Anda di halaman 1dari 24

Studi Kasus

Pemecahan
Masalah PKRS
Di pelayanan
Kesehatan
Disusun oleh : Shelsabila Febriani ( 22-027 )
Latar Belakang
Upaya promotif dan preventif telah menjadi tren dan
kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
rumah sakit. Unit promosi kesehatan rumah sakit
(PKRS) pada rumah sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta memainkan peran sentral dalam memenuhi
kebutuhan para stakeholder-nya. Namun, aspek
pendanaan masih kerap menjadi kendala dalam
pelaksanaan PKRS
Latar Belakang
Pentingnya pemanfaatan dana internal dan eksternal
rumah sakit merupakan langkah yang dapat dilakukan
dalam meminimalisir kelemahan tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidenfikasi sumber-
sumber pendanaan yang dapat digunakan dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan PKRS serta
kontribusi stakeholder dan alur dari pemanfaatan dana
tersebut
Metode
Single case study digunakan dalam penelitian kali ini
dengan melibatkan 9 informan yang terdiri dari staf
rumah sakit dan penerima program kegiatan. Panduan
wawancara, observasi dan studi dokumern digunakan
dalam pengumpulan data. Aplikasi opencode versi 4.03
digunakan untuk analisis data kualitatif. Keabsahan data
peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode
Hasil
Perencanaan pendanaan dan program kegiatan belum di
kelola berdasarkan kebutuhan dan implementasi di
lapangan. Pihak rumah sakit belum memberikan
perhatian khusus dalam pengembangan promosi
kesehatan rumah sakit
Hasil
Kurangya sumber pendanaan dan upaya melakukan
kemitraan dengan pihak eksternal merupakan
kelemahan unit PKRS, yang berdampak pada banyaknya
program kegiatan yang seharusnya menjadi bagian
program unit PKRS namun dimiliki dan dilakukan oleh
unit lain.
Kesimpulan
Perencanaan pendanaan dan program kegiatan belum
dibuat secara jelas oleh unit PKRS dengan berdasarkan
kebutuhan dan petunjuk yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Pihak rumah sakit belum memberikan
perhatian khusus dalam pengembangan health
promoting hospital yang berakibat pada sarana
prasarana dan pelaksanaan program kegiatan belum
sesuai sebagaimana mestinya
Implementasi
Promsi
Kesehatan Di
Tingkat Global
Deklerasi Alma Alta
Deklarasi Alma Ata 1978 merupakan bentuk kesepakatan
bersama antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah
merupakan hasil Konferensi Internasional Pelayanan
Kesehatan Primer (Primary Health Care) di kota Alma
Ata, Kazakhstan. Konferensi Internasional "Primary
Health Care" ini disponsori oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan organisasi PBB untuk Anak (UNICEF).
Deklerasi Alma Ata
Isi pokok deklarasi ini, bahwaPelayanan Kesehatan
Primer (Dasar) adalah merupakan strategi utama untuk
pencapaian kesehatan untuk semua (Health for all),
sebagai bentuk perwujudan hak asazi manusia.
Deklarasi Alma Ata ini selanjutnya terkenal dengan :
Kesehatan semua untuk tahun 2000 atau 'Health for all
by the year 2000".
Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk
mencapai kesehatan untuk semua tahun 2000 adalah
melalui Pelayanan Kesehatan Dasar, yang sekurang-
kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar, yaitu :

Pendidikan kesehatan (Health education).


Peningkatan penyediaan makanan dan gizi
(Promotion of food supplies and proper nutrition).
Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar (Adequate
supply of safe water and basic sanitation).
Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk
keluarga berencana (Maternal and child care,
including family planning).
Imunisasi (Immunization against the major
infectious diseases).
Penyediaan obat esensial (Provision essential drugs)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik
(Prevention and control of locally endemic diseases).
Pengobatan penyakit-penyakit umum (Appropriate
treatment of common diseases and injuries)
Piagam Ottawa
Konferensi Internasional tentang Promosi Kesehatan
yang pertama diadakan di Ottawa, Kanada pada bulan
November 1986. Konferensi ini terutama merupakan
respons terhadap meningkatnya harapan terhadap
gerakan kesehatan masyarakat baru di seluruh dunia.
Diskusi terfokus pada kebutuhan di negara-negara
industri, namun juga mempertimbangkan permasalahan
serupa di wilayah lain
Piagam Ottawa
Tujuan konferensi ini adalah untuk terus
mengidentifikasi tindakan untuk mencapai tujuan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Inisiatif Kesehatan
untuk Semua pada tahun 2000, yang diluncurkan pada
tahun 1981. Konferensi Ottawa didahului oleh
Konferensi Perawatan Kesehatan Primer Alma Ata di
1978,
Piagam Ottawa
dan diikuti oleh konferensi promosi kesehatan
internasional selanjutnya di Adelaide (1988), Sundsvall
(1991), Jakarta (1997), Meksiko (2000), Bangkok (2005) dan
Nairobi (2009). Setiap konferensi terus memperkuat
prinsip dan praktik promosi kesehatan, seperti
kebijakan publik yang sehat, lingkungan yang
mendukung, membangun aliansi yang sehat dan
menjembatani kesenjangan kesetaraan
Deklarasi Jakarta
Konferensi Internasional Keempat tentang Promosi
Kesehatan, yang diadakan di Jakarta, Indonesia, pada
bulan Juli 1997, berfokus pada tema: Pemain Baru untuk
Era Baru – Memimpin Promosi Kesehatan di Abad ke-21.
Strategi promosi kesehatan dapat mengubah gaya hidup
serta kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
menentukan kesehatan.
Deklarasi Jakarta
Yang paling efektif adalah pendekatan komprehensif
yang menggabungkan upaya kebijakan publik,
penciptaan lingkungan yang mendukung, aksi
masyarakat, pengembangan keterampilan pribadi, dan
reorientasi layanan kesehatan. Yang juga diperlukan
adalah terciptanya kemitraan baru di bidang kesehatan
antara berbagai sektor di semua tingkat masyarakat dan
pemerintahan. Konferensi tersebut mengidentifikasi
lima prioritas promosi kesehatan di abad ke-21:
Deklarasi Jakarta
meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap
kesehatan
meningkatkan investasi untuk pembangunan
kesehatan, terutama bagi kelompok seperti
perempuan, anak-anak, lansia, masyarakat adat,
masyarakat miskin, dan kelompok marginal
mengkonsolidasikan dan memperluas kemitraan di
bidang kesehatan untuk memungkinkan pertukaran
keahlian, keterampilan, dan sumber daya;
Deklarasi Jakarta
meningkatkan kapasitas masyarakat dan
memberdayakan individu; dan
mengamankan infrastruktur untuk promosi
kesehatan melalui mekanisme pendanaan baru,
kolaborasi antarsektor, dan pelatihan
kepemimpinan lokal.
Kesepakatan Nairobi
Konferesi internasional promosi kesehatan yang ke-7
diselenggarakan di Nairobi, Kenyatanggal 26-30 Oktober
2009 dengan mengambil tema "Mempromosikan
Kesehatan danPembangunan, Menutup Kesenjangan
Implementasi"(Promoting Health and
Development,Closing the Implementation Gap).
Kesepakatan Nairobi
Tema ini berangkat dari kenyataan bahwa
pembangunankesehatan dimanapun saat ini
menghadapi berbagai tantangan. Krisis moneter yang
terjadi beberapa tahun yang lalu masih menghantui
pembangunan ekonomi nasional pada umumnya,dan
lebih khusus lagi bagi pembangunan kesehatan.
STRATEGI DAN AKSI
Dalam konferensi Nairobi, dihasilkan strategi dan aksi
yang dikelompokkan menjadi 5 sub-tema, yaitu
Kesepakatan Nairobi
Membangun kapasitas promosi kesehatan (Building
Capacity for Health Promotion)
Penguatan sistem kesehatan (Stengthening Health
System)
Kemitraan dan kerjasama lintas sektor (Partnership
and Intersektoral Action)
Pemberdayaan masyarakat (Community
Empowerment)
Sehat dan perilaku sehat (Health Literacy and
Healthy Behavior)
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai