTU PELAYANAN. Surabaya:https://repository.stikes-yrsds.ac.id

Astuti, Neli Puji (2018). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.MUTU PELAYANAN


KESEHATAN. Purwokerto:https://repository.ump.ac.id

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Manajemen Puskesmas.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. (2018). Standar Pelayanan Minimal Puskesmas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Rencana Aksi Nasional Peningkatan
Pelayanan Gawat Darurat Medis 2019-2024. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Adisasmita, A., Hidayat, A. A., & Prawira, Y. S. (2018). Kebijakan dan Pengaturan
Pelayanan Gawat Darurat di Indonesia. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2),
87-95.

Sutoto, S. (2019). Penanganan Kasus Darurat di Puskesmas. Nuha Medika.

Sultan, A. J., & Vithalani, N. (2018). Tantangan dalam Pelayanan Gawat Darurat di
Indonesia: Skenario Saat Ini dan Prospek di Masa Depan. Jurnal Gawat Darurat,
11(1), 1-6.

Anda mungkin juga menyukai