Anda di halaman 1dari 7

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.

1
Oleh : Hari Supriyadi, S.Pd.I
Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan
murid tentang teori/materi/konten akan tetapi bagaimana semua hal tersebut bisa masuk ke dalam kalbu serta alam
pikir mereka. Sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter manusia yang beradab. Ilmu yang baik dan
dilandasi oleh karakter yang baik pula akan menjadikan kehidupan yang bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi muridnya, baik itu keteladanan perkataan maupun tindakan dan
semuanya harus tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model dari nilai
kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan pendidik tinggal. Kita sebagai pendidik harus
mampu berkontribusi dengan baik bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid
dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan.

Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,

“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis”

(Education is the art of making man ethical)

~Georg Wilhelm Friedrich Hegel~

Memahami kalimat bijak tersebut, mengartikan bahwa pendidikan merupakan suatu proses menuntun murid dengan
penguatan karakter, norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan, dan kebenaran
untuk menjalankan kehidupannya. Generasi di masa yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini. Pendidikan
yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah jawaban dari soal Modul 3.1 pada sub
modul 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri Pendidikan Guru Penggerak.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu,

Ing ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan. Ketika mengambil keputusan maka, seharusnya seorang
pemimpin menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil
dapat dijadikan contoh atau teladan bagi warga sekolah maupun kehidupan pribadinya. Pengambilan keputusan
yang tepat terutama dalam proses peningkatan mutu sekolah, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada
rekan sejawat, guru, maupun murid. Dengan keputusan yang tepat pula tentu saja akan berdampak pada
kesejahteraan warga sekolah.
Ing madya mangun karsa, artinya di tengah membangun. Hal ini mengingatkan kita kepada keputusan seorang
pemimpin harus bisa membangun potensi dari dalam bagi seluruh warga sekolah dalam bidangnya masing-masing
dan mengembangkan potensi diri pribadi. Pemimpin saat di tengah-tengah suatu masalah harus mampu membangun
semangat dan juga membangun kekuatan-kekuatan yang dimiliki pihak yang terlibat agar bisa kuat dalam menerima
suatu keputusan.
Tut wuri handayani yang artinya di belakang memberi dukungan. Dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan
yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi seluruh warga sekolah yang terlibat sehingga bisa
menjadi lebih baik dan menerima dengan lapang dada.
Berdasarkan hal tersebut kita sebagai pemimpin seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan terutama keputusan
yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan
berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai
motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan
dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu
menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada kepentingan murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang
kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang dimiliki seorang pemimpin akan membantu pikirannya dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai dalam
diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah. Sebagai seorang pemimpin harus berpegang teguh
pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggung jawab
sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang
terhadap masalah sehingga, dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang
dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga, kita berani dan percaya diri dan juga mampu
menghasilkan keputusan yang bisa diperbuat.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari
pengimplementasian kompetensi sosial dan emosional. Dengan memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial,
keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan)


yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah
dibahas pada sebelumnya.

Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya
dengan membantu terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan
fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari
beragam pilihan-pilihan solusi atas masalahnya.

Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat
pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan
langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga
dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka
masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat
terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran
dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di
sekolah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi
tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan
pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika atau kah
bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara
sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi
dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil
akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak
sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara
pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah
reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk
menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar, dan mengecilkan kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya murid.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya


lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga kita berada.
Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin, karena secara langsung atau tidak
langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita
berada, dan terutama komunitas kita berada atau siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi yang terjadi dari keputusan kita. Terlebih dahulu
kita memikirkan suatu keputusan menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang ada. Karena jika keputusan
kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, kondusif, serta aman dan nyaman, karena keputusan kita
menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya
juga tidak akan baik dan berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung maupun
tidak langsung dengan keputusan kita.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan


keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan
paradigma di lingkungan Anda?

Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya mengubah pola
pikir atau cara berpikir orang lain dalam memandang dilema etika. Untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat,
tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma
apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. Sehingga kita bisa memastikan
apakah keputusan itu tepat atau tidak. Kesulitannya adalah mengubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan
keputusan ini, sehingga bisa langsung dalam pengambilan keputusan.
Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan kita juga terdapat tantangan tersendiri. Kesulitannya adalah
bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang diambil sehingga bisa menghasilkan
keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh suatu nilai dan budaya
masyarakat di lingkungan kita. Paradigma berpikir orang yang berbeda dan begitu juga dengan skala prioritas sehingga
sulit bagi kita juga dalam mengambil keputusan yang bisa diterima dan diterima semua orang.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang
memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid kita yang berbeda-beda?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil. Apabila keputusan tersebut
sudah berpihak kepada murid baik itu tentang metode yang digunakan oleh guru, media, dan sistem penilaian sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid
dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak
kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian, dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah
mimpi belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi


kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Kita sudah mengetahui bahwa salah satu tugas terberat sebagai pemimpin pembelajaran adalah mengambil keputusan
yang tepat, karena kita sadar bahwa keputusan yang kita ambil akan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung kepada sekolah atau institusi dimana kita berada terutama untuk murid kita.

Kita juga harus memahami bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi dari keputusan kita yang kita ambil
sebagai pembelajaran.Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada siswa maka murid kita akan belajar menjadi
orang yang merdeka dan juga bisa mengambil keputusan yang tepat kelak dan tumbuh pribadi yang matang dan cermat
dalam mengambil keputusan.

Saya melihat kasus dilema etika yang disajikan pada eksplorasi konsep modul 3.1, terlihat seorang siswa kedapatan
menyontek padahal siswa tersebut sangat berbakat di bidang seni hingga diterima oleh salah satu universitas dengan
jurusan seni melalui program beasiswa. Nah disini saya bisa menilai pengambilan keputusan guru pada situasi ini dapat
mempengaruhi masa depan murid, selain itu kejujuran yang kita yakini dan aturan yang kita ikuti, ada perspektif lain yang
kita harus sadari yaitu ketidakberpihakan pada murid kita atau kemaslahatan murid.

Dalam situasi dilema etika ini kita harus membuat keputusan, maka 4 pradigma pengambilan keputusan menjadi hal utama
yang dipegang. Sebagai makhluk sosial yang hidup dengan nilai dan peraturan yang berlaku, maka kadang-kadang adalah
hal yang benar untuk mengikuti aturan namun juga terkadang membuat juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan
untuk memegang aturan dpat dibuat berdasarkan rasa, namun untuk membengkokkan aturan dapat dibuat berdasarkan
rasa adil atau membantu murid. Prinsip berpikir inilah yang menjadi penting bagi pemimpin pembelajaran dalam keputusan
demi masa murid. Dengan menganalisis kasus yang kita alami atau situasi yang kita alami sebagai pemimpin pembelajaran
disekolah terutama yang berdampak pada murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara,
yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus
memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai
moral, religius, dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif,
kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.

Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan
keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mandiri dalam memetakan minat belajar murid
dengan mengarahkan murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa melalui proses pembinaan
sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan hal ini akan memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak.

Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang
tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial
atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).

Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan
prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada,
keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil
strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa pada proses
pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan
belajarnya.

Dalam pengambilan keputusan guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu
menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan.

Untuk itu saya harus berlatih menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip
dan 9 langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus saya lakukan dalam pembelajaran
di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat dalam rencana program sekolah.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini,
yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?

Yang saya pahami dari konsep-konsep modul ini adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan, yaitu:

1. Individu lawan masyarakat


2. kebenaran lawan kesetiaan
3. keadilan VS belas kasihan
4. Jangka Pendek VS jangka panjang

Ada 3 prinsip mengambil keputusan, yaitu:

1. berfikir berbasis akhir


2. berfikir berbasi aturan
3. berfikir berbasi rasa peduli

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan


2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
5. Pengujian paradigma benar atau salah
6. Prinsip pengambilan keputusan
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat keputusan
9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan
sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip berpikir, dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu
ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai
pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda
pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9
langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan
regulasi dan yang kedua tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar lawan benar. Dalam modul ini saya belajar
langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar lawan benar. Sehingga setiap
keputusan yang telah dibuat telah disaring dengan maksimal berdasarkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara
Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelumnya izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya pelajari pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima
dan InsyaAllah ilmu ini akan sangat bermanfaat untuk hari ini hingga masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari
memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan
keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilema etika
yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep
pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu
keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin
pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya
berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda
sebagai seorang pemimpin?

Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin
pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan-kebijakan
yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus
memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu
mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilema etika serta
tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis
peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-
Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa
peduli (Care-Based Thinking), ini berhubungan dengan golden rule.

Demikian koneksi antarmateri Modul 3.1 yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh. Untuk
itu mohon masukan dan informasi yang mendalam untuk perbaikan pada diri saya. Saya berharap selalu dapat
memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil. Guru tergerak, bergerak
dan menggerakan. Guru Bergerak-Indonesia Maju.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai