Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN YURIDIS DAN EKONOMI TERHADAP SEMUA BANK DI

INDONESIA YANG BERALIH MENJADI BANK SYARIAH

MAKALAH

Oleh:

ZAKY ZHAFRAN KING MADA

No. Mahasiswa: 2006616524

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
2021
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tinjauan Yuridis dan Ekonomi terhadap semua bank di Indonesia
yang beralih menjadi bank syariah. Penelitian ini untuk mengetahui dampak apa yang akan
timbul jika semua bank di Indonesia menjadi bank syariah dan apakah hal tersebut dapat
diterapkan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang bersifat yuridis
normatif, yaitu penelitian yang mengutamakan pendekatan ataupun penelitian kepustakaan
dan juga dari dokumen-dokumen dan juga bahan-bahan dari berbagai data skunder,yakni
dengan mengkaji peraturan-peraturan dari bahan hukum yang diperoleh juga dari hasil
penelitian para ahli hukum, buku-buku, makalah, jurnal yang berkaitan dengan masalah
Dampak Perekonomian Bank Syariah dan juga untuk mengetahui apakah dapat diterapkan
di Indonesia. Hasil penelitian normatif dalam penulisan ini bahwa, Dampak yang akan
terjadi jika semua bank menjadi bank syariah adalah pemerataan ekonomi di Indonesia.
Bank syariah tidak hanya Profit oriented berbasis islam tetapi juga menjadi agen sosial di
masyarakat dengan tugas membantu pemerintah dalam hal pengelolaan sumber-sumber
pemasukan ke negara dalam menanggulangi tingkat kemiskinan. Penerapan semua bank
menjadi bank syariah saat ini belum dapat diterapkan karena Konsep keuangan bank
konvensional cenderung semarak pada sektor keuangan, sedangkan konsep keuangan bank
syariah lebih menekankan peredaran uang di sektor riil.

Kata Kunci: Dampak, Bank Syariah, Pemerataan.


BAB I

A. LATAR BELAKANG

Perbankan merupakan inti dari keuangan pada setiap negara, bank merupakan
sebuah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan
pemerintahan, swasta maupun perorangan yang menyimpan dananya baik melalui
kegiatan perkreditan, jasa yang dapat diberikan, melayani kebutuhan pembiayaan
serta melancarkan mekanisme sistem pembangunan di berbagai sektor
perekonomian.1 Dengan memberikan kredit kepada sektor perekonomian, bank dapat
melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Bank merupakan
supplier dari sebagian besar uang yang beredar dengan digunakan sebagai alat tukar,
sehingga mekanisme kebijaksanaan moneter dapat berjalan. Maka dari itu bank
merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan
kegiatan perekonomian dan perdagangan.2
Di dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pengertian
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup orang banyak. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak
mengatur secara spesifik mengenai Bank Syariah, yang ada hanyalah Unit Usaha
Syariah. Maka dari itu terdapat Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah Pasal 1 ayat (1) Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Selanjutnya di dalam pasal 1 ayat (7) Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

1
Moh. Ali Wafa, “Hukum Perbankan dalam Sistem Operasional Bank Konvensional dan Bank Syariah”,
Jurnal Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, No. 2 Vol 16, Tahun 2017,
hlm. 1.
2
Ibid, hlm.2.
Di dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
disebutkan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Perbankan sebagai salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam
penyelaras dan penyeimbang trilogi pembangunan. Peran strategis tersebut terutama
disebabkan oleh fungsi utama bank yaitu sebagai suatu wahana yang menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, dengan berasaskan
demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
untuk meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.3
Memperhatikan peranan lembaga perbankan yang strategis dalam mencapai
pembangunan nasional, maka dari itu terhadap lembaga perbankan perlu senantiasa
terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif dengan didasari oleh landasan
gerak yang kokoh agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara
efisien, sehat, wajar, dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat
global, mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepada bank
syariah, serta mampu menyalurkan dana tersebut ke dalam bidang-bidang yang
produktif bagi pencapaian pembangunan.4
Bank memainkan suatu peranan yang menentukan pengalokasian sumber-
sumber keuangan yang tersedia di dalam masyarakat. Namun dengan melihat
kenyataan yang ada, dalam perekonomian global saat ini terdapat dual system dalam
perekonomian, yaitu ekonomi syariah dan ekonomi konvensional yang sudah sejak
lama kita kenal. Demikian pula dalam penerapan sistem ekonomi pada lembaga-
lembaga keuangan seperti perbankan maupun lembaga keuangan lainnya, oleh sebab
itu lahir istilah perbankan syariah dan perbankan konvensional. Perbedaan keduanya
terletak pada philosophy of economics, bukan pada science of economics, philosophy

