Anda di halaman 1dari 4

Ombak Samudra

Pagi itu saat Aura sedang membersihkan barangnya Aura menemukan sebuah
harta karun, yang tak lain foto-foto dan barang Aura saat masih SMA di kampung
dulu. Di dalam foto tersebut terlihat Aura Bersama dua teman dekat nya dulu saat
SMA yaitu Adam dan Fajar. Dulu mereka sangat dekat, mereka bertiga bahkan
pernah liburan bersama. Jujur saja Aura tentu penasaran dengan kabar mereka
sekarang.

Saat Aura sedang mengerjakan laporan keuangan kantornya, ia melupakan


sesuatu di rumahnya. Saat kembali ke rumah, ia melihat kotak harta karun yang ia
buka kemarin. Aura seperti terpanggil untuk membuka nya lagi, saat membuka nya
Aura melihat tiket pameran seni itu. Aura langsung teringat dia lagi rasa sakit dan
penyesalannya masih Aura rasakan hingga sekarang. Tiket pameran seni tersebut
berjudul “ombak Samudra”.

Minggu depan Aura akan berumur 17 tahun. Sore itu saat Aura masih di sekolah
Aura memutuskan Kembali ke rumah karena ia sedang tak ingin ikut rapat dari
ketua kelas. Ketua kelas itu adalah Adam dan Aura adalah wakilnya. “Fajar kamu
ikut rapat gk?” tanya Aura ke Fajar “kalau Lo ikut gua juga ikut” ucap Fajar. Aura
menyukai Fajar dari awal mos, waktu awal mos Fajar lah yang menolong nya saat
ban motor milik ojek yang ia tumpangi bocor. Setelah itu Fajar juga yang
menolongnya saat Aura akan terkena bola voli pas jam olahraga. Aura merasa
Fajar lah sang penolongnya.

Fajar mengajak Aura keliling dulu sebelum pulang. “Aura lihat kesini” cekrek,
suara camera terdengar Fajar sedang mengambil foto Aura yang lagi menunggu
Fajar mengambil foto di sekitaran Sungai. Fajar punya hobi foto pemandangan.
“Asik banget nih gua liat-liat yang bolos rapat foto-foto di pinggir Sungai” itu
Adam, “sinilah dam turun kebawah” teriak Aura ke Adam. “Eh gua juga bawa
camera ayok foto bareng” ajak Adam. “sejak kapan lu punya camera dam?” heran
Aura dan Fajar. “Punya adik gua nih ketinggalan di motor gua, eh kalian coba
duduk di batu itu, gw pengen foto kalian nanti bakal gua lukis” suruh Adam.
Hari itu Aura, Adam, dan Fajar melewati hari-harinya dengan Bersama-sama.
Aura bisa kenal Adam itu saat hari kedua mos, Adam yang pertama kali
mengajaknya berbicara dengan sifat cerianya Aura mereka bisa akrab dengan
cepat. Ternyata Adam juga mengenal Fajar dan begitulah mereka bertiga bisa
berteman dekat. Apalagi adik dari Adam juga kenal dekat dengan Aura. Semuanya
seperti mereka di takdirkan untuk saling mengenal satu sama lain.

Sepulang dari mereka bertiga main Aura begitu percaya dengan perasaannya
bahwa Fajar menyukainya juga, Aura tipe orang yang tidak suka menunggu, Aura
mengambil tekad akan mengungkapkan peraaan nya ke Fajar sehari setelah ulang
tahun Aura. Itu akan menjadi hadiah untuk dirnya sendiri.

Tepat hari ini ulang tahun Aura dan hari libur nasional mereka bertiga akan
pergi ke kota untuk liburan bersama keluarganya Adam. Di saat perjalanan ke kota
Aura melihat banyak hal yang indah, salah satunya pantai pasir putih dengan
gulungan ombak yang indah bersatu dengan senja.
Sesaat sebelum matahari terbenam, mereka semua telah sampai ke penginapan.
Penginapan tersebut berada pas di samping pantai, Aura begitu senang. “Wah
cantik sekali pemandangannya” kagum Aura. “iya nih, indah banget” ucap fajar.
Mereka berdua berbincang-bincang sambil melihat matahari terbenam. “kalian di
cariin ayok makan” panggil Adam ke fajar dan Aura.

Saat masuk ke ruangan makan, Aura bisa melihat sebuah kue coklat dengan
hiasan bunga. “selamat ulang tahun Aura” ucap semua orang yang berada didalam
ruangan. “makasihh” ucap Aura dengan perasaan bahagia. Setelah itu, Aura
meniup lilin dan memotong kue. Hari itu, Aura habiskan waktunya bercanda dan
bermain di pantai bersama yang lain.

Tibalah hari dimana Aura akan mengungkapkan perasaannya ke fajar. Aura


telah mengajak fajar untuk berbincang ke teras belakang penginapan, Di sanalah
Aura akan mengatakan semua yang ingin ia sampaikan. “Fajar, aku tak begitu
paham definisi cinta, tapi semenjak mengenalmu, aku jadi tak tertarik kepada yang
lain” ucap Aura ke Fajar dengan sedikit gugup. Fajar mengerti maksud dari
perkataan Aura, “tapi, maaf Aura kita cuman berteman dan juga kamu udah aku
anggap adik” ungkap fajar dengan jujur. Aura bingung sekaligus sedih, Aura
memutuskan untuk pergi dari sana dan meminta fajar melupakan perkataannya.

Aura memutuskan jalan di pesisir Pantai mendengarkan suara ombak sambil


meneretapi nasib nya Aura bertekad untuk tidak mengeluarkan air matanya begitu
saja untuk Fajar, Aura berusaha paham akan situasi ini. “gw gk pantas di cintai yh?
Kenapa selalu berakhir seperti ini” ucap Aura dengan perasaan sedih. “siapa bilang
lo gk pantas di cintai?” itu Adam, Aura sangat kaget. “Ha?, sejak kapan Lo
disini?” tanya Aura ke Adam. “Udah daritadi sih gw emang suka di sini, tiap sore
gw suka duduk sambil liatin gedung itu” Adam menunjuk sebuah gedung. “orang
tua gw, nyuruh gw buat ngurus gedung itu karena bakal jadi punya gw” ucap
Adam penuh semangat. Aura menyadari untuk apa dia terus berlarut di perasaan
sedih nya, ia akan mencoba melupakan Fajar semampunya. “rencananya lo mau
ngapain itu gedung” tanya Aura. “kayak nya sih bakal gw buat jadi pameran seni
gw” jawab Adam.

2 tahun setelah kejadian di pantai, saat Aura mengerjakan tugas kuliahnya.


Seorang satpam datang menghampirinya, “neng aura ya?” tanya bapak itu. Satpam
itu memberikannya sebuah kertas yang mana saat Aura membukanya, kertas coklat
bercorak biru tersebut berisi undangan dan tiket pameran seni yang berjudul
ombak samudra. Ia heran mengapa ia diundang ke sebuah pameran seni. Jujur
saja Aura tak terlalu tertarik soal seni, tapi karena rasa penasarannya lebih besar ia
memutuskan mendatangi tempat tersebut yang berlokasi cukup jauh dari tempatnya
sekarang. Saat sampai, Aura merasa familiar dengan gedung yang di pakai untuk
pameran seni tersebut.

Di saat aura memasuki pameran seni itu dia terkagum melihat karya lukisan laut
dan kehangatan persahabatan ia merasa tak asing dengan lukisan tersebut. Aura
melangkah lagi dia mengarah ke sebuah ruangan khusus saat ingin memasuki Aura
di mintai sebuah undangan. Aura mengeluarkan kartu undangan yang ia terima dari
dalam kertas dan saat itu staff yg mengecek undangannya mengucapkan selamat
datang.
Saat masuk ke ruangan itu, betapa terkejut nya Aura melihat video yang di putar
oleh proyektor tentang ungkapan perasaan Adam untuk dirinya. Tertulis di video,
menjelaskan bahwa karyanya Adam adalah cara untuk mengungkapkan
perasaannya pada Aura. Setiap lukisan menceritakan tentang keunikan Aura dan
cintanya yang tulus. Aura merasa terharu dan bersyukur bahwa seseorang melihat
keindahan dalam dirinya.

Perasaan Aura terhadap fajar masih sedikit ada, tetapi melalui pameran seni
Adam, dia mulai melihat cinta dari sudut pandang yang berbeda. Adam memahami
dan menghargai keunikannya, sesuatu yang mungkin tak pernah dia sadari bersama
orang lain. “Hai Aura makasih sudah hadir di pameran seni ini, aku mungkin tak
bisa menyampaikan ini secara langsung. Aku akan selalu mencintaimu apa adanya
kau pantas untuk dicintai. aku masi selalu mengigat suara deburan ombak saat kita
berbincang di Pantai itu” Aura menyadari dia bukan berada di pameran seni biasa
ini sebuah karya memorial tentang Adam yang telah tiada. Tertulis di pojok kanan
bawah video, ombak samudra abadi mengenang Adam Arsalan.

Air mata Aura mengalir seiring video ke dua di proyektor terputar, terlihat
Adam sedang melukis di sebuah kamar rumah sakit ia sedang melukis Aura. Adam
juga bercerita bahwa dialah yang menyuruh Fajar buat menolong Aura, saat ban
motor milik ojek Aura bocor karena dia malu. Ternyata Adam sudah lama
mengenal Aura dari adik nya Wulan. Saat akan kena bola voli Fajar lah yang
menolongnya karena sekali lagi di suruh oleh Adam, setelah itu bola voli yang
sedang di mainkan di sita oleh Adam karena takut melukai Aura dan orang lain.
sungguh Aura sangat menyesal tak pernah menyadari hal ini dari lama. Aura akan
terus mengigat Adam orang yang paling mencintainya dengan tulus. Di akhir video
Adam mengatakan, “jika aku bisa, aku ingin melihat mu lagi dan berbincang di
pinggir pantai sambil mendengarkan deburan ombak untuk terakhir kalinya Aura”.

Karya: Naura nabila

Anda mungkin juga menyukai