Anda di halaman 1dari 16

http://dx.doi.org/ 10.21776/ub.sbn.2020.004.02.

06

KREASI PATUNG KERAMIK LANDSCAPE SEBAGAI PENDUKUNG ARTISTIK PADA


OBJEK WISATA MELALUI PROGRAM KEMITRAAN DESA WISATA SELOREJO

Ponimin 1, Mitra Istiar Wardhana 2, Harianto 3, Dwi Listyorini 4


1
Universitas Negeri Malang, email: ponimin.fs@um.ac.id
2
Universitas Negeri Malang, email: mitra.istiar.fs@um.ac.id
3
Universitas Negeri Malang, email: hariyantosiswowihardjo@yahoo.co.id
4
Universitas Negeri Malang, email: listyorini.aljabari@um.ac.id

Info Artikel Abstrak


Program kegiatan perancangan patung landscape berbahan keramik
Sejarah Artikel: bertema “Ibu Dan Anak Berpanen Jeruk” bertujuan untuk memperkuat
Diterima November 2020 potensi desa Selorejo sebagai desa wisata. Kegiatan dilakukan
Disetujui November 2020 melalui program kemitraan desa PPDM LP2M UM guna mendorong
Dipublikasikan Desember kreativitas masyarakat mitra. Metode pelaksanaan program meliputi
2020 persiapan kegiatan, pelaksanaan, evaluasi. (1) Persiapan meliputi
koordinasi bersama team pengelola desa wisata setempat guna
menghasilkan konsep dan desain rancangan karya patung landscape
artistik dengan menggunakan bahan keramik terakota, semen, dan
pasir. (2) Pelaksanakan kegiatan meliputi, persiapan alat dan bahan,
proses pembuatan karya patung melalui kerja kolaboratif antara team
PPDM UM dan team pengelola kawasan wisata desa, hingga proses
pemajangan karya atau dispalay di lokasi wisata dan finishing karya.
(3). Evaluasi, yakni dengan melakukan kritik timbal balik oleh team
PPDM LP2M UM dan dsa mitra terhadap hasil kegiatan kreatif, dan
hasil evaluasi digunakan sebagai bahan penyempurnaan. Kegiatan ini
menghasilkan satu set karya seni patung landscape yang terpajang di
kawasan desa wisata Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Kata Kunci: Patung landscape, PPDM, dan Desa Wisata Selorejo

Abstract
Ceramic material landscape statue design process with “Mother and
Children Harvesting Oranges” theme has purpose to strengthen
Selorejo village potential as tourism village. Activity was done through
PPDM LP2M UM Village Partnership Program to drive partner
community creativity. Program method includes preparation,
application, and evaluation. (1) Preparation includes coordination with
local tourism village administrators to produce concept and design of
artistic landscape statue artwork by using terracotta ceramic, cement
and sand. (2) Application includes preparation of tool and material for
statue artwork creation process through collaborative work between
PPDM UM team and village tourism administrator team, until
displaying process in tourism object and artwork finishing. (3)
evaluation is by searching feedback critics by PPDM LP2M UM team
and village partner to the creative activity, and this evaluation result is
used as improvement tool. This activity produce one set of landscape
statue artwork which displayed in Selorejo tourism village region which
is located in Dau subdistrict, Malang regency.

Keywords: Landscape Statue, PPDM, Selorejo Tourism Village

© 2020 Jurnal Studi Budaya Nusantara - SBN All rights reserved


Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 145

LATAR BELAKANG
Perintisan kawasan pedesaan yang dikemas menjadi desa wisata dan kampung-
kampung tematik semakin ditumbuh kembangkan pada era sekarang. Pengelolaan umumnya
bermodalkan pada potensi lingkungan alam, dan potensi lokal lainnya (Noonan & Rizzo,
2017). Dampak dari munculnya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
kawasan desa. Dengan demikian perekonomian pedesaan agar tidak bergantung pada
pertanian saja. Semangat membangun desa yang digiatkan melalui sektor wisata dengan
menggali dan mendayagunakan potensi alam lokal agar mampu menghidupkan
perekonomian pedesaan (Harrison, 2002). Pada sisi lain di berbagai kawasan juga melakukan
pengembangan kampung-kampung tematik yang mengangkat potensi lokal yang terdapat di
kampung tersebut untuk dikemas menjadi suatu kawasan wisata. Pengembangan Kawasan
wisata nantinya diharapkan tidak tergantung pada pemerintah, namun peran masyarakat
sebagai motor utama dalam menggerakkan kawasan wisata di lingkungan desa wisata
maupun lingkungan kampung-kampung berbasis wisata tematik. Hal ini dapat dilihat misalnya
di kampung wisata Warna-Warni, kampung Biru yang ada di kawasan Kota Malang, juga
kampung wisata Nelayan pantai Sendang Biru di daerah Kabupaten Malang. Di Wilayah Jawa
Tengah juga terdapat kampung wisata kuliner oleh-oleh Bakpia Patuk Yogyakarta, Desa
wisata Gerabah Kasongan Yogyakarta (Gustami, Wardani, & Setiawan, 2014), kampung
wisata Batik Laweyan Surakarta, dan masih banyak lagi. Hal serupa juga banyak dilakukan
pada beberapa desa di berbagai negara lain, misalnya wisata Ban Wangka village di
Thailand (Sangchumnong & Kozak, 2018), desa wisata di Yuanjia village China (Gao & Wu,
2017), Lac village, Mai Chau, Hoa Binh di Vietnam (Nam, 2019), Garmeh village di Iran (Korani
& Shafiei, 2020), sentra wisata Kumbalangi di Kerala India (Ryu, Roy, Kim, & Ryu, 2020),
sentra wisata Barapa Wetland di Australia (Pardoe & Hutton, 2020), desa wisata di Belanda,
desa wisata di Argentina, dan masih banyak lagi desa-desa wisata yang dikembangkan di
seluruh dunia. Pengembangan kawasan tersebut dengan melibatkan peran masyarakat
setempat dengan ditunjang segala potensinya. Hal ini juga bertujuan agar konservasi dan
kemanfaatan lingkungan demi kesejateraan. Pada sisi lain keindahan dan kelestarian dari
suatu desa tersebut jadi kebanggaan masyarakatnya (Gao & Wu, 2017).
Dalam perkembangannya pembangunan desa wisata maupun kampung-kampung
tematik banyak menunjukkan hal positif. Karena selain mendorong perekonomian di kawasan
pedesaan atau kampung tematik, juga memberi citra kawasan menjadi dikenal masyarakat
luas. Sebagai contoh, kampung Warna Warni yang berada di lembah sungai Brantas kota
Malang. Kampung ini sebelum dikelola menjadi kampung wisata, merupakan kampung
kumuh dengan gang-gang sempit. Namun ketika dikelola menjadi kampung wisata, kini justru
menjadi medan magnet anak muda yang berkunjung ke kota Malang. Pengelolannya juga
tetap melibatkan masyarakat sebagai pion utama. Pada sisi lain juga terdapat kampung
146 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

Keramik Dinoyo Malang. Kampung ini sebelumnya merupakan kampung sentra kerajinan
produksi keramik (Ponimin, 2018). Namun ketika dikelola sebagai kampung wisata Keramik,
maka masyarakatnya tidak hanya memproduksi kerajinan keramik untuk interior tapi juga
untuk suvenir wisata. Selanjutnya dengan semangat dan kebanggaannya untuk menjaga
serta mengembangkan potensinya. Masyarakat perajin keramik di sini yang tiap hari
memproduksi barang barang keramik menjadi bagian dari sajian wisata dan mengemas
lingkungannya secara artistik agar menarik wisatawan. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa suatu kawasan kampung ataupun desa apabila sudah dikembangkan ke arah
pengembangan pariwisata, maka ada banyak hal positif dapat dipetik hasilnya. Ketika
kawasan pedesaan atau perkampungan yang memiliki potensi unggulan untuk dikembangkan
menjadi desa wisata, selain berdampak pada aspek perekonomian masyarakat juga pada
sosial budaya, lingkungan alam, lingkungan pemukiman, maupun kreativitas SDM (Avilés
Ochoa & Canizalez Ramírez, 2018).
Pada kurun waktu 5 tahun terakhir Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang
mulai mengikuti jejak seperti yang dilakukan desa ataupun kampung wisata yang sudah
berhasil sebagaimana disebutkan sebelumnya. Pemberdayaan potensi desa yang dipelopori
tokoh masyarakat, pemuda, dan aparat desa secara bertahap sudah mulai menampakkan
hasil, ketika dikembangkan menjadi desa wisata. Mereka menyadari bahwa desanya memiliki
potensi yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Mereka mengunggulkan kondisi alam
dan kegiatan pertanian yang tidak ditemukan di daerah lain. Secara geografis Desa Selorejo
berada di kawasan sebelah timur lereng gunung Kawi (Ponimin, Mitra Istiar Wardhana, Ahmad
Taufik, Nur Hadi, & Andy Pramono, 2020). Desa ini didukung suasana kondisi alam
lingkungan yang cukup sejuk dan asri. Lingkungan alam perbukitan dengan kehidupan
masyarakatnya yang mayoritas sebagai petani jeruk, sayuran, dan buah-buahan serta
sekaligus menjadi suasana khas desa ini. Selain itu juga dengan suasana lingkungan alam
berada di tepian kawasan hutan pinus dan perkebunan tanaman jeruk. Lingkungan alam dan
kehidupan seperti ini maka dapat dikembangkan sebagai wisata andalan desa. Kondisi ini
secara eko-kultural sangat potensial dikelola dengan mengedepankan keunggulan lokalitas
serta tetap menjaga keselarasan lingkungan alamya (Angelini & Castellani, 2019).
Pada aspek lain Desa Selorejo juga memiliki pemandangan yang cukup bagus karena
kondisi permukaan tanah yang berbukit-bukit, dan juga berlembah-lembah. Air mengalir dari
sumber hulu sungai Metro yang berada di kawasan Desa Selorejo. Air yang mengalir dari
sumbernya, secara terus-menerus dimanfaatkan untuk sarana irigasi pertanian disepanjang
musim tanam jeruk dan sayuran. Sehingga kehidupan pertanian tidak hanya bergantung pada
satu musim saja, tetapi berjalan secara terus menerus. Kehidupan bertani (utamanya Jeruk
dan sayuran) berlangsung secara kontinyu, dan dapat dipanen sepanjang tahun. Hal inilah
yang menjadi bagian menarik bagi pengembangan Desa Selorejo. Sektor pertaniannya tidak
Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 147

hanya bisa diandalkan untuk memenuhi konsumsi kebutuhan pokok makanan saja, namun
bisa dikembangankan ke program pengembangan pariwisata desa. Tokoh masyarakat, dan
aparat desa sudah mulai menyadari bahwa potensi tersebut dapat menjadi modal desa wisata
Selorejo. Mereka mulai menyadari bahwa ekonomi masyarakat tidak hanya bergantung pada
aspek pertanian, dan perkebunan yang selama ini hanya dikelola secara konvensional. Akan
tetapi potensi pertanian dapat dikelolakembangkan lebih kreatif dari sektor ekonomi wisata
desa.
Oleh karena itu perangkat desa bersama tokoh-tokoh masyarakat telah membentuk
lembaga organisasi yang diharapkan mampu mengelola potensi-potensi alam, dan pertanian
untuk dikembangkan secara intensif. Tokoh-tokoh masyarakat bersama perangkat desa mulai
lima tahun yang lalu merintis kawasan wisata yang bernama Bumi Perkemahan Bedengan.
Pembangunan tempat wisata tempat berkemah maupun sekedar tempat pelancongan atau
traveling lingkungan alam hutan, dan kebun wisata. Di antaranya mulai merintis wisata petik
jeruk yang melibatkan masyarakat petani setempat. Kendati demikian tim pengelola, dan
masyarakat masih kurang memiliki kemampuan dalam mengelola desa wisata.
Pada pengelolaan kawasan desa wisata memerlukan ikon-ikon visual artistik di desa
sehingga memberi penguat daya tarik bagi para wisatawan yang datang di kawasan pertanian
dan perkebunan Desa Selorejo. Oleh karena itu pentingnya kemampuan tim pengelola desa
wisata Selorejo agar dapat bersinergi dengan lembaga lain yang dapat diajak bekerjasama
memberi solusi nyata dalam memecahkan persoalan tata Kelola desa wisata. Tim pengelola
desa wisata yang terbentuk ini kurang memiliki pengalaman artistik dalam mengembangkan
kawasan dengan menciptakan ikon-ikon visual sebagai daya tarik wisatawan. Oleh karena itu
tim pengelola desa wisata setempat bersama perangkat desa telah melakukan kersasama
dengan LP2M UM melalui PPDM tahun 2020. Munculnya semangat dari pihak desa wisata
bersama tim PPDM LP2M UM menyambut positif dan merasa terpanggil untuk secara nyata
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh tim pengelola desa wisata Selorejo. Yakni dengan
melakukan kerja kolaboratif menciptakan ikon-ikon visual, merancang ikon-ikon visual di
kawasan Desa Selorejo bersama tim pengelola, dan masyarakat wisata Desa Selorejo.
Kegiatan berupa perancangan dan penciptaan seni patung landscape ikon wisata,
mengangkat tema bentuk patung ibu dan anak berpanen jeruk. Alasan pengangkatan tema
ikon visual ibu dan anak berpanen jeruk adalah memberikan penguatan citra desa wisata, dan
juga menguatkan Desa Selorejo yang berbasis pada lingkungan alam hutan dan pertanian
jeruk sebagai andalan wisata agro kultural. Tentu saja tim PPDM UM merasa bangga dengan
kegiatan ini karena ikut memecahkan persoalan atau permasalahan yang ada di Desa
Selorejo.
148 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

METODE
Guna merealisasi kegiatan perancangan dan penciptaan patung landscape di kawasan
desa wisata Selorejo sebagai penguat ikon wisata perlu ditetapkan metode pemecahan
masalah. Metode yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan: (1) Persiapan: yakni
melakukan koordinasi atau diskusi awal antara tim PPDM LP2M UM dan tim pengelola desa
wisata Desa Selorejo (utamanya di kawasan Bumi Perkemahan Bedengan). Koordinasi
dimaksudkan untuk melakukan kesepakatan, dan rancangan kerjasama yang meliputi
kegiatan rancangan konsep desain atau perancangan gambar desain patung. Kemudian
rancangan pembuatan bentuk pedestal display patung yang akan dibuat oleh tim pengelola
di lokasi wisata serta tata letak dengan pertimbangan kelayakan, kenyamanan, dan
keartistikannya. Pada tahap ini juga dimaksudkan untuk mempersiapkan peralatan dan bahan
yang akan digunakan dalam prosesnya. Bahan meliputi tanah liat, semen, pasir dolosit,
dolomit, serta batu untuk pedestal patung. Peralatan meliputi alat untuk membentuk kerangka
konstruksi, dan pembentuk anatomi patung. Alat-alat itu di antaranya butsir, palet, cetok,
meteran, cangkul, scrop, kawat kasa, dan alat lain yang mendukung dalam proses pembuatan
dari perancangan hingga proses perwujudan karya. (2) Pembuatan karya bentuk patung,
adalah proses merealisasi atau mewujudkan dari rancangan gambar desain menjadi bentuk
karya. Proses ini dimulai dengan membuat global patung dengan kerangka besi untuk
dirangkai menjadi bentuk global patung sesuai gambar desain yang telah direncanakan.
Kemudian setelah global patung selesai dirangkai, dilanjutkan membuat rangkaian kawat
kasa untuk calon permukaan bentuk patung. Kemudian dilanjutkan pembatan permukaan
bentuk hingga anatomi, dan berbagai elemen-elemen pendukung bentuk lainnya. Pada
proses pembuatan ini meliputi detail-detail hingga finishing-nya. (3) Display karya di lokasi,
yakni menyajikan karya patung dengan menyajikan pada pedestal yang sudah disiapkan.
Setelah didisplay dilakukan evaluasi dan pemyempurnaan keseluruhan bentuk, dan penyajian
patung hingga benar-benar sempurna. Pada akhir kegiatan dilakukan analisis dari
keseluruhan program untuk dapat dipublikasikan.

PROSES PELAKSANAAN DAN HASIL PERANCANGAN SERTA PENCIPTAAN PATUNG


LANDSCAPE
1. Persiapan Kerja Kreatif
Suatu kegiatan kreatif untuk mewujudkan karya patung landscape untuk penguat
estetika kawasan desa wisata Selorejo didasarkan atas kerjasama antara tim PPDM LP2M
UM dan tim pengelola desa wisata setempat. Kerjasama antara keduanya guna menghasilkan
suatu karya agar sesuai yang diharapkan. Perancangan dan penciptaan karya patung
bertujuan untuk menguatkan pengembangan desa wisata. Karya berupa seni patung
landscape yang memiliki nilai artistik serta ikonik tentang desa wisata Selorejo (Ponimin et al.,
Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 149

2020). Pada tahap ini terlebih dahulu dilakukan jalinan kerjasama guna merealisasi seni
patung untuk kawasan tersebut. Dalam merealisasi program kegiatan tim PPDM LP2M UM
mulai merancang konsep dan gambar desain rancangan patung. Rancangan gambar desain
dibuat dengan berbagai alternatif, dan dipilih yang paling potensial untuk diwujudkan. Hasil
rancangan gambar desain dijelaskan ke mitra desa, kemudian pihak mitra sebagai pengelola
desa wisata mengikuti secara cermat penjelasan, dan pengarahan dari tim PPDM LP2M UM.
Bagi mitra ini hal yang menarik karena merupakan pengalaman pertama dalam kegiatan
artistik perancangan desain patung landscape yang diwujudkan pada areal wisata. Pada
kaitan ini tim PPDM memberikan penjelasan, dan arahan awal tentang rancangan patung
dengan memperhatikan aspek-aspek teknik konstruksi bentuk patung, aspek artistik, dan
pertimbangan lingkungan (Beardsley & Finn, 1996). Konstruksi dari suatu karya, estetika dari
suatu karya. Selain itu juga memiliki keunikan bentuk yang dapat memperkuat karakter desa
wisata Selorejo yang berbasis pada alam, dan lingkungan sosial pertanian tanaman jeruk.
Oleh karena itu pada tahap awal ini rancangan tema mengacu pada masukan dari hasil
diskusi bersama desa mitra. Proses ini dilakukan untuk mencari solusi yang terbaik guna
menemui kesepakatan menyoal rancangan patung landscape seperti apa yang diharapkan.
Pada tahap ini, peralatan dan bahan disiapkan, khususnya peralatan untuk membuat pedestal
serta peralatan untuk membuat karya patung.

2. Proses Pembuatan Seni Patung Landscape Pendukung Desa Wisata


Pembuatan pedestal dilakukan oleh tim dari pengelola desa wisata yang dipelopori
oleh perangkat desa, dan tim pengelola kawasan wisata. Bentuk dan ukuran rancangan
pedestal mengacu pada gambar rancangan yang dibuat oleh tim PPDM LP2M UM. Yakni
rancangan pedestal dengan bentuk dan ukuran yang sudah ditentukan ditempatkan pada
kawasan wisata Bumi Perkemahan Bedengan yang berada di sebelah utara café Bedengan.
Pada proses merealisasi pedestal sebagai landasan display patung mengacu pada gambar
desain yang telah direncanakan oleh tim PPDM LP2M UM. Gambar desain dirancang dengan
memperhatikan aspek-aspek artistik, selain mempertimbangkan estetika patung ketika
ditempatkan pada kawasan tersebut.
Bahan pedestal patung disediakan oleh tim pengelola wisata desa setempat. Yakni
dari susunan batu-batu andesit sebagai tempat landasan patung dengan teknik cor dan trap-
trapan. Pada tahap selanjutnya tim PPDM LP2M UM merancang desain patung dengan
mengacu pada sumber ide dari lokal setempat, yaitu patung bertema ibu dan anak berpanen
jeruk. Pemilihan ide ini didasarkan atas pertimbangan artistik dan ikonik, selanjutnya
disepakai bersama dan pertimbangan-pertimbangan teknis dan filosofis (Cazzola, 2020).
Pertimbangan teknis yang dimaksud adalah pertanian (wisata petik jeruk) merupakan andalan
bagi Desa Selorejo. Oleh karena itu tema yang diangkat sesuai dengan yang diharapkan yaitu
150 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

untuk memperkuat ikon wisata dengan menciptakan rancangan patung bertema ibu dan anak
berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk. Pada kegiatan ini gambar desain dilakukan dengan
kombinasi manual dan digital yaitu merancang gambar desain dengan cara sketsa kemudian
dilakukan dengan pengarsiran untuk membentuk anatomi dari bentuk patung yang tepat
dengan menggunakan berbagai teknik, yaitu teknik skala (Botella & Lubart, 2016). Gambar
desain dirancang di atas kertas A3 kemudian setelah selesai dilanjutkan dengan proses scan
dan teknik gambar digital. Gambar desain dilengkapi dengan petunjuk teknis pelaksanaan
serta ukuran skala yang dibuat oleh tim LP2M bersama mahasiswa. Setelah pengerjaan
gambar desain selesai, selanjutnya melakukan proses kerja kreatif bersama. Yakni
mewujudkan patung landscape di lokasi Bumi Perkemahan Bedengan. Proses mewujudkan
karya patung dilakukan selama dua bulan yakni mulai dari merancang karya, kemudian
membentuk, dan kemudian finishing (Fürst, Ghisletta, & Lubart, 2012).
Proses kerja kreatif untuk merealisasi gagasan ini berupa pembuatan patung
memerlukan beberapa peralatan yang meliputi peralatan untuk membuat konstruksi dari besi,
konstruksi rangkaian patung, kawat kasa, plat besi, cat tembok, cat kayu, dolusif varnish, dan
lain-lain. Adapun alat-alat lain yang digunakan yaitu alat-alat pertukangan kayu, dan alat
pertukangan batu yaitu berupa cetok, alat butsir, dan lain-lain kemudian alat ukur berupa
meteran dan lain-lain. Setelah seluruh peralatan, dan bahan tersedia kemudian dilanjutkan
dengan membuat patung.

Gambar 1. Proses pembuatan global bagian badan bentuk patung wanita pemetik
jeruk (foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).
Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 151

Proses pembuatan patung ini sebagai bentuk dari pelaksaksanaan kegiatan berupa
aksi kerja kreatif. Aksi kreatif adalah proses merealisasi ide atau gagasan untuk mewujudkan
suatu rancangan gambar desain bentuk patung ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata
petik jeruk. Proses merealisasi ini dengan melibatkan mitra desa dengan mempersiapkan
membuat global patung kemudian membuat konstruksi rangkaian konstruksi rancangan
patung dan mewujudkan dalam bentuk semen yakni melapisi bentuk tersebut dengan
menggunakan semen (Diah, Pratiwi, 2016). Bagian bentuk patung yang lain terbuat dari
keramik terakota. Misalnya pada bagian badan dan kepala patung perempuan, serta seluruh
bentuk patung anak yang sedang berdiri di samping ibunya. Proses pembentukan bagian
bentuk patung yang terbuat dari terakota dibuat dengan teknik pembentukan tangan
langsung. Proses pembentukannya dengan cara memijit dan menyusun tanah liat plastis
menjadi global bentuk patung. Kemudian dibutsir kerok menurut anatomi bentuk yang sudah
dirancang. Ketika sudah selesai keseluruhan bentuknya dikeringkan dan dibakar pada tungku
keramik (Cooke, 2012). Bagian patung yang terbuat dari keramik terakota selanjutnya disusun
dan dirangkai dengan bagian lain yang terbuat dari bahan semen dan pasir. Proses
pembuatan patung selanjutnya yakni merakit bagian patung yang terbuat dari keramik
terakota dan terbuat dari bahan semen. Prosesnya dimulai dengan membuat rangkaian
konstruksi besi cor. Dilanjutkan membuat global patung dengan rangkaian konstruksi besi
sesuai rancangan global dari bentuk patung. Kemudian, setelah global patung selesai
dilanjutkan memasang kawat kasa pada permukaan rangaian kawat besi. Tahapan berikutnya
adalah melapisi rangkaian kawat kasa yang sudah terbentuk global patung dengan campuran
semen dan pasir (Beardsley & Finn, 1996).

Gambar 2. Proses pembentukan karya dengan menggabungkan material keramik terakota


dan konstruksi bagian bentuk dari bahan semen.
(foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).
152 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

Gambar 3. Proses Finishing patung sebelum didispaly di lokasi wisata


(foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).

3. Estetika dan Citra Patung Landscape pada Objek Desa Wisata Selorejo.
Produk patung yang dikerjakan ini untuk memperkuat aspek artistik dan ikonik desa
wisata Selorejo. Pada proses ini yang perlu diperhatikan estetika yang dapat memperkuat
citra desa wisata, juga kekuatan dari konstruksi patung. Aspek estetika adalah
memperhatikan kaidah-kaidah keindahan, dan keunikan dari suatu karya. Aspek keindahan
atau artistik bentuk karya meliputi pertimbangan tampilan bentuk, tekstur, anatomi serta
kelayakan ukuran apabila dipasang di lokasi desa wisata (Pérez-Fabello & Campos, 2011).
Pada aspek artistik karya juga mempertimbangkan balance, ritme, kekontrasan dari suatu
tampilan atau elemen-elmen visual suatu karya. Karya seni patung yang terkait dengan
landscape adalah suatu karya patung yang tidak terlepas dari lingkungannya yakni lingkungan
alam di kawasan Selorejo, kawasan hutan atau kawasan desa yang penuh dengan tanaman
menjadi pertimbangan artistik ketika mewujudkan karya patung. Oleh karena itu aspek visual
patung dengan tema ibu dan anak berpanen jeruk merupakan tema yang mendekatkan pada
lingkungan alam yang mana masyarakat kawasan Desa Selorejo menjadi petani jeruk. Pada
aspek konstruksi patung berkaitan dengan kekuatan, dan kenyamanan patung landscape
ketika sudah dipajang di lokasi wisata dan tidak membahayakan para pengunjung atau
wisatawan maupun pengelola wisata. Kekuatan dari konstruksi patung berkaitan dengan
penentuan bahan dan teknik merangkai elemen-elemen bentuk patung agar tidak mengurangi
kekuatan dari patung ketika diterpa angin maupun terkena hujan dan panas (AI-Rifaei, 2015).
Pada saat mewujudkan karya tentu saja mempertimbangkan aspek artistic, dan
lingkungan alam lokal setempat. Keselarasan antara bentuk patung dan kondisi geografis
tempat mendisplay karya patung (Marianto, M. Dwi, 2015). Oleh karena itu bentuk ekspresi
patung bertema ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk menjadi pertimbangan
Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 153

utama dari karya patung yang digarap. Pada proses pelaksanaan pembuatan patung ini, tim
dari pengelola desa wisata bersama masyarakat turut andil dalam pengerjaan dari tahap awal
hingga akhir. Dalam merealisasi gagasan ini, masyarakat mitra sangat antusias. Oleh karena,
bagi mereka ini merupakan pengalaman artistik kali pertama dalam kegiatan kreatif berkarya
seni patung. Pada tahapan ini masyarakat yang terlibat langsung dalam membantu dan
mewujudkan. Mereka menerima arahan yang diberikan oleh tim LP2M UM baik aspek teknis
maupun hal filosofis tentang seni patung ruang publik tersebut. Baginya proses ini merupakan
bagian dari kegiaan kreatif yang sangat dibutuhkan dalam mengelola suatu desa wisata.
Estetika patung juga ditentukan pada proses finishing-nya. Proses finishing bertujuan
untuk memperoleh efek artistik dari suatu karya patung, ketika disajikan di kawasan wisata
desa Selorejo. Proses finishing karya dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain: teknik
sapuan kuas kering dan sapuan kuas basah. Pada proses ini pula tim LP2M UM secara
terarah memberikan keluasan kepada peserta. Dalam hal ini masyarakat yang terlibat
kegiatan finishing karya patung diberi keluasan berkreasi. Mereka juga diberi kebebasan
berekspresi, barangkali apa yang diekspresikan dapat memperkuat aspek karakterartistik dari
patung. Para peserta sangat antusias, dan bergembira dalam menerima arahan dari tim
PPDM LP2M UM.
Mereka menyadari bahwa dalam proses pembuatan patung akan bernilai artistik ketika
mempertimbangkan kekuatan lokal. Hal ini menjadi penting ketika karya patung dibuat dan di
letakkan di suatu kawasan yang lokasinya dapat mendukung tampilan karya patung. Oleh
karena itu pertimbangan-pertimbangan teknis lingkungan menjadi hal penting sebagai bahan
menentukan display. Pada proses ini, terdapat beberapa hal yang menarik karena para
peserta tim pelaksana desa wisata ada beberapa yang mampu membentuk atau menerima
lebih cepat arahan dari tim LP2M. Hal ini disebabkan beberapa dari mereka sudah memiliki
bakat di dalam proses pembuatan patung. Pada akhir kegiatan setelah karya patung selesai
dikerjakan dilanjutkan dengan proses display dan finishing. Proses display adalah proses
menempatkan karya patung atau menyajikan karya patung diatas pedestal di lokasi wisata
desa.
Pada tahap akhir yang menentukan estetika atau artistik karya patung adalah display.
Proses display merupakan proses kegiatan artistik dari karya patung yang disajikan pada
publik. Oleh karena itu sebagai suatu karya patung yang sudah dikerjakan secara bersama
pada proses display juga mempertimbangkan aspek-aspek kenyamanan dan artistik
(Dharsono, 2016). Proses kenyamanan adalah aspek yang terkait dengan keamanan ketika
karya tersebut ditempatkan di lokasi wisata, karena suatu karya patung publik tentu saja
berkaitan dengan masyarakat. Hal itu digunakan untuk foto selfie ataupun kegiatan-kegatan
yang lain. Selain itu display juga mempertimbangkan keamanan dan keyamanan patung
tersebut (Botella & Lubart, 2016; Tabrani, n.d.). Dengan lingkungan yang dingin dan lembab
154 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

oleh karena itu pertimbangan teknis tentang finishing patung menjadi faktor utama yang
ditempatkan di suatu kawasan agar permukaan dari bentuk patung yang telah di finishing
tetap awet dan tidak mengalami kerusakan. Oleh karena itu proses finishing menjadi penting
karena apabila suatu karya patung tidak mempertimbangannya secara cermat, maka usia dari
karya patung tersebut tidak panjang atau cepat rusak. Bertolak dari pemikiran itu, proses
finishing dipilih menggunakan cat minyak yang disapukan dengan cara kering sehingga aspek
artistik dari patung lebih unik (Cooke, 2012).
Proses display dimulai dengan meletakkan patung di atas pedestal yang telah dibuat
tim pengelola desa wisata. Selanjutnya, konstruksi patung dirangkai dengan teknik las agar
tidak terlepas dari pedestal patung kemudian ditutup dengan semen. Proses ini dimulai
dengan meletakkan patung yang mempertimbangkan sudut pandang artistik ketika patung
disajikan kepada publik. Publik merupakan konsumen atau pengguna produk oleh karena itu
pada era digital photo selfie patung ini sangat potensial untuk dimanfaatkan oleh pengunjung
kawasan wisata. Penempatan yang mempertimbangkan sudut pandang dan ukuran menjadi
faktor penting ketika patung disajikan pada publik. Untuk memenuhi persyaratan itu, maka
ukuran tinggi pedestal dibuat 1,5 meter. Pertimbangannya agar patung berada di atas tinggi
orang yang berada di depan patung. Oleh karena itu ketika digunakan untuk photo selfie tidak
tertutupi oleh orang-orang yang berada di depan patung (Sthapit & Jiménez-Barreto, 2018).

Gambar 4. Proses display karya di lokasi wisata Bumi Perkemahan Bedengan Selorejo
yang diakukan oleh tim pengelola wisata bersama Tim PPDM LP2M UM
(foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020).

Lokasi display patung dipilih di bagian utama, yaitu di areal pertigaan lintasan
pengunjung area restoran, dan kafe. Peletakan patung pada lokasi tersebut telah
dipertimbangkan dalam proses display atau penyajiannya pada publik. Perlu dipahami bahwa
suatu karya seni patung landscape merupakan patung untuk ruang publik. Oleh karena itu
dalam proses kreatif ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah penyajian ke publik agar
menjadi menarik (Marianto, M. Dwi, 2015). Pada penyajian ini dengan mempertimbangkan
Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 155

elemen-elemen visual yang terdiri dari bentuk utama berupa patung wanita yang sedang
berpanen jeruk berada di pedestal berukuran lebih tinggi. Sedangkan bentuk patung anak
yang bersama ibunya berada di sebelah kiri dari patung wanita. Komposisi penyajian ke dua
patung mempertimbangkan aspek kekontrasan elemen visual, dan keharmonisan dari karya
(An & Youn, 2018). Ketika karya sudah terpajang maka karya sebagai penguat ikon wisata
Desa Selorejo. Harapan dari kerja kreatif ini dapat memperkuat desa wisata Selorejo tidak
hanya mengandalkan pada petik jeruk saja, tetapi ikon-ikon visual dalam bentuk karya patung
menjadi pertimbangan di dalam menciptakan keartistikkan (Diah, Pratiwi, 2016).

Gambar 5. Hasil karya patung landscape program PPDM LP2M UM 2020 bertema
‘Ibu Dan Anak Berpanen Jeruk”
(foto koleksi tim PPDM LP2M UM 2020)

PROSES EVALUASI HASIL KERJA KREATIF


Evaluasi kegiatan kreatif adalah suatu tindakan untuk melakukan penilaian timbal balik
ataupun kritik dari dalam maupun dari luar terhadap proses kreatif perancangan dan patung
landscape bertema ibu dan anak berpanen jeruk atau berwisata petik jeruk. Hasil kerja kreatif
ini telah diperoleh beberapa penilaian ataupun kritikan, serta arahan dari pihak desa mitra.
Kemudian dari pihak tim PPDM LP2M UM juga melakukan penilaian timbal balik kepada desa
mitra. Dalam hal ini kedua belah pihak menilai bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang
positif, dan berhasil dengan sangat baik. Dari pihak desa mitra mengungkapkan bahwa
kegiatan kreatif ini dapat memperkuat keberadaan desa wisata Selorejo utamanya di kawasan
Bumi Perkemahan Bedengan Selorejo sehingga lebih memiliki karakter artistik yang ramah
156 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

lingkungan. Para peserta kegiatan yang tergabung dalam tim pengelola desa wisata sangat
antusias dalam mengikuti kegiatan kreatif perancangan dan penciptaan patung untuk
mendukung program desanya. Mereka sangat antusias mengikuti dari awal hingga akhir
kegiatan. Mereka mengharapkan kegiatan ini dapat berlanjut, dan lebih terencana dengan
waktu yang cukup longgar agar kegiatan lebih maksimal. Harapan lainnya adalah adanya
kegiatan serupa guna menghasilkan produk fisik sebagai fasilitas pariwisata desa melalui
karya-karya seni yang dapat memperkuat karakter desa wisata Selorejo melalui ikon-ikon
visual. Yakni bentuk karya seni selain patung yang sudah direalisasikan pada tahun 2020 ini
(Noonan & Rizzo, 2017).
Melalui program evaluasi, tim PPDM LP2M UM juga melakukan monitoring terhadap
pengunjung kawasan wisata di Desa Selorejo guna mengetahui sejauh mana karya patung
landscape memiliki fungsi atau memiliki makna terhadap keberadaan desa wisata Selorejo
(Rendy Widi Prasetyo & Nur Wakhid Hidayatno, 2017). Pada umumnya para pengunjung
sangat antusias untuk berfoto ketika berada di dekat patung. Hal ini menunjukkan bahwa
pentingnya ikon dalam bentuk patung sebagai karya seni yang dapat menjadi kenangan visual
kepada pengunjung setelah mereka datang di lokasi wisata Desa Selorejo Dau Malang
(Sthapit & Jiménez-Barreto, 2018). Patung memiliki nilai positif terhadap penguatan ikon Desa
Selorejo melalui bentuk visual patung yang selaras dengan lingkungan alam setempat. Pada
sisi lain keberadaan karya patung tersebut juga memberi dampak ekonomi, dan pencitraan
suatu kawasan atau meningkatkan citra suatu kawasan desa wisata. Selama kegiatan
berlangsung tim merasakan bahwa suatu kawasan wisata apabila dikelola secara baik
dengan melibatkan peran masyarakat maka masyarakat akan merasa memiliki dan
merawatnya (Ponimin et al., 2020).

PENUTUP
Kegiatan kreatif atau kolaboratif yang dilakukan secara bersama oleh tim LP2M melalui
program PPDM bersama dengan tim pengelola desa wisata merupakan kegiatan kemitraan
desa. Kegiatan tersebut untuk memperkuat daya tarik desa wisata Selorejo sebagai desa
wisata berbasis pada lingkungan alam dan pertanian. Keberadaan seni patung landscape
bertema ibu dan anak berpanen jeruk adalah produk seni patung ruang publik yang dilakukan
secara bersama atau atas dasar kerjasama antara tim LP2M dan tim pengelola desa wisata
Selorejo. Kegiatan tersebut dipelopori tim pengelola yang didukug aparat desa. Kegiatan ini
tentu merupakan kegiatan kreatif yang mampu mendorong kreativitas masyarakat desa.
Mereka sangat antusias untuk mewujudkan program tersebut dengan mengacu pada arahan
dari tim PPDM LP2M UM. Kegiatan kreatif tidak dapat berjalan dengan lancar dan baik ketika
tidak adanya kerjasama yang baik oleh kedua belah pihak dalam wadah kemitraan desa.
Dalam proses kegiatan mereka telah menyepakati dan menerima apa yang menjadi tim PPDM
Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158 157

LP2M UM untuk memperkuat keberadaan desa wisata tersebut dengan menciptakan ikon
wisata patung landscape yang disajikan di kawasan tersebut. Kegiatan kreatif diawali dengan
koordinasi, perancangan desain, perwujudan karya, pemajangan di lokasi, hingga
mengevaluasi kerja kreatif. Untuk proses kerja kreatif mewujudkan karya para peserta
program sangat antusias karena ini merupakan pengalaman pertama dalam merealisasi karya
seni patung utamanya seni patung landscape. Para mitra program kegiatan menyadari bahwa
mereka hanya memiliki pengalaman sebagai petani jeruk dan pengelola desa wisata serta
tidak memiliki modal pengalaman artistik. Pengalaman artistik untuk menciptakan karya
patung melalui program ini merupakan pengalaman pertama yang dapat memperkuat
kreativitas dan semangat di dalam memajukan desa wisata Selorejo. Desa Selorejo sebagai
desa wisata dengan berbasis pada lingkungan alam dan pertanian. Oleh karena itu kegiatan
kreatif yang mengacu pada kerjasama ini dapat mudah-mudahan dapat berlanjut pada
program-program berikutnya. Pihak Universitas Negeri Malang dalam perancangan, dan
penciptaan patung tersebut berharap agar dapat memperkuat ikon-ikon visual artistik di
kawasan desa wisata sebagai desa wisata yang berbasis pada eco-cultural. Sehingga
hadirnya ikon-ikon visual artistik ini akan menjadi karakter, dan daya tarik wisatawan untuk
mengunjungi kawasan tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH


Atas terlaksananya kegiatan kreatif ini karena adanya dukungan dari berbagai pihak
yang terlibat. Oleh karena itu penulis sekaligus sebagai pelaksana kegiatan tersebut
mengucapkan terima kasih kepada pendukung kegiatan tersebut, di antaranya kepada:
Kepala LP2M UM, Perangkat Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang, seluruh tim
pengelola desa wisata setempat, para dosen dan mahasiswa UM yang terlibat kegatan.

DAFTAR RUJUKAN
AI-Rifaei, N. H. (2015). The Principle of Movement in Moroccan Design; as a source of
inspiration for contemporary artistic applications. By Routledge 2 Park Square, Milton
Park, Abingdon, Oxon, OX14 4RN, vol 1, 284.
An, D., & Youn, N. (2018). The inspirational power of arts on creativity. Journal of Business
Research, 85, 467–475.
Angelini, F., & Castellani, M. (2019). Cultural and economic value: A critical review. Journal
of Cultural Economics, Voume 43(Issue 2), 173–188.
Avilés Ochoa, E., & Canizalez Ramírez, P. M. (2018). Cultural industries and spatial
economic growth a model for the emergence of the creative cluster in the
architecture of Toronto. City, Culture and Society, 14, 47–55.
Beardsley, J., & Finn, D. (1996). A landscape for modern sculpture: Storm King Art Center
(2nd ed). New York: Abbeville Press.
Botella, M., & Lubart, T. (2016). Creative Processes: Art, Design and Science. In G. E.
Corazza & S. Agnoli (Eds.), Multidisciplinary Contributions to the Science of Creative
Thinking (pp. 53–65). Singapore: Springer Singapore.
Cazzola, A. (2020). Art as Formative Technique: The Human Behaviour Between Art and
158 Ponimin, dkk/ Kreasi Patung Keramik Landscape.... – Vol.4 No.2 (2020) 144-158

Nature. Aisthesis. Pratiche, linguaggi e saperi dell’estetico, 57-72 Pages.


Cooke, P. (2012). Green design aesthetics: Ten principles. City, Culture and Society, 3(4),
293–302.
Dharsono. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan
Seni, Karang Anyar. Surakarta: LPKBN Citra Sains.
Diah, Pratiwi. (2016). Humanisme Karya Seni Patung Abstrak Simbolik. Jurnal Ilmiah Cakra
Manggilingan, 1.
Fürst, G., Ghisletta, P., & Lubart, T. (2012). The Creative Process in Visual Art: A
Longitudinal Multivariate Study. Creativity Research Journal, 24(4), 283–295.
Gao, J., & Wu, B. (2017). Revitalizing traditional villages through rural tourism: A case study
of Yuanjia Village, Shaanxi Province, China. Tourism Management, 63, 223–233.
Gustami, S., Wardani, L. K., & Setiawan, A. H. (2014). Craft Arts and Tourism in Ceramic Art
Village of Kasongan in Yogyakarta. Journal of Arts and Humanities, (2), 13.
Harrison, S. (2002). Culture, tourism and local community—The heritage identity of the Isle
of Man. Journal of Brand Management, 9(4), 355–371.
Korani, Z., & Shafiei, Z. (2020). In search of traces of ‘The Tourist Gaze’ on locals: An
ethnographic study in Garmeh village, Iran. Journal of Tourism and Cultural Change,
1–19.
Marianto, M. Dwi. (2015). Art & Levitation “ Seni Dalam Cakrawala” (1st ed.). Yogyakarta:
Penerbit Pohon Cahaya.
Nam, N. T. (2019). Ethnic minority community access to popular culture in the context of
tourism (case of Thai ethnic group in Lac Village, Mai Chau, Hoa Binh, Vietnam).
Review of Nationalities, 9(1), 275–283.
Noonan, D. S., & Rizzo, I. (2017). Economics of cultural tourism: Issues and perspectives.
Journal of Cultural Economics, 41(2), 95–107.
Pardoe, C., & Hutton, D. (2020). Aboriginal heritage as ecological proxy in south-eastern
Australia: A Barapa wetland village. Australasian Journal of Environmental
Management, 1–17.
Pérez-Fabello, M. J., & Campos, A. (2011). Dissociative experiences, creative imagination,
and artistic production in students of Fine Arts. Thinking Skills and Creativity, 6(1),
44–48.
Ponimin, 2018, Diversifikasi desain produk sentra keramik dinoyo bersumber ide budaya
lokal malang. Jurnal bahasa & seni, 46.(1), 111–123.
Ponimin, Mitra Istiar Wardhana, Ahmad Taufik, Nur Hadi, & Andy Pramono. (2020). Kreasi
Seni Patung Bertema Figur Wayang “Punokawan” Sebagai Penguat Karakter Pada
Desa Wisata Selorejo, Dau Malang. Jurnal Karinov, Vol. 3 No. 3, 164–173.
Rendy Widi Prasetyo, & Nur Wakhid Hidayatno. (2017). Analisis Visual Patung Roro Kuning
Di Tempat Wisata Air Terjun Roro Kuning Kabupaten Nganjuk. Jurnal Pendidikan
Seni Rupa, 1–10.
Ryu, K., Roy, P. A., Kim, H. (Lina), & Ryu, H. B. (2020). The resident participation in
endogenous rural tourism projects: A case study of Kumbalangi in Kerala, India.
Journal of Travel & Tourism Marketing, 37(1), 1–14.
Sangchumnong, A., & Kozak, M. (2018). Sustainable cultural heritage tourism at Ban
Wangka Village, Thailand. Anatolia, 29(2), 183–193.
Sthapit, E., & Jiménez-Barreto, J. (2018). Exploring tourists’ memorable hospitality
experiences: An Airbnb perspective. Tourism Management Perspectives, 28, 83–92.
Tabrani, P. (n.d.). Prinsip-Prinsip Bahasa Rupa. 13.

Anda mungkin juga menyukai