3
Fahrial, “Peranan Bank dalam Pembangunan Ekonomi Nasional”, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Riau No. 1 Vol. 1. Tahun 2018, hlm.4.
4
Ibid.
of economics memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batasan-
batasan syariah, sedangkan science of economics berisi alat-alat analisis ekonomi
yang dapat digunakan.5 Yang menjadi tujuan adanya bank syariah adalah dengan
menghindari suatu riba, karena pada bank konvensional syarats sekali dengan adanya
suatu riba. Penafsiran mengenai riba yang berpendapat bahwa bunga perbankan yang
terdapat di dalam bank konvensional adalah riba telah menimbulkan kebutuhan
masyarakat mengenai perlunya didirikan lembaga-lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya berdasarkan selain bunga. Dalam hubungan ini, perbankan syariah
merupakan pengganti dari sistem perbankan barat (konvensional) yang dianggap
modern tersebut. Praktik-praktik perbankan syariah harus dilaksanakan dengan
menggunakan intrumen-instrumen keuangan yang bertumpu pada asas pembagian
keuntungan dan kerugian bukan pada bunga.6
Bank syariah memiliki tujuan yang berbeda dengan bank konvensional, bank
syariah merupakan bank yang berlandaskan syariah dan moral memiliki tujuan yang
bukan hanya mencapai keuntungan semata akan tetapi juga memiliki tujuan sosial
dan spiritual (maqhasid syariah). Selanjutnya mengenai maqhasid syariah atau
tujuan syariah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi ummat. Oleh
karenanya penyusunan rencana bisnis Bank Syariah harus dilandasi dengan prinsip
bisnis yang berkelanjutan dan mendasarkan pada keseimbangan duniawi dengan
terciptanya kesejahteraan.7
Akhir-akhir ini terdapat 3 bank syariah yang di merger, yaitu Bank Mandiri
Syariah, BRI Syariah, dan BNI Syariah. Ketiga anak perusahaan dari Bank BUMN
ini di merger dan mulai resmi pada tanggal 1 Februari tahun 2021. Ketiga bank
syariah ini menjadi satu yakni menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Otoritas Jasa
Keuangan telah menerbitkan izin untuk BSI sebagai suatu entitas baru.

5
Adiwarman A. Karim, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, edisi keempat, Rajawali Pers, Jakarta.
2010, hlm. 60.
6
Sutan Remy Syahdeni, “Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia”,
Cet, Pertama, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, tahun 1999, hlm. 19.
7
Abdul Hamid dan Aris, “Peran Bank Syariah dalam Mengurangi Kemiskinan” Jurnal Syariah dan Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum STAIN Parepare, No. 1 Vol. 15, Tahun 2017, hlm. 3.
Industri keuangan syariah saat ini cukup menjanjikan di masa depan. Hal ini tentu
saja bisa terjadi jika adanya sinergi antara pemegang kebijakan dan juga kesadaran
masyarakat terhadap transaksi halal berbasis syariah yang terus ditegakkan dalam
prinsip ekonomi. Adanya peningkatan yang signifikan beberapa tahun terakhir
terhadap produk dan layanan berbasis syariah di Indonesia membuat pemerintah
mencermati hal ini sebagai sebuah momen penting dalam tonggak perekonomian
syariah di Indonesia. Sikap optimis inilah yang membuat pemerintah akhirnya
menggabungkan 3 daftar bank syariah besar besutan BUMN. Bank Syariah Indonesia
akan jadi bank syariah terbesar di Indonesia dengan total asset Rp239.56 triliun.
Tentu hal ini merupakan awal yang baik bagi Indonesia menerapkan system ekonomi
syariah untuk kedepannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana dampak yang akan terjadi terhadap perekonomian Indonesia jika
semua bank menjadi bank syariah?
2. Apakah dapat diterapkan di Indonesia jika semua bank menjadi bank syariah?

