Anda di halaman 1dari 158

Peran Self Control Pada Santri Dalam Keberhasilan

Menghafal Al-Qur’an: Studi Kasus Santri Pondok


Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Sabilillah
Wonosobo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:
MUHAMMAD MALIKUL HUDA
NIM. 43040180046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
ii
Peran Self Control Pada Santri Dalam Keberhasilan
Menghafal Al-Qur’an: Studi Kasus Santri Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Sabilillah
Wonosobo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh:
MUHAMMAD MALIKUL HUDA
NIM. 43040180046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022

iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Muhammad Malikul Huda
NIM : 43040180046
Jurusan : Psikologi Islam
Fakultas : Dakwah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orag
lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini
diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan IAIN
Salatiga.

Salatiga,
24 Agustus 2022
Yang menyatakan

Muhammad Malikul Huda

vi
MOTTO

‫ب ۡال ُمتَ َو ِك ِل ۡي‬ َ ‫فَ ِاذَا ع ََز ۡمتَ فَتَ َوك َّۡل‬
ِؕ ٰ ‫علَى‬
ٰ َّ‫ّللا اِن‬
ُّ ‫ّللاَ يُ ِح‬

“Kemudian apabila engkau telah membulatka tekad, maka


bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal.”

{Q.S. Al Imran: 159}

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


hidayah, kesehatan, karunia dan semua yang saya butuhkan, Allah
SWT sebaik-baik sutradara kehidupan. Skripsi ini penulis
persembahkan untuk:

1. Abah Miftahul Huda dan Azizah, dan Kakak Muhammad


Maulana Al Huda, serta adik Muhammad Sayyidul Huda,
dan Muhammad Syamsul Huda. Terimakasih atas doa,
dukungan, motivasi, semagat, cinta dan kasih sayang, serta
pengorbanan yang telah diberikan.
2. Sahabat dan teman dekat saya yang selalu memberi
motivasi dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Rovi’in, M.Ag. selaku dosen pembimbing dan ibu
Qurrotu Ayun, M.Psi, selaku kaprodi, terimakasih atas
segala arahan, bantuan, bimbingan, dan motivasinya.
4. Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri serta seluruh keluarga besar
PPTI Al-Falah Salatiga yang telah memberikan restu, doa
dan ilmunya.
5. Seluruh sahabat di PPTI Al-Falah Salatiga yang senantiasa
memberikan dorongan dan dukunganya.
6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 khususnya
Program Studi Psikologi Islam

viii
ABSTRAK

Huda, Malikul Muhammad. 2022. Peran Self Control Pada Santri


Dalam Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an: Studi Kasus
Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Sabilillah
Wonosobo. Tahun 2022. Skripsi, Salatiga: Program Studi
Psikologi Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Rovi’in, M.Ag.

Kata Kunci : Self Control, santri, menghafal Al-Qur’an.


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Self
Control yang terjadi pada santri yang sedang menghafalkan Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo yang diulas menggunakan teori-teori psikologi.
Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan
pendekatan Studi Kasus, sumber data penelitian yang diperoleh
melalui 6 (enam) informan santri yang menghafal Al-Qur’an,
serta dokumen yang terkait dengan tema penelitian. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah santri Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo yang
menghafalkan Al-Qur’an. Analisis data dilakukan dengan melalui
tahap reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa. 1. Peran Self Control
pada santri yang sedang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo sangat
berpengaruh. Individu dengan Self Control yang baik dapat
menghafalkan Al-Qur’an lebih cepat dibandingkan dengan
individu yang kualitas Self Control nya buruk. 2. Faktor
pendukung dan penghambat pada santri yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
SabilillahWonosobo berupa faktor internal dan eksternal.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada


Allah SWT, yang telah melimpahkan semua nikmat, berkat, taufik,
karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peran Self Control Santri Dalam
Keberhasilan Menghafal Al-Qur’an: Studi Kasus Santri Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Sabilillah Wonosobo”, tanpa
halangan yang berarti.

Shalawat beserta salam, tak lupa senantiasa tercurahka


kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW. Beserta keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang selalu setia serta
menjadikannya sebagai suri tauladan yang baik yang mana
beliaulah satu-satunya manusia yang mereformasi umat manusia
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang, yakni
dengan ajaran agama islam, semoga kita semua dapat mendapat
syafaat beliau kelak dihari akhir. Aamiin.

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini. Dengan demikian penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

x
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga.
3. Bapak Rovi’in, M.Ag. Selaku Dosen Pembimmbing Skripsi
yang senantiasa membimbing saya dengan baik dan ikhlas.
4. Ibu Qurottu Ayun, M. Psi. selaku Ketua Program Studi
Psikologi Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
5. Ibu Eva Palupi, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik kelas B angkatan 2018 program studi Psikologi
Islam
6. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staf IAIN Salatiga yang
telah memberikan pendidikan, bimbingan, pengarahan dan
pengetahuan serta dukungan serta motivasi yang begitu luar
biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1.
7. Bapak dan Ibu Staf Akademik Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo yang telah mengizinkan saya untuk
mengumpulkan data penelitian.
9. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu
penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa
sebutkan satu per satu.

xi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sepenuhnya menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
mengingat keterbatasan penulis dalam hal kemmampuan,
pengetahuan, waktu dan pengalaman. Namun inilah yang
terbaik yang dapat penulis berikan dan laukan, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang
yang membaca umumnya. Besar harapan penulis semoga
semua perbuatan baik dapat diterima dan diridhoi Allah SWT.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan bagi
penyempurnaan skripsi ini. Aamiin.

Salatiga, 27 Juli 2022

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................... i


Halaman Lembar Berlogo IAIN Salatiga............................... ii

Halaman Sampul Dalam ......................................................... iii


Halaman Persetujuan Pembimbing ....................................... iv
Halaman Pengesahan Kelulusan ............................................. v
Halaman Pernyataan Keaslian Dan Kesediaan Publikasi ... vi
Halaman Motto ....................................................................... vii
Halaman Persembahan ......................................................... viii
Abstrak ..................................................................................... ix
Kata Pengantar ......................................................................... x
Daftar Isi................................................................................. xiii
Daftar Tabel .......................................................................... xvii
Daftar Gambar .................................................................... xviii
Daftar Lampiran ................................................................... xix
BAB I Pendahuluan.................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1. Manfaat Teoritis ........................................................... 7

xiii
2. Manfaat Praktis ............................................................ 7

E. Penegasan Istilah ............................................................... 7

1. Self Control .................................................................. 7


2. Santri ............................................................................ 8
3. Menghafal Al-Qur’an ................................................... 8
4. Pondok Pesantren ......................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI ................................................. 11

A. Kajian Teori .................................................................... 11


1. Self Control ................................................................ 11
a. Pengertian Self Control.......................................... 11
b. Aspek-aspek Self Control ...................................... 13
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Control ... 14
d. Ciri-ciri Self Control .............................................. 16
e. Tahap-tahap Self Control ....................................... 17
f. Lagkah-langkah Membangun Self Control ........... 18
g. Jenis-jenis Self Control .......................................... 19
h. Karakteristik Self Control yag tinggi .................... 22
2. Pondok Pesantren ....................................................... 23
a. Pengertian Pondok Pesantren ................................ 23
b. Jenis-jenis Pondok Pesantren ................................ 25
3. Santri .......................................................................... 27
a. Pengertian Santri ................................................... 27
b. Jenis-Jenis Santri ................................................... 28

xiv
4. Menghafal Al-Qur’an ................................................. 28
a. Pengertian Menghafalkan Al-Qur’an .................... 28
b. Istilah-istilah Dalam Menghafal Al-Qur’an .......... 34
c. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ......................... 36
d. Hukum Menghafal AL-Qur’an .............................. 38

B. Tinjauan Pustaka ............................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN....................................... 43

A. Jenis Penelitian ......................................................... 43


B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................... 44
C. Data dan Sumber Data.............................................. 44
D. Prosedur Pengumpulan Data .................................... 45
E. Teknik Analisis Data ................................................ 46
F. Pengecekan Keabsahan Data .................................... 48

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA .................. 49

A. Deskripsi Data .......................................................... 49


1. Profil Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an ....... 49
2. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an .... 50
3. Logo Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an ........ 52
4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an ............................................................... 54
5. Pola Pengasuhan Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an ............................................................... 55
6. Struktur dan Susunan Pengurus dan Komite
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an ................. 58

xv
7. Jadwal Kegiatan Santri ...................................... 60
B. Temua Data .............................................................. 68
1. Peran Self Control dalam menghafalkan
Al-Qur’an pada santri di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............ 68
2. Faktor pendukung dan penghambat santri
dalam menghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............ 70
C. Analisi Data .............................................................. 73

1. Peran Self Control dalam menghafal


Al-Qur’an pada santri di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............ 75
2. Faktor pendukung dan penghambat santri
dalam Menghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............ 77

BAB V PENUTUP52 ............................................................ 82

A. Kesimpulan ............................................................ 82
B. Saran ...................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA............................................................ 84

xvi
Daftar Tabel

Tabel 4.1 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Tqhfidzul Qur’an

Sabilillah Wonosobo .................................................................................... 58

Tabel 4.2 Daftar Nama Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Sabilillah Wonosobo .................................................................. ….. 59

Tabel 4.3 Daftar nama KomitePondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Sabilillah Wonosobo .............................................................................. ….. 60

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Santri Putra Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Sabilillah Wonosobo .................................................................. ….. 61

Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Santri Putri Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Sabilillah Wonosobo ................................................................. …... 63

Tabel 4.6 Rangkuman Faktor Pendukung dan Penghambat

Menghafal Al-Qur’an ............................................................................. …. 80

xvii
Daftar Gambar

Gambar 4.1 Logo Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabillah


Wonosobo .............................................................................................52

xviii
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Curiculum Vitae ............................................................... 90

Lampiran 2 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing ............................. 91

Lampiran 4 Lembar Konsultas............................................................. 92

Lampiran 5 Nilai Satuan Kredit Kegiatan (SKK) ................................ 93

Lampiran 6 Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif .................. 95

Lampiran 6 Surat ijin Penelitian ke Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............................................... 96

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ....................................................... 97

Lampiran 10 Hasil Wawancara ............................................................ 97

Lampiran 12 Dokumentasi ................................................................ 131

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan Islam yang masih eksis di Indonesia dengan
menggunakan metode tradisional dalam mendalami ilmu
agama Islam dan belajar membentuk akhlak yang mulia dalam
kehidupan sehari-hari. Pondok pesantren sudah berkembang
sejak sebelum pendidikan formal ada. Pesantren didirikan oleh
orang yang disebut dengan da’i, kyai, mubaligh atau ustadz,
dan di dalamnya berisi ajaran-ajaran agama Islam yang di
bawa oleh para saudagar arab melalui perdagangan. Pondok
pesantren memiliki kurikulum pendidikan yang di dasarkan
pada ajaran Al-Qur’an, hadis dan pendapat para ulama.
Dimana dalam pembelajarannya berisi ajaran-ajaran ilmu
akhirat dan juga ilmu dunia yang sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an sebagai pedomanya.

Ada beberapa jenis pondok pesantren seperti pondok


pesantren modern, pondok pesantren salaf dan lain
sebagainya, setiap pondok pesantren mempunyai fokus ilmu
yang berbeda-beda dan karakteristik yang berbeda, seperti
halnya pondok pesantren salaf dimana para santri mempelajari
kitab-kitab dengan metode tradisional seperti kitab kuning dan
berbagai pondok pesantren lainya yang mempunyai fokus

1
ilmu tersendiri dan metode pembelajaran sesuai fokus ilmu
yang tentukan oleh pondok pesantren.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan dari


Allah SWT kepada Nabi Agung Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Bagi para
penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan kemulyaan baik di
dunia maupun di akhirat. Dalam menghafal Al-Qur’an banyak
sekali proses hambatan-hambatan dalam penghafalan dan
tidak semudah apa yang kita bayangkan, bahkan penghafal Al-
Qur’an mempunyai kewajiban untuk menjaga hapalanya jika
dia tidak bisa menjaga hapalan tersebut maka akan
dikategorikan sebagai salah saatu perbuatan dosa.

Menurut Zamani dan Maksum menghafal Al-Qur’an


adalah suatu aktivitas dengan membaca secara berulang-ulang
sehingga menghafal dari satu ayat ke ayat berikutnya, dari satu
surat ke surat yang lainnya dan begitu juga seterusnya
sehingga genap hafal tiga puluh juz. Menurut Syaikh
Nashirudin Al-Albai dan beberapa pendapat mayoritas ulama
hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardzu kifayah (Suroyya
et al., 2019). Proses menghafal Al-Qur’an tidaklah mudah
banyak tantangan dan problem yang dihadapi oleh santri yang
menghafal Al-Qur’an. Ada bayak faktor yang mempengaruhi
seseorag dalam menghafal Al-Qur’an, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Faktor eksternal, diantaranya banyak
kegiatan dalam pondok pesantren yang harus dilakukan oleh

2
santri tidak hanya menghafalkan Al-Qur’an akan tetapi juga
harus melakukan kegiatan seperti belajar pendidikan formal
dalam sekolah maupun universitas, musyawarah, mengkaji
kitab, bahtsul dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa juga
menjadi salah satu faktor menghambat proses penghafalan.
Sedangkan faktor internal yang berperan penting dalam
memengaruhi seseorang dalam menghafal Al-Qur’an adalah
Self Control atau kontrol diri (Anisa, 2017).

Self Control adalah kemampuan seseorang untuk


mengendalikan dirinya sendiri secara sadar supaya
menghasilkan perilaku yang tidak merugikan orang lain,
sehingga sesuai dengan norma sosial dan dapat diterima oleh
lingkungannya (Gandawijaya, 2017). Kontrol diri merupakan
kemampuan untuk mengelola dan mengontrol perilaku sesuai
dengan kondisi dan situasi untuk menampilkan diri dalam
mengendalikan perilaku, melakukan sosialisasi, memiliki
kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan mengubah
perilaku supaya sesuai dengan orang lain, keinginan
menyenangkan orang lain, menutupi perasaannya dan sesuai
dengan orang lain sehingga dapat di terima oleh orang lain
yang berada di lingkungannya. Self Control merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menahan diri dari
segala godaan yang bersifat negatif yang dapat memudarkan
pemikiran yang jauh dari objek pemula dan perilaku yang
kurang sesuai dengan norma sosial yang ada di masyarakat.

3
Jika seseorang sudah mampu mengendalikan diri dengan baik,
maka dapat mencegah individu untuk berperilaku impulsif
yang dapat merugikan dirinya dan dapat fokus mengerjakan
apa yang menjadi tujuannya.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Sabilillah


Wonosobo adalah salah satu dari ratusan pondok pesantren di
Wonosobo yang berdiri pada hari Rabu, 13 Maret 1996 M/15
Syawal 1416 H. Pondok pesantren ini menerapkan metode
pendidikan secara tradisional klasikal seperti pengajaran
menggunakan kitab kuning serta konsen ilmu terhadap
penghafalan Al-Qur’an. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah adalah induk pondok dari yayasan
DARUSSAADAH, dengan berbagai cabang insatansi seperti
MTs, MA dan berbagai cabang pondok pesantren yang
tersebar di berbagai kota di Jawa Tengah dan Kalimantan.
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo berfokus pada output santri atau keberlanjutan
masa depan santri, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah dalam bidang pendidikanpun selalu memberikan
arahan yang berlanjut, seperti dari pendidikan MTs yang
berkelanjutan ke MA dan di lanjutkan ke Pondok Pesantren
Al-Hikam Jakarta sekaligus Kampus Al-Hikam yang didirikan
oleh Kh. Ahmad Hasim Muzadi. Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah telah melahirkan berbagai Guru, Ustadz-
Ustadzah, Kyai dan lain sebagainya. Dengan berkonsentreasi

4
pada hafalan Al-Qur’an pengkajian kitab Tauhid melahirkan
santri yang dapat membawa Al-Qur’an baik secara menghafal
teksnya, memahami artinya, dan mengamalkan isinya.
Dengan begitu Pondok Pesantren ini mempunyai karakter
santri dengan adab yang baik dan tingkahlaku yang baik.
Dikarenakan padatnya kegiatan di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo yang dimulai dari
pukul 04.20 WIB dan berakhir pada 22.00 WIB, bahkan
banyak kegiatan di luar jadwal kegiatan Pondok Pesantren
seperti kegiatan di kampus, santri mengharuskan bisa
menejemen jadwal kegiatan dirinya supaya bisa menjaga
hafalanya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih
mendalam bagaimana santri dalam menghafalkan Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
Sabilillah Wonosobo.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik menggali
lebih dalam informasi mengenai bagaimana peran self Control
pada santri dalam proses menghafal Al-Qur’an dan apa saja
faktor pendukung dan penghambat pada santri dalam
menghafalkan Al-Qur’an Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo Sabilillah Wonosobo. Untuk itu,
penelitian tertarik untuk mengambil judul “Peran Self
Control Pada Santri Dalam Keberhasilan Menghafal Al-
Qur’an : Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an (PPTQ) Sabilillah Wonosobo”

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
maka dirumuskan.
1. Bagaimana peran Self Control dalam proses menghafal
Al-Qur’an pada santri di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah Wonosobo?
2. Apa Faktor pendukung santri dalam menghafalkan Al-
Qur’an Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo?
3. Apa Faktor penghambat santri dalam menghafalkan Al-
Qur’an Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis meneliti kasus ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh Self Control pada santri
penghafal Al-Qur’an santri PPTQ Sabilillah Wonosobo.
1. Untuk mengetahui peran Self Control dalam
menghafalkan Al-Qur’an pada santri di PPTQ Sabilillah
Wonosobo.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung santri penghafal Al-
Qur’an PPTQ Sabilillah Wonosobo.
3. Untuk mengetahui penghambat santri penghafal Al-
Qur’an PPTQ Sabilillah Wonosobo.

6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritits
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan
bisa berguna untuk mengembangkan dunia psikologi
terutama pada psikologi pendidikan perkembangan, dan
penulis mengharapkan hasil penelitian ini bisa berguna
untuk pondok pesantren yang diteliti serta bisa menambah
wawasan bagi semua pembaca.
2. Manfaat praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi baru, sebagai civitas akademika,
mahasiswa IAIN Salatiga, maupun masyarakat khususnya
untuk santri pondok pesantren untuk bisa mengetahui
bagaimana yang seharusnya dilakukan ketika sedang
menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantren.

E. Penegasan Istilah
1. Self Control

Menurut Menurut Lazarus Self Control adalah


kemampuan dimana individu untuk mengambil sesuatu
keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
kognitif untuk menghasilkan perilaku yang berguna untuk
mencapai keinginan (Nashori, 2012).

7
2. Santri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Santri
berarti orang yang mendalami agama Islam, orang yang
beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang
mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan
berguru ke tempat yang jauh seperti pesantren dan lainnya
(Kbbi, 2016).
3. Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an berati mengingat-ingat
bacaan Al-Qur’an dan dilakukan secara berulang-ulang
baik dengan mendengar maupun dengan membacanya
(Susianti, 2017).
4. Pondok Pesantren
Menurut Abdurrahman Wahid (Suharto, 2011),
pesantren merupakan tempat dimana santri hidup.
Pesantren sendiri berasal dari kata “santri” yang
ditambahkan imbuhan “pe” dan “an”.

F. Sistematika Penulisan

Secara umum, dalam isi dan sistematika penulisan skripsi


penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian awal skripsi
terdiri dari: halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN,
halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan kelulusan, halaman deklarasi atau

8
pernyataan keaslian penelitian, halaman motto, halaman
persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar dan daftar lampiran.

Untuk memudahkan dalam menyusun skripsi, pada bagian


inti sistematika penulisan skripsi terdiri dari beberapa bab,
yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III
Metode Penelitian, Bab IV Deskripsi dan Analisis data, dan
Bab V Penutup.
Pada Bab I terdiri beberapa sub bab, yaitu latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian (manfaat teoretis dan manfaat praktis), penegasan
istilah dan sistematika penulisan. Bab II beriasi landasan teori,
teridiri dari kajian teori (telaah teoretik terhadap pokok
permasalahan penelitian) dan tinjauan pustaka (kajian
penelitian terdahulu).
Bab III metode penelitian, terdiri dari: jenis penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, data dan sumber data, teknik
analisis data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan
pengecekan keabsahan data. Bab IV terdiri dari deskripsi data
dan analisis data. Bab V penutup terdiri dari kesimpulan dan
saran.
Bagian akhir struktur penulisan skripsi terdiri dari
daftar Pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup. Daftar
Pustaka berisi bahan-bahan Pustaka yang menjadi rujukan
penyusunan skripsi yang ada dalam naskah skripsi. Lampiran

9
dalam bagian akhir penulisan skripsi hendaknya berisi
dokumen yang dipandang penting misalnya instrument
penelitian, data mentah hasil penelitian, transkip wawancara,
catatan observasi, surat izin dan tanda bukti telah
melaksanakan pengumpulan data penelitian, foto dan
lampiran lain yang dianggap perlu. Riwayat hidup hendaknya
disajikan secara naratif dan menggunakan sudut pandang
orang ketiga (penulis).

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Self Control
a. Pengertian Self Control

Self Control diartikan sebagai kemampuan


untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa
ke arah konsekuensi positif. Self Control merupakan
jalinan yang utuh (integrative) yang dilakukan
individu terhadap lingkunganya. Individu dengan self
control tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang
tepat untuk berperilaku dalam situasi bervariasi.
Individu cenderung akan mengubah perilakunya
sesuai dengan permintaan situasi sosial yang
kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat
perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk
situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk
memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan
terbuka (Ghufron & Risnawita, 2017).

Menurut Lazarus (Nashori, 2012) Self


Control adalah kemampuan individu untuk
mengambil sesuatu keputusan berdasarkan

11
pertimbangan-pertimbangan kognitif untuk
menghasilkan perilaku yang berguna untuk mencapai
keinginan. Kemapuan seseorang untuk melakukan
Self Control merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasali oleh remaja.
Tugas perkembangan dalam hal ini, yaitu
memepelajari apa yang diinginkan oleh kelompok
sosialnya dan bersedia membentuk perilaku sesuai
dengan harapan sosial, tanpa harus didorong,
diawasi, diancam dan dibimbing seperti yang dialami
pada masa kanak-kanak.

Menurut Chaplin (2014), Self Control adalah


suatu kemampuan seseorag untuk mengendalikan
tingkah lakunya sendiri, kemampuan untuk
menekankan dan menghadapi tingkah laku yang
impulsif. Self Control bisa diartikan sebagai
kemampuan manusia untuk menahan dan
mengendalikan perilaku sosial yang tidak pantas.
(Sinaga, 2018).

Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di


atas, maka dapat disimpulkan bahwa Self Control
adalah kemampuan individu untuk mengarahkan dan
mengatur perilaku, membimbing, emosi serta
dorongan-dorongan atau keinginan dalam dirinya

12
pada perilaku yang sesuai dengan lingkungan sekitar
tempat tinggal individu.

b. Aspek-aspek Self Control


Menurut Sarafino (Sarafino & Smith, 2014)
aspek self control diri dibagi menjadi dua, yakni :
1) Internal locus of control
Internal locus of control adalah keyakinan
bahwa kendali atas suatu peristiwa atau kejadian
terletak pada diri sendiri, sehingga diri sendiri yang
harus bertanggung jawab atas berbagai peristiwa
yang terjadi. Namun ada beberapa orang yang
memiliki external locus of control yang berarti
individu tersebut merasa tidak memiliki kendali
atas berbagai peristiwa yang terjadi pada dirinya,
individu dengan external locus of control
menganggap hal baik yang menimpa diri adalah
factor keberuntungan.
2) Memiliki Self Efficacy
Self Efficacy adalah salah satu ciri penting
yang memberikan akses pada employability (Fitrah
& Widhiastuti, 2022) keyakinan yang ada dalam
diri individu bahwa dirinya mampu dan akan
berhasil dalam melakukan hal tertentu yang
diinginkan. Individu akan memperkirakan peluang
keberhasilan dari suatu hal yang akan dilakukan

13
berdasarkan pengalaman yang memiliki
sebelumnya. Dalam memutuskan untuk mencoba
suatu hal, ada dua harapan dari individu, yakni:
a) Harapan hasil, yakni bila suatu kegiatan
dilakukan dengan benar maka akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
b) Harapan self efficacy, yakni diri dapat
menampilkan suatu hal dengan benar dan
sebagaimana mestinya.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self Control

Menurut Ghufron & Risnawita, pembentukan


Self Control pada diri seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
(Ghufron & Risnawita, 2017).

1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu. Salah satu faktor
internalnya adalah usia. Semakin bertambahnya
usia seseorang maka akan semakin baik
kemampuan individu dalam melakukan kontrol
terhadap diri sendiri. Selain usia, faktor internal
pembentuk Self Control adalah kematangan
emosi. Seseorag yang sudah mencapai
kematangan secara emosi mampu membentuk

14
kepribadian, Kerjasama dengan kelompok,
mengambil keputusan serta meningkatkan harga
diri (Kuswanto, 2021).
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah
lingkungan keluarga. Orangtua mendominasi
peran penting dalam membimbing kemampuan
Self Control anak. Dari hasil penelitian Nasichah
(2000) menunjukan bahwa persepsi remaja
terhadap penerapan disiplin orangtua yang
semakin demokratis cenderung diikuti tingginya
kemampuan mengontrol dirinya. Dengan sperti
itu bila orangtua memiliki konsisten menerapkan
disiplin kepada anaknya mulai sejak dini dan
orang tua tetap konsisten terhadap konsekuensi
yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari
yang sudah ditetapkan, maka sikap
kekonsentrasian ini akan di internalisasi anak
dan kemudian akan menjadi Self Control pada
dirinya.
Sama halnya dengan pernyataan Hurlock
(Marsela & Supriatna, 2019) Faktor yang
mempengaruhi self control secara garis besar
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

15
1) Faktor Internal
Faktor internal yang ikut adil kepada
self control yakni usia. Semakin usia dari
seseorag bertambah maka akan semakin baik
pula perkembangan pengertian, imajinasi,
dan kemampuan mengatasi dan mengingat
yang dapat mempengaruhi reaksi emosional
sehingga kemampuan self control seseorang
semakin membaik.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal antaralain seperti
lingkungan di keluarga, keluarga terutama
orangtua yang menentukan bagaimana
seseorang mampun mengontrol dirinya

d. Ciri-ciri Self Control


Menurut Logue (Wibowo, 2020) seseorang
yang mampu mengontrol diri adalah orang yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) memegang teguh tugas yang berulang meskipun
berhadapan dengan berbagai gangguan.
2) mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan
norma yang ada.
3) Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh
amarah.

16
4) Bersikap toleransi terhadap stimulus yang
berlawan.

e. Tahap-tahap Perkembangan Self Control


Menurut Michele Borba (Feby, 2020),
disebutkan ada lima tahap perkembangan Self
Control yaitu:
1. Tahap pertama: Membentuk rasa aman (pada
masa awal pertumbuhan 0-1 tahun).
Bayi masih sangat berpusat pada dirinya dan
menjajaki lingkunganya dengan bantuan
pengasuhnya sebagai pendukung rasa aman.
2. Tahap kedua: Berorientasi pada kontrol eksternal
(pada masa belajar berjalan 1-3 tahun).
Anak akan merespons kontrol eksternal dari
orang-orang dewasa dan menuruti permintaan
mereka.
3. Tahap ketiga: Mengikuti aturan yang ketat (pada
masa prasekolah 3-6 tahun).
Anak aka mengikuti aturan-aturan orang dewasa
dalam bentuk perintah yang sering mereka
ucapkan secara keras untuk mengontrol
perilakunya.
4. Tahap keempat: menyadari dorongan dari dalam
(pada masa remaja 12-20 tahun).

17
Anak menggunakan kesadaranya untuk
mengarahkan perilakunya dan mengatur dorongan
dari dalam dirinya. Ia mulai belajar mengatasi
persoalan dan mengembangkan kesadaran yang
kuat terhadap perilakunya.
5. Tahap kelima: berorientasi pada kontrol internal
(pada masa remaja 12-20 tahun) .
Anak memeroleh banyak kemajuan dalam
mengatasi persoalan dan lebih menyadari
keinginan dan tindakanya.

f. Langkah-langkah Membangun Self Control


Langkah dalam membangun Self Control
(Marzuki & Ag, 2015) yaitu:
1) Beri contoh kontrol diri dan jadikan hal tersebut
sebagai prioritas. Ada empat kebiasaan dalam
keluarga yang bisa menumbuhkan kontrol diri,
yaitu:
a) Ajarkan makan dan nilai kontrol diri
b) Tekadkan mengajarkan kontrol diri kepada
diri
c) Buatlah motto kontrol diri dalam keluarga
d) Buat aturan bahwa hanya boleh bicara dalam
keadaan terkontrol

18
2) Doronglah agar memotivasi diri. Ada lima cara
agar mendorong diri melakukan tugas dengan
baik yakni:
a) Ubahlah kata ganti “aku” menjadi “kamu”
b) Tumbuhkan pujian internal
c) Mintalah agar anak menghargai perbuatan
sendiri
d) Buat jurnal keberhasilan
e) Buatlah seritifikat
3) Ajarkan cara mengontrol dorongan agar berpikir
sebelum bertindak. Ada empat cara
mengendalikan amarah agar dapat mengatasi
situasi yang mengakibatkan stres, yaitu:
a) Belajar mengungkapkan dengan kata-kata.
b) Perhatikan tanda-tanda amarah.
c) Tenangkan diri dengan berbicara dalam hati.
d) Ajarkan cara teknik pernapasan.

g. Jenis-jenis Self Control


Jenis-jenis Self Control dibagi menjadi tiga yakni:
1. Kontrol Perilaku (Behavior Control)
Kontrol perilaku merupakan kesiapan
tersedianya suatu respons yang dapat secara
langsung memengaruhi atau memidivikasi suatu
keadaan yang tida menyenangkan. Kemampuan
mengontrol perilaku dibagi menjadi dua yakni:

19
a) Mengatur pelaksanaan (regulated
administration)
Merupakan kemampuan individu untuk
menentukan siapa yang mengendalikan
situasi atau keadaan
b) Kemampuan memodifikasi stimulus
(stimulus modafibility)

Merupakan kemampuan untuk


mengetahui untuk mengetahui bagaimana da
kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki
dihadapi.

2. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)


Kontrol kognitif merupakan kemampuan
individu dalam mengolah informasi yang tidak
diinginkan dengan cara menginterprentasi,
menilai atau menghubungkan suatu kejadian
dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi
psikologis atau mengurangi tekanan, aspek ini
terdiri dari dua komponen (Ghufron & Risnawita,
2017), yakni:
a) Memperoleh informasi (information gain)
b) Melakukan penelitian (appraisal)

20
3. Mengontrol keputusan (Decesional control)
Mengontrol keputusan merupakan
kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau
suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Menurut (Ghufron &
Risnawita, 2017). Ada tiga jenis kualitas Self
Control, yakni:
a) Overl control
Merupakan konrol diri yang dilakukan oleh
individu secaraberlebihan yang menyebabkan
individu banyak menahan diri dalam beraksi
terhadap stimulus.
b) Under control
Merupakan suatu kecenderungan individu
untuk melepaskan implusivitas dengan bebas
tanpa perlindungan yang masak.
c) Approppriate control
Merupakan kontrol idividu dalam upaya
mengendalikan implus secara tepat.
Untuk mengatur Self Control biasanya digunakan
aspek-aspek seperti :
a) Kemampuan mengontrol perilaku.
b) Kemampuan mengontrol stimulus.
c) Kemampuan mengatasi suatu peristiwa atau
kejadian.

21
d) Kemampuan menafsirkan peristiwa.
e) Kemampuan mengambil keputusan.

h. Karakteristik Self Control Yang Tinggi


Herwanto menyebutkan bahwa individu yang
mempunyai Self Control yang tinggi sangat
memerhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku
dalam situasi kondisi yang bervariasi. Individu lebih
cenderung akan mengubah perilakunya sesuai
dengan permintaan situasi sosial yang kemudian
dapat mengatur kesan yang harus dibuat.perilakunya
cenderung lebih responsif terhadap petunjuk yang
situasional dan lebih fleksibel serta berusaha untuk
memperlancar dalam interasksi sosialnya sehingga
bersikap hangat dan lebih terbuka (Fatimah, 2019).
Sedangkan menurut Mulyani, bahwa individu
yang memiliki Self Control yang baik adlah sebagai
berikut:
1. Dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan
norma yang berlaku dimana ia bertempat.
Kecenderungan individu dalam menaati
peraturan dan norma yang berlaku
mencerminkan kemampuanya dalam
mengendalikan dirinya meskipun sebenernya
individu ingin melanggar peraturan dan norma.

22
2. Tidak menunjukan perilaku yang dipengaruhi
amarah atau bisa mengendalikan emosi yang
negatif. Kemampuan merespon stimulus
dengan emosi yang positif bisa membantu
individu untuk terbiasa mengendalikan diri
dalam berperilaku dengan sesuai harapan
lingkunganya.
3. Toleransi terhadap stimulus yang tidak
diharapkan agar memeroleh menfaat ataupun
keuntungan yang besar.
4. Selalu mengerjakan tugas walaupun terdapat
beberapa hambatan atau gangguan, hal ini biasa
disebut dengan sikap yang istiqomah (Fatimah,
2019).

2. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren

Menurut Direktorat Jenderal Kelembagaan


Agama Islam, Bidang Pendidikan Keagamaan dan
Pondok Pesantren, pondok pesantren pada umunya
digambarkan pada beberapa ciri khas yang melekat
yaitu adanya pengasuh pondok pesantren (kyai, ustadz,
Tengku, buya, tuan guru), adanya masjid sebagai pusat
kegiatan ibadan dan tempat belajar, serta adanya

23
asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal santri
(Usman, 2013).

Sedangkan menurut Abdurrahman Wahid


(Suharto, 2011), pesantren merupakan tempat dimana
santri hidup. Pesantren sendiri berasal dari kata
“santri” yang ditambahkan imbuhan “pe” dan “an”.
Pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan
Islam tertua yang berasal dari budaya masyarakat
Indonesia.

Pondok pesantren memiliki beberapa tujuan


khusus seperti berikut:

1) Mendidik santri atau siswa, anggota masyarakat


untuk menjadi seorang muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT., berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, keterampilan serta sehat lahir maupun
batin dan sebagai warga negara yang berpancasila.
2) Mendidik santri atau siswa agar menjadi manusia
muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh,
berjiwa ikhlas, tabah, Tangguh, berwiraswasta
dalam mengamalkan syari’at Islam secara dinamis
dan utuh.
3) Mendidik santri atau siswa untuk memeroleh
kepribadian dan mempertebal sebangat
kebangsaan agar bisa menumbuhkan manusia-

24
manusia pembangun dirinya dan bertanggung
jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.
4) Membangun tenaga penyuluh pembangunan
mikro atau keluarga, dan regional atau pedesaan
lingkungan masyarakat.
5) Mendidik santri atau siswa supaya bisa menjadi
tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sector
pembangunan mental dan spiritual.
6) Mendidik santri atau siswa untuk membantu
dalam meninkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat, dalam rangka usaha pembangunan
masyarakat bangsa. (Mutohar & Anam, 2013)

b. Jenis-jenis Pondok Pesantren


Secara umum Pondok Pesantren dibagi menjadi dua
kategori yakni:
1) Pondok pesantren salafiah
Pondok pesantren salafiah adalah istilah
yangdigunakan untuk penyebutan pondok
pesantren dengan bertipr tradisional (Mangunjaya,
2014). Pondok pesantren tipe ini yang masih tetap
memertahankan sistem pendidikan dengan khas
pondok pesantren, baik dari segi kurikulum
maupun dari metode pendidikanya. Bahan ajar
meliputi ilmu-ilmu agama Islam dengan memakai
kitab-kitab klasik yang berbahasa arab sesuai

25
dengan kemampuan ataupun kelas masing-masing
santri.
Pengertian lain menyebutkan Pondok
Pesantren salaf adalah Pondok Pesantren yang
tetap memertahankan pengajaran kitab-kitab
klasik yang digunakan sebagai inti pendidikan di
Pondok Pesantren, sistem madrasah diterapkan
untuk memudahkan sistem sorogan yang
digunakan dalam pengajian bentuk lama dan tanpa
mengenalkan pengajaran umum (Soebahar, 2013).
2) Pondok pesantren khalafiah
Pondok pesantren khalafiah yakni pondok
pesantren yang mengadopsi sistem pendidikan
madrasah atau sekolah dengan kurikulum yang
disesuaikan dengan kurikulum pemerintah yang
telah disesuaikan baik dari Depag ataupun
Depdiknas Pondok Pesantren khalafiah
berkembang sesuai dengan tuntutan jaman
maupun masyarakat yang menginginkan pondok
pesantren memasukan mata pelajaran umum pada
kurikulum pondok pesantren.

Dari beberapa pendapat tokoh di atas, dapat ditarik


kesimpulan bahwa pondok pesantren merupakan
suatu Lembaga Pendidikan Islam, dimana semua
siswanya disebut dengan santri, tinggal Bersama

26
dan belajar di bawah bibimbingan guru yang
disebut dengan kyai.

3. Santri
a. Pengertian Santri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Santri
berarti orang yang mendalami agama Islam, orang
yang beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang
mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan
berguru ke tempat yang jauh seperti pesantren dan
lainnya (Kbbi, 2016).
Secara etimologis ada beberapa pendapat tentang
pengertian santri. Kata santri adalah gabungan dari dua
sukukata yakni sant yang berarti baik dan tra yang
berarti suka menolong (Umar, 2014). Pendapat lain
juga mengartikan santri mungkin diturunkan dari asal
kata Sansekerta shastri yang dalam pemakaian bahasa
modern memunyai arti sempit dan luas. Arti sempit
ialah seorang pelajar sekolah agama di dalam
pesantren, sedangkan arti luasnya dan lebih umum,
kata santri merujuk pada seseorang anggota bagian
penduduk jawa yang menganut Islam dengan sungguh-
sungguh (Sulara, 2022).

27
b. Jenis-jenis Santri
Dhofier menyebutkan bahwa secara tradisi, santri
dikelompokan menjadi dua jenis kelompok, yakni:
1) Santri mukim
Santri mukim yakni siswa yang berasal dari
berbagai daerah baik yang jauh ataupun yang
dekat danmenetap di pondok pesantren. Santri
yang mukim yang sudah cukup lama bertempat di
pondok pesantren biasanya terkumpul menjadi
satu kelompok tersendiri dimana santri tersebut
mempunyai tanggung jawab membantu
kepentingan dalam kegiatan pondok pesantren
sehari-hari, bahkan mereka juga bertanggung
jawab sebagai pengajar kitab untuk mengajarkan
kepada santri-santri baru di pondok pesantren.
2) Santri kalong
Santri kalong yakni siswa yang biasanya berasal
dari desa sekeliling pondok pesantren dan tidak
menetap atau bertempat di dalam pondok
pesantren (Shiddiq, 2015).

4. Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menghafal mempunyai kata dasar “hafal”
yang berarti “telah masuk di dalam ingatan, dan dapat
mengucapkan di luar kepala” (Arini, 2019).

28
Menghafal ialah sebuah aktivitas menanamkan suatu
materi yang verbal melalui proses mental kemudian
menyimpanya ke dalam ingatan, sehingga dapat
diproduksi kembali ke alam bawah sadar ketika
sedang diperlukan (Rusman, 2017).
Al-Qur’an adalah kitab suci umat muslim
yang diturunkan dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril
untuk diteruskan penyampaianya untuk seluruh umat
manusia di bumi sampai akhir zaman nanti. Al-
Qur’an adalah kitab suci paling lengkap bagi umat
manusia sejak awal turun lima belas abad yang lalu
dan akan tetap sesuai dengan segala perkembangan
zaman pada saat ini maupun untuk masa yang
mendatang bahkan sampai hari kiamat nanti. Al-
Qur’an mempunyai nama lain yang semuanya
menunjukan kemuliaan Al-Qur’an. Nama lain selain
Al-Qur’an adalah : Al-Furqan, At-Tanzil, Adz-
Dzikir, Al-Kitab, Selain semua itu Al-Qur’an
mempunyai beberapa sifat yang mulia seperti nur,
hudan, rahmah, syifa,mau’idzah, aziz, mubarak,
basyir, nadzir dan lain sebagainya.
Menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses
mengingat ayat-ayat AL-Qur’an dan mencakup
semua materi di dalamnya seperti fonetik, waqof dan

29
lain sebagainya yang harus diingat secara utuh. Oleh
karena itu seluruh proses pengingatan ayat-ayat Al-
Qur’an dan bagian lain-lainya adalah proses
pengingatan kembali (recalling) harus tepat. Menurut
psikolog Atkinson, menyatakan abahwa perbedaan
dasar mengenai ingatan pertama adalah mengenai
tida tahapan, yakni:
1) Encoding (memasukan informasi ke dalam
ingatan memori atau ingatan)
Menghafalkan atau encoding yakni
memasukan ayat-ayat Al-Qur’an kedalam
memory, sejauh mata memandang maka sejauh
itu pula ayat dan huruf yang ditangkap. Seluruh
lingkup ayat yang masuk dalam pandangan akan
masuk ke ingatan. Pendengaranpun demikian.
Semua suara yang berasal dari bacaan kita
sendiri ataupun yang berasal dari media lain
seperti recording murratal akan secara tidak
langsung ditangkap oleh indera pendengaran
kita. Semua alat panca indera kitapun bekerja
seperti itu. Akan tetapi dua alat sensorik yakni
mata dan pendengaran memiliki perat yang
mendominasi dalam proses menghafal Al-
Qur’an. Oleh karea itu seseorang yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an dianjurkan untuk

30
menyerukan suara (jahr) disaat sedang
menghafalkan Al-Qur’an agar lebih medah
dimasukan kedalam memori (Yayan, 2015).
2) Storage (penyimpanan)
Storage adalah penyimpanan informasi
yang dikirim dari panca indera yang masuk dan
disimpan dalam gudang memori di otak kita.
Tempat gudang memori ini terletak di ingatan
jangka panjang (long term memory). Semmua
informasi yang sudah dimasukan ke dalam dan
disimpan ke dalam gudang memori tidak akan
pernah hilang. Oleh karena itu istilah lupa
hafalan sejatinya tidaklah kita lupa akan
hafalanya akan tetapi hanya karena kita bisa
berhasil menemukan kembali file yang dicari
dalam gudang memori. Demikian halnya dengan
proses menghafalkan Al-Qur’an, salah satu
usaha agar informasi yang masuk ke dalam
ingatan jangka pendek (short term memory) bisa
langsung ke tranfer di memori jangka panjang
(long term memory) adalah dengan cara
pengulangan (retrieval atau takrir) secara
perlahan berkala den terus menerus (Izzah et al.,
2019).

31
3) Retrieval (pengungkapan kembali)
Takrir atau retrieval adalah proses
pengungkapan kembali informasi yang telah
masuk dan disimpan dalam gudang memori.
Dalam menghafalkan Al-Qur’an, urutan ayat
yang sebelumnya secara otomatis menjadi
pancingan terhadap ayat yang selanjutnya. Oleh
karena itu kada lebih sulit untuk mengucapkan
ayat yang sebelumnya daripada ayat yang
selanjutnya.

Seperti yang sudah disebutkan, ingatan dibagi


menjadi dua jenis, yaitu :

1) Short term memory atau ingatan jangka


pendek

2) Long term memoty atau ingatan jangka


panjang (Izzah et al., 2019).

Untuk menghafalkan Al-Qur’an kecerdasan


pada otak bukanlah faktor yang mendominasi dalam
proses penghafalan. Karena seorang yang
mempunyai IQ tinggi belum bisa dijadikan jaminan
keberhasilan dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Kecerdasan dalam otak dalam menghafal ditandai
dengan usaha menjaga kualitas ingatan yang sudah
dimasukan kedalam memori. Dan untuk

32
mengeluarkan kembali ingatan yang telah disimpan
dalam gudang memori dibutuhkan penarikan dan
pengambilan bagian ingatan yang bergantung oleh
beberapa faktor, yakni tujuan, waktu, kekuatan, isi
dan sumber rangsangan untuk memancing ingatan
yang akan dipanggil. Sebagian orang memiliki
masalah pada daya ingat bukan pada menghafal
(Yayan, 2015)

Dengan membaca Al-Qur’an secara


berulangulang dan rutin akan memindahkan ayat-
ayat yang telah dihafal dari otak sebelah kiri ke otak
sebelah kanan. Salah satu karakteristik otak bagian
kiri adalah menghafal dengan cepat akan tetapi cepat
juga lupa, sedangkan karakteristik otak yang bagian
kanan adalah daya ingat yang membutuhkan waktu
yang lumayan lama supaya bisa memasukanya
kedalam memoriakan tetapi waktu yang cukup lama
tersebut mampu menjaga apa yang telah diingat dan
di hafal yang berjangka waktu ingatanpu cukup lama.
Membaca Al-Qur’an secara berulang-ulang sangat
efektif dalam memperkuat hafalan , mendengarkan
Al-Qur’an secara rutin juga bisa membantu
memasukan hafalan ayat kedalam ingatan yang
panjang (Hidayah, 2016).

33
b. Istilah-istilah Dalam Menghafal Al-Quran
Ada beberapa istilah-istilah yang sering
digunakan dalam lingkungan pesantren terutama
pondok pesantren yang khusus menghafal Al-Qur’an,
istilah-istilah tersebut yakni:
(Website Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
n.d.)
1) Nyetor
Istilah nyetor ini digunakan dalam
mengajukan setoran ayat-ayat Al-Qur’an yang
baru saja dihafalkan. Caranya, para santri
menulis berapa ju,lah ayat atau lembar yang akan
dihafalkan pada alat yang khusus, bisa berupa
blangko ataupun alat yang lainya, yang telah
pojok sesuai yang sudah dikehendaki santri.
2) Muraja’ah
Istilah ini adalah proses penghafalan Al-
Qur’an yang dilakukan oleh para asantri dengan
mengulang-ulang materi atau ayat hapalan yang
sudah disetorkan, dan proses ini dikakukan
secara pribadi.
3) Sima’an
Sima’an yakni kegiatan saling
mendengarkan hafalan atau bacaan secara

34
berpasangan dimana satu membaca atau
menghafal dan satunya menyimak, dengan cara
yang bergantian dalam kelompok juz.
4) Mudarasah
Istilah ini adalah saling mendengarkan
hafalan atau bacaan antara santri dalam
kelompok juz pada satu majlis. Cara ini bisa
dilakukan secara bergantian per ayat ataupun
beberapa ayat yang sudah disepakati oleh
pengasuh.
5) Talaqqi
Ini adalah sebuah proses mendengaarkan
ayat Al-Qur’an secara langsung di depan guru.
Kegiatan ini menlebih menitik beratkan pada
bunyi hafalan.
6) Takraran (takrir)
Yakni menyetorkan atau mendengarkan
materi hafalan ayat Al-Qur’an yang sesuai
dengan syang sudah tercantum dalam setoran
dihadapkan pengasuh dalam rangka
memantabkan hafalan dan juga sebagai syarat
mengajukan setoran hafalan yang baru. Takrir
ini biasa dilakukan tidak hanya pada hafalan ayat
yang tercantum dalam sato setoran, akan tetapi

35
juga dilakukan pada beberapa setoran
sebelumnya.
7) Bin-Nazar
Istilah ini adalah membaca Al-Qur’an
dengan melihat teks proses inni dilakukan dalam
rangka mempermuda menghafal Al-Qur’an dan
ini biasanya dilakukan oleh santri penghafal Al-
Qur’an yang pemula.
8) Musyafahah
Adalah proses memperagakan hafalan
Al-Qur’an secara langsung di depan ustadz.
Proses ini berfokus pada hal-hal yang terkait
dengan ilmu tajwid. Seperti makharijul huruf.
9) Bil-Ghaib
Ialah penguasaan penghafal dalam
menghafalkan ayat Al-Qur’an tanpa melihat teks
mushaf Al-Qur’an (Lutfy, 2016).

c. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Ada beberapa keutamaan dalam menghafal Al-


Qur’an, berikut adalah beberapa keutamaan
menghafalkan AL-Qur’an:

1) Bisa mendapat kedudukan yang tinggi dari


pandangan Allah. Seorang yang menghafalkan
Al-Qur’an sudah pasti mencintai kalamullah.

36
Allah juga mencintai mereka yang cinta kepada
kalam-Nya.
2) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan
mendapatkan banyak sekali pahala, seperti jika
digambarkan, pada setiap huruf yang di baca
seseorang akan mendapatkan 10 pahala dan
jumlah huruf Al-Qur’an sebagaimana yang
sudah disebutkan oleh Imam Sayuti di kitab Al-
Itqan terdapat 671.323 huruf. Maka bisa
digambarkan berapa juta pahala yang dihasilkan
ketika seorang penghafal Al-Qur’an berulang
kali membaca ayat suci Al-Qur’an.
3) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an
menjunjung nilai-nilai Al-Qur’an diberi julukan
dengan “Ahlullah” atau keluarga Allah SWT
atau orang-orang yang dekat dengan Allah SWT.
4) Nabi Muhammad SAW pernah menyegerakan
penguburan sahabat yang gugur di perang Uhud
yang hafalanya lebih banyak dari pada yang lain
sebagai penghargaan untuk mereka yang
menghafalkan Al-Qur’an.
5) Nabi Muhammad SAW Menjanjikan bahwa
orangtua penghafal Al-Qur’an ketika hari kiamat
kelak akan diberi mahkota oleh Allah SWT.

37
6) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan
mengaktifkan miliaran sel-sel pada otak melalui
menghafal, kegiatan ini berpotensi untuk
menjadikan otak menjadi semakit kuat dan
cerdas.
7) Penghafal Al-Qur’an termasuk pada golongan
orang-orang terdepan dalam menjaga
keautentikan, kemurnian dan kelestarian kitab
suci AL-Qir’an.
8) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan
mendapatkan Syafaat Al-Qur’an pada hari
kiamat, Al-Qur’an juga akan mengawal terus
shahibnya semenjak dari alam kubur sampai
masuk kedalam surga.
9) Karena Al-Qur’an ialah Mubarak yang penuh
keberkahan (K.H.Ahsan Sakho Muhammad,
Menghafalkan Al-Qur’an (Jakarta Selatan: PT.
Qaf Media Kreativa,2017) h. 27-33 -
Penelusuran Google, n.d.).

d. Hukum Menghafalkan Al-Qur’an

Kesepakatan para ulama dalam hukum


menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah. Apabila
di dalam masyarakat ada yang sudah
melaksanakanya maka seluruh masyarakat bebas dari
hukum, akan tetapi jika sama sekali tidak ada yang

38
melaksanakan dalam satu masyarakat, maka
berdosalah seluruh anggota masyarakat tersebut.
Imam As-Suyuti dalam kitabnya Al-Itqan
mengungkapkan bahwa “ketahuilah, sesungguhnya
menghafal Al-Qur’an itu adalah fardhu kifayah bagi
umat” (Izzah et al., 2019).

Seorang yang sudah selesai dalam menghafalkan AL-


Qur’an atau baru menyelesaikan sebagian dari
menghafalkan Al-Qur’an, maka hendaklah untuk
selalu mengulangnya agar tidak lupa akan hafalanya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di penggalan
ayat dalam Al-Qur’an.
ِ ‫فَا ٌ ْق َر ُءوا َما تَيَسَّر مِ نَ ْالقُ ْر َء‬....
....‫ان‬

Artinya:”...karena itu bacalah apa yang mudah


(bagimu) dari Al-Qur’an...” (Q.S. Al-Muzammil/73)

B. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis meninjau
beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
terlebih dahulu yang berkaitan dengan tema penelitian di
antaranya yaitu:

Penelitian Wafa’atul Inayah yang dilakukan pada


tahun 2020 yang berjudul “Manajemen Diri Mahasiswa Santri
Penghafal Al-Qur’an: Studi kasus di Pondok Pesantren Al-

39
Qur’aniyy Surakarta” Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa mahasiswa santri yang sedang menghafalkan Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Surakarta didorong
dengan adanya motivasi eksternal yaitu membahagiakan
kedua orangtua serta Adapun pengaruh dari lingkungan.
Pengelolaan diri 3 (tiga) santri mahasiswa penghafal Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Surakarta
menyatakan bahwa mempu mengelola dirinya dengan baik,
hal ini digambarkan dalam adanya jadwal hafalan yang
dilakukan secara disiplin dan rutin, berbeda dengan 2 (dua)
santri mahasiswa penghafal Al-Qur’an kurang mampu
mengelola jadwal dirinya dalam menghafal Al-Qur’an
(INAYAH & Supandi, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Taufikur Rahman pada


tahun 2014, dengan judul “Pengaruh Menghafal Al-Qur’an
terhadap Peningkatan Kontrol Diri Siswa MTs Miftahul Ihsan
Sentol Daya Sumenep Madura”. Hasil penelitian ini
menunjukan program menghafal Al-Qur’an satu bulan
menjadikan kontrol diri subjek semakin meningkat dan
memiliki pengarih baik, hasil skor pre-test adalah 441
sedangkan hasil post-test adalah 531. Hal ini menujukan
bahwa program menghafal Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai
salah satu metode untuk meningkatkan kontrol diri (Rahman,
2014).

40
Penelitian Ilham Hakiki pada tahun 2021 yang diberi
judul “Self control Santri dalam Menguatkan Hafalan Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan
Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat”. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana proses, hasil, faktor
penghambat dan faktor pendukung santri dalam menguatkan
hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek
Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Self Control santri dalam
menguatkan hafalan Al-Qur’an dapat memberikan dampak
positif bagi santri penghafal Al-Qur’an (Mahendra, 2019).

Penelitian A. Aulia Ihya Mahendra pada tahun 2019


yang berjudul “Peran Menghafal Al-Qur’an dalam
Meningkatkan Kontrol diri Pada Santri PTQ Darul Istiqomah
di Kelurahan Mangli Kecamatan Kaliwates Jember”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini di antaranya:

1) santri diberikan kebebasan untuk menggunakan metode


apapun dalam menghafal Al-Qur’an sedangkan dalam
proses setoran PTQ Darul Istiqomah menggunakan metode
sorogan.
2) faktor pendukung dalam menguatkan hafalan adalah, guru,
motivasi yang baik, dan lingkungan yang kondusif.
Sedangkan faktor penghambatnya antara lain adalah

41
kurang mapu memanagemen waktu dengan baik dari
padatnya aktivitas da tugas, minat dan juga cara membaca
Al-Qur’an yang masih perlu dilatih (Mahendra, 2019).
Dari semua penelitian terdahulu yang telah dipaparkan,
dapat dilihat bahwa kualitas self control yang tinggi sangat
berperan penting dalam menghafalkan AL-Qur’an begitu
pula sebaliknya, individu dengan self control yang rendah
biasanya mempunyai masalah yang sulit terselesaikan.
Bahkan dengan membaca, menghafalkan atau bahkan
mengimplikasikan makna ataupun lafadz Al-Qur’an bisa
memangun kulalitas Self Control yang tinggi.
Penulis menemukan ada beberapa perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, seperti lokasi penelitian yang akan dilaksanakan di
Pondok Pesantren Thafidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah tema
pembahasan, yakni sama-sama membahas tentang self
control dan juga persamaan membahas tentang Al-Qur’an.
Orientasi lingkungan penelitian juga sama yakni di
lingkungan Pondok Pesantren.

42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
(case study). Menurut Sugiyono (Kusumastuti et al., 2020),
metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
dilandaskan pada postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, peneliti sebagai instrument
kunci, pengambilan sampel dari sumber data dilakukan secara
snowball dan purposive, teknik pengumpulan dengan
triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil lebih
menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Sedangkan menurut Cresswel (Hadi et al., 2021),


penelitian kualitatif merupakan metode penelitian sebagai
suatu penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu
gejala sentral. Sedangkan pendekatan studi kasus dilakukan
untuk mempelajari secara intensif tentang interaksi
lingkungan, posisi, serta keadaan lapangan suatu unit
penelitian.

43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian di lakukan di Pondok


Pesanren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo, yang
beralamat di Jalan Sayyid Iman, Dusun Gondang, Desa
Sendangsari, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo Jawa
Tengah. Untuk waktu penelitian direncanakan akan
berlansung mulai bulan Juni-Juli 2022.

C. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian menggunakan data primer dan
data sekunder.
1. Data primer merupakan data yang didapatkan dari sumber
utama/pertama, baik dari hasil wawancara maupun
observasi yang dilakukan kepada subjek penelitian. Data
primer yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini
adalah hasil dari wawancara dengan 4 santri yang
menerapkan self control dan 2 santri yang mempunyai self
control yang rendah. Adapun beberapa informan pada
penelitian ini ada 6 orang yakni FT, SM, NR, ADR, ZA,
LTM. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah
data wawancara secara langsung.
2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber
tambahan di luar penelitian. Data sekunder biasanya
diperoleh dari buku, jurnal, arsip dan lain-lain. Data
sekunder merupakan data tambahan atau data pelengkap.

44
Pada penelitian kali ini penulis menggunakan data
sekunder berupa data pondok pesantren dan struktur
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah dan
beberapa informasi ataupun literasi lainya.

Data primer dari penelitian ini adalah data dari hasil


wawancara kepada subjek penelitian, yaitu santri Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo yang
menerapkan Self Control dalam menghafalkan Al-
Qur’an.

D. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data merupakan prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan data-data penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi.
1. Wawancara (interview) adalah salah satu kegiatan
mengumpulkan data yang paling bisa digunakan dalam
penelitian sosial. Kegiatan ini digunakan ketika subjek
kajian atau responden dan peneliti bertatap muka
langsung dalam proses mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan fakta, kepercayaan, perasaan,
keinginan, dan sebagainya yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan penelitian (Rosaliza, 2015).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara untuk mendapatkan data primer.
Wawancara ini berfokus pada self control santri yang

45
sedang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
2. Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh
kemampuan panca indera berdasarkan kepada fakta
kejadian empiris (Hasanah, 2017).
Penulis melakukan observasi secara langsung mengenai
self control yang ada di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah Wonosobo.
3. Dokumentasi menurut (Sugiyono, 2015) adalah suatu
cara yang digunakan untuk memeroleh data dan informasi
dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat
mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dalam penelitian
ini dokumentasi dilakukan supaya mendapatkan data
seperti dokumentasi bagunan pondok, informan, kegiatan
pondok pesantren dan lain sebagainya untuk tambahan
untuk data lain yang telah diperoleh saat melakukan
observasi dan wawancara.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan suatu upaya yang dilakukan
untuk menggambarkan secara deskriptif, naratif, atau tabulasi
terhadap data yang diperoleh. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian adalah seperti yang diungkapkan
oleh Miles dan Huberman. Miles Huberman menyatakan

46
bahwa data analisis terdiri dari tiga aktivitas, yaitu reduksi
data, display data, dan menarik kesimpulan.
1. Reduksi data merupakan proses bagaimana
memfokuskan, menyeleksi, menyederhanakan,
mengabstraksikan, serta mentransformasikan data mentah
yang muncul dalam penulisan catatan lapangan. Reduksi
data adalah suatu bentuk analisis yang ringkas, terfokus,
tajam, membuang data yang tidak penting dan
mengorganisasikan data sebagai bentuk untuk
menggambarkan kesimpulan akhir (Samsu, 2017).
Reduksi data dalam penelitian ini berfokus pada peran self
control santri yang sedang menghafalkan Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo.
2. Adapun data display merupakan suatu usaha untuk
merangkai informasi yang terorganisir dalam upaya untuk
mengambil Tindakan dan menggambarkan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan untuk
merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan
sementara maupun kesimpulan akhir.

47
F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengukur keabsahan data yang diperoleh dari
lapangan, maka perlu dilakukan pemeriksaan keabsahan data.
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan adalah teknik Triangulasi. Triangulasi terbagi
menjadi tiga jenis yakni triangulasi Teknik, triangulasi data
dan triangulasi teori. Pada penelitian kali ini, penulis
menggunakan triangulasi data.
Triangulasi Data yakni teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang
terkumpul untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa
penggunaan sumber, metode penyidik dan teori (Moleong,
2013).

48
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data
1. Profil Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo.
Pondok Pesanten Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo berdiri pada 13 maret 1996 M/ 15 Syawal
1416 H yang terletak di dataran tinggi di Wonosobo,
tepatnya di Jalan Sayyid Iman Dusun Gondang Rt 02 Rw
06, Desa Sendangsari, Kecamatan Garung, Kabupaten
Wonosobo. Pondok ini Didirikan oleh Kyai Rubiyanto
Miftahul Huda dengan sang istri Nyai Azizah Maesaroh.
Pondok Pesanten Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
mempunyai beberapa cabang pondok pesantren lainya
yang berada di Kalimantan Tengah,Watumalang
Wonosobo, Temanggung, dan Purworejo, serta
mempunyai cabang lembaga pendidikan formal seperti
Madrasah Tsanawiah dan Madrasah Aliyah. Pondok
Pesanten Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo dibawah
naungan Yayasan Darussa’adah.
Kurikulum di Pondok Pesanten Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo lebih tertuju pada menghafal Al-
Qur’an yang diampu langsung Ibu Nyai Azizah Maesaroh
dan juga dengan mempelajari kitab kuning kuno yang

49
juga diampu langsung oleh Kyai Rubiyanto serta dibantu
oleh santri-santri senior.
Kebanyakan dari para santri merupakan siswa MI,
MTs, MA dan Mahaiswa serta ada juga santri yang salaf
yakni santri yang hanya berfokus pada pendidikan yang
berada di Pondok Pesantren tanpa ikut pendidikan yang
formal, dan juga ada pengajian tersendiri untuk
masyarakat umum, kegiatan ini dilakukan ketika malam
hari dan pengajian ini biasanya di ikuti masyarakat yang
sudah berkeluarga atau sering disebut juga santri kalong.

2. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an


Sabilillah Wonosobo.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabililah


adalah salah satu dari seratus tujuh puluh tujuh pondok
pesantren yang ada di kabupaten wonosobo. PPTQ
Sabilillah berdiri pada 13 Maret 1996 M atau 15 Syawal
1416 H Oleh Kyai Rubiyanto Muhammad Miftahul Huda
di Desa Garung Wonosobo.

Pondok ini berdiri dikarenakan banyak remaja


dengan berbagai status sosial dan latarbelakang yang
berdeda-beda, akan tetapi sebagian besar remaja adalah
anak yang bertolak belakang dengan kehendak orang tua
mereka, dimana pada masa itu orang tua hanya

50
menginginkan anak untuk bekerja tanpa memedulikan
pendidikan baik pendidikan formal ataupun non formal.

Berawal dari lima remaja yang sekaligus santri


pertama Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
yakni; Tukirman yang berstatus sebagai mahasiswa,
Suryadi anak pedagang kelontong, Saryono dengan
pekerjaan kernet angkutan kota, Agus Hartono yang
berstatus pelajar dan Mukhozin yang bekerja sebagai
Petani. Mereka berlimalah yang menjadi santri pertama
dan sekaligus membantu pengasuh dalam membangun
Pondok Pesantren tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
yang awalnya bernama Majlis Ta’lim Tahfidzul Qur’an
Sabilillah.

Pada tahun 1998 M/ 1418 H bangunan pertama


telah berdiri di Dusun Gondang, Desa Sendangsari,
Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Pada hari
Rabu tanggal 29 September 1999 Kyai Rubiyanto dan
Ustadz A.Su’bi, S,Ag. menghadap notaris Dzojo Suroso,
SH. Di Jalan Veteran nomor 32 Wonosobo guna
mengaktenotariskan yayasan dengan nama
“DARUSSA’ADAH” dan secara resmi pada hari sabtu 2
Oktober 1999 akte yayasan telah terdaftar pada buku
daftar Kepaniteraan Pengadilan Negeri Wonosobo
dengan nomor 08/Yay/99 yang ditandatangani oleh Wakil
Panitera Soemadi.

51
Setelah empat tahun berdiri dikarenakan desakan
dari masyarakat dan Departemen Agama Kecamatan
Garung khususnya seksi PPAI pada tahun 2001 H/1442
M status Majlis Ta’lim diubah menjadi Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah sekaligus terdaftar di
Departemen Agama Kabupaten Wonosobo dengan nomor
Statistik Pondok Pesantren Nomor 512330705050.

Sekarang Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an


Sabilillah sudah mempunyai ratusan santri dari seluruh
cabang pondok pesantren Yayasan DARUSSA’ADAH
dan juga jamaah pengajian tersendiri untuk masyarakat
yang menjadi santri kalong.

3. Logo Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah


Wonosobo.

Gambar 4.1 Logo Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabillah Wonosobo

52
Logo Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabillah Wonosobo berbingkai segi enam dengan
sembilan garis kuning keemasan, Al-Qur’an berada di
tengah yang terteropong mikroskop dan di sampingnya
terdapat pena yang terletak di atas tulisan ‫سبيل ا للّة‬
berlatar belakang warna hijau tua dengan sudut bingkai
sebagai dasar. Semua elemen yang berada pada logo
tersebut mempunyai makna sebagai berikut:

a. Sembilan garis tegak berwarna kuning keemasan


menggambarkan sembilan tokoh: ilmu aqidah, Ilmu
Akhlak (Tassawuf/Zuhud), Ilmu Syariat
(Fiqih/Bahasa). Keilmuan tersebut terbingkai
dalam segi enam warna kuning keemasan.
b. Segi enam warna kuning keemasan sebagai
perwujudan rukun iman
c. Warna hijau menggambarkan ketentraman jiwa
d. Sudut bingkai sebagai dasar menggambarkan
kedinamisan seorang santri yang telah memahami
rukun iman. Dengan dasar latar belakang ini santri
akan mampu melihat Al-Qur’an sampai sekecil-
kecilnya. Hal ini tersimbol dalam Al-Qur’an yang
tertteropong mikroskop.
e. Al-Qur’an terteropong mikroskop mempunyai
maksud mampu menangkap pesan-pesan moral Al-
Qur’an secara utuh mulai dari yang terbesar sampai

53
yang terkecil atau dari lingkup Syari’at, Tharikat,
Hakekat, dan Ma’rifat.
f. Pena mempunyai arti santri selalu dinamis dalam
mengekspresikan jiwanya dengan landasan ilmiah
yang semuanya itu terusung pada jalan allah atau
pada lafaz ‫سبيل ا للّة‬.
g. Lafaz ‫( سبيل ا للّة‬Sabilillah), Lafadz ini dibaca jer dan
berkedudukan majrur karena huruf ”Jer”nya
tersimpan. Huruf Jer selalu dibawah
menggambarkan ketawadhu’an-nya, sedangkan
sitrul ‘ilminya tergambar pada disimpanya huruf
Jer.

4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an


Wonosobo.

Supaya bisa mencapai keberhasilan dalam


mencetak kader leadership santri Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo memiliki Visi dan
Misi sebagai berikut:

a. Visi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah


Wonosobo
“Hidup sempurna di jalan Allah”
b. Untuk mewujudkan Visi “Hidup sempurna di jalan
Allah” PPTQ Sabilillah menerapkan Misi:

54
1) Memahami dan menghayati pemikiran sembilan
tokoh (Rasulullah SAW, 4 Sahabat, 4 Imam
madzhab)
2) Menanamkan rukun iman sebagai tonggak
kehidupan
3) Mewujudkan dinamisasi seorang santri yang telah
memahami rukun iman.
4) Mewujudkan santri cerdas emosional dan spiritual
serta sadar akan kemampuan intelektual.
5) Menciptakan santri produktif intelektual dengan
landasan ilmiah.
6) Menciptakan santri pekerja keras, ikhlas dan
tawadhu.

5. Pola Pengasuhan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an


Sabilillah Wonosobo.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah


Wonosobo mempunyai beberapa kategori pola asuh
sebagai berikut:

a. Rasional
Setiap Lembaga pendidikan termasuk Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
dituntut untuk melakukan pelayanan sebaik-baiknya
kepada seluruh masyarakat terkhusus masyarakat
pondok pesantren, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

55
Sabilillah Wonosobo menerapkan sistem manajemen
yang baik seperti adanya pola piker yang teratur (
administrative thinking ), pelaksanaan kegiatan yang
teratur ( administrative behavior ), dan penyikapan
terhadap tugas-tugas kegiatan secara baik. Dengan
menerapkan pola sedemikian rupa dapat
mengoptimalkan proses pendidikan dan pembelajaran
yang dilakukan untuk menjadikan lulusan pesantren
yang berkualitas serta memiliki keunggulan, baik
keunggulan kompetitif maupun keunggulan
komparatif.
b. Implikasi kepemimpinan
Daalam era modern ini dibutuhkan kepemimpinan
yang mampu memberdayakan masyarakat pesantren
dangan tanpa mengrobankan ciri khas atau kredibilitas
pongasuh pondok pesantren. Dalam Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo implikasi
kepemimpinan dilaksanakan di dalam kelompok
kebijaksanaan dalam berbagai pihak, seperti Ustadz,
Guru, pengurus pondok pesantren, alumni dan bahkan
wali santri. Kepemimpinan ini menjadi faktor
pendukung aktifitas sehari-hari di lingkungan Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.

56
c. Peningkatan kulalitas pendidik
Peningkatan kualitas pendidi seperti ustadz maupun
guru selalu ditingkatkan melalui mentoring, coacing,
dan praktik. Di dalam Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah Wonosobo tidak hanya santri yang
belajar, akan tetapi semua elemen di dalam santri juga
selalu belajar agar bisa menemukan inovasi-inovasi
dalam sistem penbdidikan yang tepat baik secara
pendidikan umum maupun non umum, pengasuh
selalu melakukan monitoring dan coacing pada semua
elemen penting di pondok pesantren dan sering
mengevaluasi metode ataupun sistem dalam
pendidikan maupun pengajaran dalam pondok
pesantren supaya melahirkan pondok pesantren yang
bisa bersaing dalam era modern ini, dalam praktik
sering pengasuh pondok mencari badal atau pengganti
dalam beberapa hal supaya semua individu dalam
pondok pesantren bisa praktik ketika di dalam pondok
dan tidak menjadi beban masyarakat ketika sudah lulus
dari pondok pesantren.
d. Menjalin hubungan erat dengan wali santri
Peran wali santri sangat berperan penting untuk
perkembangan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo. Dalam menjalin hubungan
dengan wali santri pondok pesantren sering melakukan

57
rutinan pertemuan antara walisantri dengan pengasuh
pondok setidaknya tiga bulan sekali, semua ini
dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan wali
santri terhadap pondok pesantren. Dengan adanya
hubungan dengan wali santri, pondok pesantren juga
bisa mendapatkan informasi lebih tentang
perkembangan setiap santri dan ditindak lanjuti oleh
pengasuh.
6. Struktur Dan Susunan Pengurus dan Komite Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
a. Berikut struktur pengurus Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.

PENGASUH

LURAH
PONDOK
KOMITE

SEKERTARIS BENDAHARA

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG


PENDIDIKAN KEBERSIHAN KEAMANAN SARPRAS

Tabel 4.1 Struktur Pengurus Pondok Pesantren Tqhfidzul Qur’an Sabilillah


Wonosobo

Berikut daftar nama pengurus Pondok Pesantren


Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo:

58
No. Nama Jabatan
1 Rubiyanto Pengasuh
2 Fatihudin Lurah Pondok
3 Zainur Afifi Sekertaris
4 Nurozi Bendahara
5 Tabah Riyadi Bidang Pendidikan
6 M. Husnil Irsad Bidang Pendidikan
7 Lukmanul Khakim Bidang Keamanan
8 Ngainul Yaqin Bidang Keamanan
9 Tukijan Bidang Kebersihan
10 Rofik Abdul Karim Bidang Kebersihan
11 Ahmad Nur Alim Bidang Sarpras
12 Itok Bidang Sarpras
Tabel 4.2 Daftar nama pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo

b. Susunan Komite Pondok Pesantren tahfidzul Qur’an


Sabilillah Gondang, Sendangsari, Garung, Wonosobo tahun
2022 :

No. Nama Jabatan


1 Rame Ketua Umum
2 Sohib Ketua 1
3 Tuyono Sekertaris
4 Supangat Sekertaris 2
5 Kosim Bendahara

59
6 Madi Bendahara 2
7 Mad Yunus Seksi Pendidikan 1
8 Trisno Seksi Pendidikan 2
9 Heri Seksi Pendidikan 3
10 Nur Seksi Pembangunan dan Perkembangan 1
Khasani
11 Mushofa Seksi Pembangunan dan Perkembangan 2

12 Santo Seksi Pembangunan dan Perkembangan 3


13 Sobirin Seksi Pembangunan dan Perkembangan 4
14 Umar Said Seksi Pembangunan dan Perkembangan 5
15 Erham Seksi Pembangunan dan Perkembangan 6
16 Munir Seksi Humas
17 Ari Seksi Humas 1
18 Tolib Seksi Humas 2

Tabel 4.3 Daftar nama KomitePondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah


Wonosobo

1. Jadwal Kegiatan Santri.

Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah


Wonosobo mempunyai jadwal kegiatan tersendiri baik santri
putera maupun santri putri, berikut adalah jadwal kegiatan
santri :

60
a. Jadwal kegiatan santri putera.

No. Nama Kegiatan Jam


1 Sholat Subuh 04.20 -
selesai
2 Kajian Tauhid (santri senior) 05.00 – 06.00
3 Setoran hafalan (santri umum) 05.00 – 06.00
4 Pendalaman Ulumul Qur’an 06.00 – 06.45
5 Sekolah dan Kuliah 07.00 – 12.00
6 Bekerja di lingkungan pesantren 07.00 – 12.00
(santri salaf)
7 Sholat Dzuhur 12.00 – 12.30
8 Istirahat 12.30 – 15.45
9 Sholat Ashar 15.45 – 16.00
10 Ngaji Umum seluruh santri 16.00 – 17.30
11 Sholat Maghrib dan Mujahadah 17.30 – 18.45
12 Setoran hafalan 18.45 – 19.30
13 Sholat Isya 19.30 – 20.00
14 Pendalaman Ilmu Tashawuf 20.00 – 21.00
(akhlak)
15 Pendalaman Ilmu Fiqih (ibadah dan 21.00 – 22.00
tauhid)
16 Kajian tata Bahasa Arab 22.00 – 23.00

61
17 Istrirahat 23.00 – 04.20
18 Kajian Fiqih, Tauhid dan Akhlak 00.00 -
Tashawuf (Untuk santri kalong) selesai
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Santri Putra Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo

b. Jadwal Kegiatan Santri Putri

No. Nama Kegiatan Jam


1 Sholat Subuh 04.20 -
selesai
2 Setoran hafalan (santri umum) 05.00 – 06.00
3 Pendalaman Ulumul Qur’an 06.00 – 06.45
4 Sekolah dan Kuliah 07.00 – 12.00
5 Bekerja di lingkungan pesantren 07.00 – 12.00
(santri salaf)
6 Sholat Dzuhur 12.00 – 12.30
7 Istirahat 12.30 – 15.45
8 Sholat Ashar 15.45 – 16.00
9 Ngaji Umum seluruh santri 16.00 – 17.30
10 Sholat Maghrib dan Mujahadah 17.30 – 18.45
11 Setoran hafalan 18.45 – 19.30
12 Sholat Isya 19.30 – 20.00
13 Pendalaman Ilmu Kewanitaan 20.00 – 21.00
14 Pendalaman Ilmu Fiqih (ibadah 21.00 – 22.00
dan tauhid)

62
15 Kajian tata Bahasa Arab dan 22.00 – 23.00
Inggris
16 Istrirahat 23.00 – 04.20
17 Kajian Fiqih, Tauhid dan Akhlak 00.00 -
Tashawuf (Untuk santri kalong) selesai
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Santri Putri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo

Dengan padatnya kegiatan di pondok


pesantren, santri sangatlah membutuhkan self control
yang sangat baik untuk bisa memaksimalkan hafalan
Al-Qur’an mereka.
Dari hasil pengamatan, Penulis memperoleh
data dari hasil wawancara dan observasi yang
kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan
sebuah hasil penelitian. Penulis mengambil enam
santri yang mempunyai self control yang tinggi dan
rendah. Penulis mengambil enam sampel dari anjuran
pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah. Dan penulis melakukan wawancara secara
langsung kepada informan agar lebih memudahkan
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Enam
informan yang diwawancarai adalah:
1. FT
FT berusia 21 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih berstatus mahasiswa,

63
FT berasal dari keluarga yang sederhana. Dan
hanya 2,5 tahun FT sudah bisa menyelesaikan
hafalan Qur’an 30 Juz. Faktor pendorong FT
dalam menghafal adalah kedisiplinan dalam
menghafalkan walaupun banyak kegiatan di
pondok pesantren sekaligus kampus dan juga
motivasi karena keadaan orang tua.
2. SM
SM berusia 20 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa.
SM berasal dari keluarga yang cukup. Dan
sekarang sudah hampir selesai menghafalkan 30
Juz. Faktor pendorong SM dalam menghafalkan
adalah kedisiplinan dan keinginan diri sendiri
untuk menghafalkan Al-Qur’an.
3. NR
NR berusia 20 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa,
NR berasal dari keluarga yang cukup. Dan
sekarang NR masih hanya mendapatkan beberapa
Juz saja. Faktor penghambat NR dalam menghafal
adalah kemalasan diri sendiri, kegiatan yang
cukup banyak, dan sering sakit.

64
4. ADR
ADR berusia 21 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa,
NR beraslah dari keluarga yang mapan. Dan
sekarang ADR sudah hampir menyelesaikan 30
Juz. faktor pendorong dalam menghafal adalah
disiplin dan selalu mengerjakan perkerjaan
dengan tepat waktu.
5. ZA
ZA berusia 21 tahun. Pendidikan terakhir
adalah SMK sekarang masih menjadi mahasiswa,
ZA berasal dari keluarga yang sederhana. Dan
sekarang ZA masih hanya mendapatkan beberapa
juz saja. Faktor penghambat dalam menghafal
adalah kegiatan yang cukup banyak dan
pengelolaan waktu kurang disiplin.
6. LTM
LTM berusia 22 tahun. Pendidikan terakhit
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa,
LTM adalah anak yatim dan berasal dari keluarga
yang sederhana. Dan sekarang LTM sudah bisa
menyelesaikan hafalan 30 Juz. Faktor pendorong
LTM dalam menghafalkan adalah kedisiplinan
intensifitas dalam menghafalkan Al-Qur’an.

65
Dalam proses penelitian ada beberapa hambatan seperti
sulitnya bertemu dengan pengasuh pondok pesantren, dan juga
sulitnya menentukan waktu untuk mewawancarai semua
informan yang telah ditentukan dikarenakan semua informan
mempunyai kesibukan masing-masing. Berdasarkan hasil
pengamatan yang sudah dilakukan, kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh informasn adalah dari pagi mereka melakukan
kegiatan mengaji, kegiatan di siang hari adalah pergi ke
kampus, dan sore sampai malam semua informan kembali ke
kegiatan pondok untuk setoran hafalan Al-Qur’an dan mengaji
kitab kuning.

Penulis memperoleh data dari hasil wawancara dan


observasi yang sudah dilakukan yang kemudian di
deskripsikan untuk menggambarkan sebuah hasil penelitian.
Dalam penelitian ini dapat dijelaskan menjadi 2 (dua) poin,
yang dimulai dari peran self control yang tinggi dapat
berpengaruh dalam kualitas menghafal Al-Qur’an serta
dampak dari self control yang rendah pada santri yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an. Temuan data yang sudah diperoleh,
penulis menyajikan dalam bentuk sebuah narasi-narasi
percakapan, kemudian akan di klasifikasikan dalam
pembahasan.

66
Penulis telah melakukan wawancara terhadap 6 (enam)
informan yang telah dipilih. Keenam informan tersebut dipilih
menggunakan teknik sampling. Penulis melakukan pilihan
dari sekian santri yang sudah dianjurkan oleh pengasuh
pondok pesantren serta yang masuk dalam kriteria penulis
untuk menjadi informan tentang self control dalam
menghafalkan Al-Qur’an.

67
B. Temuan Data

Dalam penelitain ini, penulis lebih memfokuskan pada


hasil wawancara terhadap 6 (enam) informan. Karena hasil
observasi bertujuan sebagai acuan sang penulis untuk
mendapatkan informasi yang tepat, tambahan data sangat
diperlukan serta digunakan pada pengecekan keabsahan data.
Hasil dari wawancara terhadap 6 (enam) informan yang
disembunyikan identitasnya, penulis mendapatkan data
sebagai berikut :

1. Peran Self Control dalam menghafalkan Al-Qur’an


pada santri di PPTQ Sabilillah Wonosobo.

Pengaruh dari self control santri dalam


menghafalkan Al-Qur’an Pondok Pesanren Tahfidzul
Qur’an Wonosobo hampir sama dan tergambar jelas, bagi
yang mempunyai self control tinggi sebagian santri
penghafal Al-Qur’an bisa menargetkan kapan mereka
bisa menyelesaikan 30 Juz begitu pula sebaliknya.Seperti
hasil wawancara 6 (enam) informan, Apakah self control
berpengaruh pada hafalan Al-Qur’an anda?.

“Sangat berpengaruh, dikarenakan semua


kesibukan di pondok maupun di kampus membutuhkan
pengendalian diri yang tepat, harus membuat jadwal
hafalan agar tidak keteteran. Alhamdulillah saya sekarang
sudah selesai menghafalkan 30 juz”. Ujar FT (Wawancara
dengan FT pada 27 Juni 2022).

68
“Biasanya menerapkan aturan target perhari harus setor
berapa, kedisiplinan sangat diketatkan agar bisa instensif
dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan menejemen diri
yang disiplin, insyaallah bulan depan hatam 30 juz”. Ujar
SM (Wawancara dengan SM pada 30 Juni 2022)
“Yang sudah saya lakukan adalah membuat jadwal harian
agar semua kegiatan terorganisir dengan baik. Untuk
sekarang saya masih kurang 1 juz untuk mencapai 30 juz
hafalan Al-Qur’an.” Ujar ADR (Wawancara dengan ADR
pada 04 Juli 2022)
“Pengendalian diri atau nafsu sangatlah dibutuhkan, jika
saja dari dulu saya tidak membatasi pergaulan dan
kegiatan di luar. Mungkin hafalan Al-Qur’an saya belum
selesai sampai sekarang”. Ujar LTM (Wawancara dengan
LTM pada 08 Juli 2022)
Dampak yang berbeda dengan 2(dua) santri yakni
NR dan ZA, dengan pertanyaan yang sama. “Berpengaruh
besar sekali, karena jika kita tidak mengatur jadwal
dengan baik kita tidak akan mempunyai waktu untuk
menghafal, dengan kesibukan sehari-hari saya, saya baru
bisa menghafal beberapa juz, bahkan belum sampai 5
juz”. Ujar NR (Wawancara dengan NR pada 03 Juli
2022)
“Berpengaruh, kehidupan di pondok dan di kampus
sangatlah padat, sangat sulit bagi saya untuk mengatur
jadwal karena hampir setiap hari saya beraktifitas untuk
pondok pesantren dan kampus, belum juga pekerjaan
diluar”. Ujar ZA (Wawancara dengan ZA pada 07 Juli
2022)
Jawaban-jawaban tersebut cukup menggambarkan
bagaimana dampak self control pada santri yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an pada Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.

69
2. Faktor pendukung dan penghambat self control santri
dalam menghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.

Faktor pendukung dan penghambat self control


santri dalam menghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo sangatlah
bermacam-macam. Dari hasil wawancara dengan
informan pertama FT (21 th) yang telah menyelesaikan
hafalan 30 Juz. Dengan pertanyaan “jika diberi tugas
apakah anda langsung mengerjakan atau menundanya?”.
Yang bermaksud untuk mengetahui bagaimana aspek-
aspek Self Control yakni Internal locus of control dan
memiliki Self Efficacy dan jawaban informan adalah:

“ketika tidak tabrakan dengan pekerjaan yang lain saya


langsung mengerjakanya, tetapi jika terjadi tabrakan saya
akan mendahulukan mana yang lebih penting dahulu”.
Ujar FT (wawancara dengan FT pada 27 Juni 2022).
Sama halnya dengan SM, ADR dan LTM, dengan
pertanyaan yang sama.” Ketika ada tugas, sebisa mungkin
saya langsung kerjakan, jika ada tugas kampus dan
pondok bebarengan, saya lebih mendahulukan tugas
pondok pesantren dahulu, karena hampir semua tugas
kampus itu memiliki longgar waktu dan tidak mungkin
dadakan, jadi saya memilih mengerjakan tugas pondok.”.
Ujar SM (wawancara dengan SM pada 30 Juni 2022).
“Langsung mengerjakan, jangan sampai menunda, karena
menunda akan menumpuk pekerjaan”. Ujar ADR
(Wawancara dengan ADR pada 04 Juli 2022).“Ketika ada
tugas saya selalu langsung mengerjakan, dari pada

70
ditunda nanti akan memperkeruh keadaan”.Ujar LTM
(Wawancara dengan LTM pada 08 Juli 2022).
Berbeda halnya dengan 2 (dua) santri NR dan ZA, dengan
pertanyaan yang sama. “Sering di tunda sih, Tergantung
seberapa besar tugas tersebut”. Ujar NR (Wawancara
dengan NR pada 03 Juli 2022).“Kadang sering saya tunda
karena banyak pekerjaan yang menumpuk”.Ujar ZA
(Wawancara dengan ZA pada 07 Juli 2022).
Dan aspek pendukung self control dalam
menghafalka Al-Qur’an dapat dilihat dari hasil
wawancara para informan. “Apa saja faktor yang
mendukung anda dalam proses menghafalkan Al-
Qur’an?”. “Faktor utama yang mendukung saya dalam
menghafal ialah kebugaran jasmani sehat mental dan
tentunya pikiran yang fresh” Ujar FT (wawancara dengan
FT 27 Juni 2022).
“Sudah pasti pertama karena keyakinan kita terhadap
Allah SWT. ketika kita sedang menghafalkan Al-Qur’an
secara tidak langsung kita merasakan bagaimana
kenyamanan dan semua yang Allah berikan kepada kita.
Yang ke 2 adalah keluarga, keluarga selalu memberikan
semangat dan suport yang sangat banyak untuk saya
menghafalkan Al-Qur’an. Tidak lupa lingkungan sekitar
saya, dimana lingkungan saya juga sebagian besar adalah
santri penghafal Al-Qur’an, mereka semua memberikan
semangat dan motivasi untuk saya supaya lebih semangat
lagi dalam menghafalkan Al-Qur’an”. Ujar SM
(wawancara dengan SM pada 30 Juni 2022).
“Yang pasti dukungan dari orangtua dan guru”. Ujar ADR
(Wawancara dengan ADR pada 04 Juli 2022).
“Kemausan saya sendiri”. Ujar LTM (Wawancara dengan
LTM pada 08 Juli 2022). “Orang tua, lingkungan dan
dirisendiri”. Ujar NR (Wawancara dengan NR pada 03
Juli 2022). “Melihat dari sudut usia, dan kegiatan sehati-
hari”.Ujar ZA (Wawancara dengan ZA pada 07 Juli
2022).

71
Kemudian aspek apasaja yang menghambat self control
dalam menghafalka Al-Qur’an dapat dilihat dari hasil
wawancara para informan.

“Faktor yang menghambat ialah ketika badan kurang fit,


ada tekanan dari segi mental atau tekanan dari lingkungan
dan juga pikian yang sedang kacau sehinnga proses
hafalannya menjadi lebih sulit”. Ujar FT (wawancara
dengan FT 27 Juni 2022).
“Yang menghambat dalam proses menghafalkan AL-
Qur’an adalah diri saya sendiri, masalah internal adalah
yang paling menghambat, ketika diri ini sedang emosi
ataupun sedang males, itulah yang menghambat saya
ketika sedang menghafal. Ada juga dari faktor eksternal,
dikarenakan saya juga menjadi mahasiwa , ketika sedang
di lingkungan luar pondok pesantren saya sering di ajak
teman untuk jalan-jalan dan lain-lain”. Ujar SM
(wawancara dengan SM pada 30 Juni 2022). “Insyaallah
tidak ada, bismillah niat karena allah”. Ujar ADR
(Wawancara dengan ADR pada 04 Juli 2022).
“Menurut saya tidak ada faktor yang menghambat pada
proses menghafal Al-Qur’an”. Ujar LTM (Wawancara
dengan LTM pada 08 Juli 2022). “Yang cukup
menghambat adalah diri saya sendiri, terutama kondisi
fisik saya yang mudah sakit menjadikan kurang maksimal
dalam menghafalkan Al-Qur’an”. Ujar NR (Wawancara
dengan NR pada 03 Juli 2022). “Perkerjaan yang saya
lakukan dan kesibukan di pondok pesantren”. Ujar ZA
(Wawancara dengan ZA pada 07 Juli 2022)

72
C. Analisis Data

Self Control merupakan kemampuan untuk menyusun,


membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Self
Control merupakan jalinan yang utuh (integrative) yang
dilakukan individu terhadap lingkunganya. Individu dengan
self control tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat
untuk berperilaku dalam situasi bervariasi. Individu
cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan
permintaan situasi sosial yang kemudian dapat mengatur
kesan yang dibuat perilakunya lebih responsif terhadap
petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk
memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka
(Ghufron & Risnawita, 2017).

Self Control telah diterapkan oleh 4 (empat) dari 6 (enam)


santri Pondok Pesantern Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo yang telah diteliti sercara langsung oleh penulis
melalui observasi dan wawancara yakni FT 21 tahun, SM 20
tahun, ADR 21 tahun, LTM 22 tahun, NR 20 tahun dan ZA
21tahun.
hasil penelitian ini mengacu dan sejalan dengan teori
Herwanto (2019) tentang karakteristik Self Control yang
tinggi, Herwanto menyebutkan bahawa individu yang
mempunyai self control yang tinggi sangat memerhatikan
cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi kondisi

73
yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah
perilakunya sesuai dengan permintaan situasi social yang
kemudian dapat mengatur kusan yang harus diperbuat.
Perilakunya cenderung lebih responsive terhadap petunjuk
yang situasional dan lebih fleksibel serta berusaha untuk
memperlancar dalam interaksi sosialnya sehingga bersikap
hangat dan lebih terbuka. Dan juga teori dari Logue (Wibowo,
2020) yakni, orang yang mampu mengontrol diri adalah orang
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memegang teguh tegas yang berulang meskipun
berhadapan dengan berbagai gangguan.
2) Mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan norma yang
ada.
3) Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh amarah.
4) Bersikap toleransi terhadap stimulus yang berlawanan.

Semua ini menggambarkan bahwa self control adalah


kemampuan individu untuk mengambil suatu keputusan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kognitif untuk
menghasilkan perilaku yang berguna untuk mencapai
keinginan. Kemampuan seseorang untuk melakukan self
control merupakan salah satu tugas perkembangan yang
harus dikuasai oleh para remaja. Adapun dalam pembahasan
ini lebih memfokuskan pada faktor pendukung dan
penghambat self control santri yang sedang menghafalka Al-

74
Qur’an serta pengaruh kualitas self control pada santri
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an.

1. Peran Self Control dalam menghafal Al-Qur’an pada


santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo.

Self Control mempunyai peran yang cukup banyak


pada subjek yang sedang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Wonosobo dikarenakan banyak
kegiatan pondok pesantren, dan harus bisa mengatur jadwal
tersendiri untuk bisa melakukan hafalan Al-Qur’an.

Dari 6 (enam) informan yang sudah dipilih, mereka


berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan
permasalahan yang berbeda pula. Perbedaan ini meliputi
lingkungan sosial, latar belakang keluarga, serta pendidikan
yang ditempuh oleh mereka. Dari 6 (enam) informan yang
sudah diwawancara, tergambar ada 4 (empat) yang
mempunyai self control yang tinggi dan 2 (dua) informan
mempunyai kualitas self control yang rendah. 4 (empat) santri
yang mempunyai self control yang tinggi yakni FT, SM, ADR
dan LTM., 2 (dua) santri yang memiliki kualitas self control
yang rendah adalah ZA dan NR. Penulis mengklasifikasikan
bahwa FT, SM, ADR dan LTM memiliki self control yang
tinggi berpedoman pada teori yang disebutkan oleh Sarafino

75
(Sarafino & Smith, 2014) aspek self control diri dibagi
menjadi dua, yakni :

a) Internal locus of control


Internal locus of control adalah keyakinan bahwa
kendali atas suatu peristiwa atau kejadian terletak pada
diri sendiri, sehingga diri sendiri yang harus bertanggung
jawab atas berbagai peristiwa yang terjadi. Namun ada
beberapa orang yang memiliki external locus of control
yang berarti individu tersebut merasa tidak memiliki
kendali atas berbagai peristiwa yang terjadi pada dirinya,
individu dengan external locus of control menganggap
hal baik yang menimpa diri adalah faktor keberuntungan.
b) Memiliki Self Efficacy
Self Efficacy adalah keyakinan yang ada dalam diri
individu bahwa dirinya mampu dan akan berhasil dalam
melakukan hal tertentu yang diinginkan. Individu akan
memperkirakan peluang keberhasilan dari suatu hal yang
akan dilakukan berdasarkan pengalaman yang memiliki
sebelumnya. Dalam memutuskan untuk mencoba suatu
hal, ada dua harapan dari individu, yakni:
2) Harapan hasil, yakni bila suatu kegiatan dilakukan
dengan benar maka akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan
3) Harapan self efficacy, yakni diri dapat menampilkan
suatu hal dengan benar dan sebagaimana mestinya.

76
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
santri yang memiliki self control yang tinggi mampu
menyelesaikan hafalan lebih cepat dibandingkan dengan
santri yang memiliki self control yang rendah. Sesuai
dengan pernyataan Herwanto (2019) dan Mulyani (2019)
bahwa indovidu yang mempunyai self control yang tinggi
mempunyai cara dan kekuatan tersendiri dalam
menghadapi masalah. (FT) sudah menyelesaikan 30 Juz,
(LTM) sudah menyelesaikan 30 Juz, (SM) sudah
menyelesaikan 28 Juz, (ADR) sudah menyelesaikan 29
Juz, dan untuk (NR) kurang dari 5 Juz, (ZA) dari hasil
wawancara dengan pengasuh Pesantren, ZA baru
mendapatkan 4 Juz.

2. Faktor pendukung dan pengambat santri penghafal Al-


Qur’an.

Dari 6 (enam) informan yang sudah dipilih, mereka


berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan
permasalahan yang berbeda pula. Perbedaan ini meliputi
lingkungan sosial, latar belakang keluarga, serta pendidikan
yang ditempuh oleh mereka. Dari 6 (enam) informan yang
sudah diwawancara, tergambar ada 4 (empat) yang
mempunyai self control yang tinggi dan 2 (dua) informan
mempunyai kualitas self control yang rendah. 4 (empat) santri
yang mempunyai self control yang tinggi yakni FT, SM, ADR

77
dan LTM., 2 (dua) santri yang memiliki kualitas self control
yang rendah adalah ZA dan NR.

Semua informan mempunyai gangguan internal maupun


eksternal masing-masing, gangguan tersebut sangatlah
berpengaruh pada setiap individu, sama halnya dengan
pernyataan Ghufron & Risnawita (Ghufron & Risnawita,
2017), pembentukan Self Control pada diri seseorang
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

a) Faktor Internal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri individu. Salah satu faktor internalnya adalah
usia. Semakin bertambahnya usia seseorang maka akan
semakin baik kemampuan individu dalam melakukan
kontrol terhadap diri sendiri. Selain usia, faktor internal
pembentuk Self Control adalah kematangan emosi.
b) Faktor Eksternal.

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan


keluarga. Orangtua mendominasi peran penting dalam
membimbing kemampuan Self Control anak. Dari hasil
penelitian Nasichah (2000) menunjukan bahwa persepsi
remaja terhadap penerapan disiplin orangtua yang semakin
demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan
mengontrol dirinya. Dengan sperti itu bila orangtua memiliki

78
konsisten menerapkan disiplin kepada anaknya mulai sejak
dini dan orang tua tetap konsisten terhadap konsekuensi yang
dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah
ditetapkan, maka sikap kekonsentrasian ini akan di
internalisasi anak, dan kemudian akan menjadi Self Control
pada dirinya.

Dari hasil observasi dan wawancara terhadap 6


(enam) informan, semuanya mempunyai aspek pendukung
dan penghambat tersendiri dalam menghafalka Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
Adapun aspek pendukung dan penghambat dapat di rangkum
sebagai berikut :

No. Nama Faktor Pendukung Faktor Penghambat


Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur’an
1 FT Kesehatan Mental dan Kesehatan Fisik, Tekanan
(21) Pikiran diri sendiri dan lingkungan
2 SM Keyakinan kepada Masalah internal (Emosi,
(20) Tuhan, dukungan Males)
keluarga dan lingkungan Masalah Eksternal (kegiatan
skitar luar di luar Ponpes)
3 ADR Dukungan dari orangtua Tidak ada
(21) dan guru
4 LTM Kemauan diri sendiri Tidak ada
(22)

79
5 NR Dukungan dari Orangtua, Kondisi fisik yang lemah
(20) lingkingan dan diri
sendiri
6 ZA Desakan Usia dan Pekerjaan dan kesibukan di
(21) Kegiatan sehari-hari Ponpes.
Tabel 4.6 Rangkuman Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-
Qur’an

Dari rangkuman tabel dapat kita pahami bahwa faktor


pendukung dan penghambat datang dari manasaja. Faktor
internal maupun eksternal sangat mempengaruhi self control
santri dalam menghafalkan AL-Qur’an. Menurut Hurlock
(Marsela & Supriatna, 2019) Faktor yang mempengaruhi self
control secara garis besar terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal yang ikut adil kepada self control yakni
usia. Semakin usia dari seseorag bertambah maka akan
semakin baik pula perkembangan pengertian, imajinasi,
dan kemampuan mengatasi dan mengingat yang dapat
mempengaruhi reaksi emosional sehingga kemampuan
self control seseorang semakin membaik.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal antaralain seperti lingkungan di
keluarga, keluarga terutama orangtua yang menentukan
bagaimana seseorang mampun mengontrol dirinya

80
Berbeda dengan ADR dan LTM, mereka berdua
beranggapan bahwa tidak ada hambatan dalam
mengahfalkan Al-Qur’an dan itu menjadikan mereka
mempunyai polapikir bahwa tidak ada alasan untuk tidak
menghafalka Al-Qur’an.
Dengan demikian berdasarkan hasil rangkuman
yang telah dipaparkan di atas dapat di simpulkan bahwa
aspek pendukung dan penghambat self control santri
dalam menghafalkan Al-Qur’an menurut penjelasan
Ghufron & Risnawita (Ghufron & Risnawita, 2017),
Sarafino (Sarafino & Smith, 2014) dan Hurlock (Marsela
& Supriatna, 2019) adalah benar dan terjadi pada ke 6
(enam) informan. Faktor pendukung diri sendiri (FT,
LTM, NR, ZA) dukungan dari keluarga dan lingkungan
(SM, ADR, NR, ZA), dan faktor penghambat diri sendiri
(FT, SM, NR), penghambat dari lingkungan (FT, SM,
ZA).

81
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Pondok Pesantren


Tahfidzul Qur’an Wonosobo yang telah dilakukan penulis,
dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran self control pada santri yang sedang menghafalkan


Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo mempunyai pengaruh yang cukup
signifikan. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan,
penulis menemukan hasil bahwa kualitas self control
yang baik mempunyai kemampuan yang lebih cepat
dalam menghafalkan Al-Qur’an, sedangkan individu
yang kualitas self controlnya buruk akan cukup kesulitan
dalam menghafalkan Al-Qur’an.
2. Faktor pendukung dan penghambat pada santri yang
sedang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo, peneliti
menemukan ada dua faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat santri dalam menghafalkan Al-Qur’an yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi kesehatan pikiran, mental dan fisik, sedangkan

82
faktor eksternal meliputi lingkuan keluarga, lingkungan
sekitar seperti lingkungan pondok pesantren dan kampus.

B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai self control satri
dalam menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Wonosobo, penulis memberikan saran yang
semoga bermanfaat bagi semua pihak:
1. Bagi yang baru awal menghafalkan Al-Qur’an persiapkan
matang-matang karena penghafal Al-Qur’an adalah
orang-orang pilihan, jadi sesuaikan diri anda sebagai
penghafal Al-Qur’an yang layak.
2. Kepada pengasuh Pondok Pesantren, agar lebih
memperhatikan setiap kegiatan santri, dikarenakan
kuantitas santri yang cukup banyak, mungkin pengasuh
cukup kualahan sebaiknya menambah jumlah pengurus
pondok dengan kapasitas dan kualitas yang sudah
mumpuni untuk membantu pengasuh pondok.
3. Bagi penulis selanjutnya, perbanyak referensi dan lebih
cermat dalam susunan penulisan skripsi.

83
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, M. N. (2017). Konseling behavioral dengan terapi


tanggung jawab untuk mengembangkan resiliensi pada
sanri penghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren
Mahasiswa Al-Jihad Surabaya. Tesis tidak diterbitkan.
Surabaya: Jurusan Bimbingan da Konseling Islam UIN
Sunan Ampel Surabaya.

Arini, J. (2019). Strategi dan metode menghafal Al Quran: Studi


kasus di Pondok Tahfizh Darul Itqon Bilasundung Desa
Paokmotong Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok
Timur. Tesis tidak diterbitkan. Lombok: Jurusa Pendidikan
Agama Islam UIN Mataram.

Fatimah, S. (2019). Hubungan Self Control Dengan Perilaku Off


Task Behavior Siswa Di Sekolah SMP PAB 2 Helvetia.
Tesis tidak diterbitkan. Sumatera: Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Sumatera Utara.

Feby, W. (2020). Hubungan Antara Self Control Dengan


Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja Di Sma
Negeri 10 Kota Bengkulu. Tesis tidak diterbitkan.
Bengkulu: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Bengkulu.

Fitrah, H. E., & Widhiastuti, H. (2022). Pengaruh Personal


Branding dan Self Efficacy terhadap Career Satisfaction
melalui Perceived Employability bagi Professional Coach.
IJIP: Indonesian Journal of Islamic Psychology, (Online),
Vol.4(1), No.57–78, https://doi.org/10.18326/ijip.v4i1.57-
78, diakses pada 10 September 2022.

Gandawijaya, L. (2017). The correlation between Self-Control and


Electronic Aggression on Social Media users in Emerging
Adulthood. Thesis: Psychology Departement, Sanata
Dharma University. doi: 10.13140/RG. 2.2. 34270.74568)

84
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. S. (2017). Teori-teori psikologi.
Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Hadi, A., Asrori, A., & Rusman, R. (2021). Penelitian kualitatif:


Studi fenomenologi, case study, grounded theory,
etnografi, biografi. Banyumas: CV Pena Persada.

Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif


metode pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial). At-
Taqaddum, (Online), Vol. 8(1), No. 21–46,
https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163, diakses pada 5 Juli
2022.

Hidayah, N. (2016). Strategi pembelajaran tahfidz al-qur’an di


lembaga pendidikan. Ta’allum: Pendidikan Jurnal Islam,
(Online), 4(1), 63–81,
https://doi.org/10.21274/taalum.2016.4.1.63-81, diakses
pada 4 Juli 2022.

INAYAH, W., & Supandi, S. A. (2020). Manajemen Diri


Mahasiswa Santri Penghafal Al-Qur’an (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Surakarta). Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Progra Studi Bimbingan Konseling
Islam IAIN Surakarta.

Izzah, N. I., Sa’dullah, A., & Subekti, A. (2019). Pengaruh


Muroja’ah Hafalan Al-Qur’an Terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa di Unit Kreativitas Mahasiswa
Jam’iyyatul Qurro’Wal Huffadz Universitas Islam Malang.
Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam, (Online), 4(6), 32–36,
http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/3365,
diakses pada 4 Juli 2022.

K.H.Ahsan Sakho Muhammad, (2017). Menghafalkan Al-Qur’an.


Jakarta Selatan: PT. Qaf Media Kreativa.

Kusumastuti, A., Khoiron, A. M., & Achmadi, T. A. (2020).


Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: CV Budi
Utama.

85
Kuswanto, E. (2021). Kinerja Guru di Masa Pandemi COVID-19:
Emotional Intelligence Competency dan Penerapannya.
IJIP: Indonesian Journal of Islamic Psychology, 3(2), 117–
136, https://doi.org/10.18326/ijip.v3i2.117-136, diakses
pada 15 September 2022.

Lutfy, A. (2016). Metode Tahfidz Al-Qur’an (Studi Komparatif


Metode Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrasah
al-Hufadzh II Gedongan Ender, Pangenan Cirebon dengan
Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Terpadu Al-Hikmah
Bobos, Dukupuntang Cirebon). Holistik, 14(2),
http://dx.doi.org/10.24235/holistik.v14i2.444, diakses
pada 21 Juni 2022.

Mahendra, A. (2019). Peran Menghafal Al-qur’an Dalam


Meningkatkan Kontrol Diri Pada Santri PTQ Darul
Istiqomah di Kelurahan Mangli Kecamatan Kaliwates
Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Jember.

Mangunjaya, F. M. (2014). Ekopesantren: Bagaimana merancang


pesantren ramah lingkungan? . Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.

Marsela, R. D., & Supriatna, M. (2019). Konsep diri: Definisi dan


faktor. Journal of Innovative Counseling: Theory,
Practice, and Research,(Online), 3(02), 65–69,
http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counselin
g, diakses pada 21 Juni 2022.

Marzuki, M., & Ag, M. (2015). Pendidikan Karakter Islam.


Jakarta: Amzah.

Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Mutohar, A., & Anam, N. (2013). Manifeso modernisasi


pendidikan Islam & pesantren. Jember: STAIN Jember
Press.

86
Rahman, T. (2014). Pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap
peningkatan kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol
Daya Sumenep Madura. Skripsi tidak diterbitkan. Madura:
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Rusman, M. P. (2017). Belajar & Pembelajaran: Berorientasi


Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Samsu, S. (2017). Metode Penelitian:(Teori Dan Aplikasi


Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, Serta
Research & Development). Jabi: Pusaka Jambi.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2014). Health psychology:


Biopsychosocial interactions. Amerika: John Wiley &
Sons.

Shiddiq, A. (2015). Tradisi Akademik Pesantren. TADRIS: Jurnal


Pendidikan Islam, (Online), 10(2), 218–229,
https://doi.org/10.19105/tjpi.v10i2.826, diakses pada 21
Juni 2022.

Sinaga, I. A. W. (2018). Peran Guru Bk Dalam Mengembangkan


Self Control Siswa Di MTs Alwasliyah Bandar Khalifah
Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi tidak diterbitkan.
Sumatera: Jurusan Bimbingan dan Konseling UIN
Sumatera Utara.

Soebahar, A. H. (2013). Modernisasi Pesantren: Transformasi


Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren.
Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.

Sulara, O. I. (2022). Manajemen Pondok Pesantren Salafiyah


Hidayatul Qomariyah Dalam Meningkatkan Religiusitas
Santri Di Kota Bengkulu. Skripsi tidak diterbitkan.
Bengkulu: Program studi Manajemen Dakwah Jurusan
Dakwah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu.

Suroyya, A. A., Suminta, R. R., & Winastuti, N. W. (2019).


Hubungan Pengelolaan Diri Dengan Kemampuan

87
Menghafal Al-Qur’an Siswa Kelas Viii Di Ma’had Al-
Azhar Mtsn 2 Kota Kediri. Happiness, (Online), 3(2), 87–
98, https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/happiness,
dikases pada 23 Juni 2022.

Susianti, C. (2017). Efektivitas metode talaqqi dalam


meningkatkan kemampuan menghafal al-qur’an anak usia
dini. Tunas Siliwangi: Jurnal Program Studi Pendidikan
Guru PAUD STKIP Siliwangi Bandung, (Online), 2(1), 1–
19, https://doi.org/10.22460/ts.v2i1p1-19.305, diakses
pada 21 Juni 2022.

Umar, H. N. (2014). Rethinking pesantren. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

Usman, I. M. (2013). Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam.


Jurnal Al Hikmah, (Online), 14(1), 101–119,
https://core.ac.uk/download/pdf/234744775.pdf, diakses
pada 23 Juni 2022.

Website Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an—Lajnah


Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. (n.d.). Retrieved July 20,
2022, from https://lajnah.kemenag.go.id/

Wibowo, R. (2020). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan


Prokrastinasi Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil Di Dinas
X Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Program Studi Psikologi UNiversitas Mercu Buana
Yogyakarta.

Yayan, F. (2015). Quantum Tahfidz Metode Cepat dan Mudah


Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Emir.

https://kbbi.kemdikbud.go.id: Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI). Kementerian Pendidikan Dan Budaya. 2016. 21
Juni 2022.

88
LAMPIRAN

89
CURICULUM VITAE

Nama : Muhammad Malikul Huda

Tempat, tanggal lahir : Kab. Wonosobo, 02 Desember 1999

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Dusun Gondang Rt 02 Rw 06, Desa


Sendangsari, Kecamatan Garung,
Kabupaten Wonosobo.

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Mahasiswa

Tinggi :170

Berat badan :62

Email : malikulhuda7@gmail.com

Riwayat pendidikan : 2008-2014 SD Negeri 1 Garung


2014-2016 MTs Negeri 2 Wonosobo
2016-2018 MA Negeri 2 Wonosobo
2018-Sekarang UIN Salatiga

90
91
92
93
94
95
96
PEDOMAN WAWANCARA

1. Identitas Subjek Singkat


No. Inisial Nama Jenis Usia Pendidikan
Subjek Kelamin saat ini Terakhir
1. FT Laki-laki 21 Masih Mahasiswa
2. SM Laki-laki 20 Masih Mahasiswa
3. NR Laki-laki 20 Masih Mahasiswa
4. ADR Laki-laki 21 Masih Mahasiswa
5. ZA Laki-laki 21 Masih Mahasiswa
6. LTM Laki-laki 22 Masih Mahasiswa

2. Hasil Wawancara

Hasil wawancara FT

Pada tanggal 27/06/2022

No. Pertanyaan Jawaban


1 Latar belakang Saya berasal dari sebuah
subjek(identifikasi keluarga yang sederhana di
subjek, latar belakang sebuah desa dikabupaten
keluarga, riwayat wonosobo, dimana tingkat
pendidikan) pendidikan didesa saya itu
tergolong masih rendah
khususnya keluarga saya

97
sendiri baik di pendidikan
formal maupun non formal.
Dan riwayat pendidikan saya
sendiri setelah lulus sekolah
dasar saya melanjutkan di
madrasah tsanawiyah selain
belajar di pendidikan formal
saya juga belajar di taman
pendidikan al quran dan
madrasah diniyah yang ada
didesa. Setelah selesai mts
saya tidak langsung
melanjutkan sma, saya hanya
belajar di madrasah diniyah
selama kurang lebih satu tahun
dan setelah itu saya
melanjutkan ke pondok
pesantren.

2 Apa saja kegiatan sehari- Ngaji, kuliah, dan juga


hari anda? mengikuti sosial dan juga
gotong royong yang ada
dipondok pesantren

98
3 Sejak kapan anda masuk Masuk pondok 5 Juli 2017 dan
ke pesantren dan mulai mulai menghafal 22 februari
menghafal Al-Qur’an? 2018
4 Apa motivasi anda ketika Motivasi terbesar saya
ingin menghafal Al- tentunya dari orang tua sediri
Qur’an? dimana ketik mau menghafal
saya selalu ingat perjuangan
orang tua sehingga disitu
menambah kesemangatan
didalam diri saya.
5 Apakah anda menghafal Sejujurnya saya menghafalkan
Al-Qur’an karena karena disuruh oleh orang lain,
keinginan sendiri atau karena sebetulnya didalam diri
ada paksaan dari orang saya belum ada keinginan
lain? sampai disitu.
6 Bagaimana perasaan Pertama tentunya saya merasa
anda saat pertama kali sangat berat banyak suka duka
mulai proses menghafal ketika pertama kali saya
Al-Qur’an? menghafal.

7 gaimana metode yang Pertama saya gunakan itu


anda lakukan dalam hanya pada pengaturan waktu
menghafalkan Al- dimana saya harus mematok
Qur’an? jam berapa dan juga berapa
lama saya harus menghafal.

99
Setelah itu metode yang
digunakan ialah membaca
secara berulang” dan juga
mendengarkan ayat yang
sedang saya hafalkan.
8 Apa saja faktor yang Faktor utama yang
mendukung anda dalam mendukung saya dalam
proses menghafal Al- menghafal ialah kebugaran
Qur’an? jasmani sehat mental dan
tentunya pikiran yang fresh
9 Apa saja faktor yang Factor yang menghambat ialah
menghambat anda dalam ketika badan kurang fit, ada
proses menghafal Al- tekanan dari segi mental atau
Qur’an? tekanan dari lingkungan dan
juga pikian yang sedang kacau
sehinnga proses hafalannya
menjadi lebih sulit.
10 Apa yang anda ketahui Kemampuan seseorang dalam
tentang kontrol diri? menggendalikan keinginan
yang timbul oleh perasaan dan
pikiran seseorang sehingga
dapat menimbulkan perilaku
yang tidak merugikan.
11 Bagaimana perubahan Perubahan yang paling dapat
yang anda rasakan dalam dirasakan dari segi mental

100
proses menghafal Al- lebih kuat ketika sedang dalam
Qur’an? tekanan,dan penyikapan
terhadap sebuah persoalan.
12 Bagaimana anda Menghiraukn ataku
mengatasi permasalahan mengabaikan permasalahan
yang menurut anda dapat yang sekiranya disitu akan
menghambat proses menghambat hafalan saya.
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Mengamati keadaan tersebut
memodivikasi sesuatu agar bisa berdaptasi dan kita
keadaan yang tidak tetap bisa masuk atau
menyenangkan? mengikuti keadaan tersebut
tanpa kita merasa terbebani
atau tergangu oleh kedaan.
14 Bagaimana cara anda Menghiraukan keadaan dan
mengendalikan diri aktivitas sekitar ketika sudah
sendiri agar dapat fokus masuk jam atau jadwal
menghafalkan Al- menghafal yang telh dibuat
Qur’an? oleh diri sendir.
15 Bagaiaman cara anda Membuat keadaan menjadi
untuk memadukan suatu senyaman mungkin untuk diri
kejadian untuk sendiri .
menguragi tekanan
selama proses menghafal
Al-Qur’an?

101
16 Bagaimana sikap anda Mengamati dan
ketika menghadapi mengumpulkan data setelah
permasalahan di itu memusyawarahkan dengan
pesantren? teman senior atau ustad setelah
itu baru bisa mengamil
tindakan dalam masalah yang
sedang dihaadapi

17 Apakah anda sering Kalo sering si tidak tapi pernah


melanggar aturan melakukan pelangarn terhadap
pondok? aturan pondok
18 Jika anda diberi tugas Ketika tidak tabrakan dengan
apakah anda langsung pekerjaan yang lain saya
mengerjakan atau langsung mengerjakanya
menundanya? tetapi jika terjadi tabrakan
saya akan mendahulukan
mana yang lebih penting
terlebih dahulu.
19 Apa yang anda lakukan Tetap pergi ke musola ataupun
ketika muncul perasaan tempat biasa saya
malas untuk menghafal menghafalkan dijam yang
Al-Qur’an? telah ditentukan walaupun
disitu saya hanya duduk” saja.
20 Bagaimana usaha Memberikan teori atau
pesantren untuk pelajaran yang berkaitan

102
mengembangan Self tentang kontrol diri dan juga
control pada santri melakukan pengarahan
penghafal Al-Qur’an? praktek kontol diri melalui
aktifitas sehari hari.
21 Apakah self control Sangat berpengaruh,
berpengaruh pada dikarenakan semua kesibukan
hafalan Al-Qur’an anda di pondok maupun di kampus
membutuhkan pengendalian
diri yang tepat, harus membuat
jadwal hafalan agar tidak
keteteran. Alhamdulillah saya
sekarang sudah selesai
menghafalkan 30 juz.

Hasil wawancara SM

Pada tanggal 30/06/2022

No. Pertanyaan Jawaban


1 Latar belakang Saya berasal dari keluarga
subjek(identifikasi yang cukup, dengan latar
subjek, latar belakang belakang yang cukup religius,
keluarga, riwayat jadinya saya dididik dari kecil
pendidikan) menggunakan didikan Islam
yang cukup baik, dikarenakan
latarbelakang dan lingkungan

103
keluarga yang cukup religius,
saya di masukan Madrasah
Ibtidaiah, SMP dan Ma, selain
pendidikan formal, saya juga
di masukan ke pondok
pesantren sejak SMP, dan
sekarang menjadi mahasiswa
2 Apa saja kegiatan sehari- Berhubung kehidupan saya
hari anda? berada di pondok pesantren,
jadi kehidupan saya juga tidak
jauh-jauh dari lingkingan
yang agamis, mulai dari pagi
saya mengaji siang kuliah,
disela sela kuliah kadang saya
nderes untuk setoran hapalan,
dan juga saya aktif di
organisasi kampus, dari sore
sampai malam saya
melanjutkan kegiatan pondok
yakni mengaji kitab kuning
dan menghafalkan Al-Qur’an
3 Sejak kapan anda masuk Saya mulai mulai masuk
ke pesantren dan mulai pesantren pada tahun 2014
menghafal Al-Qur’an? dan mulai menghafalkan Al-

104
Qur’an pada 2018 karena
tuntutan
4 Apa motivasi anda ketika Awal mula saya mulai
ingin menghafal Al- menghafalkan karena
Qur’an? persyaratan dari kampus yang
mengharuskan untuk
menghafalkan beberapa juz,
akan tetapi lambat laun saya
mulai merasakan ketenangan
saat menghafalkan Al-Qur’an
, dan saya teruskan sampai
sekarang.
5 Apakah anda menghafal Seperti yang sudah saya
Al-Qur’an karena ceritakan tadi, saya mulai
keinginan sendiri atau menghafalkan Al-Qur’an
ada paksaan dari orang karena persyaratan untuk
lain? masuk kuliah, dan tidak ada
paksaan dari siapapun
6 Bagaimana perasaan Awalnya sangat sulit untuk
anda saat pertama kali menghafalkan Al-Qur’an
mulai proses menghafal walaupun satu kalimat, karena
Al-Qur’an? awal menghafalkan adalah
tuntutan kampus jadi mau
tidak mau harus secara
intensif saya harus

105
menghafalkan. Setelah sekitar
satu bulan menghafalkan saya
merasakan kemudahan dalam
menghafalkan, jadi kalau
berhenti menghafalkan
sepertinya sia sia, jadi saya
lanjutkan sampai sekarang.
7 Bagaimana metode yang Ketika menghafalkan al-
anda lakukan dalam qur’an saya lebih condong
menghafalkan Al- memahami arti dan maksud
Qur’an? daripada menghafalkan
tulisanya saja. Karena dengan
mengetahui alur dari ayat-ayat
Al-Qur’an jadi saya
memahami apa isi kata dari
ayat ataupun kalimat ayat
tersebut.
8 Apa saja faktor yang Sudah pasti pertama karena
mendukung anda dalam keyakinan kita terhadap Allah
proses menghafal Al- SWT. ketika kita sedang
Qur’an? menghafalkan Al-Qur’an
secara tidak langsung kita
merasakan bagaimana
kenyamanan dan semua yang
Allah berikan kepada kita.

106
Yang ke 2 adalah keluarga,
keluarga selalu memberikan
semangat dan suport yang
sangat banyak untuk saya
menghafalkan Al-Qur’an.
Tidak lupa lingkungan sekitar
saya, dimana lingkungan saya
juga sebagian besar adalah
santri penghafal Al-Qur’an,
mereka semua memberikan
semangat dan motivasi untuk
saya supaya lebih semangat
lagi dalam menghafalkan Al-
Qur’an
9 Apa saja faktor yang Yang menghambat dalam
menghambat anda dalam proses menghafalkan AL-
proses menghafal Al- Qur’an adalah diri saya
Qur’an? sendiri, masalah internal
adalah yang paling
menghambat, ketika diri ini
sedang emosi ataupun sedang
males, itulah yang
menghambat saya ketika
sedang menghafal. Ada juga
dari faktor eksternal,

107
dikarenakan saya juga
menjadi mahasiwa , ketika
sedang di lingkungan luar
pondok pesantren saya sering
di ajak teman untuk jalan-
jalan dan lain-lain.
10 Apa yang anda ketahui Kontrol adalah cara menjaga
tentang kontrol diri? atau menguasai
Diri adalah jiwa, manusia,
sendiri
11 Bagaimana perubahan Setiap proses masih masing
yang anda rasakan dalam penghafal memang berbeda-
proses menghafal Al- beda. Saya pribadi menghafal
Qur’an? Al-Qur’an mulai merasakan
bahwa hal tersebut bukan
hanya untuk saya sendiri dan
hafalan. Tetapi tentang
komitmen yang harus
dipertahankan , karena Al-
Qur’an adalah mukjizat , pasti
bukan hanya daya ingat saja
yang harus siap, laku spiritual,
keyakinan dan perbuatan juga
diuji agar lebih baik.diyakini
atau tidak , setiap juz yang

108
saya hafalkan pasti ada
cobaan tersendiri
12 Bagaimana anda Biasanya ketika saya sedang
mengatasi permasalahan sulit menghafalkan, saya lebih
yang menurut anda dapat sering menyendiri dan
menghambat proses menenangkan pikiran. Dan
menghafal Al-Qur’an? saya selalu berpegang teguh
prinsip saya kenapa memilih
untuk menghafalkan Al-
Qur’an
13 Bagaimana cara anda Keadaan sekitar semuanya
memodivikasi sesuatu tergantung pada diri kita,
keadaan yang tidak ketika kita sedang merasa
menyenangkan? sedih maka secara tidak
langsung kita menganggap
keadaan lingkungan sekitar
kita juga akan menjadi seperti
apa yang kita rasakan. Jadi
kita harus bisa mengendalikan
diri kita dahulu maka
semuanya akan kembali
normal seperti yang kita
inginkan.
14 Bagaimana cara anda Yang pertama saya lakukan
mengendalikan diri adalah berdoa dahulu,

109
sendiri agar dapat fokus kemudian baca lafadznya
menghafalkan Al- selanjutnya membaca dan
Qur’an? memahami artinya tanpa
terasa nanti kita kembali fokus
kepada Al-Qur’an, akan tetapi
jika memang saya tidak bisa
fokus kembali, lebih baik saya
langsung tidur untuk
mengistirahatkan badan.
15 Bagaiaman cara anda Dengan bersikap have fun
untuk memadukan suatu saja, karena saya menghafal
kejadian untuk dengan cara memahami isi
menguragi tekanan dari Al-Qur’an, jadi ketika
selama proses menghafal ada masalah yang saya paham
Al-Qur’an? dan singkron dengan isi yang
ada di Al-Qur’an dan saya
memahami penelesaian
masalah yang sudah
dijelaskan juga pada Al-
Qur’an
16 Bagaimana sikap anda Tidak ada kata lain lagi selain
ketika menghadapi sabar. Ketika ada orang yang
permasalahan di bilang kalau sabar ada
pesantren? batasnya, saya langsung
teringat pada kata-kata Gus

110
Dur, beliau pernah
menyatakan bahwa” sabar
kok ada batasnya, kalau ada
batasnya itu bukan sabar”.
Itulah yang sembuat
kesabaran saya lebih menjadi
kuat lagi ketika menghadapi
masalah di pondok pesantren.
17 Apakah anda sering Kalau melanggar peraturan
melanggar aturan pernah, tapi tidak sering.
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Ketika ada tugas, sebisa
apakah anda langsung mungkin saya langsung
mengerjakan atau kerjakan, jika ada tugas
menundanya? kampus dan pondok
bebarengan, saya lebih
mendahulukan tugas pondok
pesantren dahulu, karena
hampir semua tugas kampus
itu memiliki longgar waktu
dan tidak mungkin dadakan,
jadi saya memilih
mengerjakan tugas pondok.
19 Apa yang anda lakukan Ketika sedang merasa malas
ketika muncul perasaan saya langsung mengingat

111
malas untuk menghafal target saya dan komitmen
Al-Qur’an? saya, dan yang terutama saya
mengingat umur saya yang
setiap harui bertambah tua.
Jadi mau tidak mau jangan
sampai menghafalkan Al-
Qur’an sampai tua. Keinginan
saya adalah hafal Al-Qur’an
di usia yang masih muda ini.
20 Bagaimana usaha Biasanya menerapkan aturan
pesantren untuk target perhari harus setor
mengembangan Self berapa, kedisiplinan sangat
control pada santri diketatkan agar bisa instensif
penghafal Al-Qur’an? dalam menghafalkan Al-
Qur’an
21 Apakah self control Dengan menejemen diri yang
berpengaruh pada disiplin, insyaallah bulan
hafalan Al-Qur’an anda depan hatam 30 juz.

112
Hasil wawancara NR

Pada tanggal 03/07/2022

No. Pertanyaan Jawaban


1 Latar belakang Saya berasal dari keluarga
subjek(identifikasi yang cukup, dan pendidikan
subjek, latar belakang saya dari SD, MTs, MA, dan
keluarga, riwayat sekarang masih kuliah
pendidikan)
2 Apa saja kegiatan sehari- Karena hidup saya di
hari anda? lingkungan pondok pesantren
jadi saya mengikuti kegiatan
pondok dan selebihnya hanya
pergi ke kampus
3 Sejak kapan anda masuk Masuk pesantren pada 2019
ke pesantren dan mulai dan mulai menghafal pada
menghafal Al-Qur’an? 2021
4 Apa motivasi anda ketika Orang terdekat , seperti
ingin menghafal Al- orangtua, guru dan terutama
Qur’an? diri sendiri. Dan karena Al-
Qur’an itu mulia dan setiap
yang berhubungan dengan
Al-Qur’an juga menjadi
mulia.

113
5 Apakah anda menghafal Awalnya adalah anjuran dari
Al-Qur’an karena guru saya
keinginan sendiri atau ada
paksaan dari orang lain?
6 Bagaimana perasaan anda Khawatir dengan diri sendiri,
saat pertama kali mulai apakah bisa menjaga sampai
proses menghafal Al- akhir.
Qur’an?
7 gaimana metode yang Dengan cara mengulang-
anda lakukan dalam ulang perkata, kalimat, dan
menghafalkan Al- mengamati tataletaknya serta
Qur’an? mendengarkan murotal ayat
yang sudah di hafal.
8 Apa saja faktor yang Orang tua, lingkungan dan
mendukung anda dalam dirisendiri
proses menghafal Al-
Qur’an?
9 Apa saja faktor yang Yang cukup menghambat
menghambat anda dalam adalah diri saya sendiri,
proses menghafal Al- terutama kondisi fisik saya
Qur’an? yang mudah sakit menjadikan
kurang maksimal dalam
menghafalkan Al-Qur’an.
10 Apa yang anda ketahui Kemampuan seseorang
tentang kontrol diri? dalam mengola informasi

114
serta dalam memilih yang
diyakini.
11 Bagaimana perubahan Kalau sekarang, belum bisa
yang anda rasakan dalam merasakan perubahan yang
proses menghafal Al- signifikan.
Qur’an?
12 Bagaimana anda Berkonsultasi kepada yang
mengatasi permasalahan lebih paham dan pengalaman
yang menurut anda dapat dan membantu menemukan
menghambat proses solusi dari masalah yang
menghafal Al-Qur’an? dihadapi, dan tidak lupa doa.
13 Bagaimana cara anda Memotivasi diri sendiri, dan
memodivikasi sesuatu berusaha berfikir bahwa pasti
keadaan yang tidak ada hal baik disetiap sesuatu.
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Saya belum bisa menemukan
mengendalikan diri cara yang tepat akan tetapi
sendiri agar dapat fokus menyendiri dan mencari
menghafalkan Al- tempat yang tenang
Qur’an? menjadikan diri menjadi
tenang dan kembali
menghafalkan Al-Qur’an.
15 Bagaiaman cara anda .berserah diri kepada Allah
untuk memadukan suatu
kejadian untuk menguragi

115
tekanan selama proses
menghafal Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Mercari solusi dari
ketika menghadapi permasalahan tersebut.
permasalahan di
pesantren?
17 Apakah anda sering Tidak sering
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Sering di tunda sih,
apakah anda langsung Tergantung seberapa besar
mengerjakan atau tugas tersebut.
menundanya?
19 Apa yang anda lakukan Memotivasi diri entah dari
ketika muncul perasaan diri sendiri atau orang lain.
malas untuk menghafal
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Menjadwalkan segala
pesantren untuk kegiatan agar fokus terhadap
mengembangan Self Al-Qur’an
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
21 Apakah self control Berpengaruh besar sekali,
berpengaruh pada hafalan karena jika kita tidak
Al-Qur’an anda mengatur jadwal dengan baik

116
kita tidak akan mempunyai
waktu untuk menghafal,
dengan kesibukan sehari-hari
saya, saya baru bisa
menghafal beberapa juz,
bahkan belum sampai 5 juz.

117
Hasil wawancara ADR

Pada tanggal 04/07/2022

No. Pertanyaan Jawaban


1 Latar belakang Saya terlahir dari keluarga
subjek(identifikasi yang sederhana yang sangat
subjek, latar belakang saya sayangi, orangtua saya
keluarga, riwayat bekerja sebagai pedagang,
pendidikan) petani dan ternak, saya
mempunyai empat saudara
yakni kakak dan dua adik saya
Saya sekolah SD, MTs
sekaligus mondok, MA
sekaligus mondok, dan
sekarang juga kuliah skaligus
mondok
2 Apa saja kegiatan sehari- Setiap hari saya seperti santri
hari anda? pada umumnya, yakni setoran
hafalan, nderes Al-Qur’an,
dan ngaji kitab kitab kuning
3 Sejak kapan anda masuk Awal mondok pada MTs dan
ke pesantren dan mulai mulai menghafal pada masa
menghafal Al-Qur’an? kuliah di tahun 2019

118
4 Apa motivasi anda ketika Ingin mencari ridho Allah dan
ingin menghafal Al- membahagiakan orang tua
Qur’an? dan diri sendiri
5 Apakah anda menghafal Keinginan sendiri tanpa ada
Al-Qur’an karena paksaan orang lain
keinginan sendiri atau
ada paksaan dari orang
lain?
6 Bagaimana perasaan anda Awal menghafalkan Al-
saat pertama kali mulai Qur’an saya merasa sangat
proses menghafal Al- bahagia dan nyaman
Qur’an?
7 gaimana metode yang Membaca Al-Qur’an secara
anda lakukan dalam bin nadhor sampai lancar
menghafalkan Al- terus mulai menghafal satu
Qur’an? persatu ayat dan diulang
ulang terus sampai lancar
8 Apa saja faktor yang Yang pasti dukungan dari
mendukung anda dalam orangtua dan guru
proses menghafal Al-
Qur’an?
9 Apa saja faktor yang Insyaallah tidak ada,
menghambat anda dalam bismillah niat karena allah
proses menghafal Al-
Qur’an?

119
10 Apa yang anda ketahui Bisa mengontrol emosi
tentang kontrol diri? dengan baik, dan sikap kita
kepada teman dan orang lain
11 Bagaimana perubahan Sampai sekarang kata kata
yang anda rasakan dalam yang saya pegang yaitu
proses menghafal Al- cintailah Al-Qur’an akan
Qur’an? menolongku di akhir
12 Bagaimana anda Istirahat sejenak untuk
mengatasi permasalahan menumbuhkan semangat
yang menurut anda dapat kembali
menghambat proses
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Melakukan suatu kerjaan
memodivikasi sesuatu yang membuat mood baik
keadaan yang tidak
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Tidak ikut bercanda dengan
mengendalikan diri teman teman
sendiri agar dapat fokus
menghafalkan Al-
Qur’an?
15 Bagaiaman cara anda .selalu menikmati suatu
untuk memadukan suatu kejadian
kejadian untuk
menguragi tekanan

120
selama proses menghafal
Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Diselesaikan dengan baik dan
ketika menghadapi pasrah kepada Allah
permasalahan di
pesantren?
17 Apakah anda sering Iya
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Langsung mengerjakan,
apakah anda langsung jangan sampai menunda,
mengerjakan atau karena menunda akan
menundanya? menumpuk pekerjaan.
19 Apa yang anda lakukan Istirahat sejenak
ketika muncul perasaan
malas untuk menghafal
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Selalu memberikan semangat
pesantren untuk dan dorongan untuk santri
mengembangan Self santri
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
21 Apakah self control Yang sudah saya lakukan
berpengaruh pada hafalan adalah membuat jadwal
Al-Qur’an anda harian agar semua kegiatan

121
terorganisir dengan baik.
Untuk sekarang saya masih
kurang 1 juz untuk mencapai
30 juz hafalan Al-Qur’an.

Hasil wawancara ZA

Pada tanggal 07/07/2022

No. Pertanyaan Jawaban


1 Latar belakang Saya berlaterbelakang dari
subjek(identifikasi orang tua petani. Dan saya
subjek, latar belakang dari SD, SMP, SMK dan
keluarga, riwayat sekarang masih kuliah.
pendidikan)
2 Apa saja kegiatan sehari- Karena sekarang menjadi
hari anda? salah satu pengurus pondok
pesantren maka kegiatan
sehari-hari saya mengurus
administrasi sekolah dan
madrasah.
3 Sejak kapan anda masuk Saya mulai mondok dan
ke pesantren dan mulai menghafalkan pada tahun
menghafal Al-Qur’an? 2016

122
4 Apa motivasi anda ketika Untuk menyelesaikan jenjang
ingin menghafal Al- yang sedang saya tempuh
Qur’an?
5 Apakah anda menghafal Keinginan sendiri dan saran
Al-Qur’an karena dari guru
keinginan sendiri atau
ada paksaan dari orang
lain?
6 Bagaimana perasaan Senang akan tetapi lama
anda saat pertama kali kelamaan menjadi susah
mulai proses menghafal
Al-Qur’an?
7 Bagaimana metode yang Saya ketika melakukan
anda lakukan dalam hafalan Al-Qur’an dengan
menghafalkan Al- cara mengingat tiap kalimat.
Qur’an?
8 Apa saja faktor yang Melihat dari sudut usia, dan
mendukung anda dalam kegiatan sehati-hari.
proses menghafal Al-
Qur’an?
9 Apa saja faktor yang Perkerjaan yang saya lakukan
menghambat anda dalam dan kesibukan di pondok
proses menghafal Al- pesantren.
Qur’an?

123
10 Apa yang anda ketahui Mengendalikan diri
tentang kontrol diri?
11 Bagaimana perubahan Merasakan ketenangan hati
yang anda rasakan dalam dan pikiran
proses menghafal Al-
Qur’an?
12 Bagaimana anda Selama tidak mengganggu hal
mengatasi permasalahan yang bersifat urgen saya
yang menurut anda dapat santai santai saja
menghambat proses
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Cari sudut pandang lain dan
memodivikasi sesuatu bersabar
keadaan yang tidak
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Membaca Al-Qur’an dengan
mengendalikan diri lantang sekaligus menyendiri.
sendiri agar dapat fokus
menghafalkan Al-
Qur’an?
15 Bagaiaman cara anda Memahami hubungan
untuk memadukan suatu kejadian yang dialami dengan
kejadian untuk salah satu kejadian di ayat Al-
menguragi tekanan Qur’an

124
selama proses menghafal
Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Cari sudut pandang lain untuk
ketika menghadapi menentukan solusi yang tepat.
permasalahan di
pesantren?
17 Apakah anda sering Sering
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Kadang sering saya tunda
apakah anda langsung karena banyak pekerjaan yang
mengerjakan atau menumpuk.
menundanya?
19 Apa yang anda lakukan Mencari aktivitas lain yang
ketika muncul perasaan bermanfaan dan
malas untuk menghafal menyenangkan
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Pembinaan melalui
pesantren untuk pembelajaran
mengembangan Self
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
21 Apakah self control Berpengaruh, kehidupan di
berpengaruh pada hafalan pondok dan di kampus
Al-Qur’an anda sangatlah padat, sangat sulit

125
bagi saya untuk mengatur
jadwal karena hampir setiap
hari saya beraktifitas untuk
pondok pesantren dan
kampus, belum juga
pekerjaan diluar.

Hasil wawancara LTM

Pada tanggal 08/07/2022

No. Pertanyaan Jawaban


1 Latar belakang Saya terlahir dikeluarga
subjek(identifikasi pedangang, dan saya adalah
subjek, latar belakang anak yatim. Dan karena saya
keluarga, riwayat dari kecil hidup dilingkungan
pendidikan) yang religius, dari kecuil
sudah di ajarkan tentang ilmu
ilmu agama. Dan aya
disekolahkan dari kecil di
naungan agama seperti MI,
MTs, MA dan sekarang
masih melakukan kuliah
2 Apa saja kegiatan sehari- Mengaji, hafalan, kuliah
hari anda?

126
3 Sejak kapan anda masuk Sejak dari kecil sudah
ke pesantren dan mulai mondok dan mulai
menghafal Al-Qur’an? menghafalkan Al-Qur’an
4 Apa motivasi anda ketika Ingin mengetahuin
ingin menghafal Al- sejauhmana kemampuan otak
Qur’an? saya
5 Apakah anda menghafal Dulu berawal dari paksaan
Al-Qur’an karena orang tua, tetapi sekarang
keinginan sendiri atau ada sudah menjadi hobi
paksaan dari orang lain?
6 Bagaimana perasaan anda Senang sekali
saat pertama kali mulai
proses menghafal Al-
Qur’an?
7 gaimana metode yang Kemanapun selalu membawa
anda lakukan dalam Al-Qur’an, dari abngun tidur,
menghafalkan Al- sampai akan tidur Al-Quran
Qur’an? selalu didekat saya, dan
ketika sedang ada waktu
luang saya langsung
membaca Al- Qur’an
8 Apa saja faktor yang Kemausan saya sendiri
mendukung anda dalam
proses menghafal Al-
Qur’an?

127
9 Apa saja faktor yang Menurut saya tidak ada faktor
menghambat anda dalam yang menghambat pada
proses menghafal Al- proses menghafal Al-Qur’an
Qur’an?
10 Apa yang anda ketahui Self control adalah menahan
tentang kontrol diri? hawa nafsu
11 Bagaimana perubahan Dari semua aspek saya
yang anda rasakan dalam merasakan perubahan
proses menghafal Al-
Qur’an?
12 Bagaimana anda Ketika ada permasalahan
mengatasi permasalahan yang menghambat hafalan
yang menurut anda dapat saya selalu melakukan
menghambat proses evaluasi diri dan membenahi
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Ketika semua sedang tidak
memodivikasi sesuatu kondusif , saya lebih baik
keadaan yang tidak tidur.
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Selalu mengingat tujuan awal
mengendalikan diri
sendiri agar dapat fokus
menghafalkan Al-
Qur’an?

128
15 Bagaiaman cara anda .selalu berperasangka baik
untuk memadukan suatu atau khusnudzon
kejadian untuk menguragi
tekanan selama proses
menghafal Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Saya cukup cuek terhadap
ketika menghadapi permasalahan pondok
permasalahan di pesantren, saya berfikir nanti
pesantren? juga senua akan selesai.
17 Apakah anda sering Tidak sama sekali
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Ketika ada tugas saya selalu
apakah anda langsung langsung mengerjakan, dari
mengerjakan atau pada ditunda nanti akan
menundanya? memperkeruh keadaan
19 Apa yang anda lakukan Rasa males itu wajar, akan
ketika muncul perasaan tetapi jangan lama-lama
malas untuk menghafal
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Membatasi kegiatan di luar
pesantren untuk pesantren dan disiplin.
mengembangan Self
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?

129
21 Apakah self control Pengendalian diri atau nafsu
berpengaruh pada hafalan sangatlah dibutuhkan, jika
Al-Qur’an anda saja dari dulu saya tidak
membatasi pergaulan dan
kegiatan di luar. Mungkin
hafalan Al-Qur’an saya
belum selesai sampai
sekarang.

130
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Pengasuh PPTQ Sabilillah Wonosobo

Wawancara dengan FT

131
Wawancara dengan SM

Wawancara dengan NR

132
Wawancara dengan ADR

Wawancara dengan ZA

133
Wawancara dengan LTM

134
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo

135
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo

136
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo

137
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo

138
Kegiatan di PPTQ Sabilillah Wonosobo

139

Anda mungkin juga menyukai