Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN EVALUASI ZONA INTEGRITAS MENUJU

WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH


DAN MELAYANI (WBBM) PADA LINGKUNGAN MAHKAMAH AGUNG
DAN BADAN PERADILAN YANG BERADA DI BAWAHNYA

(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR


NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 90 TAHUN 2021 TENTANG
TENTANG PEMBANGUNAN DAN EVALUASI ZONA INTEGRITAS MENUJU
WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN
MELAYANI DI INSTANSI PEMERINTAH)

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Reformasi Birokrasi merupakan salah satu langkah awal mendukung program
pemerintah untuk melakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan organisasi
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya yang baik, efektif dan
efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional dalam
mewujudkan good governance dan clean government menuju aparatur Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya yang bersih dan bebas dari KKN,
meningkatnya pelayanan prima serta meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja.
Dalam perjalanannya, terdapat kendala yang dihadapi, di antaranya adalah adanya
Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), penyalahgunaan wewenang, praktik KKN, diskriminasi dan lemahnya
pengawasan. Guna menghilangkan perilaku penyimpangan aparatur tersebut telah
dilakukan langkah-langkah strategis melalui pembangunan Zona Integritas menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
dengan penetapan satuan kerja (satker) untuk diusulkan WBK/WBBM.
Penetapan satuan kerja (satker) berpredikat WBK/WBBM tersebut
dimaksudkan sebagai area percontohan penerapan pelaksanaan reformasi birokrasi
pada satker-satker di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada
di bawahnya melalui pembangunan Zona Integritas dengan menerapkan instrumen
Zona Integritas berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 90 tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di Instansi Pemerintah yang terdiri atas 6 program, meliputi: manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan manajemen SDM, penguatan akuntabilitas
kinerja, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan
komponen pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintahan
yang bersih dan akuntabel serta kualitas pelayana publik yang prima. Area pengungkit
terdiri dari dua aspek, yaitu pemenuhan dan reform.
Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan Zona Integritas pada Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya secara menyeluruh, maka perlu
dikoordinasikan secara terintegrasi melalui mekanisme yang ditetapkan dalam Pedoman
1
Penilaian terhadap setiap program dalam komponen pengungkit dan komponen hasil
diukur melalui indikator-indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga
dengan menilai indikator tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian
upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran.
2.2.1. Komponen Pengungkit
Proses Pembangunan Zona Integritas pada area pengungkit difokuskan pada
enam area perubahan yang merupakan bagian dari area perubahan reformasi birokrasi.
Pembangunan area pengungkit merupakan komponen yang menjadi faktor penentu
pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
Area tersebut mencakup penerapan manajemen perubahan, penataan
tatalaksana, penataan manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang bersifat konkrit.
Dimana dalam setiap area tersebut, setiap satuan Kerja harus memperhatikan aspek
pemenuhan dan reform dalam pembangunan zona integritas.
Dalam membangun Zona Integritas, setiap satuan Kerja melaksanakan
pembangunan enam area tersebut secara konsisten dan berkelanjutan untuk
mewujudkan perubahan yang lebih baik dalam kualitas tata kelola pemerintah sehingga
dampaknya stakeholder dapat merasakan kualitas layanan yang semakin prima dan
bebas dari korupsi.
a. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mentransformasi sistem dan mekanisme
kerja organisasi serta mindset (pola pikir) dan cultureset (cara kerja) individu ASN
menjadi lebih adaptif, inovatif, responsif, profesional, dan berintegritas sehingga
dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat. Kondisi yang ingin dicapai pada area perubahan ini;
1) Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja pada satuan Kerja yang
diusulkan sebagai Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan
2) Menurunnya resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan;
3) Terimplementasinya Delapan Nilai Utama Mahkamah Agung (Kemandirian,
Integritas, Kejujuran, Akuntabilitas, Responsibilitas, Keterbukaan,
Ketidakberpihakan, dan Perlakuan yang sama di hadapan hukum) dan Core
Value ASN Berakhlak (berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis,
loyal, adaptif dan kolaboratif).

8
Atas dasar tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan manajemen perubahan, yaitu:
1) Aspek Pemenuhan
a) Penyusunan Tim Kerja
Penyusunan Tim Kerja dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Satuan Kerja telah membentuk tim untuk melakukan pembangunan
Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan
• Penentuan anggota tim selain pimpinan dipilih melalui
prosedur/mekanisme yang jelas.
Data dukung antara lain:
• Surat Undangan, Daftar Hadir, Notula, Foto kegiatan – Rapat
Pembentukan Tim Pembangunan Zona Integritas;
• Dokumen yang menjelaskan Prosedur/Mekanisme Penentuan Anggota
Tim Pembangunan Zona Integritas termasuk Kriteria/Persyaratannya;
b) Rencana Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM Penyusunan
Dokumen Rencana Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Dokumen rencana kerja pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM telah disusun;
• Dokumen rencana kerja pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM telah memuat target-target prioritas yang relevan dengan
tujuan pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan
• Terdapat mekanisme atau media untuk mensosialisasikan
pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Zona Integritas yang telah
disahkan oleh Pejabat Berwenang;
• SOP Sosialisasi Zona Integritas dan Daftar Media untuk
mensosialisasikan Zona Integritas beserta foto atau tangkap layar
media sosialisasi Zona Integritas.
c) Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM
Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
• Seluruh kegiatan pembangunan Zona Integritas dan WBK/WBBM telah
dilaksanakan sesuai dengan target yang direncanakan;
• Terdapat monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
• Hasil monitoring dan evaluasi telah ditindaklanjuti.

9
Data dukung antara lain:
• Dokumen Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Zona
Integritas yang telah diotorisasi secara berkala;
• Dokumen Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan
Zona Integritas, berupa Laporan Tindak Lanjut Hasil Monev, Undangan
Monev, Daftar Hadir Monev dan Data Dukung (Bukti) Tindak Lanjut
tersebut.
d) Perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja
Perubahan pola pikir dan budaya kerja dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
• Pimpinan berperan sebagai role model dalam pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
• Agen Perubahan telah ditetapkan;
• Budaya kerja dan pola pikir telah dibangun di lingkungan organisasi; dan
• Anggota organisasi terlibat dalam pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM.
Data dukung antara lain:
• Kedisiplinan Pimpinan dibuktikan dengan dokumen Kehadiran Tepat
Waktu;
• Integritas Pimpinan dibuktikan dengan Pimpinan tidak sedang menjalani
pemeriksaan kasus terkait pelanggaran disiplin dan Kode Etik Perilaku
dan/atau sedang menjalani Hukuman Disiplin;
• Surat Keputusan Penunjukan Agen Perubahan;
• Surat Undangan, Daftar Hadir, Notula dan Foto Kegiatan
Pelatihan/Bimbingan Teknis/Kegiatan sejenis lainnya dalam rangka
penguatan budaya kerja anti KKN, anti gratifikasi dan peningkatan
integritas serta pola pikir berorientasi peningkatan kinerja dan
pelayanan prima;
• Surat Undangan, Daftar Hadir, Notula dan Foto Kegiatan pembangunan
zona integritas, baik tahap pada perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi serta tindak lanjut hasil evaluasi pembangunan zona
integritas.

2) Aspek Reform
Pada aspek reform pengukuran keberhasilan area ini dilakukan dengan melihat
kondisi apakah:
a) Komitmen dalam Perubahan:
• Agen perubahan telah membuat perubahan yang konkret ;
• Perubahan yang dibuat Agen Perubahan telah terintegrasi dalam sistem
manajemen.
10
Data dukung antara lain:
• Dokumen Rencana Aksi Agen Perubahan dengan format:

• Dokumen Monitoring atas Pelaksanaan Rencana Aksi Agen Perubahan


dengan format:

• Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait Penerapan atas Inovasi


Agen Perubahan.
b) Komitmen Pimpinan
Pimpinan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi,
dengan adanya target capaian reformasi yang jelas di dokumen
perencanaan instansinya.
Data dukung antara lain:
Dokumen Perencanaan Pembangunan Zona Integritas telah ditetapkan
oleh Pimpinan dengan target yang dapat dicapai, menantang dan realistis.
c) Membangun Budaya Kerja
Satuan kerja/satuan Kerja membangun budaya kerja positif dan
menerapkan nilai-nilai organisasi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
Data dukung antara lain:
Surat Undangan, Daftar Hadir, Notula dan Foto Kegiatan pembangunan
budaya kerja positif dan penerapan nilai-nilai organisasi dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.

b. Penataan Tatalaksana
Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada Zona
Integritas menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai pada masing-masing
program ini adalah:

11
1) Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan
manajemen pemerintahan;
2) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan; dan
3) Meningkatnya kinerja satuan kerja.
Atas dasar tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan untuk
menerapkan penataan tatalaksana, yaitu:
1) Aspek Pemenuhan
a) Prosedur Operasional tetap (SOP) Kegiatan Utama
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya telah dilakukan, seperti:
• Prosedur operasional tetap mengacu kepada peta proses bisnis
instansi;
• Prosedur operasional tetap telah diterapkan; dan
• Prosedur operasional tetap telah dievaluasi.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Peta Proses Bisnis Satuan Kerja;
• Daftar (Rekapitulasi) Prosedur Operasional Tetap dilengkapi dengan
keterangan Nomor SK Penerapan SOP, status hasil reviu/evaluasi SOP
dan revisinya.
b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya telah dilakukan, yaitu:
• Sistem pengukuran kinerja berbasis sistem informasi;
• Sistem kepegawaian berbasis sistem informasi;
• Sistem pelayanan publik berbasis sistem informasi; dan
• Telah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan
teknologi informasi.
Data dukung antara lain:
• Daftar (Rekapitulasi) Sistem Pengukuran Kinerja seperti SIPP, SIKEP
dan Komdanas beserta tangkap layar dashboard aplikasi tersebut;
• Laporan Monitoring dan Evaluasi atas implementasi SIPP, SIKEP dan
Komdanas;
• Laporan Tindak Lanjut Hasil Monitoring dan Evaluasi atas implementasi
SIPP, SIKEP dan Komdanas beserta bukti tindak lanjut tersebut.
c) Keterbukaan Informasi Publik
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya telah dilakukan, seperti:
• Kebijakan tentang keterbukaan informasi publik telah diterapkan; dan
• Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan keterbukan informasi
publik.
12
Data dukung antara lain:
• Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait Kebijakan Keterbukaan
Informasi Publik;
• Surat Undangan, Daftar Hadir, Notula dan Foto Kegiatan Sosialisasi
Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik;
• Laporan Monitoring dan Evaluasi atas implementasi Kebijakan
Keterbukaan Informasi Publik;
• Laporan Tindak Lanjut Hasil Monitoring dan Evaluasi atas implementasi
Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik beserta bukti tindak lanjut
tersebut.

2) Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
a) Peta proses bisnis mempengaruhi penyederhanaan jabatan dilakukan
dengan melihat apakah telah disusun peta proses bisnis dengan adanya
penyederhanaan jabatan;
Data dukung antara lain:
• Dokumen Peta Proses Bisnis setelah adanya penyederhanaan jabatan;
b) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang terintegrasi;
• Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong
pelaksanaan pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien;
• Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong
pelaksanaan pelayanan internal organisasi yang lebih cepat dan efisien;
Data dukung antara lain:
• Daftar (Rekapitulasi) Aplikasi yang telah berjalan terkait dengan
pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien seperti SIPP, SIWAS
ataupun aplikasi inovasi pelayanan publik beserta tangkap layar
dashboard aplikasi tersebut;
• Daftar (Rekapitulasi) Aplikasi yang telah berjalan terkait dengan
pelayanan internal organisasi yang lebih cepat dan efisien seperti
SIKEP, SIWAS, e BIMA, Komdanas, E SADEWA, ataupun aplikasi
inovasi pelayanan internal organisasi beserta tangkap layar dashboard
aplikasi tersebut.
c) Transformasi Digital Memberikan Nilai Manfaat;
• Transformasi digital pada bidang proses bisnis utama telah mampu
memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;
• Transformasi digital pada bidang administrasi pemerintahan telah
mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;
• Transformasi digital pada bidang pelayanan publik telah mampu
memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal.

13
Data dukung antara lain:
• Daftar (Rekapitulasi) Aplikasi yang telah berjalan terkait dengan bidang
proses bisnis utama seperti SIPP, MIS SIPP ataupun aplikasi inovasi
pelayanan publik beserta tangkap layar dashboard aplikasi tersebut;
• Laporan Monitoring dan Evaluasi implementasi aplikasi yang telah
berjalan terkait dengan bidang proses bisnis utama seperti SIPP, MIS
SIPP ataupun aplikasi inovasi pelayanan publik beserta tangkap layar
dashboard aplikasi tersebut;
• Laporan Tindak Lanjut hasil Monitoring dan Evaluasi implementasi
aplikasi yang telah berjalan terkait dengan bidang proses bisnis utama
seperti SIPP, MIS SIPP ataupun aplikasi inovasi bidang proses bisnis
beserta tangkap layar dashboard aplikasi tersebut;
• Daftar (Rekapitulasi) Aplikasi yang telah berjalan terkait dengan bidang
administrasi pemerintahan seperti SIKEP, Komdanas, e BIMA, e
SADEWA ataupun aplikasi inovasi bidang administrasi pemerintahan
beserta tangkap layar dashboard aplikasi tersebut;
• Laporan Monitoring dan Evaluasi implementasi aplikasi yang telah
berjalan terkait dengan bidang bidang administrasi pemerintahan seperti
SIKEP, Komdanas, e BIMA, e SADEWA ataupun aplikasi inovasi bidang
administrasi pemerintahan beserta tangkap layar dashboard aplikasi
tersebut;
• Laporan Tindak Lanjut hasil Monitoring dan Evaluasi implementasi
aplikasi yang telah berjalan terkait dengan bidang bidang administrasi
pemerintahan seperti SIKEP, Komdanas, e BIMA, e SADEWA ataupun
aplikasi inovasi bidang administrasi pemerintahan beserta tangkap layar
dashboard aplikasi tersebut;
• Daftar (Rekapitulasi) Aplikasi yang telah berjalan terkait dengan bidang
pelayanan publik seperti SIWAS, PTSP Online ataupun aplikasi inovasi
pelayanan publik beserta tangkap layar dashboard aplikasi tersebut;
• Laporan Monitoring dan Evaluasi implementasi aplikasi yang telah
berjalan terkait dengan bidang pelayanan publik seperti SIWAS, PTSP
Online ataupun aplikasi inovasi pelayanan publik beserta tangkap layar
dashboard aplikasi tersebut;
• Laporan Tindak Lanjut hasil Monitoring dan Evaluasi implementasi
aplikasi yang telah berjalan terkait dengan bidang pelayanan publik
seperti SIWAS, PTSP Online ataupun aplikasi inovasi bidang pelayanan
publik beserta tangkap layar dashboard aplikasi tersebut.

14
c. Penataan Sistem Manajemen SDM
Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas Menuju WBK/WBBM. Target
yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
1) meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur;
2) meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur;
3) meningkatnya disiplin SDM aparatur;
4) meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur; dan
5) meningkatnya profesionalisme SDM.
Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan
untuk menerapkan penataan manajemen SDM, yaitu:
1) Aspek Pemenuhan
a) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• Satuan Kerja telah membuat rencana kebutuhan pegawai di satuan
Kerjanya dalam hal rasio dengan beban kerja dan kualifikasi pendidikan;
• Satuan Kerja telah menerapkan rencana kebutuhan pegawai di satuan
Kerjanya; dan
• Satuan Kerja telah menerapkan monitoring dan evaluasi terhadap
rencana kebutuhan pegawai di satuan Kerjanya.
Data dukung antara lain:
• Dokumen rencana kebutuhan pegawai yang menjelaskan rasio dengan
beban kerja dan kualifikasi pendidikan;
• Dokumen rencana kebutuhan pegawai telah disampaikan ke Biro
Kepegawaian BUA MA RI secara berjenjang (foto/scan bukti pengiriman
fisik atau elektronik);
• Dokumen Laporan Monitoring dan Evaluasi terhadap rencana
kebutuhan pegawai disertai dengan Bukti Tindak Lanjut atas Monitoring
dan Evaluasi tersebut.
b) Pola Mutasi Internal
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• satuan kerja telah menetapkan kebijakan pola mutasi internal;
• satuan kerja telah menerapkan kebijakan pola mutasi internal; dan
• satuan kerja telah memiliki monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan
pola rotasi internal.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang tentang kebijakan pola
mutasi internal;
15
• Dokumen Laporan Pelaksanaan Mutasi Internal (dalam periode
pembangunan zona integritas);
• Dokumen Laporan Monitoring dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan
Mutasi Internal (dalam periode pembangunan zona integritas) disertai
dengan Bukti Tindak Lanjut atas Monitoring dan Evaluasi tersebut.
c) Pengembangan Pegawai Berbasis Kompetensi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• Satuan Kerja melakukan Training Need Analysis Untuk pengembangan
kompetensi;
• Dalam menyusun rencana pengembangan kompetensi pegawai, telah
mempertimbangkan hasil pengelolaan kinerja pegawai;
• Tingkat kesenjangan kompetensi pegawai yang ada dengan standar
kompetensi yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan;
• Terdapat kesempatan/hak bagi pegawai di satuan Kerja terkait untuk
mengikuti diklat maupun pengembangan kompetensi lainnya;
• Telah melakukan upaya pengembangan kompetensi (capacity
building/transfer knowledge); dan
• Telah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil pengembangan
kompetensi dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Pemberitahuan Pimpinan/Pejabat berwenang atas
kebutuhan diklat sesuai dengan hasil Training Need Analysis untuk
pengembangan kompetensi;
• Dokumen Surat Keputusan Pimpinan/Pejabat Berwenang tentang
rencana pengembangan kompetensi pegawai;
• Dokumen analisa tingkat kesenjangan kompetensi pegawai yang ada
dengan standar kompetensi yang ditetapkan untuk masing-masing
jabatan;
• Dokumen Surat Pemberitahuan kepada seluruh pegawai terkait diklat
yang ada dan memberikan kesempatan/hak bagi pegawai di satuan
Kerja terkait untuk mengikuti diklat tersebut maupun pengembangan
kompetensi lainnya;
• Daftar (rekapitulasi) kegiatan pengembangan kompetensi (capacity
building/transfer knowledge) dalam perode pembangunan zona
integritas; dan
• Dokumen Laporan monitoring dan evaluasi terhadap hasil
pengembangan kompetensi dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja
beserta bukti tindak lanjutnya.

16
d) Penetapan Kinerja Individu
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• telah memiliki penilaian kinerja individu yang terkait dengan kinerja
organisasi;
• ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan indikator
kinerja individu level diatasnya;
• telah melakukan pengukuran kinerja individu secara periodik; dan
• hasil penilaian kinerja individu telah dilaksanakan/ diimplementasikan
mulai dari penetapan, implementasi dan pemantauan.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Penjenjangan Kinerja (Cascading Kinerja) dari Pimpinan
sampai jenjang terendah pada satuan kerja;
• Dokumen Perjanjian Kinerja Pimpinan dan seluruh aparatur;
• Dokumen Laporan Hasil Pengukuran Kinerja secara berkala
(diutamakan berbasis TI);
• Dokumen Evaluasi Kinerja Pegawai (Surat Undangan, Daftar Hadir,
Notula dan Foto Kegiatan);
e) Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode
perilaku telah dilaksanakan/diimplementasikan;
Data dukung antara lain:
• Dokumen sosialisasi aturan disiplin/kode etik/kode perilaku (surat
undangan, daftar hadir, notula dan foto kegiatan);
• Dokumen evaluasi pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku
(laporan evaluasi, surat undangan, daftar hadir, notula dan foto
kegiatan)
f) Sistem Informasi Kepegawaian
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti pelaksanaan sistem informasi kepegawaian
pada satuan Kerja telah dimutakhirkan secara berkala.
Data dukung antara lain:
Tangkap Layar Monitoring Pemutakhiran data pegawai pada aplikasi
SIKEP selama periode pembangunan zona integritas;

17
2) Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
a) Kinerja Individu
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah ukuran
kinerja individu telah berorientasi hasil (outcome) sesuai pada levelnya;
Data dukung antara lain:
• Dokumen Pohon Kinerja (Penjenjangan Kinerja);
• Dokumen Perjanjian Kinerja dan Sasaran Kinerja Pegawai dari
Pimpinan dan seluruh aparatur;
b) Assessment pegawai
Diukur dengan melihat apakah hasil assessment telah dijadikan
pertimbangan untuk mutasi dan pengembangan karir pegawai;
Data dukung antara lain:
• Dokumen Pelaksanaan Baperjakat;
• Dokumen Notula Rapat Pimpinan atau sejenisnya terkait hasil
assessment telah dijadikan pertimbangan untuk mutasi dan
pengembangan karir pegawai.
c) Pelanggaran disiplin pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah terjadi
penurunan pelanggaran disiplin pegawai;
Data dukung antara lain:
• Laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penegakan disiplin
pegawai;
• Analisa perbandingan pelanggaran disiplin pegawai sebelum dan
sesudah dilakukan pembangunan zona integritas.

d. Penguatan Akuntabilitas
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan
kegiatan dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Target yang
ingin dicapai melalui program ini adalah:
1) meningkatnya kinerja instansi pemerintah; dan
2) meningkatnya akuntabilitas instansi pemerintah.
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian program ini digunakan
indikator-indikator:
1) Aspek Pemenuhan
a) Keterlibatan Pimpinan
Dalam penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja, salah satu komponen
yang termasuk di dalamnya adalah dokumen perencanaan strategis satuan

18
Kerja tersebut. Dokumen ini menyajikan arah pengembangan yang
diinginkan dengan memperhatikan kondisi satuan Kerja saat ini termasuk
sumber daya yang dimiliki, strategi pencapaian, serta ukuran keberhasilan.
Agar penjabaran dokumen perencanaan strategis ini dapat terlaksana
dengan baik dibutuhkan keterlibatan pimpinan instansi. Beberapa hal yang
harus dilakukan oleh pimpinan instansi, sebagai berikut:
• Satuan Kerja telah melibatkan pimpinan secara langsung pada saat
penyusunan perencanaan;
• Satuan Kerja telah melibatkan secara langsung pimpinan saat
penyusunan penetapan kinerja; dan
• Pimpinan telah memantau pencapaian kinerja secara berkala.
Data dukung antara lain:
• Dokumen kegiatan rapat penyusunan perencanaan (surat undangan,
daftar hadir, notula dan foto kegiatan);
• Dokumen kegiatan rapat penyusunan penetapan kinerja (SK Penetapan
Kinerja, surat undangan, daftar hadir, notula dan foto kegiatan); dan
• Dokumen kegiatan rapat pemantauan pencapaian kinerja secara
berkala (Laporan monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja, tangkap
layar pencapaian kinerja pada aplikasi Komdanas, surat undangan,
daftar hadir, notula dan foto kegiatan)
b) Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja
Pengelolaan akuntabilitas kinerja terdiri dari pengelolaan data kinerja,
pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja. Untuk mengukur pencapaian
program ini digunakan indikator di bawah ini:
• Satuan Kerja telah memiliki dokumen perencanaan;
• Dokumen perencanaan telah berorientasi hasil;
• Telah terdapat penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU);
• Indikator kinerja telah memiliki kriteria Specific, Measurable, Acheivable,
Relevant and Time bound (SMART);
• Satuan Kerja telah menyusun laporan kinerja tepat waktu;
• Pelaporan kinerja telah memberikan informasi tentang kinerja; dan
• Satuan Kerja telah membangun sistem informasi kinerja;
• Satuan Kerja telah berupaya meningkatkan kapasitas SDM yang
menangangi akuntabilitas kinerja.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Satuan Kerja telah memiliki dokumen perencanaan yakni
Cetak Biro Mahkamah Agung 2010 – 2035, Rencana Strategis 2020 –
2024, Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja;
• Dokumen Indikator Kinerja Utama yang telah diotorisasi;

19
• Dokumen laporan kinerja beserta bukti pengiriman (melalui surat
elektronik maupun pengiriman cetakan laporan kinerja);
• Tangkap layar aplikasi SIPP dan MIS SIPP;
• Dokumen laporan kegiatan terkait peningkatan kapasitas SDM yang
menangangi akuntabilitas kinerja (Surat Pemberitahuan Diklat, Sertifikat
dan bukti keikutsertaan pada kegiatan diklat/bimtek/sosialisasi).

2) Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
a) Meningkatnya capaian kinera:
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi persentase
sasaran dengan capaian 100% atau lebih;
Data dukung yaitu Capaian Kinerja pada dokumen LKjIP khususnya
Penjelasan pada BAB III;
b) Pemberian Reward and Punishment
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah hasil
capaian/monitoring perjanjian kinerja telah dijadikan dasar sebagai
pemberian reward and punishment bagi organisasi;
Data dukung antara lain:
Penghargaan atas capaian kinerja satuan kerja yang berasal dari instansi
lain di luar Mahkamah Agung, maupun dari internal Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang berada di bawahnya;
c) Kerangka logis kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah terdapat
penjenjangan kinerja yang mengacu pada kinerja utama organisasi dan
dijadikan dalam penentuan kinerja seluruh pegawai.
Data dukung antara lain:
• Pohon Kinerja;
• Perjanjian Kinerja;
• Sasaran Kinerja Pegawai Pimpinan dan seluruh aparatur.

e. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada masing-masing instansi pemerintah.
Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
1) meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara oleh masing-
masing instansi pemerintah;
2) menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang pada satuan Kerja.
3) Meningkatkan sistem integritas di satuan Kerja dalam upaya pencegahan KKN

20
Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan
untuk menerapkan penguatan pengawasan, yaitu:
1) Aspek Pemenuhan
a) Pengendalian Gratifikasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• satuan Kerja telah memiliki public campaign tentang pengendalian
gratifikasi; dan
• satuan Kerja telah mengimplementasikan pengendalian gratifikasi.
Data dukung antara lain:
• Media sosialisasi/public campaign tentang pengendalian gratifikasi,
seperti banner, spanduk, videotron, tangkap layar sosialisasi pada
media social;
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang tentang Pembentukan
Tim Pengendali Gratifikasi;
• Dokumen laporan implementasi pengendalian gratifikasi dari Tim
Pengendali Gratifikasi;
b) Penerapan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP) Pengukuran
indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang seharusnya
dilakukan, seperti:
• satuan Kerja telah membangun lingkungan pengendalian;
• satuan kerja telah melakukan penilaian risiko atas satuan Kerja;
• satuan kerja telah melakukan kegiatan pengendalian untuk
meminimalisir risiko yang telah diidentifikasi; dan
• satuan kerja telah mengkomunikasikan dan mengimplementasikan
SPI kepada seluruh pihak terkait.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait Penerapan
Manajemen Risiko, dan Tim Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
• Dokumen penilaian risiko atas satuan kerja;
• Dokumen laporan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir risiko
yang telah diidentifikasi (Laporan monitoring dan evaluasi
pengendalian intern, undangan rapat, daftar hadir, notula dan foto
kegiatan); dan
• Dokumen sosialisasi kegiatan SPIP.
c) Pengaduan Masyarakat
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• satuan kerja telah mengimplementasikan kebijakan pengaduan
masyarakat;
21
• satuan kerja telah melaksanakan tindak lanjut atas hasil penanganan
pengaduan masyarakat;
• satuan kerja telah melakukan monitoring dan evaluasi atas
penanganan pengaduan masyarakat; dan
• satuan kerja telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas penanganan
pengaduan masyarakat.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait Pembentukan
Tim Penanganan Pengaduan dan Whistle Blowing System;
• Tangkap layar aplikasi SIWAS (dashboard user Pimpinan dan user
meja pengaduan);
• Tangkap layar aplikasi SIWAS (statistik penanganan pengaduan);
• Dokumen laporan kegiatan penanganan pengaduan dan WBS
(Laporan monitoring dan evaluasi beserta tindak lanjutnya atas
penanganan pengaduan dan WBS, undangan rapat, daftar hadir,
notula dan foto kegiatan).
d) Whistle Blowing System
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• satuan kerja telah menerapkan whistle blowing system;
• satuan kerja telah melakukan evaluasi atas penerapan whistle blowing
system; dan
• satuan kerja menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan whistle
blowing system.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait Pembentukan
Tim Penanganan Pengaduan dan Whistle Blowing System;
• Tangkap layar aplikasi SIWAS (dashboard user Pimpinan dan user
meja pengaduan);
• Tangkap layar aplikasi SIWAS (statistik penanganan pengaduan);
• Dokumen laporan kegiatan penanganan pengaduan dan WBS
(Laporan monitoring dan evaluasi beserta tindak lanjutnya atas
penanganan pengaduan dan WBS, undangan rapat, daftar hadir,
notula dan foto kegiatan).
e) Penanganan benturan kepentingan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• Satuan kerja telah mengidentifikasi benturan kepentingan dalam tugas
fungsi utama;

22
• Satuan kerja telah menyosialisasikan penanganan benturan
kepentingan;
• Satuan kerja telah mengimplementasikan penanganan benturan
kepentingan;
• Satuan kerja telah melakukan evaluasi atas penanganan benturan
kepentingan; dan
• Satuan kerja telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas penanganan
benturan kepentingan.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait penerapan
penanganan benturan kepentingan dalam tugas fungsi utama,
termasuk penjelasan atas identifikasi bentuk-bentuk benturan
kepentingan;
• Dokumen kegiatan sosialisasi penanganan benturan kepentingan
(Surat Undangan Sosialisasi, Daftar Hadir, Notula dan Foto Kegiatan);
• Dokumen laporan implementasi penanganan benturan kepentingan
pada periode pembangunan zona integritas;
• Dokumen laporan evaluasi atas penanganan benturan kepentingan
pada periode pembangunan zona integritas; dan
• Dokumen laporan tindak lanjut hasil evaluasi atas penanganan
benturan kepentingan.

2) Aspek Reform
a) Mekanisme pengendalian aktivitas
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah telah
dilakukan mekanisme pengendalian aktivitas secara berjenjang.
Data dukung antara lain:
• SOP penanganan perkara dan pengawasannya
(Hawasbid/Hatiwasda);
• Tangkap layar aplikasi SIPP dan MIS SIPP;
b) Penanganan pengaduan masyarakat
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat persentase
penanganan pengaduan masyarakat.
Data dukung antara lain:
Tangkap layar aplikasi SIWAS (statistik penanganan pengaduan) pada
periode pembangunan zona integritas.

23
c) Penyampaian laporan harta kekayaan pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi
• Tingkat kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK bagi pegawai yang wajib
LHKPN;
• Tingkat kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur
Sipil Negara (LHKASN) melalui aplikasi Sistem Informasi Pelaporan
Harta Kekayaan (SiHARKA) bagi pegawai yang tidak wajib LHKPN.
Data dukung antara lain:
Dokumen (Rekapitulasi) penyampaian LHPKN dan LHKASN beserta bukti
penyampaiannya.

f. Peningkatan kualitas pelayanan publik


Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kualitas dan inovasi pelayanan publik pada masing-masing instansi pemerintah
secara berkala sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Disamping itu,
peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan untuk membangun kepercayaan
masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan masyarakat sebagai sarana
untuk melakukan perbaikan pelayanan publik.
Target yang ingin dicapai melalui program peningkatan kualitas pelayanan publik ini
adalah:
1) meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih murah, lebih
aman, dan lebih mudah dijangkau) pada instansi pemerintah;
2) meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi
pelayanan nasional dan/atau internasional pada instansi pemerintah; dan
3) meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik oleh masing-masing instansi pemerintah.
Atas dasar hal tersebut, maka terdapat beberapa indikator yang perlu dilakukan
untuk menerapkan peningkatan kualitas pelayanan publik, yaitu:
a) Aspek Pemenuhan
a) Standar Pelayanan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• Satuan kerja telah memiliki kebijakan standar pelayanan;
• Satuan kerja telah memaklumatkan standar pelayanan;
• Satuan kerja telah melakukan reviu dan perbaikan atas standar
pelayanan dan SOP.
• Satuan kerja telah melakukan publikasi atas standar pelayanan dan
maklumat pelayanan.

24
Data dukung antara lain:
• Dokumen Standar Pelayanan;
• Dokumen Maklumat Pelayanan;
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait pelaksanaan
reviu dan perbaikan atas standar pelayanan dan SOP;
• Tangkap layar pada Website Resmi Satuan Kerja terkait publikasi atas
standar pelayanan dan maklumat pelayanan.
b) Budaya Pelayanan Prima
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• Satuan kerja telah melakukan berbagai upaya peningkatan
kemampuan dan/atau kompetensi tentang penerapan budaya
pelayanan prima;
• Satuan kerja telah memiliki informasi tentang pelayanan mudah
diakses melalui berbagai media;
• Satuan kerja telah memiliki sistem reward and punishment bagi
pelaksana layanan;
• Satuan kerja memberikan kompensasi kepada penerima layanan bila
layanan tidak sesuai standar;
• Satuan kerja telah memiliki sarana layanan terpadu/terintegrasi; dan
• Satuan kerja telah melakukan inovasi pelayanan.
Data dukung antara lain:
• Dokumen laporan kegiatan peningkatan kemampuan dan/atau
kompetensi tentang penerapan budaya pelayanan prima;
• Tangkap layar pada website resmi satuan kerja terkait sosialisasi atas
penjelasan informasi tentang pelayanan mudah diakses melalui
berbagai media;
• Dokumen Surat Edaran atau Surat Keputusan Pejabat Berwenang
(misalnya Surat Edaran Direktorat Jenderal Badan Peradilan) terkait
penerapan sistem reward and punishment bagi pelaksana layanan;
• Dokumen Surat Edaran atau Surat Keputusan Pejabat Berwenang
terkait kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai
standar;
• Dokumen Surat Edaran atau Surat Keputusan Pejabat Berwenang
terkait sarana layanan terpadu/terintegrasi; dan
• Dokumen Surat Edaran atau Surat Keputusan Pejabat Berwenang
terkait penerapan inovasi pelayanan.

25
c) Pengelolaan pengaduan
• Terdapat media pengaduan dan konsultasi pelayanan yang
terintegrasi dengan SP4N-Lapor!;
• Terdapat unit/penangung jawab yang mengelola pengaduan dan
konsultasi pelayanan;
• Telah dilakukan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan
konsultasi.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait pengelolaan
media pengaduan dan konsultasi pelayanan yang terintegrasi dengan
SP4N-Lapor!, serta tangkap layar akun SP4N-Lapor! satuan kerja ;
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait penunjukkan
unit/penangung jawab yang mengelola pengaduan dan konsultasi
pelayanan;
• Dokumen laporan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan
konsultasi beserta Monev dan tindaklanjutnya.
d) Penilaian kepuasan terhadap pelayanan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan mengacu pada kondisi yang
seharusnya dilakukan, seperti:
• Satuan kerja telah melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan;
• Hasil survei kepuasan masyakat dapat diakses secara terbuka; dan
• Satuan kerja telah melakukan tindak lanjut atas hasil survei kepuasan
masyarakat.
Data dukung antara lain:
• Laporan hasil survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
beserta tangkap layar resume hasil survei kepuasan masyarakat pada
website resmi satuan kerja serta kanal/media lainnya yang dapat
diakses secara terbuka; dan
• Dokumen laporan tindak lanjut atas hasil survei kepuasan masyarakat
beserta bukti tindak lanjutnya.
e) Peningkatan teknologi informasi
• Telah menerapkan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan;
• Telah terbangunnya database yang terintegrasi;
• Telah dilakukan perbaikan secara terus-menerus terkait penggunaan
teknologi informasi dalam pemberian pelayanan.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait penggunaan
teknologi informasi dalam memberikan pelayanan (misalnya SK
Penerapan PTSP Online);
26
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait pemberlakuan
sistem terpusat sehingga database terintegrasi secara nasional
(misalnya SK Penyelenggaran SIPP dan SK Penanganan Pengaduan
melalui SIWAS);
• Dokumen laporan hasil monitoring dan evaluasi terkait penggunaan
teknologi informasi dalam pemberian pelayanan beserta
tindaklanjutnya.

b) Aspek Reform
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat:
a) Upaya dan/atau inovasi telah mendorong perbaikan pelayanan publik;
• Penanganan pengaduan, saran dan masukan.
Data dukung antara lain:
• Dokumen laporan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
pelayanan publik yakni terkait penanganan pengaduan pelayanan,
saran dan masukan dalam pemberian pelayanan;
• Dokumen tindak lanjut atas hasil monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan pelayanan publik (laporan tindak lanjut hasil monev, surat
undangan rapat monev pelayanan publik, daftar hadir, notula dan foto
kegiatan);
b) Upaya dan/atau inovasi pada pelayanan telah dipermudah:
• Kesesuaian persyaratan
• kemudahan sistem, mekanisme, dan prosedur;
• kecepatan waktu penyelesaian;
• kejelasan biaya/tarif, gratis;
• kualitas produk spesifikasi jenis pelayanan;
• kompetensi pelaksana/web;
• perilaku pelaksana/web;
• kualitas sarana dan prasarana;
• waktu lebih cepat;
• pelayanan publik yang terpadu;
• alur lebih pendek/singkat;
• terintegrasi dengan aplikasi.
Data dukung antara lain:
• Dokumen surat keputusan pejabat berwenang terkait penerapan
inovasi yang mempercepat dan/atau mempermudah Layanan;
• Dokumen rekapitulasi/jumlah layanan yang ada;
• Dokumen rekapitulasi/jumlah Layanan yang dipercepat dan/atau
dipermudah.

27
c) Penanganan pengaduan pelayanan
Indikator ini diukur dengan melihat tingkat penyelesaian pengaduan
pelayanan beserta media konsultasi yang disediakan melalui berbagai
kanal/media secara responsif dan bertanggung jawab.
Data dukung antara lain:
• Tangkap layar penyelesaian pengaduan pelayanan dan/atau
konsultasi masyarakat baik melalui website resmi satuan kerja, ulasan
google (google review), atau kanal/media lainnya;
• Dokumen Surat Keputusan Pejabat Berwenang terkait penunjukan tim
penyelesaian pengaduan pelayanan dan/atau konsultasi masyarakat.

2.2.2. Komponen Hasil


Dalam pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM, fokus
pelaksanaan reformasi birokrasi tertuju pada dua sasaran utama, yaitu:
a. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel
Sasaran terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel diukur dengan
menggunakan ukuran:
1) Nilai persepsi korupsi (survei eksternal);
Nilai persepsi korupsi merupakan hasil survei kuantitatif terhadap stakeholders
yang terkait dengan suatu instansi tentang tingkat korupsi yang terjadi pada
satuan kerja yang mengusulkan zona integritas. Beberapa hal utama terkait
komponen survei ini adalah:
a) Diskriminasi pelayanan
Untuk memastikan bahwa satuan kerja memberikan pelayanan dengan
tidak membeda-bedakan karena faktor suku, agama, kekerabatan,
almamater dan sejenisnya
b) Kecurangan pelayanan
Memastikan bahwa tidak terjadi pemberian layanan yang tidak sesuai
dengan ketentuan sehingga mengindikasikan kecurangan.
c) Menerima imbalan dan/atau gratifikasi
Memastikan bahwa satuan kerja tidak menerima/bahkan meminta imbalan
dan/atau gratifikasi diluar ketentuan yang berlaku.
d) Percaloan
Memastikan bahwa satuan kerja yang mengusulkan Zona Integritas tidak
terdapat praktik-praktik percaloan (baik pihak percaloan dapat berasal dari
oknum pegawai pada unit layanan, maupun pihak luar yang memiliki
hubungan/atau tidak memiliki hubungan dengan oknum pegawai).
e) Pungutan liar
Memastikan bahwa tidak terjadi permintaan biaya diluar dari ketentuan
standar biaya resmi pada satuan kerja yang mengajukan zona integritas.

28
Data dukung antara lain:
• Dokumen Laporan Hasil Survei tentang tingkat korupsi yang terjadi
pada satuan kerja yang mengusulkan zona integritas;
• Tangkap layar terkait resume hasil survei tingkat korupsi yang
dipublikasikan pada website resmi satuan kerja dan kanal/media
lainnya.
2) Capaian kinerja lebih baik.
Capaian kinerja lebih baik dilakukan pengukuran untuk memastikan bahwa
selain dari aspek pelayanan serta integritras, satuan kerja juga memperhatikan
ketercapaian kinerja terhadap kinerja yang diperjanjikan. Kriterian capaian
kinera lebih baik mencakup:
a) Target kinerja utama tercapai lebih dari 100% dan lebih baik dari capaian
kinerja utama tahun sebelumnya serta lebih baik dari capaian kinerja
nasional atau rata-rata capaian kinerja unit yang sejenis;
b) Target kinerja utama tercapai 100% dan lebih baik dari capaian kinerja
utama tahun sebelumnya;
c) Target kinerja utama tercapai 100% atau lebih, namun tidak lebih baik
dari capaian kinerja utama tahun sebelumnya;
d) Target kinerja utama tidak tercapai;
e) Kinerja utama tidak berorientasi hasil.
Data dukung antara lain:
• Dokumen capaian kinerja pada dokumen LKjIP khususnya Penjelasan
pada BAB III;
• Analisa perbandingan capaian kinerja periode pembangunan zona
integritas dengan capaian kinerja tahun sebelumnya.
b. Kualitas pelayanan publik yang prima
Sasaran terwujudnya kualitas pelayanan publik yang prima diukur melalui nilai
persepsi kualitas pelayanan (survei eksternal). Pelaksanaan survey persepsi
kualitas pelayanan mengacu pada kebijakan terkait Survey Kepuasan Masyarakat
(SKM) yang diterbitkan oleh Kementerian PANRB cq Deputi Bidang Pelayanan
Publik.
Data dukung antara lain:
• Dokumen Laporan Hasil Survei tentang kualitas pelayanan mengacu pada
kebijakan terkait Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) yang diterbitkan oleh
Kementerian PANRB cq Deputi Bidang Pelayanan Publik;
• Tangkap layar terkait resume hasil survei kualitas pelayanan yang
dipublikasikan pada website resmi satuan kerja dan kanal/media lainnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025, Jakarta ; 2020
______, Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
058/KMA/SK/X/2019 tentang Pedoman Pembangunan ZI menuju wilayah
bebas korupsi (WBK) dan WBBM pada Mahkamah Agung dan Badan
Peradilan dibawahnya
______, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
RI Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, Jakarta ; 2020
______, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dan Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di Instansi Pemerintah, Jakarta;2021

40

Anda mungkin juga menyukai