Anda di halaman 1dari 6

Perkenalkan saya Inda Dzil Lakadjo, S.Pd.

dariSMP Negeri 4 Ulubongka, Tojo Una-una


Sulawesi Tengah calon Guru Peggerak Angkatan 9. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi
informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang
pemimpin.

“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang
berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya
pendidikan ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang
diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Proses pembelajaran saat ini
tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada
pengembangan nilai-nilai dan karakter yang penting dalam kehidupan. Dengan menerapkan
prinsip-prinsip pendidikan holistik, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan
membangun karakter yang kuat, guru dapat membantu anak untuk menjadi individu yang
cerdas, bermoral, dan bertanggung jawab.
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjadi teladan utama bagi murid-muridnya,
dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya.
Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta
didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.
Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu memberikan
kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak
kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap
pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan
dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau
teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik
senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan
universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini sejalan dengan kalimat
bijak berikut:

Education is the art of making man ethical.


Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Memahami kalimat tersebut, maka Pendidikan merupakan proses yang kompleks yang
melibatkan lebih dari sekadar transfer pengetahuan dan keterampilan. Dengan
mengintegrasikan pendidikan moral dan etika, menciptakan lingkungan belajar yang positif,
dan memberikan contoh yang baik, guru dapat membantu anak untuk menjadi individu yang
berperilaku etis dan berkontribusi positif pada masyarakat.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan


dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin
harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus
mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani
(Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah
Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan
motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan
seorang muridnya sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik. Semboyan
ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan
keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka
sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar
Pancasila.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-
prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-
nilai positif tersebut yang akan mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang
berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut juga akan membimbing dan mendorong pendidik
untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip
yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil
keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema
etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan
moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah
dibahas pada sebelumnya.

Tidak dapat dielakkan bahwa kita selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan yang
membutuhkan suatu keputusan dalam penyelesainnya. Dalam pengambilan keputusan
dibutuhkan langkah-langkah yang mengacu pada prinsip tertentu, karena dalam pengambilan
keputusan berkaitan erat dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada
keputusan yang sifatnya strategis. Salah satu faktor yang sangat membantu dalam
pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Coaching adalah ketrampilan yang
sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi, baik masalah dalam
diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita
dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan
masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan
dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi
terhadap keputusan yang kita ambil.
Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Sehingga tidak ada lagi
pertanyaan Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan
nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial


emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan wajib
berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dengan berpedoman pada 9
langkah pengambilan keputusan. Melalui kedua dasar tersebut kita dapat menganalisis
sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.

Kepekaan sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga
dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati kita
dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi
permasalahan dengan bijaksana, disaat harus melakukan pengambilan keputusan. Guru yang
berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada
murid. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada
murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs
masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs
jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan
prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:

 Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan


 Menentukan siapa saja yang terlibat
 Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
 Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi,
uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
 Pengujian paradigma benar lawan benar
 Prinsip Pengambilan Keputusan
 Investigasi Opsi Trilemma
 Buat Keputusan
 Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika
kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika akan semakin
mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan mempunyai
rasa empati dan simpati yang baik sehingga diharapkan mampu mengidentifikasi dan
memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran lebih bijak.

Kebijakan yang muncul pada saat pengambilan keputusan tetap mengacu keberpihakan dan
mengutamakan kepentingan murid, sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap
permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai
sudut pandang juga akan mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk
dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral
dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan.
Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan
tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang
dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan
pihak.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan,
keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Apapun Keputusan yang kita ambil
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada implementasi pembelajaran
dan mempengaruhi situasi di sekolah. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar
dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan


pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya
dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam setiap pengambilan keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah
satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus –
kasus dilema etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu
ganjalan bagi saya. Namun dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan yang saya
coba lakukan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil
dapat diterima oleh semua pihak..

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran
yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran
yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil,
apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan
kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada
akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya
apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian
dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka
dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

Pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yaitu dengan melaksanakan Merdeka
belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai
minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan
murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan
apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah
dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru
berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada.
Dengan menggunakan model pembelajaran berdiferensiasi, guru akan mampu mengakomodir
kebutuhan setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator
dan pembelajaran terpusat pada siswa. Selain itu, dengan dukungan adanya penerapan KSE
akan semakin memperkuat dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan
mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat


mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan


yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan
belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan
yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil
keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru diibarat sebagai pisau yang disatu sisi apabila
digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang
akan datang namun jika tidak digunakan dengan baik maka bisa jadi berdampak sangat buruk
bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui
pertimbangan yang sangat mendalam agar mendapatkan Keputusan yang bijak.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi
ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan
modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill
yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang
guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena
setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan
yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan
pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan
menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk
menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak
benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan
sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil
selalu berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk
merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran
berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan
kecenderungan gaya belajarnya.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di
modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Konsep dilema etika dan bujukan moral adalah sebuah konsep praktis yang aplikasinya
adalah pengambilan keputusan dalam kaitannya sebagai pemimpin yang berbasis nilai nilai
kebajikan. Dalam pengaplikasiannya, diperlukan identifikasi yang jeli, jelas dan mendetail
dalam mengenali kedua hal ini. Identifikasi mendalam diarahkan pada 4 paradigma masalah,
3 prinsip mengatasi masalah serta 9 langkah pengujian keputusan.
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan
bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan
adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar
keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu
secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan
segala konsekwensinya.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan


keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa
bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema
etika, namun yang saya lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa
pertimbangan belum menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang
terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran modul ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir
saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya cukup sebatas
pemikiran dan pertimbangan sj namun ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam
konteks ini terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs
community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long
term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan
mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai
pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas
praktisi. Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa
keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu
dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan
sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil
keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan
mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar
Pancasila.

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk
belajar lebih banyak lagi, untuk itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya
untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain.
Guru tergerak, bergerak dan menggerakan. Salam dan bahagia

Anda mungkin juga menyukai