C. METODE PENELITIAN
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian di dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif.
2. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis normative. Ditelaah secara metodelogis melalui pendekatan sistem norma
baik doktrin hukum maupun perundang-undangan yang berlaku, sebagai
kegiatan yang mendasar dalam penelitian hukum.
3. Objek Penelitian
Obyek penelitian yang menjadi pusat kajian dalam kegiatan ilmiah ini adalah:
a. Penerapan hukum dan ekonomi terhadap semua bank yang beralih menjadi
bank syariah
b. Peningkatan ekonomi bank syariah
4. Data Penelitian
Data penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berbentuk bahan hukum, yakni: pertama, bahan hukum primer berupa peraturan
perundang-undangan, putusan pengadilan, maupun dokumen resmi negara.
Kedua, bahan hukum sekunder yaitu hasil karya ilmiah, buku, jurnal, doktrin
hukum, makalah, atau naskah akademik. Ketiga, bahan nonhukum atau bahan
hukum tersier yang relevan dan berkontribusi dalam penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara
library reseach yakni teknik pengumpulan bahan hukum melalui sumber
kepustakaan.
6. Teknik Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang digunakan antara lain melalui studi kepustakaan
yakni menelaah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier yang berkaitan dengan pokok penelitian. Bahan-bahan hukum yang telah
diperoleh tersebut, kemudian diproses dengan cara identifikasi, klasifikasi,
sistematis dan analisis
7. .Analisis
Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan yakni yuridis normatif, maka
strategi atau pendekatan yang digunakan dalam menganalisa data adalah metode
analisis kualitatif.

D. SISTEMATIKA PENELITIAN
Agar dapat memberikan menyeluuruh mengenai makalah ini, oleh karena itu
dibuatlah sistematika penulisan makalah yang terangkum sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai Latar Belakang
Masalah, dilanjutkan dengan Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penelitian.

BAB II : PEMBAHASAN. Bab ini menjelaskan mengenai pengertian


bank syariah dan konvensional, apa dampak ekonomi yang akan timbul jika
semua bank di Indonesia menjadi Bank syariah, dan apakah hal tersebut dapat di
terapkan di Indonesia.

BAB III : PENUTUP. Bab ini merupakan BAB terakhir dalam penelitian
di makalah ini yang berisi kesimpulan.
BAB II

A. PEMBAHASAN

1. DAMPAK BANK SYARIAH TERHADAP PEREKONOMIAN

Ekonomi syariah merupakan salah satu sistem ekonomi yang dianut beberapa Negara
di dunia. Salah satunya adalah Indonesia, beberapa konsep ekonomi syariah mulai
berkembang di Indonesia. Mulai dari perbankan, asuransi, hingga gadai sudah memasuki
babak perkembangan sistem, dimana pada awalnya hanya berorientasi kepada prinsip
konvensional menuju sistem perbankan syariah yang bersumber dari prinsip-prinsip
islam. Ekonomi syariah merupakan suatu kumpulan norma hukum yang bersumber dari
Al- Qur’an dan Hadits yang mengatur urusan perekonomian ummat manusia.8

Prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam Al-Quran dan Hadis telah diimplementasikan


dalam perbankan syariah. Implementasi baru sebagian karena bank syariah dalam
operasionalnya masih dibatasi oleh peraturan Bank Indonesia dan peraturan /perundang-
undangan yang berlaku,misalnya prinsip mudharabah, prinsip Bai’ Salam, prinsip Wadi’ah,
prinsip Musyarakah, prinsip (Ijarah). Bank syariah dalam pelaksanaan pengoprasiannya
tidak semata-mata berdasarkan pada prinsip bagi hasil, tetapi lebih ditentukan pihak nasabah
memilih produk perbankan yang mana yang diinginkan, karena lain produk jasa lain pula
sistemnya hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.9

Masih adanya kekurang tegasan pendapat sebagian ulama di Indonesia, di antaranya


sebagai berikut: Pertama, Kurang komprehensif informasi yang sampai kepada para ulama
dan cendikiawan tentang bahaya dan dampak destruktif sistem bunga, terutama pada saat
krisis moneter dan ekonomi dilanda kelesuan. Hal ini tepat seperti yang ditegaskan kaidah
fiqhiyah, “hukum terhadap sesuatu hal merupakan bagian yang tidak terpisah dari cara

8
Zainudin Ali, “Hukum Perbankan Syariah”, Sinar Grafika, Jakarta. Tahun 2009, hlm. 4.
9
Safarudin Munthe, “Implementasi Prinsip Ekonomi Syariah dalam Peraturan Perbankan Syariah sebagai
Pencapaian dalam Hukum Islam” Jurnal Advokasi, STAI Jamiyah Mahmudiyah, No. 1 Vol 5, Tahun 2017.
Hlm. 1.
pandang dan informasi yang sampai kepada si pemberi hukum” Kedua, Nash-nash Al-Qur’an
dan Sunnah Nabawiyah yang berkaitan dengan riba cenderung kurang dipahami secara
komprehensif. Hal ini dapat dilihat, tahapan- tahapan pelarangan riba, arahan Rasulullah
terhadap praktik bisnis dan simpan pinjam. Ketiga, Belum berkembang luasnya lembaga
keuangan syariah sehingga ulama dalam posisi yang sulit untuk melarang transaksi keuangan
konvensional yang demikian luas itu.10

Dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia, peran dan kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah sangat dibutuhkan dengan pengoptimalan dan pemberdayaan bank syariah
sebagai agen perubahan pola pikir masyarakat, Pola pikir yang dimaksud disini yaitu
memberikan pemahaman kepada para pelaku bisnis dan masyarakat pada umumnya tentang
keberadaan dari ekonomi berkesadaran teologis. Pemerintah dalam hal ini memberikan
kebijakan tentang fungsi,tugas dan tujuan bank syariah tidak hanya Profit oriented berbasis
islam tetapi juga menjadi agen sosial di masyarakat dengan tugas membantu pemerintah
dalam hal pengelolaan sumber-sumber pemasukan ke negara dalam menanggulangi tingkat
kemiskinan.11 Diantaranya adalah melalui pemberdayaan zakat profesi dengan menyalurkan
dana kepada usaha kecil yang membutuhkan dana. Oleh karena itu segmentasi pasar utama
dari keberadaan bank syariah adalah memberdayakan masyarakat kecil dengan tidak
mengabaikan pasar yang lebih besar dengan tujuan untuk mensosialisasikan ekonomi
berkeadilan kepada segmen pasar yang lebih besar dalam hal ini adalah pengusaha menengah
atas.12 Konsep dan tujuan Bank Syariah disamping profit orientied adalah untuk
mendapatkan keutungan, namun dibalik itu terdapat nilai-nilai yang harus dikedepankan
yaitu keadilan dan kejujuran dalam rangka mencapai tujuan yaitu kesejahteraan umat melalui
cara-cara yang halal. Keberhasilan suatu bank syariah dapat dilihat jika berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan masyarakat pada lapisan mikro. Prinsip pokok Bank Syariah
adalah sama-sama untung tapi juga sama-sama rugi.

Perkembangan bank syariah menunjukkan fungsinya sebagai lembaga intermediasi

10
Muhammad Syafi’i Antonio, “Islamic Banking, Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta.
Tahun 2001, hlm. 10-11.
11
Abdul Hamid dan Aris, Op. Cit. hlm. 10
12
Ibid. hlm. 11.
antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak yang
kekurangan dana (lack of fund) berjalan baik, sehingga hal tersebut mampu mensinergikan
sektor keuangan dan sektor riil. Mediasi keuangan pada sektor perbankan sangat penting
bagi perkembangan sektor riil dalam perkonomian setiap negara. Indonesia menerapkan
sistem perbankan ganda atau dual banking system dimana terdapat dua jenis usaha bank yaitu
bank syariah dan bank konvensional. Perbedaan prinsip keduanya, menuntut kebijakan yang
berbeda yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Pada bank syariah tidak mengenal sistem
bunga, profit bersumber dari bagi hasil (profil and loss sharing) atau revenue sharing dengan
pelaku usaha dan pemilik dana (shahibul mall) yang membiayai investasi termasuk bank
syariah sendiri.13

Keberhasilan fungsi intermediasi sektor keuangan dan perbankan tentu berkaitan


dengan efisiensi pada perekonomian. Semakin baik tingkat intermediasi suatu perbankan
dari pengumpulan dan penyaluran dananya maka perekonomian suatu negara akan
berkembang lebih cepat. Sektor keuangan terpengaruh oleh kebijakan pemerintah serta
kondisi ekonomi makro maupun mikro. Faktor makro ekonomi dan struktur keuangan suatu
negara untuk mengetahui kinerja internal bank, digunakan variabel karakteristik bank yang
di dalamnya berisi size, rasio-rasio keuangan bank mulai dari total pembiayaan, permodalan,
aktivitas bank serta aktiva produktifnya. Bank umum terdapat unsur risiko dan keuntungan
dari bunga. Selain itu terdapat suatu hal yang unik bahwa inflasi justru berpengaruh positip
terhadap profitabilitas bank dengan syarat bank mampu menaikkan tingkat bunganya lebih
cepat daripada biaya yang timbul akibat inflasi.14 Terdapat pertentangan dari hal tersebut
yaitu semua variabel makro ekonomi berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Dengan
asumsi bahwa Bank Syariah melakukan usaha dengan tidak menggunakan prinsip bunga dan
lebih ke arah investasi riil dengan model bagi hasil. Dengan lesunya ekonomi karena inflasi
serta pertumbuhan GDP suatu Negara akan berakibat pada semakin meningkatnya risiko dan
juga profit Bank Syariah dari investasi.15

13
Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit. hlm. 137-145.
14
A Demirguc-Kunt, H Huizinga, “Determinants of commercial bank interest margins and profitability: some
international evidence” 1998.
15
Imam Asngari, “Pengaruh Kondisi Ekonomi Makro dan Karakteristik Bank Terhadap Efisiensi Industri
Perbankan Syariah di Indonesia” Jurnal Ekonomi Pembangunan, No. 2 Vol 11. Tahun 2013, hlm. 93.
2. PENERAPAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

Prinsip syariah di dalam Bank Syariah merupakan prinsip hukum Islam yang
didasarkan kepada fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan di bidang syariah. Lembaga yang berwenang itu adalah Majelis Ulama Indonesia
(MUI), sedangkan pelaksanaan selama ini dilakukan oleh DSN-MUI.16 Berbeda dengan
Undang-Undang Perbankan pengaturan yang menyangkut asas ini, lebih menekankan pada
frasa "berasaskan prinsip syariah". Hal ini sesuai dengan karakteristik dari perbankan
syariah17 Karakteristik Bank Syariah yang utama adalah adanya pelarangan riba dalam
bentuk kegiatan apa pun. Dalam Bank Syariah tidak mengenal time value of money,
perlakuan uang dalam bentuk bank Syariah hanya diperlakukan hanya sebagai alat
pembayaran dan tidak diperkenankan sebagai alat komoditi atau untuk diperdagankan.
Oleh karena itu, Bank Syariah tidak pernah menghitung nilai dengan adanya perubahan
waktu yang akan datang. Transaksi-transaksi yang dijalankan Bank Syariah, juga tidak
diperkenankan untuk mengandung unsur spekulatif.

Perbankan konvesional bergerak disektor moneter, karena fungsi bank sebagai


penghubung pihak yang kelebihan dana dari pihak yang kekurangan dana serta bank
mengambil keuntuntungan dari seluruh beban yang dibayar kepada para deposan dengan
pendapatan yang diterima dari debitur berkaitan dengan perdagangan uang. Hal ini berbeda
dengan Bank Syariah, karena Bank Syariah tidak diperkenankan memperdagangkan uang,
uang semata-mata hanya sebagai alat pembayaran saja. Bilamana ditelaah lebih mendalam
tentang dan pola kerjanya, Bank Syariah banyak bergerak pada sektor riil, dibandingkan
dengan sektor moneter, sebagian besar penyaluran dana dilakukan oleh Bank Syariah
menggerakkan atau sangat terkait dengan sektor riil.18 Konsep keuangan bank
konvensional cenderung semarak pada sektor keuangan, sedangkan konsep keuangan bank
syariah lebih menekankan peredaran uang di sektor riil.

16
Hafidz Abdurrahman, “Menggugat Bank Syariah: Kritik atas Fatwa Produk Perbankan Syariah” Bogor Al
Azhar Press, Tahun 2012, hlm. 7.
17
Arief R. Permana dan Anton Purba, “Sekilas Ulasan UU Perbankan Syariah”. Buletin Hukum Perbankan
dan Kebansentralan No. 2 Vol 6, Jakarta, Tahun 2008, hlm. 4.
18
Wiroso, “Konsep Dasar Perbankan Syariah”, Badan Hukum Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman dan HAM, Jakarta, Tahun 2005, hlm. 151-152.
Bank Syariah di Indonesia perkembangannya juga tidak terlalu cepat dikarenakan karena
beberapa factor Menurut Direktur Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dhani
Gunawan Idha:

a. Belum selarasnya visi dan kurangnya koordinasi antar pemerintah dan otoritas
dalam pengembangan perbankan syariah.
b. Masih banyak perbankan syariah yang belum memiliki modal memadai. Menurut
Dhani, hal ini berdampak terhadap skala industri dan induvidual bank yang masih
kecil. Kondisi permodalan yang terbatas mempengaruhi rendahnya ekspansi aset
perbankan syariah.
c. Biaya yang mahal berdampak kepada keterbatasan di segmen pembiayaan.
d. Produk yang tidak variatif dan pelayanan yang belum sesuai dengan ekspektasi
masyarakat.
e. Kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai serta
teknologi informasi kurang mendukung pengembangan produk serta layanan.
f. Pemahaman dan kesadaran masyarakat yang masih rendah ke bank syariah.
Sedangkan ketujuh, pengaturan dan pengawasan yang masih belum optimal.

Adapun Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan pangsar pasar
bank syariah:

a) menyelaraskan visi dan koordinasi yang baik antar pemerintah dan otoritas
b) Memperluas jaringan, yaitu dengan penambahan kantor-kantor bank yang ada
di Indonesia
c) revitalisasi sinergi dengan bank induk, Bentuk sinergi antara Bank Syariah
dengan Bank induknya dapat dilakukan dalam berbagai hal seperti kebijakan
untuk terus melaksanakan cross selling, ataupun penyetaraan produk dengan
dukungan infrastruktur seperti perluasan jaringan kantor ataupun melalui
peningkatan jumlah office channeling, pengembangan infrastruktur teknologi
dan kebijakan sumber daya manusia.
d) Pengembangan Produk, Untuk produk perbankan syariah yang selama ini
dinilai baru sebatas menjadi follower dari produk perbankan konvensional,
atau dalam kata lain perbankan syariah jangan hanya mengeluarkan produk
versi syariah dari produk perbankan konvensional. Perbankan syariah harus
lebih kreatif dalam mencari celah-celah bisnis supaya bisa bersaing dengan
bank konvensional dan berinovasi menciptakan produk baru serta
memanfaatkan momentum-momentum khusus untuk pemasaran produk
syariah, seperti saat Tahun Baru Islam, bulan Ramadhan ataupun Idul Adha.
Namun tidak hanya untuk kalangan muslim saja, produk perbankan syariah
sebaiknya juga dapat ditujukan untuk nasabah bukan beragama islam
misalnya.
e) Peningkatan Kompetensi SDM Perbankan Syariah, Upaya memajukan
perbankan syariah disini perlu diiringi dengan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia yang memahami prinsip-prinsip kesyariahan.
f) Edukasi dan Komunikasi, Edukasi dan sosialisasi serta komunikasi perbankan
syariah perlu ditingkatkan lagi. Karena masyarakat umumnya relatif belum
terlalu memahami mengenai produk perbankan syariah.
g) Memperkuat permodalan dan skala usaha bank syariah. Masalah utama
perbankan syariah terkait permodalan. Permodalan bank syariah perlu
diperkuat secara signifikan agar memiliki skala usaha yang memadai untuk
melakukan ekspansi.
BAB III

KESIMPULAN

1. Dampak yang akan terjadi jika semua bank menjadi bank syariah adalah
pemerataan ekonomi di Indonesia, karena segmentasi pasar utama dari
keberadaan bank syariah adalah memberdayakan masyarakat kecil dengan tidak
mengabaikan pasar yang lebih besar dengan tujuan untuk mensosialisasikan
ekonomi berkeadilan kepada segmen pasar yang lebih besar. Kebijakan tentang
fungsi, tugas dan tujuan bank syariah tidak hanya Profit oriented berbasis islam
tetapi juga menjadi agen sosial di masyarakat dengan tugas membantu pemerintah
dalam hal pengelolaan sumber-sumber pemasukan ke negara dalam
menanggulangi tingkat kemiskinan.

2. Saat ini belum bisa di terapkan di Indonesia karena bank konvesional bergerak
disektor moneter, karena berkaitan dengan perdagangan uang. Hal ini berbeda
dengan Bank Syariah, karena Bank Syariah tidak diperkenankan
memperdagangkan uang, uang semata-mata hanya sebagai alat pembayaran saja..
Konsep keuangan bank konvensional cenderung semarak pada sektor keuangan,
sedangkan konsep keuangan bank syariah lebih menekankan peredaran uang di
sektor riil. Selain itu bank syariah di Indonesia saat ini perkembangannya juga
tidak terlalu cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Adiwarman A. Karim, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, edisi keempat,
Rajawali Pers, Jakarta. 2010.

A Demirguc-Kunt, H Huizinga, “Determinants of commercial bank interest margins and


profitability: some international evidence” 1998.

Hafidz Abdurrahman, “Menggugat Bank Syariah: Kritik atas Fatwa Produk Perbankan
Syariah” Bogor Al Azhar Press, Tahun 2012.

Muhammad Syafi’i Antonio, “Islamic Banking, Bank Syariah dari Teori ke Praktik”,
Gema Insani, Jakarta. Tahun 2001.

Sutan Remy Syahdeni, “Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia”, Cetakan Pertama, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, tahun 1999.

Wiroso, “Konsep Dasar Perbankan Syariah”, Badan Hukum Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman dan HAM, Jakarta, Tahun 2005.

Zainudin Ali, “Hukum Perbankan Syariah”, Sinar Grafika, Jakarta. Tahun 2009.

Jurnal

Jurnal Advokasi, No. 1 Vol 5, Tahun 2017.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, No. 2 Vol 11. Tahun 2013.

Jurnal Hukum, No. 2 Vol 16, Tahun 2017.


Jurnal Hukum, No. 1 Vol. 1. Tahun 2018.
Jurnal Hukum No. 2 Vol 6, Jakarta, Tahun 2008.

Jurnal Syariah dan Hukum No. 1 Vol. 15, Tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai