SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD MALIKUL HUDA
NIM. 43040180046
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD MALIKUL HUDA
NIM. 43040180046
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI
Salatiga,
24 Agustus 2022
Yang menyatakan
vi
MOTTO
ب ۡال ُمتَ َو ِك ِل ۡي َ فَ ِاذَا ع ََز ۡمتَ فَتَ َوك َّۡل
ِؕ ٰ علَى
ٰ َّّللا اِن
ُّ ّللاَ يُ ِح
vii
PERSEMBAHAN
viii
ABSTRAK
ix
KATA PENGANTAR
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini. Dengan demikian penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
x
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga.
3. Bapak Rovi’in, M.Ag. Selaku Dosen Pembimmbing Skripsi
yang senantiasa membimbing saya dengan baik dan ikhlas.
4. Ibu Qurottu Ayun, M. Psi. selaku Ketua Program Studi
Psikologi Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
5. Ibu Eva Palupi, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik kelas B angkatan 2018 program studi Psikologi
Islam
6. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staf IAIN Salatiga yang
telah memberikan pendidikan, bimbingan, pengarahan dan
pengetahuan serta dukungan serta motivasi yang begitu luar
biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1.
7. Bapak dan Ibu Staf Akademik Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo yang telah mengizinkan saya untuk
mengumpulkan data penelitian.
9. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu
penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa
sebutkan satu per satu.
xi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sepenuhnya menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,
mengingat keterbatasan penulis dalam hal kemmampuan,
pengetahuan, waktu dan pengalaman. Namun inilah yang
terbaik yang dapat penulis berikan dan laukan, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang
yang membaca umumnya. Besar harapan penulis semoga
semua perbuatan baik dapat diterima dan diridhoi Allah SWT.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan bagi
penyempurnaan skripsi ini. Aamiin.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiii
2. Manfaat Praktis ............................................................ 7
xiv
4. Menghafal Al-Qur’an ................................................. 28
a. Pengertian Menghafalkan Al-Qur’an .................... 28
b. Istilah-istilah Dalam Menghafal Al-Qur’an .......... 34
c. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ......................... 36
d. Hukum Menghafal AL-Qur’an .............................. 38
xv
7. Jadwal Kegiatan Santri ...................................... 60
B. Temua Data .............................................................. 68
1. Peran Self Control dalam menghafalkan
Al-Qur’an pada santri di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............ 68
2. Faktor pendukung dan penghambat santri
dalam menghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo ............ 70
C. Analisi Data .............................................................. 73
A. Kesimpulan ............................................................ 82
B. Saran ...................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 84
xvi
Daftar Tabel
xvii
Daftar Gambar
xviii
Daftar Lampiran
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan Islam yang masih eksis di Indonesia dengan
menggunakan metode tradisional dalam mendalami ilmu
agama Islam dan belajar membentuk akhlak yang mulia dalam
kehidupan sehari-hari. Pondok pesantren sudah berkembang
sejak sebelum pendidikan formal ada. Pesantren didirikan oleh
orang yang disebut dengan da’i, kyai, mubaligh atau ustadz,
dan di dalamnya berisi ajaran-ajaran agama Islam yang di
bawa oleh para saudagar arab melalui perdagangan. Pondok
pesantren memiliki kurikulum pendidikan yang di dasarkan
pada ajaran Al-Qur’an, hadis dan pendapat para ulama.
Dimana dalam pembelajarannya berisi ajaran-ajaran ilmu
akhirat dan juga ilmu dunia yang sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an sebagai pedomanya.
1
ilmu tersendiri dan metode pembelajaran sesuai fokus ilmu
yang tentukan oleh pondok pesantren.
2
santri tidak hanya menghafalkan Al-Qur’an akan tetapi juga
harus melakukan kegiatan seperti belajar pendidikan formal
dalam sekolah maupun universitas, musyawarah, mengkaji
kitab, bahtsul dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa juga
menjadi salah satu faktor menghambat proses penghafalan.
Sedangkan faktor internal yang berperan penting dalam
memengaruhi seseorang dalam menghafal Al-Qur’an adalah
Self Control atau kontrol diri (Anisa, 2017).
3
Jika seseorang sudah mampu mengendalikan diri dengan baik,
maka dapat mencegah individu untuk berperilaku impulsif
yang dapat merugikan dirinya dan dapat fokus mengerjakan
apa yang menjadi tujuannya.
4
pada hafalan Al-Qur’an pengkajian kitab Tauhid melahirkan
santri yang dapat membawa Al-Qur’an baik secara menghafal
teksnya, memahami artinya, dan mengamalkan isinya.
Dengan begitu Pondok Pesantren ini mempunyai karakter
santri dengan adab yang baik dan tingkahlaku yang baik.
Dikarenakan padatnya kegiatan di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo yang dimulai dari
pukul 04.20 WIB dan berakhir pada 22.00 WIB, bahkan
banyak kegiatan di luar jadwal kegiatan Pondok Pesantren
seperti kegiatan di kampus, santri mengharuskan bisa
menejemen jadwal kegiatan dirinya supaya bisa menjaga
hafalanya. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih
mendalam bagaimana santri dalam menghafalkan Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
Sabilillah Wonosobo.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik menggali
lebih dalam informasi mengenai bagaimana peran self Control
pada santri dalam proses menghafal Al-Qur’an dan apa saja
faktor pendukung dan penghambat pada santri dalam
menghafalkan Al-Qur’an Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo Sabilillah Wonosobo. Untuk itu,
penelitian tertarik untuk mengambil judul “Peran Self
Control Pada Santri Dalam Keberhasilan Menghafal Al-
Qur’an : Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an (PPTQ) Sabilillah Wonosobo”
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
maka dirumuskan.
1. Bagaimana peran Self Control dalam proses menghafal
Al-Qur’an pada santri di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah Wonosobo?
2. Apa Faktor pendukung santri dalam menghafalkan Al-
Qur’an Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo?
3. Apa Faktor penghambat santri dalam menghafalkan Al-
Qur’an Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis meneliti kasus ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengaruh Self Control pada santri
penghafal Al-Qur’an santri PPTQ Sabilillah Wonosobo.
1. Untuk mengetahui peran Self Control dalam
menghafalkan Al-Qur’an pada santri di PPTQ Sabilillah
Wonosobo.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung santri penghafal Al-
Qur’an PPTQ Sabilillah Wonosobo.
3. Untuk mengetahui penghambat santri penghafal Al-
Qur’an PPTQ Sabilillah Wonosobo.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritits
Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan
bisa berguna untuk mengembangkan dunia psikologi
terutama pada psikologi pendidikan perkembangan, dan
penulis mengharapkan hasil penelitian ini bisa berguna
untuk pondok pesantren yang diteliti serta bisa menambah
wawasan bagi semua pembaca.
2. Manfaat praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi baru, sebagai civitas akademika,
mahasiswa IAIN Salatiga, maupun masyarakat khususnya
untuk santri pondok pesantren untuk bisa mengetahui
bagaimana yang seharusnya dilakukan ketika sedang
menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantren.
E. Penegasan Istilah
1. Self Control
7
2. Santri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Santri
berarti orang yang mendalami agama Islam, orang yang
beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang
mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan
berguru ke tempat yang jauh seperti pesantren dan lainnya
(Kbbi, 2016).
3. Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an berati mengingat-ingat
bacaan Al-Qur’an dan dilakukan secara berulang-ulang
baik dengan mendengar maupun dengan membacanya
(Susianti, 2017).
4. Pondok Pesantren
Menurut Abdurrahman Wahid (Suharto, 2011),
pesantren merupakan tempat dimana santri hidup.
Pesantren sendiri berasal dari kata “santri” yang
ditambahkan imbuhan “pe” dan “an”.
F. Sistematika Penulisan
8
pernyataan keaslian penelitian, halaman motto, halaman
persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar dan daftar lampiran.
9
dalam bagian akhir penulisan skripsi hendaknya berisi
dokumen yang dipandang penting misalnya instrument
penelitian, data mentah hasil penelitian, transkip wawancara,
catatan observasi, surat izin dan tanda bukti telah
melaksanakan pengumpulan data penelitian, foto dan
lampiran lain yang dianggap perlu. Riwayat hidup hendaknya
disajikan secara naratif dan menggunakan sudut pandang
orang ketiga (penulis).
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Self Control
a. Pengertian Self Control
11
pertimbangan-pertimbangan kognitif untuk
menghasilkan perilaku yang berguna untuk mencapai
keinginan. Kemapuan seseorang untuk melakukan
Self Control merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dikuasali oleh remaja.
Tugas perkembangan dalam hal ini, yaitu
memepelajari apa yang diinginkan oleh kelompok
sosialnya dan bersedia membentuk perilaku sesuai
dengan harapan sosial, tanpa harus didorong,
diawasi, diancam dan dibimbing seperti yang dialami
pada masa kanak-kanak.
12
pada perilaku yang sesuai dengan lingkungan sekitar
tempat tinggal individu.
13
berdasarkan pengalaman yang memiliki
sebelumnya. Dalam memutuskan untuk mencoba
suatu hal, ada dua harapan dari individu, yakni:
a) Harapan hasil, yakni bila suatu kegiatan
dilakukan dengan benar maka akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
b) Harapan self efficacy, yakni diri dapat
menampilkan suatu hal dengan benar dan
sebagaimana mestinya.
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu. Salah satu faktor
internalnya adalah usia. Semakin bertambahnya
usia seseorang maka akan semakin baik
kemampuan individu dalam melakukan kontrol
terhadap diri sendiri. Selain usia, faktor internal
pembentuk Self Control adalah kematangan
emosi. Seseorag yang sudah mencapai
kematangan secara emosi mampu membentuk
14
kepribadian, Kerjasama dengan kelompok,
mengambil keputusan serta meningkatkan harga
diri (Kuswanto, 2021).
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah
lingkungan keluarga. Orangtua mendominasi
peran penting dalam membimbing kemampuan
Self Control anak. Dari hasil penelitian Nasichah
(2000) menunjukan bahwa persepsi remaja
terhadap penerapan disiplin orangtua yang
semakin demokratis cenderung diikuti tingginya
kemampuan mengontrol dirinya. Dengan sperti
itu bila orangtua memiliki konsisten menerapkan
disiplin kepada anaknya mulai sejak dini dan
orang tua tetap konsisten terhadap konsekuensi
yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari
yang sudah ditetapkan, maka sikap
kekonsentrasian ini akan di internalisasi anak
dan kemudian akan menjadi Self Control pada
dirinya.
Sama halnya dengan pernyataan Hurlock
(Marsela & Supriatna, 2019) Faktor yang
mempengaruhi self control secara garis besar
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
15
1) Faktor Internal
Faktor internal yang ikut adil kepada
self control yakni usia. Semakin usia dari
seseorag bertambah maka akan semakin baik
pula perkembangan pengertian, imajinasi,
dan kemampuan mengatasi dan mengingat
yang dapat mempengaruhi reaksi emosional
sehingga kemampuan self control seseorang
semakin membaik.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal antaralain seperti
lingkungan di keluarga, keluarga terutama
orangtua yang menentukan bagaimana
seseorang mampun mengontrol dirinya
16
4) Bersikap toleransi terhadap stimulus yang
berlawan.
17
Anak menggunakan kesadaranya untuk
mengarahkan perilakunya dan mengatur dorongan
dari dalam dirinya. Ia mulai belajar mengatasi
persoalan dan mengembangkan kesadaran yang
kuat terhadap perilakunya.
5. Tahap kelima: berorientasi pada kontrol internal
(pada masa remaja 12-20 tahun) .
Anak memeroleh banyak kemajuan dalam
mengatasi persoalan dan lebih menyadari
keinginan dan tindakanya.
18
2) Doronglah agar memotivasi diri. Ada lima cara
agar mendorong diri melakukan tugas dengan
baik yakni:
a) Ubahlah kata ganti “aku” menjadi “kamu”
b) Tumbuhkan pujian internal
c) Mintalah agar anak menghargai perbuatan
sendiri
d) Buat jurnal keberhasilan
e) Buatlah seritifikat
3) Ajarkan cara mengontrol dorongan agar berpikir
sebelum bertindak. Ada empat cara
mengendalikan amarah agar dapat mengatasi
situasi yang mengakibatkan stres, yaitu:
a) Belajar mengungkapkan dengan kata-kata.
b) Perhatikan tanda-tanda amarah.
c) Tenangkan diri dengan berbicara dalam hati.
d) Ajarkan cara teknik pernapasan.
19
a) Mengatur pelaksanaan (regulated
administration)
Merupakan kemampuan individu untuk
menentukan siapa yang mengendalikan
situasi atau keadaan
b) Kemampuan memodifikasi stimulus
(stimulus modafibility)
20
3. Mengontrol keputusan (Decesional control)
Mengontrol keputusan merupakan
kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau
suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Menurut (Ghufron &
Risnawita, 2017). Ada tiga jenis kualitas Self
Control, yakni:
a) Overl control
Merupakan konrol diri yang dilakukan oleh
individu secaraberlebihan yang menyebabkan
individu banyak menahan diri dalam beraksi
terhadap stimulus.
b) Under control
Merupakan suatu kecenderungan individu
untuk melepaskan implusivitas dengan bebas
tanpa perlindungan yang masak.
c) Approppriate control
Merupakan kontrol idividu dalam upaya
mengendalikan implus secara tepat.
Untuk mengatur Self Control biasanya digunakan
aspek-aspek seperti :
a) Kemampuan mengontrol perilaku.
b) Kemampuan mengontrol stimulus.
c) Kemampuan mengatasi suatu peristiwa atau
kejadian.
21
d) Kemampuan menafsirkan peristiwa.
e) Kemampuan mengambil keputusan.
22
2. Tidak menunjukan perilaku yang dipengaruhi
amarah atau bisa mengendalikan emosi yang
negatif. Kemampuan merespon stimulus
dengan emosi yang positif bisa membantu
individu untuk terbiasa mengendalikan diri
dalam berperilaku dengan sesuai harapan
lingkunganya.
3. Toleransi terhadap stimulus yang tidak
diharapkan agar memeroleh menfaat ataupun
keuntungan yang besar.
4. Selalu mengerjakan tugas walaupun terdapat
beberapa hambatan atau gangguan, hal ini biasa
disebut dengan sikap yang istiqomah (Fatimah,
2019).
2. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
23
asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal santri
(Usman, 2013).
24
manusia pembangun dirinya dan bertanggung
jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.
4) Membangun tenaga penyuluh pembangunan
mikro atau keluarga, dan regional atau pedesaan
lingkungan masyarakat.
5) Mendidik santri atau siswa supaya bisa menjadi
tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sector
pembangunan mental dan spiritual.
6) Mendidik santri atau siswa untuk membantu
dalam meninkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat, dalam rangka usaha pembangunan
masyarakat bangsa. (Mutohar & Anam, 2013)
25
dengan kemampuan ataupun kelas masing-masing
santri.
Pengertian lain menyebutkan Pondok
Pesantren salaf adalah Pondok Pesantren yang
tetap memertahankan pengajaran kitab-kitab
klasik yang digunakan sebagai inti pendidikan di
Pondok Pesantren, sistem madrasah diterapkan
untuk memudahkan sistem sorogan yang
digunakan dalam pengajian bentuk lama dan tanpa
mengenalkan pengajaran umum (Soebahar, 2013).
2) Pondok pesantren khalafiah
Pondok pesantren khalafiah yakni pondok
pesantren yang mengadopsi sistem pendidikan
madrasah atau sekolah dengan kurikulum yang
disesuaikan dengan kurikulum pemerintah yang
telah disesuaikan baik dari Depag ataupun
Depdiknas Pondok Pesantren khalafiah
berkembang sesuai dengan tuntutan jaman
maupun masyarakat yang menginginkan pondok
pesantren memasukan mata pelajaran umum pada
kurikulum pondok pesantren.
26
dan belajar di bawah bibimbingan guru yang
disebut dengan kyai.
3. Santri
a. Pengertian Santri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Santri
berarti orang yang mendalami agama Islam, orang
yang beribadat dengan sungguh-sungguh, orang yang
mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan
berguru ke tempat yang jauh seperti pesantren dan
lainnya (Kbbi, 2016).
Secara etimologis ada beberapa pendapat tentang
pengertian santri. Kata santri adalah gabungan dari dua
sukukata yakni sant yang berarti baik dan tra yang
berarti suka menolong (Umar, 2014). Pendapat lain
juga mengartikan santri mungkin diturunkan dari asal
kata Sansekerta shastri yang dalam pemakaian bahasa
modern memunyai arti sempit dan luas. Arti sempit
ialah seorang pelajar sekolah agama di dalam
pesantren, sedangkan arti luasnya dan lebih umum,
kata santri merujuk pada seseorang anggota bagian
penduduk jawa yang menganut Islam dengan sungguh-
sungguh (Sulara, 2022).
27
b. Jenis-jenis Santri
Dhofier menyebutkan bahwa secara tradisi, santri
dikelompokan menjadi dua jenis kelompok, yakni:
1) Santri mukim
Santri mukim yakni siswa yang berasal dari
berbagai daerah baik yang jauh ataupun yang
dekat danmenetap di pondok pesantren. Santri
yang mukim yang sudah cukup lama bertempat di
pondok pesantren biasanya terkumpul menjadi
satu kelompok tersendiri dimana santri tersebut
mempunyai tanggung jawab membantu
kepentingan dalam kegiatan pondok pesantren
sehari-hari, bahkan mereka juga bertanggung
jawab sebagai pengajar kitab untuk mengajarkan
kepada santri-santri baru di pondok pesantren.
2) Santri kalong
Santri kalong yakni siswa yang biasanya berasal
dari desa sekeliling pondok pesantren dan tidak
menetap atau bertempat di dalam pondok
pesantren (Shiddiq, 2015).
4. Menghafal Al-Qur’an
a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an
Menghafal mempunyai kata dasar “hafal”
yang berarti “telah masuk di dalam ingatan, dan dapat
mengucapkan di luar kepala” (Arini, 2019).
28
Menghafal ialah sebuah aktivitas menanamkan suatu
materi yang verbal melalui proses mental kemudian
menyimpanya ke dalam ingatan, sehingga dapat
diproduksi kembali ke alam bawah sadar ketika
sedang diperlukan (Rusman, 2017).
Al-Qur’an adalah kitab suci umat muslim
yang diturunkan dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril
untuk diteruskan penyampaianya untuk seluruh umat
manusia di bumi sampai akhir zaman nanti. Al-
Qur’an adalah kitab suci paling lengkap bagi umat
manusia sejak awal turun lima belas abad yang lalu
dan akan tetap sesuai dengan segala perkembangan
zaman pada saat ini maupun untuk masa yang
mendatang bahkan sampai hari kiamat nanti. Al-
Qur’an mempunyai nama lain yang semuanya
menunjukan kemuliaan Al-Qur’an. Nama lain selain
Al-Qur’an adalah : Al-Furqan, At-Tanzil, Adz-
Dzikir, Al-Kitab, Selain semua itu Al-Qur’an
mempunyai beberapa sifat yang mulia seperti nur,
hudan, rahmah, syifa,mau’idzah, aziz, mubarak,
basyir, nadzir dan lain sebagainya.
Menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses
mengingat ayat-ayat AL-Qur’an dan mencakup
semua materi di dalamnya seperti fonetik, waqof dan
29
lain sebagainya yang harus diingat secara utuh. Oleh
karena itu seluruh proses pengingatan ayat-ayat Al-
Qur’an dan bagian lain-lainya adalah proses
pengingatan kembali (recalling) harus tepat. Menurut
psikolog Atkinson, menyatakan abahwa perbedaan
dasar mengenai ingatan pertama adalah mengenai
tida tahapan, yakni:
1) Encoding (memasukan informasi ke dalam
ingatan memori atau ingatan)
Menghafalkan atau encoding yakni
memasukan ayat-ayat Al-Qur’an kedalam
memory, sejauh mata memandang maka sejauh
itu pula ayat dan huruf yang ditangkap. Seluruh
lingkup ayat yang masuk dalam pandangan akan
masuk ke ingatan. Pendengaranpun demikian.
Semua suara yang berasal dari bacaan kita
sendiri ataupun yang berasal dari media lain
seperti recording murratal akan secara tidak
langsung ditangkap oleh indera pendengaran
kita. Semua alat panca indera kitapun bekerja
seperti itu. Akan tetapi dua alat sensorik yakni
mata dan pendengaran memiliki perat yang
mendominasi dalam proses menghafal Al-
Qur’an. Oleh karea itu seseorang yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an dianjurkan untuk
30
menyerukan suara (jahr) disaat sedang
menghafalkan Al-Qur’an agar lebih medah
dimasukan kedalam memori (Yayan, 2015).
2) Storage (penyimpanan)
Storage adalah penyimpanan informasi
yang dikirim dari panca indera yang masuk dan
disimpan dalam gudang memori di otak kita.
Tempat gudang memori ini terletak di ingatan
jangka panjang (long term memory). Semmua
informasi yang sudah dimasukan ke dalam dan
disimpan ke dalam gudang memori tidak akan
pernah hilang. Oleh karena itu istilah lupa
hafalan sejatinya tidaklah kita lupa akan
hafalanya akan tetapi hanya karena kita bisa
berhasil menemukan kembali file yang dicari
dalam gudang memori. Demikian halnya dengan
proses menghafalkan Al-Qur’an, salah satu
usaha agar informasi yang masuk ke dalam
ingatan jangka pendek (short term memory) bisa
langsung ke tranfer di memori jangka panjang
(long term memory) adalah dengan cara
pengulangan (retrieval atau takrir) secara
perlahan berkala den terus menerus (Izzah et al.,
2019).
31
3) Retrieval (pengungkapan kembali)
Takrir atau retrieval adalah proses
pengungkapan kembali informasi yang telah
masuk dan disimpan dalam gudang memori.
Dalam menghafalkan Al-Qur’an, urutan ayat
yang sebelumnya secara otomatis menjadi
pancingan terhadap ayat yang selanjutnya. Oleh
karena itu kada lebih sulit untuk mengucapkan
ayat yang sebelumnya daripada ayat yang
selanjutnya.
32
mengeluarkan kembali ingatan yang telah disimpan
dalam gudang memori dibutuhkan penarikan dan
pengambilan bagian ingatan yang bergantung oleh
beberapa faktor, yakni tujuan, waktu, kekuatan, isi
dan sumber rangsangan untuk memancing ingatan
yang akan dipanggil. Sebagian orang memiliki
masalah pada daya ingat bukan pada menghafal
(Yayan, 2015)
33
b. Istilah-istilah Dalam Menghafal Al-Quran
Ada beberapa istilah-istilah yang sering
digunakan dalam lingkungan pesantren terutama
pondok pesantren yang khusus menghafal Al-Qur’an,
istilah-istilah tersebut yakni:
(Website Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
n.d.)
1) Nyetor
Istilah nyetor ini digunakan dalam
mengajukan setoran ayat-ayat Al-Qur’an yang
baru saja dihafalkan. Caranya, para santri
menulis berapa ju,lah ayat atau lembar yang akan
dihafalkan pada alat yang khusus, bisa berupa
blangko ataupun alat yang lainya, yang telah
pojok sesuai yang sudah dikehendaki santri.
2) Muraja’ah
Istilah ini adalah proses penghafalan Al-
Qur’an yang dilakukan oleh para asantri dengan
mengulang-ulang materi atau ayat hapalan yang
sudah disetorkan, dan proses ini dikakukan
secara pribadi.
3) Sima’an
Sima’an yakni kegiatan saling
mendengarkan hafalan atau bacaan secara
34
berpasangan dimana satu membaca atau
menghafal dan satunya menyimak, dengan cara
yang bergantian dalam kelompok juz.
4) Mudarasah
Istilah ini adalah saling mendengarkan
hafalan atau bacaan antara santri dalam
kelompok juz pada satu majlis. Cara ini bisa
dilakukan secara bergantian per ayat ataupun
beberapa ayat yang sudah disepakati oleh
pengasuh.
5) Talaqqi
Ini adalah sebuah proses mendengaarkan
ayat Al-Qur’an secara langsung di depan guru.
Kegiatan ini menlebih menitik beratkan pada
bunyi hafalan.
6) Takraran (takrir)
Yakni menyetorkan atau mendengarkan
materi hafalan ayat Al-Qur’an yang sesuai
dengan syang sudah tercantum dalam setoran
dihadapkan pengasuh dalam rangka
memantabkan hafalan dan juga sebagai syarat
mengajukan setoran hafalan yang baru. Takrir
ini biasa dilakukan tidak hanya pada hafalan ayat
yang tercantum dalam sato setoran, akan tetapi
35
juga dilakukan pada beberapa setoran
sebelumnya.
7) Bin-Nazar
Istilah ini adalah membaca Al-Qur’an
dengan melihat teks proses inni dilakukan dalam
rangka mempermuda menghafal Al-Qur’an dan
ini biasanya dilakukan oleh santri penghafal Al-
Qur’an yang pemula.
8) Musyafahah
Adalah proses memperagakan hafalan
Al-Qur’an secara langsung di depan ustadz.
Proses ini berfokus pada hal-hal yang terkait
dengan ilmu tajwid. Seperti makharijul huruf.
9) Bil-Ghaib
Ialah penguasaan penghafal dalam
menghafalkan ayat Al-Qur’an tanpa melihat teks
mushaf Al-Qur’an (Lutfy, 2016).
36
Allah juga mencintai mereka yang cinta kepada
kalam-Nya.
2) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan
mendapatkan banyak sekali pahala, seperti jika
digambarkan, pada setiap huruf yang di baca
seseorang akan mendapatkan 10 pahala dan
jumlah huruf Al-Qur’an sebagaimana yang
sudah disebutkan oleh Imam Sayuti di kitab Al-
Itqan terdapat 671.323 huruf. Maka bisa
digambarkan berapa juta pahala yang dihasilkan
ketika seorang penghafal Al-Qur’an berulang
kali membaca ayat suci Al-Qur’an.
3) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an
menjunjung nilai-nilai Al-Qur’an diberi julukan
dengan “Ahlullah” atau keluarga Allah SWT
atau orang-orang yang dekat dengan Allah SWT.
4) Nabi Muhammad SAW pernah menyegerakan
penguburan sahabat yang gugur di perang Uhud
yang hafalanya lebih banyak dari pada yang lain
sebagai penghargaan untuk mereka yang
menghafalkan Al-Qur’an.
5) Nabi Muhammad SAW Menjanjikan bahwa
orangtua penghafal Al-Qur’an ketika hari kiamat
kelak akan diberi mahkota oleh Allah SWT.
37
6) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan
mengaktifkan miliaran sel-sel pada otak melalui
menghafal, kegiatan ini berpotensi untuk
menjadikan otak menjadi semakit kuat dan
cerdas.
7) Penghafal Al-Qur’an termasuk pada golongan
orang-orang terdepan dalam menjaga
keautentikan, kemurnian dan kelestarian kitab
suci AL-Qir’an.
8) Orang yang menghafalkan Al-Qur’an akan
mendapatkan Syafaat Al-Qur’an pada hari
kiamat, Al-Qur’an juga akan mengawal terus
shahibnya semenjak dari alam kubur sampai
masuk kedalam surga.
9) Karena Al-Qur’an ialah Mubarak yang penuh
keberkahan (K.H.Ahsan Sakho Muhammad,
Menghafalkan Al-Qur’an (Jakarta Selatan: PT.
Qaf Media Kreativa,2017) h. 27-33 -
Penelusuran Google, n.d.).
38
melaksanakan dalam satu masyarakat, maka
berdosalah seluruh anggota masyarakat tersebut.
Imam As-Suyuti dalam kitabnya Al-Itqan
mengungkapkan bahwa “ketahuilah, sesungguhnya
menghafal Al-Qur’an itu adalah fardhu kifayah bagi
umat” (Izzah et al., 2019).
B. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis meninjau
beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
terlebih dahulu yang berkaitan dengan tema penelitian di
antaranya yaitu:
39
Qur’aniyy Surakarta” Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa mahasiswa santri yang sedang menghafalkan Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Surakarta didorong
dengan adanya motivasi eksternal yaitu membahagiakan
kedua orangtua serta Adapun pengaruh dari lingkungan.
Pengelolaan diri 3 (tiga) santri mahasiswa penghafal Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyy Surakarta
menyatakan bahwa mempu mengelola dirinya dengan baik,
hal ini digambarkan dalam adanya jadwal hafalan yang
dilakukan secara disiplin dan rutin, berbeda dengan 2 (dua)
santri mahasiswa penghafal Al-Qur’an kurang mampu
mengelola jadwal dirinya dalam menghafal Al-Qur’an
(INAYAH & Supandi, 2020).
40
Penelitian Ilham Hakiki pada tahun 2021 yang diberi
judul “Self control Santri dalam Menguatkan Hafalan Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan
Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat”. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana proses, hasil, faktor
penghambat dan faktor pendukung santri dalam menguatkan
hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek
Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Self Control santri dalam
menguatkan hafalan Al-Qur’an dapat memberikan dampak
positif bagi santri penghafal Al-Qur’an (Mahendra, 2019).
41
kurang mapu memanagemen waktu dengan baik dari
padatnya aktivitas da tugas, minat dan juga cara membaca
Al-Qur’an yang masih perlu dilatih (Mahendra, 2019).
Dari semua penelitian terdahulu yang telah dipaparkan,
dapat dilihat bahwa kualitas self control yang tinggi sangat
berperan penting dalam menghafalkan AL-Qur’an begitu
pula sebaliknya, individu dengan self control yang rendah
biasanya mempunyai masalah yang sulit terselesaikan.
Bahkan dengan membaca, menghafalkan atau bahkan
mengimplikasikan makna ataupun lafadz Al-Qur’an bisa
memangun kulalitas Self Control yang tinggi.
Penulis menemukan ada beberapa perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, seperti lokasi penelitian yang akan dilaksanakan di
Pondok Pesantren Thafidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah tema
pembahasan, yakni sama-sama membahas tentang self
control dan juga persamaan membahas tentang Al-Qur’an.
Orientasi lingkungan penelitian juga sama yakni di
lingkungan Pondok Pesantren.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
44
Pada penelitian kali ini penulis menggunakan data
sekunder berupa data pondok pesantren dan struktur
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah dan
beberapa informasi ataupun literasi lainya.
45
sedang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
2. Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh
kemampuan panca indera berdasarkan kepada fakta
kejadian empiris (Hasanah, 2017).
Penulis melakukan observasi secara langsung mengenai
self control yang ada di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah Wonosobo.
3. Dokumentasi menurut (Sugiyono, 2015) adalah suatu
cara yang digunakan untuk memeroleh data dan informasi
dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat
mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dalam penelitian
ini dokumentasi dilakukan supaya mendapatkan data
seperti dokumentasi bagunan pondok, informan, kegiatan
pondok pesantren dan lain sebagainya untuk tambahan
untuk data lain yang telah diperoleh saat melakukan
observasi dan wawancara.
46
bahwa data analisis terdiri dari tiga aktivitas, yaitu reduksi
data, display data, dan menarik kesimpulan.
1. Reduksi data merupakan proses bagaimana
memfokuskan, menyeleksi, menyederhanakan,
mengabstraksikan, serta mentransformasikan data mentah
yang muncul dalam penulisan catatan lapangan. Reduksi
data adalah suatu bentuk analisis yang ringkas, terfokus,
tajam, membuang data yang tidak penting dan
mengorganisasikan data sebagai bentuk untuk
menggambarkan kesimpulan akhir (Samsu, 2017).
Reduksi data dalam penelitian ini berfokus pada peran self
control santri yang sedang menghafalkan Al-Qur’an di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo.
2. Adapun data display merupakan suatu usaha untuk
merangkai informasi yang terorganisir dalam upaya untuk
mengambil Tindakan dan menggambarkan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan untuk
merumuskan kesimpulan penelitian, baik kesimpulan
sementara maupun kesimpulan akhir.
47
F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengukur keabsahan data yang diperoleh dari
lapangan, maka perlu dilakukan pemeriksaan keabsahan data.
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan adalah teknik Triangulasi. Triangulasi terbagi
menjadi tiga jenis yakni triangulasi Teknik, triangulasi data
dan triangulasi teori. Pada penelitian kali ini, penulis
menggunakan triangulasi data.
Triangulasi Data yakni teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang
terkumpul untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa
penggunaan sumber, metode penyidik dan teori (Moleong,
2013).
48
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
1. Profil Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo.
Pondok Pesanten Tahfidzul Qur’an Sabilillah
Wonosobo berdiri pada 13 maret 1996 M/ 15 Syawal
1416 H yang terletak di dataran tinggi di Wonosobo,
tepatnya di Jalan Sayyid Iman Dusun Gondang Rt 02 Rw
06, Desa Sendangsari, Kecamatan Garung, Kabupaten
Wonosobo. Pondok ini Didirikan oleh Kyai Rubiyanto
Miftahul Huda dengan sang istri Nyai Azizah Maesaroh.
Pondok Pesanten Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
mempunyai beberapa cabang pondok pesantren lainya
yang berada di Kalimantan Tengah,Watumalang
Wonosobo, Temanggung, dan Purworejo, serta
mempunyai cabang lembaga pendidikan formal seperti
Madrasah Tsanawiah dan Madrasah Aliyah. Pondok
Pesanten Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo dibawah
naungan Yayasan Darussa’adah.
Kurikulum di Pondok Pesanten Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo lebih tertuju pada menghafal Al-
Qur’an yang diampu langsung Ibu Nyai Azizah Maesaroh
dan juga dengan mempelajari kitab kuning kuno yang
49
juga diampu langsung oleh Kyai Rubiyanto serta dibantu
oleh santri-santri senior.
Kebanyakan dari para santri merupakan siswa MI,
MTs, MA dan Mahaiswa serta ada juga santri yang salaf
yakni santri yang hanya berfokus pada pendidikan yang
berada di Pondok Pesantren tanpa ikut pendidikan yang
formal, dan juga ada pengajian tersendiri untuk
masyarakat umum, kegiatan ini dilakukan ketika malam
hari dan pengajian ini biasanya di ikuti masyarakat yang
sudah berkeluarga atau sering disebut juga santri kalong.
50
menginginkan anak untuk bekerja tanpa memedulikan
pendidikan baik pendidikan formal ataupun non formal.
51
Setelah empat tahun berdiri dikarenakan desakan
dari masyarakat dan Departemen Agama Kecamatan
Garung khususnya seksi PPAI pada tahun 2001 H/1442
M status Majlis Ta’lim diubah menjadi Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah sekaligus terdaftar di
Departemen Agama Kabupaten Wonosobo dengan nomor
Statistik Pondok Pesantren Nomor 512330705050.
52
Logo Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabillah Wonosobo berbingkai segi enam dengan
sembilan garis kuning keemasan, Al-Qur’an berada di
tengah yang terteropong mikroskop dan di sampingnya
terdapat pena yang terletak di atas tulisan سبيل ا للّة
berlatar belakang warna hijau tua dengan sudut bingkai
sebagai dasar. Semua elemen yang berada pada logo
tersebut mempunyai makna sebagai berikut:
53
yang terkecil atau dari lingkup Syari’at, Tharikat,
Hakekat, dan Ma’rifat.
f. Pena mempunyai arti santri selalu dinamis dalam
mengekspresikan jiwanya dengan landasan ilmiah
yang semuanya itu terusung pada jalan allah atau
pada lafaz سبيل ا للّة.
g. Lafaz ( سبيل ا للّةSabilillah), Lafadz ini dibaca jer dan
berkedudukan majrur karena huruf ”Jer”nya
tersimpan. Huruf Jer selalu dibawah
menggambarkan ketawadhu’an-nya, sedangkan
sitrul ‘ilminya tergambar pada disimpanya huruf
Jer.
54
1) Memahami dan menghayati pemikiran sembilan
tokoh (Rasulullah SAW, 4 Sahabat, 4 Imam
madzhab)
2) Menanamkan rukun iman sebagai tonggak
kehidupan
3) Mewujudkan dinamisasi seorang santri yang telah
memahami rukun iman.
4) Mewujudkan santri cerdas emosional dan spiritual
serta sadar akan kemampuan intelektual.
5) Menciptakan santri produktif intelektual dengan
landasan ilmiah.
6) Menciptakan santri pekerja keras, ikhlas dan
tawadhu.
a. Rasional
Setiap Lembaga pendidikan termasuk Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo
dituntut untuk melakukan pelayanan sebaik-baiknya
kepada seluruh masyarakat terkhusus masyarakat
pondok pesantren, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
55
Sabilillah Wonosobo menerapkan sistem manajemen
yang baik seperti adanya pola piker yang teratur (
administrative thinking ), pelaksanaan kegiatan yang
teratur ( administrative behavior ), dan penyikapan
terhadap tugas-tugas kegiatan secara baik. Dengan
menerapkan pola sedemikian rupa dapat
mengoptimalkan proses pendidikan dan pembelajaran
yang dilakukan untuk menjadikan lulusan pesantren
yang berkualitas serta memiliki keunggulan, baik
keunggulan kompetitif maupun keunggulan
komparatif.
b. Implikasi kepemimpinan
Daalam era modern ini dibutuhkan kepemimpinan
yang mampu memberdayakan masyarakat pesantren
dangan tanpa mengrobankan ciri khas atau kredibilitas
pongasuh pondok pesantren. Dalam Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo implikasi
kepemimpinan dilaksanakan di dalam kelompok
kebijaksanaan dalam berbagai pihak, seperti Ustadz,
Guru, pengurus pondok pesantren, alumni dan bahkan
wali santri. Kepemimpinan ini menjadi faktor
pendukung aktifitas sehari-hari di lingkungan Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
56
c. Peningkatan kulalitas pendidik
Peningkatan kualitas pendidi seperti ustadz maupun
guru selalu ditingkatkan melalui mentoring, coacing,
dan praktik. Di dalam Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Sabilillah Wonosobo tidak hanya santri yang
belajar, akan tetapi semua elemen di dalam santri juga
selalu belajar agar bisa menemukan inovasi-inovasi
dalam sistem penbdidikan yang tepat baik secara
pendidikan umum maupun non umum, pengasuh
selalu melakukan monitoring dan coacing pada semua
elemen penting di pondok pesantren dan sering
mengevaluasi metode ataupun sistem dalam
pendidikan maupun pengajaran dalam pondok
pesantren supaya melahirkan pondok pesantren yang
bisa bersaing dalam era modern ini, dalam praktik
sering pengasuh pondok mencari badal atau pengganti
dalam beberapa hal supaya semua individu dalam
pondok pesantren bisa praktik ketika di dalam pondok
dan tidak menjadi beban masyarakat ketika sudah lulus
dari pondok pesantren.
d. Menjalin hubungan erat dengan wali santri
Peran wali santri sangat berperan penting untuk
perkembangan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo. Dalam menjalin hubungan
dengan wali santri pondok pesantren sering melakukan
57
rutinan pertemuan antara walisantri dengan pengasuh
pondok setidaknya tiga bulan sekali, semua ini
dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan wali
santri terhadap pondok pesantren. Dengan adanya
hubungan dengan wali santri, pondok pesantren juga
bisa mendapatkan informasi lebih tentang
perkembangan setiap santri dan ditindak lanjuti oleh
pengasuh.
6. Struktur Dan Susunan Pengurus dan Komite Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
a. Berikut struktur pengurus Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
PENGASUH
LURAH
PONDOK
KOMITE
SEKERTARIS BENDAHARA
58
No. Nama Jabatan
1 Rubiyanto Pengasuh
2 Fatihudin Lurah Pondok
3 Zainur Afifi Sekertaris
4 Nurozi Bendahara
5 Tabah Riyadi Bidang Pendidikan
6 M. Husnil Irsad Bidang Pendidikan
7 Lukmanul Khakim Bidang Keamanan
8 Ngainul Yaqin Bidang Keamanan
9 Tukijan Bidang Kebersihan
10 Rofik Abdul Karim Bidang Kebersihan
11 Ahmad Nur Alim Bidang Sarpras
12 Itok Bidang Sarpras
Tabel 4.2 Daftar nama pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo
59
6 Madi Bendahara 2
7 Mad Yunus Seksi Pendidikan 1
8 Trisno Seksi Pendidikan 2
9 Heri Seksi Pendidikan 3
10 Nur Seksi Pembangunan dan Perkembangan 1
Khasani
11 Mushofa Seksi Pembangunan dan Perkembangan 2
60
a. Jadwal kegiatan santri putera.
61
17 Istrirahat 23.00 – 04.20
18 Kajian Fiqih, Tauhid dan Akhlak 00.00 -
Tashawuf (Untuk santri kalong) selesai
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Santri Putra Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo
62
15 Kajian tata Bahasa Arab dan 22.00 – 23.00
Inggris
16 Istrirahat 23.00 – 04.20
17 Kajian Fiqih, Tauhid dan Akhlak 00.00 -
Tashawuf (Untuk santri kalong) selesai
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Santri Putri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Sabilillah Wonosobo
63
FT berasal dari keluarga yang sederhana. Dan
hanya 2,5 tahun FT sudah bisa menyelesaikan
hafalan Qur’an 30 Juz. Faktor pendorong FT
dalam menghafal adalah kedisiplinan dalam
menghafalkan walaupun banyak kegiatan di
pondok pesantren sekaligus kampus dan juga
motivasi karena keadaan orang tua.
2. SM
SM berusia 20 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa.
SM berasal dari keluarga yang cukup. Dan
sekarang sudah hampir selesai menghafalkan 30
Juz. Faktor pendorong SM dalam menghafalkan
adalah kedisiplinan dan keinginan diri sendiri
untuk menghafalkan Al-Qur’an.
3. NR
NR berusia 20 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa,
NR berasal dari keluarga yang cukup. Dan
sekarang NR masih hanya mendapatkan beberapa
Juz saja. Faktor penghambat NR dalam menghafal
adalah kemalasan diri sendiri, kegiatan yang
cukup banyak, dan sering sakit.
64
4. ADR
ADR berusia 21 tahun, pendidikan terakhir
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa,
NR beraslah dari keluarga yang mapan. Dan
sekarang ADR sudah hampir menyelesaikan 30
Juz. faktor pendorong dalam menghafal adalah
disiplin dan selalu mengerjakan perkerjaan
dengan tepat waktu.
5. ZA
ZA berusia 21 tahun. Pendidikan terakhir
adalah SMK sekarang masih menjadi mahasiswa,
ZA berasal dari keluarga yang sederhana. Dan
sekarang ZA masih hanya mendapatkan beberapa
juz saja. Faktor penghambat dalam menghafal
adalah kegiatan yang cukup banyak dan
pengelolaan waktu kurang disiplin.
6. LTM
LTM berusia 22 tahun. Pendidikan terakhit
adalah MA sekarang masih menjadi mahasiswa,
LTM adalah anak yatim dan berasal dari keluarga
yang sederhana. Dan sekarang LTM sudah bisa
menyelesaikan hafalan 30 Juz. Faktor pendorong
LTM dalam menghafalkan adalah kedisiplinan
intensifitas dalam menghafalkan Al-Qur’an.
65
Dalam proses penelitian ada beberapa hambatan seperti
sulitnya bertemu dengan pengasuh pondok pesantren, dan juga
sulitnya menentukan waktu untuk mewawancarai semua
informan yang telah ditentukan dikarenakan semua informan
mempunyai kesibukan masing-masing. Berdasarkan hasil
pengamatan yang sudah dilakukan, kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh informasn adalah dari pagi mereka melakukan
kegiatan mengaji, kegiatan di siang hari adalah pergi ke
kampus, dan sore sampai malam semua informan kembali ke
kegiatan pondok untuk setoran hafalan Al-Qur’an dan mengaji
kitab kuning.
66
Penulis telah melakukan wawancara terhadap 6 (enam)
informan yang telah dipilih. Keenam informan tersebut dipilih
menggunakan teknik sampling. Penulis melakukan pilihan
dari sekian santri yang sudah dianjurkan oleh pengasuh
pondok pesantren serta yang masuk dalam kriteria penulis
untuk menjadi informan tentang self control dalam
menghafalkan Al-Qur’an.
67
B. Temuan Data
68
“Biasanya menerapkan aturan target perhari harus setor
berapa, kedisiplinan sangat diketatkan agar bisa instensif
dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan menejemen diri
yang disiplin, insyaallah bulan depan hatam 30 juz”. Ujar
SM (Wawancara dengan SM pada 30 Juni 2022)
“Yang sudah saya lakukan adalah membuat jadwal harian
agar semua kegiatan terorganisir dengan baik. Untuk
sekarang saya masih kurang 1 juz untuk mencapai 30 juz
hafalan Al-Qur’an.” Ujar ADR (Wawancara dengan ADR
pada 04 Juli 2022)
“Pengendalian diri atau nafsu sangatlah dibutuhkan, jika
saja dari dulu saya tidak membatasi pergaulan dan
kegiatan di luar. Mungkin hafalan Al-Qur’an saya belum
selesai sampai sekarang”. Ujar LTM (Wawancara dengan
LTM pada 08 Juli 2022)
Dampak yang berbeda dengan 2(dua) santri yakni
NR dan ZA, dengan pertanyaan yang sama. “Berpengaruh
besar sekali, karena jika kita tidak mengatur jadwal
dengan baik kita tidak akan mempunyai waktu untuk
menghafal, dengan kesibukan sehari-hari saya, saya baru
bisa menghafal beberapa juz, bahkan belum sampai 5
juz”. Ujar NR (Wawancara dengan NR pada 03 Juli
2022)
“Berpengaruh, kehidupan di pondok dan di kampus
sangatlah padat, sangat sulit bagi saya untuk mengatur
jadwal karena hampir setiap hari saya beraktifitas untuk
pondok pesantren dan kampus, belum juga pekerjaan
diluar”. Ujar ZA (Wawancara dengan ZA pada 07 Juli
2022)
Jawaban-jawaban tersebut cukup menggambarkan
bagaimana dampak self control pada santri yang sedang
menghafalkan Al-Qur’an pada Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
69
2. Faktor pendukung dan penghambat self control santri
dalam menghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Sabilillah Wonosobo.
70
ditunda nanti akan memperkeruh keadaan”.Ujar LTM
(Wawancara dengan LTM pada 08 Juli 2022).
Berbeda halnya dengan 2 (dua) santri NR dan ZA, dengan
pertanyaan yang sama. “Sering di tunda sih, Tergantung
seberapa besar tugas tersebut”. Ujar NR (Wawancara
dengan NR pada 03 Juli 2022).“Kadang sering saya tunda
karena banyak pekerjaan yang menumpuk”.Ujar ZA
(Wawancara dengan ZA pada 07 Juli 2022).
Dan aspek pendukung self control dalam
menghafalka Al-Qur’an dapat dilihat dari hasil
wawancara para informan. “Apa saja faktor yang
mendukung anda dalam proses menghafalkan Al-
Qur’an?”. “Faktor utama yang mendukung saya dalam
menghafal ialah kebugaran jasmani sehat mental dan
tentunya pikiran yang fresh” Ujar FT (wawancara dengan
FT 27 Juni 2022).
“Sudah pasti pertama karena keyakinan kita terhadap
Allah SWT. ketika kita sedang menghafalkan Al-Qur’an
secara tidak langsung kita merasakan bagaimana
kenyamanan dan semua yang Allah berikan kepada kita.
Yang ke 2 adalah keluarga, keluarga selalu memberikan
semangat dan suport yang sangat banyak untuk saya
menghafalkan Al-Qur’an. Tidak lupa lingkungan sekitar
saya, dimana lingkungan saya juga sebagian besar adalah
santri penghafal Al-Qur’an, mereka semua memberikan
semangat dan motivasi untuk saya supaya lebih semangat
lagi dalam menghafalkan Al-Qur’an”. Ujar SM
(wawancara dengan SM pada 30 Juni 2022).
“Yang pasti dukungan dari orangtua dan guru”. Ujar ADR
(Wawancara dengan ADR pada 04 Juli 2022).
“Kemausan saya sendiri”. Ujar LTM (Wawancara dengan
LTM pada 08 Juli 2022). “Orang tua, lingkungan dan
dirisendiri”. Ujar NR (Wawancara dengan NR pada 03
Juli 2022). “Melihat dari sudut usia, dan kegiatan sehati-
hari”.Ujar ZA (Wawancara dengan ZA pada 07 Juli
2022).
71
Kemudian aspek apasaja yang menghambat self control
dalam menghafalka Al-Qur’an dapat dilihat dari hasil
wawancara para informan.
72
C. Analisis Data
73
yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah
perilakunya sesuai dengan permintaan situasi social yang
kemudian dapat mengatur kusan yang harus diperbuat.
Perilakunya cenderung lebih responsive terhadap petunjuk
yang situasional dan lebih fleksibel serta berusaha untuk
memperlancar dalam interaksi sosialnya sehingga bersikap
hangat dan lebih terbuka. Dan juga teori dari Logue (Wibowo,
2020) yakni, orang yang mampu mengontrol diri adalah orang
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memegang teguh tegas yang berulang meskipun
berhadapan dengan berbagai gangguan.
2) Mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan norma yang
ada.
3) Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh amarah.
4) Bersikap toleransi terhadap stimulus yang berlawanan.
74
Qur’an serta pengaruh kualitas self control pada santri
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an.
75
(Sarafino & Smith, 2014) aspek self control diri dibagi
menjadi dua, yakni :
76
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
santri yang memiliki self control yang tinggi mampu
menyelesaikan hafalan lebih cepat dibandingkan dengan
santri yang memiliki self control yang rendah. Sesuai
dengan pernyataan Herwanto (2019) dan Mulyani (2019)
bahwa indovidu yang mempunyai self control yang tinggi
mempunyai cara dan kekuatan tersendiri dalam
menghadapi masalah. (FT) sudah menyelesaikan 30 Juz,
(LTM) sudah menyelesaikan 30 Juz, (SM) sudah
menyelesaikan 28 Juz, (ADR) sudah menyelesaikan 29
Juz, dan untuk (NR) kurang dari 5 Juz, (ZA) dari hasil
wawancara dengan pengasuh Pesantren, ZA baru
mendapatkan 4 Juz.
77
dan LTM., 2 (dua) santri yang memiliki kualitas self control
yang rendah adalah ZA dan NR.
a) Faktor Internal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri individu. Salah satu faktor internalnya adalah
usia. Semakin bertambahnya usia seseorang maka akan
semakin baik kemampuan individu dalam melakukan
kontrol terhadap diri sendiri. Selain usia, faktor internal
pembentuk Self Control adalah kematangan emosi.
b) Faktor Eksternal.
78
konsisten menerapkan disiplin kepada anaknya mulai sejak
dini dan orang tua tetap konsisten terhadap konsekuensi yang
dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah
ditetapkan, maka sikap kekonsentrasian ini akan di
internalisasi anak, dan kemudian akan menjadi Self Control
pada dirinya.
79
5 NR Dukungan dari Orangtua, Kondisi fisik yang lemah
(20) lingkingan dan diri
sendiri
6 ZA Desakan Usia dan Pekerjaan dan kesibukan di
(21) Kegiatan sehari-hari Ponpes.
Tabel 4.6 Rangkuman Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-
Qur’an
80
Berbeda dengan ADR dan LTM, mereka berdua
beranggapan bahwa tidak ada hambatan dalam
mengahfalkan Al-Qur’an dan itu menjadikan mereka
mempunyai polapikir bahwa tidak ada alasan untuk tidak
menghafalka Al-Qur’an.
Dengan demikian berdasarkan hasil rangkuman
yang telah dipaparkan di atas dapat di simpulkan bahwa
aspek pendukung dan penghambat self control santri
dalam menghafalkan Al-Qur’an menurut penjelasan
Ghufron & Risnawita (Ghufron & Risnawita, 2017),
Sarafino (Sarafino & Smith, 2014) dan Hurlock (Marsela
& Supriatna, 2019) adalah benar dan terjadi pada ke 6
(enam) informan. Faktor pendukung diri sendiri (FT,
LTM, NR, ZA) dukungan dari keluarga dan lingkungan
(SM, ADR, NR, ZA), dan faktor penghambat diri sendiri
(FT, SM, NR), penghambat dari lingkungan (FT, SM,
ZA).
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
82
faktor eksternal meliputi lingkuan keluarga, lingkungan
sekitar seperti lingkungan pondok pesantren dan kampus.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai self control satri
dalam menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Wonosobo, penulis memberikan saran yang
semoga bermanfaat bagi semua pihak:
1. Bagi yang baru awal menghafalkan Al-Qur’an persiapkan
matang-matang karena penghafal Al-Qur’an adalah
orang-orang pilihan, jadi sesuaikan diri anda sebagai
penghafal Al-Qur’an yang layak.
2. Kepada pengasuh Pondok Pesantren, agar lebih
memperhatikan setiap kegiatan santri, dikarenakan
kuantitas santri yang cukup banyak, mungkin pengasuh
cukup kualahan sebaiknya menambah jumlah pengurus
pondok dengan kapasitas dan kualitas yang sudah
mumpuni untuk membantu pengasuh pondok.
3. Bagi penulis selanjutnya, perbanyak referensi dan lebih
cermat dalam susunan penulisan skripsi.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. S. (2017). Teori-teori psikologi.
Jakarta: Ar-Ruzz Media.
85
Kuswanto, E. (2021). Kinerja Guru di Masa Pandemi COVID-19:
Emotional Intelligence Competency dan Penerapannya.
IJIP: Indonesian Journal of Islamic Psychology, 3(2), 117–
136, https://doi.org/10.18326/ijip.v3i2.117-136, diakses
pada 15 September 2022.
86
Rahman, T. (2014). Pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap
peningkatan kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol
Daya Sumenep Madura. Skripsi tidak diterbitkan. Madura:
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
87
Menghafal Al-Qur’an Siswa Kelas Viii Di Ma’had Al-
Azhar Mtsn 2 Kota Kediri. Happiness, (Online), 3(2), 87–
98, https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/happiness,
dikases pada 23 Juni 2022.
88
LAMPIRAN
89
CURICULUM VITAE
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Mahasiswa
Tinggi :170
Email : malikulhuda7@gmail.com
90
91
92
93
94
95
96
PEDOMAN WAWANCARA
2. Hasil Wawancara
Hasil wawancara FT
97
sendiri baik di pendidikan
formal maupun non formal.
Dan riwayat pendidikan saya
sendiri setelah lulus sekolah
dasar saya melanjutkan di
madrasah tsanawiyah selain
belajar di pendidikan formal
saya juga belajar di taman
pendidikan al quran dan
madrasah diniyah yang ada
didesa. Setelah selesai mts
saya tidak langsung
melanjutkan sma, saya hanya
belajar di madrasah diniyah
selama kurang lebih satu tahun
dan setelah itu saya
melanjutkan ke pondok
pesantren.
98
3 Sejak kapan anda masuk Masuk pondok 5 Juli 2017 dan
ke pesantren dan mulai mulai menghafal 22 februari
menghafal Al-Qur’an? 2018
4 Apa motivasi anda ketika Motivasi terbesar saya
ingin menghafal Al- tentunya dari orang tua sediri
Qur’an? dimana ketik mau menghafal
saya selalu ingat perjuangan
orang tua sehingga disitu
menambah kesemangatan
didalam diri saya.
5 Apakah anda menghafal Sejujurnya saya menghafalkan
Al-Qur’an karena karena disuruh oleh orang lain,
keinginan sendiri atau karena sebetulnya didalam diri
ada paksaan dari orang saya belum ada keinginan
lain? sampai disitu.
6 Bagaimana perasaan Pertama tentunya saya merasa
anda saat pertama kali sangat berat banyak suka duka
mulai proses menghafal ketika pertama kali saya
Al-Qur’an? menghafal.
99
Setelah itu metode yang
digunakan ialah membaca
secara berulang” dan juga
mendengarkan ayat yang
sedang saya hafalkan.
8 Apa saja faktor yang Faktor utama yang
mendukung anda dalam mendukung saya dalam
proses menghafal Al- menghafal ialah kebugaran
Qur’an? jasmani sehat mental dan
tentunya pikiran yang fresh
9 Apa saja faktor yang Factor yang menghambat ialah
menghambat anda dalam ketika badan kurang fit, ada
proses menghafal Al- tekanan dari segi mental atau
Qur’an? tekanan dari lingkungan dan
juga pikian yang sedang kacau
sehinnga proses hafalannya
menjadi lebih sulit.
10 Apa yang anda ketahui Kemampuan seseorang dalam
tentang kontrol diri? menggendalikan keinginan
yang timbul oleh perasaan dan
pikiran seseorang sehingga
dapat menimbulkan perilaku
yang tidak merugikan.
11 Bagaimana perubahan Perubahan yang paling dapat
yang anda rasakan dalam dirasakan dari segi mental
100
proses menghafal Al- lebih kuat ketika sedang dalam
Qur’an? tekanan,dan penyikapan
terhadap sebuah persoalan.
12 Bagaimana anda Menghiraukn ataku
mengatasi permasalahan mengabaikan permasalahan
yang menurut anda dapat yang sekiranya disitu akan
menghambat proses menghambat hafalan saya.
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Mengamati keadaan tersebut
memodivikasi sesuatu agar bisa berdaptasi dan kita
keadaan yang tidak tetap bisa masuk atau
menyenangkan? mengikuti keadaan tersebut
tanpa kita merasa terbebani
atau tergangu oleh kedaan.
14 Bagaimana cara anda Menghiraukan keadaan dan
mengendalikan diri aktivitas sekitar ketika sudah
sendiri agar dapat fokus masuk jam atau jadwal
menghafalkan Al- menghafal yang telh dibuat
Qur’an? oleh diri sendir.
15 Bagaiaman cara anda Membuat keadaan menjadi
untuk memadukan suatu senyaman mungkin untuk diri
kejadian untuk sendiri .
menguragi tekanan
selama proses menghafal
Al-Qur’an?
101
16 Bagaimana sikap anda Mengamati dan
ketika menghadapi mengumpulkan data setelah
permasalahan di itu memusyawarahkan dengan
pesantren? teman senior atau ustad setelah
itu baru bisa mengamil
tindakan dalam masalah yang
sedang dihaadapi
102
mengembangan Self tentang kontrol diri dan juga
control pada santri melakukan pengarahan
penghafal Al-Qur’an? praktek kontol diri melalui
aktifitas sehari hari.
21 Apakah self control Sangat berpengaruh,
berpengaruh pada dikarenakan semua kesibukan
hafalan Al-Qur’an anda di pondok maupun di kampus
membutuhkan pengendalian
diri yang tepat, harus membuat
jadwal hafalan agar tidak
keteteran. Alhamdulillah saya
sekarang sudah selesai
menghafalkan 30 juz.
Hasil wawancara SM
103
keluarga yang cukup religius,
saya di masukan Madrasah
Ibtidaiah, SMP dan Ma, selain
pendidikan formal, saya juga
di masukan ke pondok
pesantren sejak SMP, dan
sekarang menjadi mahasiswa
2 Apa saja kegiatan sehari- Berhubung kehidupan saya
hari anda? berada di pondok pesantren,
jadi kehidupan saya juga tidak
jauh-jauh dari lingkingan
yang agamis, mulai dari pagi
saya mengaji siang kuliah,
disela sela kuliah kadang saya
nderes untuk setoran hapalan,
dan juga saya aktif di
organisasi kampus, dari sore
sampai malam saya
melanjutkan kegiatan pondok
yakni mengaji kitab kuning
dan menghafalkan Al-Qur’an
3 Sejak kapan anda masuk Saya mulai mulai masuk
ke pesantren dan mulai pesantren pada tahun 2014
menghafal Al-Qur’an? dan mulai menghafalkan Al-
104
Qur’an pada 2018 karena
tuntutan
4 Apa motivasi anda ketika Awal mula saya mulai
ingin menghafal Al- menghafalkan karena
Qur’an? persyaratan dari kampus yang
mengharuskan untuk
menghafalkan beberapa juz,
akan tetapi lambat laun saya
mulai merasakan ketenangan
saat menghafalkan Al-Qur’an
, dan saya teruskan sampai
sekarang.
5 Apakah anda menghafal Seperti yang sudah saya
Al-Qur’an karena ceritakan tadi, saya mulai
keinginan sendiri atau menghafalkan Al-Qur’an
ada paksaan dari orang karena persyaratan untuk
lain? masuk kuliah, dan tidak ada
paksaan dari siapapun
6 Bagaimana perasaan Awalnya sangat sulit untuk
anda saat pertama kali menghafalkan Al-Qur’an
mulai proses menghafal walaupun satu kalimat, karena
Al-Qur’an? awal menghafalkan adalah
tuntutan kampus jadi mau
tidak mau harus secara
intensif saya harus
105
menghafalkan. Setelah sekitar
satu bulan menghafalkan saya
merasakan kemudahan dalam
menghafalkan, jadi kalau
berhenti menghafalkan
sepertinya sia sia, jadi saya
lanjutkan sampai sekarang.
7 Bagaimana metode yang Ketika menghafalkan al-
anda lakukan dalam qur’an saya lebih condong
menghafalkan Al- memahami arti dan maksud
Qur’an? daripada menghafalkan
tulisanya saja. Karena dengan
mengetahui alur dari ayat-ayat
Al-Qur’an jadi saya
memahami apa isi kata dari
ayat ataupun kalimat ayat
tersebut.
8 Apa saja faktor yang Sudah pasti pertama karena
mendukung anda dalam keyakinan kita terhadap Allah
proses menghafal Al- SWT. ketika kita sedang
Qur’an? menghafalkan Al-Qur’an
secara tidak langsung kita
merasakan bagaimana
kenyamanan dan semua yang
Allah berikan kepada kita.
106
Yang ke 2 adalah keluarga,
keluarga selalu memberikan
semangat dan suport yang
sangat banyak untuk saya
menghafalkan Al-Qur’an.
Tidak lupa lingkungan sekitar
saya, dimana lingkungan saya
juga sebagian besar adalah
santri penghafal Al-Qur’an,
mereka semua memberikan
semangat dan motivasi untuk
saya supaya lebih semangat
lagi dalam menghafalkan Al-
Qur’an
9 Apa saja faktor yang Yang menghambat dalam
menghambat anda dalam proses menghafalkan AL-
proses menghafal Al- Qur’an adalah diri saya
Qur’an? sendiri, masalah internal
adalah yang paling
menghambat, ketika diri ini
sedang emosi ataupun sedang
males, itulah yang
menghambat saya ketika
sedang menghafal. Ada juga
dari faktor eksternal,
107
dikarenakan saya juga
menjadi mahasiwa , ketika
sedang di lingkungan luar
pondok pesantren saya sering
di ajak teman untuk jalan-
jalan dan lain-lain.
10 Apa yang anda ketahui Kontrol adalah cara menjaga
tentang kontrol diri? atau menguasai
Diri adalah jiwa, manusia,
sendiri
11 Bagaimana perubahan Setiap proses masih masing
yang anda rasakan dalam penghafal memang berbeda-
proses menghafal Al- beda. Saya pribadi menghafal
Qur’an? Al-Qur’an mulai merasakan
bahwa hal tersebut bukan
hanya untuk saya sendiri dan
hafalan. Tetapi tentang
komitmen yang harus
dipertahankan , karena Al-
Qur’an adalah mukjizat , pasti
bukan hanya daya ingat saja
yang harus siap, laku spiritual,
keyakinan dan perbuatan juga
diuji agar lebih baik.diyakini
atau tidak , setiap juz yang
108
saya hafalkan pasti ada
cobaan tersendiri
12 Bagaimana anda Biasanya ketika saya sedang
mengatasi permasalahan sulit menghafalkan, saya lebih
yang menurut anda dapat sering menyendiri dan
menghambat proses menenangkan pikiran. Dan
menghafal Al-Qur’an? saya selalu berpegang teguh
prinsip saya kenapa memilih
untuk menghafalkan Al-
Qur’an
13 Bagaimana cara anda Keadaan sekitar semuanya
memodivikasi sesuatu tergantung pada diri kita,
keadaan yang tidak ketika kita sedang merasa
menyenangkan? sedih maka secara tidak
langsung kita menganggap
keadaan lingkungan sekitar
kita juga akan menjadi seperti
apa yang kita rasakan. Jadi
kita harus bisa mengendalikan
diri kita dahulu maka
semuanya akan kembali
normal seperti yang kita
inginkan.
14 Bagaimana cara anda Yang pertama saya lakukan
mengendalikan diri adalah berdoa dahulu,
109
sendiri agar dapat fokus kemudian baca lafadznya
menghafalkan Al- selanjutnya membaca dan
Qur’an? memahami artinya tanpa
terasa nanti kita kembali fokus
kepada Al-Qur’an, akan tetapi
jika memang saya tidak bisa
fokus kembali, lebih baik saya
langsung tidur untuk
mengistirahatkan badan.
15 Bagaiaman cara anda Dengan bersikap have fun
untuk memadukan suatu saja, karena saya menghafal
kejadian untuk dengan cara memahami isi
menguragi tekanan dari Al-Qur’an, jadi ketika
selama proses menghafal ada masalah yang saya paham
Al-Qur’an? dan singkron dengan isi yang
ada di Al-Qur’an dan saya
memahami penelesaian
masalah yang sudah
dijelaskan juga pada Al-
Qur’an
16 Bagaimana sikap anda Tidak ada kata lain lagi selain
ketika menghadapi sabar. Ketika ada orang yang
permasalahan di bilang kalau sabar ada
pesantren? batasnya, saya langsung
teringat pada kata-kata Gus
110
Dur, beliau pernah
menyatakan bahwa” sabar
kok ada batasnya, kalau ada
batasnya itu bukan sabar”.
Itulah yang sembuat
kesabaran saya lebih menjadi
kuat lagi ketika menghadapi
masalah di pondok pesantren.
17 Apakah anda sering Kalau melanggar peraturan
melanggar aturan pernah, tapi tidak sering.
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Ketika ada tugas, sebisa
apakah anda langsung mungkin saya langsung
mengerjakan atau kerjakan, jika ada tugas
menundanya? kampus dan pondok
bebarengan, saya lebih
mendahulukan tugas pondok
pesantren dahulu, karena
hampir semua tugas kampus
itu memiliki longgar waktu
dan tidak mungkin dadakan,
jadi saya memilih
mengerjakan tugas pondok.
19 Apa yang anda lakukan Ketika sedang merasa malas
ketika muncul perasaan saya langsung mengingat
111
malas untuk menghafal target saya dan komitmen
Al-Qur’an? saya, dan yang terutama saya
mengingat umur saya yang
setiap harui bertambah tua.
Jadi mau tidak mau jangan
sampai menghafalkan Al-
Qur’an sampai tua. Keinginan
saya adalah hafal Al-Qur’an
di usia yang masih muda ini.
20 Bagaimana usaha Biasanya menerapkan aturan
pesantren untuk target perhari harus setor
mengembangan Self berapa, kedisiplinan sangat
control pada santri diketatkan agar bisa instensif
penghafal Al-Qur’an? dalam menghafalkan Al-
Qur’an
21 Apakah self control Dengan menejemen diri yang
berpengaruh pada disiplin, insyaallah bulan
hafalan Al-Qur’an anda depan hatam 30 juz.
112
Hasil wawancara NR
113
5 Apakah anda menghafal Awalnya adalah anjuran dari
Al-Qur’an karena guru saya
keinginan sendiri atau ada
paksaan dari orang lain?
6 Bagaimana perasaan anda Khawatir dengan diri sendiri,
saat pertama kali mulai apakah bisa menjaga sampai
proses menghafal Al- akhir.
Qur’an?
7 gaimana metode yang Dengan cara mengulang-
anda lakukan dalam ulang perkata, kalimat, dan
menghafalkan Al- mengamati tataletaknya serta
Qur’an? mendengarkan murotal ayat
yang sudah di hafal.
8 Apa saja faktor yang Orang tua, lingkungan dan
mendukung anda dalam dirisendiri
proses menghafal Al-
Qur’an?
9 Apa saja faktor yang Yang cukup menghambat
menghambat anda dalam adalah diri saya sendiri,
proses menghafal Al- terutama kondisi fisik saya
Qur’an? yang mudah sakit menjadikan
kurang maksimal dalam
menghafalkan Al-Qur’an.
10 Apa yang anda ketahui Kemampuan seseorang
tentang kontrol diri? dalam mengola informasi
114
serta dalam memilih yang
diyakini.
11 Bagaimana perubahan Kalau sekarang, belum bisa
yang anda rasakan dalam merasakan perubahan yang
proses menghafal Al- signifikan.
Qur’an?
12 Bagaimana anda Berkonsultasi kepada yang
mengatasi permasalahan lebih paham dan pengalaman
yang menurut anda dapat dan membantu menemukan
menghambat proses solusi dari masalah yang
menghafal Al-Qur’an? dihadapi, dan tidak lupa doa.
13 Bagaimana cara anda Memotivasi diri sendiri, dan
memodivikasi sesuatu berusaha berfikir bahwa pasti
keadaan yang tidak ada hal baik disetiap sesuatu.
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Saya belum bisa menemukan
mengendalikan diri cara yang tepat akan tetapi
sendiri agar dapat fokus menyendiri dan mencari
menghafalkan Al- tempat yang tenang
Qur’an? menjadikan diri menjadi
tenang dan kembali
menghafalkan Al-Qur’an.
15 Bagaiaman cara anda .berserah diri kepada Allah
untuk memadukan suatu
kejadian untuk menguragi
115
tekanan selama proses
menghafal Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Mercari solusi dari
ketika menghadapi permasalahan tersebut.
permasalahan di
pesantren?
17 Apakah anda sering Tidak sering
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Sering di tunda sih,
apakah anda langsung Tergantung seberapa besar
mengerjakan atau tugas tersebut.
menundanya?
19 Apa yang anda lakukan Memotivasi diri entah dari
ketika muncul perasaan diri sendiri atau orang lain.
malas untuk menghafal
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Menjadwalkan segala
pesantren untuk kegiatan agar fokus terhadap
mengembangan Self Al-Qur’an
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
21 Apakah self control Berpengaruh besar sekali,
berpengaruh pada hafalan karena jika kita tidak
Al-Qur’an anda mengatur jadwal dengan baik
116
kita tidak akan mempunyai
waktu untuk menghafal,
dengan kesibukan sehari-hari
saya, saya baru bisa
menghafal beberapa juz,
bahkan belum sampai 5 juz.
117
Hasil wawancara ADR
118
4 Apa motivasi anda ketika Ingin mencari ridho Allah dan
ingin menghafal Al- membahagiakan orang tua
Qur’an? dan diri sendiri
5 Apakah anda menghafal Keinginan sendiri tanpa ada
Al-Qur’an karena paksaan orang lain
keinginan sendiri atau
ada paksaan dari orang
lain?
6 Bagaimana perasaan anda Awal menghafalkan Al-
saat pertama kali mulai Qur’an saya merasa sangat
proses menghafal Al- bahagia dan nyaman
Qur’an?
7 gaimana metode yang Membaca Al-Qur’an secara
anda lakukan dalam bin nadhor sampai lancar
menghafalkan Al- terus mulai menghafal satu
Qur’an? persatu ayat dan diulang
ulang terus sampai lancar
8 Apa saja faktor yang Yang pasti dukungan dari
mendukung anda dalam orangtua dan guru
proses menghafal Al-
Qur’an?
9 Apa saja faktor yang Insyaallah tidak ada,
menghambat anda dalam bismillah niat karena allah
proses menghafal Al-
Qur’an?
119
10 Apa yang anda ketahui Bisa mengontrol emosi
tentang kontrol diri? dengan baik, dan sikap kita
kepada teman dan orang lain
11 Bagaimana perubahan Sampai sekarang kata kata
yang anda rasakan dalam yang saya pegang yaitu
proses menghafal Al- cintailah Al-Qur’an akan
Qur’an? menolongku di akhir
12 Bagaimana anda Istirahat sejenak untuk
mengatasi permasalahan menumbuhkan semangat
yang menurut anda dapat kembali
menghambat proses
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Melakukan suatu kerjaan
memodivikasi sesuatu yang membuat mood baik
keadaan yang tidak
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Tidak ikut bercanda dengan
mengendalikan diri teman teman
sendiri agar dapat fokus
menghafalkan Al-
Qur’an?
15 Bagaiaman cara anda .selalu menikmati suatu
untuk memadukan suatu kejadian
kejadian untuk
menguragi tekanan
120
selama proses menghafal
Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Diselesaikan dengan baik dan
ketika menghadapi pasrah kepada Allah
permasalahan di
pesantren?
17 Apakah anda sering Iya
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Langsung mengerjakan,
apakah anda langsung jangan sampai menunda,
mengerjakan atau karena menunda akan
menundanya? menumpuk pekerjaan.
19 Apa yang anda lakukan Istirahat sejenak
ketika muncul perasaan
malas untuk menghafal
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Selalu memberikan semangat
pesantren untuk dan dorongan untuk santri
mengembangan Self santri
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
21 Apakah self control Yang sudah saya lakukan
berpengaruh pada hafalan adalah membuat jadwal
Al-Qur’an anda harian agar semua kegiatan
121
terorganisir dengan baik.
Untuk sekarang saya masih
kurang 1 juz untuk mencapai
30 juz hafalan Al-Qur’an.
Hasil wawancara ZA
122
4 Apa motivasi anda ketika Untuk menyelesaikan jenjang
ingin menghafal Al- yang sedang saya tempuh
Qur’an?
5 Apakah anda menghafal Keinginan sendiri dan saran
Al-Qur’an karena dari guru
keinginan sendiri atau
ada paksaan dari orang
lain?
6 Bagaimana perasaan Senang akan tetapi lama
anda saat pertama kali kelamaan menjadi susah
mulai proses menghafal
Al-Qur’an?
7 Bagaimana metode yang Saya ketika melakukan
anda lakukan dalam hafalan Al-Qur’an dengan
menghafalkan Al- cara mengingat tiap kalimat.
Qur’an?
8 Apa saja faktor yang Melihat dari sudut usia, dan
mendukung anda dalam kegiatan sehati-hari.
proses menghafal Al-
Qur’an?
9 Apa saja faktor yang Perkerjaan yang saya lakukan
menghambat anda dalam dan kesibukan di pondok
proses menghafal Al- pesantren.
Qur’an?
123
10 Apa yang anda ketahui Mengendalikan diri
tentang kontrol diri?
11 Bagaimana perubahan Merasakan ketenangan hati
yang anda rasakan dalam dan pikiran
proses menghafal Al-
Qur’an?
12 Bagaimana anda Selama tidak mengganggu hal
mengatasi permasalahan yang bersifat urgen saya
yang menurut anda dapat santai santai saja
menghambat proses
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Cari sudut pandang lain dan
memodivikasi sesuatu bersabar
keadaan yang tidak
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Membaca Al-Qur’an dengan
mengendalikan diri lantang sekaligus menyendiri.
sendiri agar dapat fokus
menghafalkan Al-
Qur’an?
15 Bagaiaman cara anda Memahami hubungan
untuk memadukan suatu kejadian yang dialami dengan
kejadian untuk salah satu kejadian di ayat Al-
menguragi tekanan Qur’an
124
selama proses menghafal
Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Cari sudut pandang lain untuk
ketika menghadapi menentukan solusi yang tepat.
permasalahan di
pesantren?
17 Apakah anda sering Sering
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Kadang sering saya tunda
apakah anda langsung karena banyak pekerjaan yang
mengerjakan atau menumpuk.
menundanya?
19 Apa yang anda lakukan Mencari aktivitas lain yang
ketika muncul perasaan bermanfaan dan
malas untuk menghafal menyenangkan
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Pembinaan melalui
pesantren untuk pembelajaran
mengembangan Self
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
21 Apakah self control Berpengaruh, kehidupan di
berpengaruh pada hafalan pondok dan di kampus
Al-Qur’an anda sangatlah padat, sangat sulit
125
bagi saya untuk mengatur
jadwal karena hampir setiap
hari saya beraktifitas untuk
pondok pesantren dan
kampus, belum juga
pekerjaan diluar.
126
3 Sejak kapan anda masuk Sejak dari kecil sudah
ke pesantren dan mulai mondok dan mulai
menghafal Al-Qur’an? menghafalkan Al-Qur’an
4 Apa motivasi anda ketika Ingin mengetahuin
ingin menghafal Al- sejauhmana kemampuan otak
Qur’an? saya
5 Apakah anda menghafal Dulu berawal dari paksaan
Al-Qur’an karena orang tua, tetapi sekarang
keinginan sendiri atau ada sudah menjadi hobi
paksaan dari orang lain?
6 Bagaimana perasaan anda Senang sekali
saat pertama kali mulai
proses menghafal Al-
Qur’an?
7 gaimana metode yang Kemanapun selalu membawa
anda lakukan dalam Al-Qur’an, dari abngun tidur,
menghafalkan Al- sampai akan tidur Al-Quran
Qur’an? selalu didekat saya, dan
ketika sedang ada waktu
luang saya langsung
membaca Al- Qur’an
8 Apa saja faktor yang Kemausan saya sendiri
mendukung anda dalam
proses menghafal Al-
Qur’an?
127
9 Apa saja faktor yang Menurut saya tidak ada faktor
menghambat anda dalam yang menghambat pada
proses menghafal Al- proses menghafal Al-Qur’an
Qur’an?
10 Apa yang anda ketahui Self control adalah menahan
tentang kontrol diri? hawa nafsu
11 Bagaimana perubahan Dari semua aspek saya
yang anda rasakan dalam merasakan perubahan
proses menghafal Al-
Qur’an?
12 Bagaimana anda Ketika ada permasalahan
mengatasi permasalahan yang menghambat hafalan
yang menurut anda dapat saya selalu melakukan
menghambat proses evaluasi diri dan membenahi
menghafal Al-Qur’an?
13 Bagaimana cara anda Ketika semua sedang tidak
memodivikasi sesuatu kondusif , saya lebih baik
keadaan yang tidak tidur.
menyenangkan?
14 Bagaimana cara anda Selalu mengingat tujuan awal
mengendalikan diri
sendiri agar dapat fokus
menghafalkan Al-
Qur’an?
128
15 Bagaiaman cara anda .selalu berperasangka baik
untuk memadukan suatu atau khusnudzon
kejadian untuk menguragi
tekanan selama proses
menghafal Al-Qur’an?
16 Bagaimana sikap anda Saya cukup cuek terhadap
ketika menghadapi permasalahan pondok
permasalahan di pesantren, saya berfikir nanti
pesantren? juga senua akan selesai.
17 Apakah anda sering Tidak sama sekali
melanggar aturan
pondok?
18 Jika anda diberi tugas Ketika ada tugas saya selalu
apakah anda langsung langsung mengerjakan, dari
mengerjakan atau pada ditunda nanti akan
menundanya? memperkeruh keadaan
19 Apa yang anda lakukan Rasa males itu wajar, akan
ketika muncul perasaan tetapi jangan lama-lama
malas untuk menghafal
Al-Qur’an?
20 Bagaimana usaha Membatasi kegiatan di luar
pesantren untuk pesantren dan disiplin.
mengembangan Self
control pada santri
penghafal Al-Qur’an?
129
21 Apakah self control Pengendalian diri atau nafsu
berpengaruh pada hafalan sangatlah dibutuhkan, jika
Al-Qur’an anda saja dari dulu saya tidak
membatasi pergaulan dan
kegiatan di luar. Mungkin
hafalan Al-Qur’an saya
belum selesai sampai
sekarang.
130
DOKUMENTASI
Wawancara dengan FT
131
Wawancara dengan SM
Wawancara dengan NR
132
Wawancara dengan ADR
Wawancara dengan ZA
133
Wawancara dengan LTM
134
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo
135
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo
136
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo
137
Bangunan PPTQ Sabilillah Wonosobo
138
Kegiatan di PPTQ Sabilillah Wonosobo
139