03. PENGANTAR
P Seorang penyair pernah melukiskan bisikan hati Sang Bunda Dukacita begini:
“Hai, Engkau yang pernah singgah di rahimku, kini
derita~Mu kurasakan lagi seperti saat aku
melahirkan~Mu. Namun kini dalam derita yang tak
terbanding itu, Engkau masih tersenyum. Senyuman~Mu
– tanda kemenangan~Mu. Walau sakit hati ini tak
terobati oleh sejuta rempah surgawi, dan walau angin laut
dan hujan salju menerpa derita~Mu tak tersapu pergi, tapi
menguncup lagi sebagai lambang keselamatan”.
P Cinta memang selalu menuntut pengorbanan. Dalam cinta ada kepasrahan dan
kerelaan. Cinta juga adalah sari benang dari lubuk hati yang terdalam. Butiran
cinta yang bernada kesetiaan, menyimpan potret senyum dalam penyerahan diri
yang utuh.
Jalan salib yang mengenang sakit dan derita Tuhan memang bukanlah cuma-
cuma, bahkan kita turut ambil bagian dalam keselamatan ini.
Saudaraku... Yesus Tuhan kita tak memberi kita cinta semu. Dialah pelaksana
dan Cinta Sejati itu sendiri yaitu cinta yang menuntut pengorbanan. Hanya
karena cinta sejati yang menuntut pengorbanan inilah, Ia rela wafat di kayu salib
dan kemudian bangkit dari antara orang mati, agar kita kelak boleh memandang
keselamatan kekal yang telah dijanjikan~Nya sendiri.
Sungguh...Jalan salib, jalan iman: di dalam Yesus yang dihukum mati, kita
melihat Hakim semesta alam; di dalam Yesus yang memanggul salib~Nya, kita
memandang Penyelamat dunia; di dalam Yesus tersalib, Tuhan sejarah, kita
melirik Putera Allah. Marilah kita merenungkan Jalan Salib Tuhan, jalan
keselamatan kita.
04. DOA PEMBUKA
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Yesus Penebus yang Ilahi, kami berkumpul di sini guna merenungkan rahasia
jalan salib~Mu yang kudus, jalan dukacita menuju sukacita kekal. Engkau telah
menempuhnya demi ketaatan~Mu kepada Bapa dan karena cinta~Mu kepada
kami, manusia hina dan penuh kerapuhan. Semoga dengan merenungkan
sengsara~Mu yang menyelamatkan, makin besarlah hormat dan terima kasih
kami terhadap cinta~Mu yang teramat agung. Engkaulah TUhan dan pengantara
kami, yang hidup dan berkuasa bersama Bapa, dalam persatuan Roh Kudus,
Allah sepanjang segala masa. Amin.
“Lihatlah apa yang telah kamu lakukan kepada Manusia ini!” Tetapi bersamaan
dengan itu, terdengar suara lain yang berkata: “Lihatlah apa yang telah kamu
lakukan melalui Manusia ini, kepada Allahmu!”.
Sanggupkah kita menatap bola mata Manusia itu???
Masih ada secercah sinar cinta buat kita bila jiwa mau memeluknya...
P2 Kasih ibu sepanjang jalan kenangan. Kasih ibu menguatkan. Kasih ibu
merangkul segalanya. Tak ada kasih yang lebih tulus daripada kasih seorang ibu.
Kasihnya tulus tak terhalangi oleh ruang dan waktu. Kasih itu mengalir bagai
bengawan di tengah gurun hidup yang mahaluas dan tak terjangkau. Kasih ibu
segalanya dan selamanya.
P1 Saudaraku..., Di pinggir jalan salib, berdiri sesosok tubuh dengan hati pedih dan
perih. Ia berdiri menanti Puteranya yang akan melintasi jalan penderitaan itu.
Tak terbayangkan betapa pedih dan perihnya. Hati Sang Bunda bagai tersayat
sembilu, ketika harus menatap derita Puteranya. Namun dari sorot matanya,
terpancar sinar yang menguatkan Sang Putera yang tengah dirampas ketegaran
raga~Nya. Kelembutan sinar mata Bunda memgalirkan butir-butir kasih yang
memuaskan dahaga Sang Putera. Dari luka hati Bunda mengalirlah darah kasih,
membasahi jalan Sang Putera yang penuh debu dosa menuju kalvari.
Sungguh...salib Puteranya menjadi salibnya juga, penghinaan terhadap
Puteranya pun, menjadi penghinaan baginya, bahkan cemoohan dan caci maki
orang banyak menimpa dirinya pula. Pasti itu disadari oleh orang-orang di
sekitarnya dan itulah pengalaman hatinya: “Dan sebilah pedang akan menembus
jiwamu juga”. Kata-kata yang diucapkan ketika Yesus berusia empat puluh
hari, sekarang terpenuhi. Ditembus oleh pedang yang tak kelihatan, Maria
bergegas menuju Kalvari Puteranya...Kalvarinya sendiri.
Saudaraku..., adakah setetes kasih kita buat menghibur hati Sang Bunda?
Mampukah kita dengan ikhlas hati menyerahkan seluruh diri dan karya kita guna
mengabdi Tuhan dan sesama dengan kesetiaan kita menekuni panggilan hidup
masing-masing kita???
P Marilah kita berdoa, (hening sejenak...)
Bunda Maria, engkau telah mengajarkan kami bagaimana menghadapi
penderitaan yang teramat dalam. Berilah kami hati yang terbuka dalam menatap
dan menapaki jalan salib hidup kami. Kasihmu tak bertepi yang senantiasa
menemani kami sepanjang jalan salib hidup kami. Doakanlah kami selalu, ya
Bunda. Amin.
P Karena salib dan sengsara~Mu
U Selamatkanlah kami, ya Tuhan!
P Kasihanilah kami ya Tuhan, kasihanilah kami
U Allah, ampunilah kami orang berdosa.
P Moga-moga semua orang beriman yang telah meninggal beristirahat dalam
ketentraman karena kerahiman Tuhan.
U Amin.
P2 “Dia merendahkan diri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di salib”.
Setiap perhentian sepanjang jalan salib ini adalah tonggak-tonggak ketaatan dan
pengosongan diri. Kita dapat menyadari betapa dalamnya pengosongan diri itu,
manakala kita melihat Yesus jatuh untuk ketiga kalinya di bawah salib. Kita
dapat pula mengerti hal itu, tatkala kita memeditasikan siapa sebenarnya Dia
yang jatuh, Dia yang tergeletak di jalan berdebu, jatuh di bawah salib, di kaki
kerumunan orang-orang yang memusuhi~Nya yang terus melontarkan hinaan
dan cercaan kepada~Nya.
P Saudaraku..., di sini kita menyaksikan kekuatan cinta Tuhan akan manusia.
Karena cinta~Nya itu, maka Ia pun bangun lagi untuk meneruskan perjalanan
keselamatan, meski Ia nampak sudah sangat lemah. Kendati demikian, cinta
sejati Tuhan itu sering dibalas dengan kebencian dan nafsu serakah manusia.
........................................................................... Hening Sejenak
Dengan setiap luka, setiap kejang-kejang karena nyeri, setiap otot yang
terpelintir, setiap tetes darah, dengan keletihan pada semua bagian lengan~Nya,
semua luka memar dan tercabik-cabik pada punggung dan bahu~Nya, tubuh
yang telanjang ini memenuhi kehendak Bapa maupun Putera. Tubuh ini
memenuhi kehendak Bapa saat membiarkan diri ditelanjangi, menjadi sasaran
siksaan, dan mengalami rasa sakit yang tak terkatakan demi keselamatan seluruh
umat manusia.
P Saudaraku..., sungguh tak ada lagi rasa malu sedikitpun dalam diri para serdadu
yang haus darah. Pandangan mata mereka memedihkan perasaan hati Tuhan.
Teganya mereka menelanjangi Tuhan di depan umum.
Akankah kita juga berbuat demikian?
........................................................................... Hening Sejenak
P Ya Yesus, sekarang Engkau tak dapat berbuat apa-apa lagi selain bergantung
dan menahan. Pabila kami mengalami waktu demikian juga, tolonglah kami
supaya kuat bertahan di hadapan Tuhan dan kebenaran~Nya.
P Karena salib dan sengsara~Mu
U Selamatkanlah kami, ya Tuhan!
P Kasihanilah kami ya Tuhan, kasihanilah kami
U Allah, ampunilah kami orang berdosa.
P Moga-moga semua orang beriman yang telah meninggal beristirahat dalam
ketentraman karena kerahiman Tuhan.
U Amin.
21. PERHENTIAN XII : YESUS WAFAT DI SALIB
23. PUISI
demi kelangsungan hidup kita. Allah sungguh amat baik buat kita. Segala-
galanya Dia anugerahkan kepada kita termasuk Puteranya sendiri diserahkan
untuk mati demi keselamatan manusia yang gemar berbuat dosa.
Mari kita beri hati dan seluruh diri kita kepada~Nya dalam salib, penderitaan
dan kematian Putera~Nya, agar dapat menjadi benih yang baik yang
menghasilkan buah melimpah.
........................................................................... Hening Sejenak
P Karena salib dan sengsara~Mu
U Selamatkanlah kami, ya Tuhan!
P Kasihanilah kami ya Tuhan, kasihanilah kami
27. PENUTUP
Oh…..dunia
Kau sungguh kejam
Kau bengis
Kau jahanam
Kau renggut putra aku
Kau renggut buah hatiku
Yang cuma satu….
Cuma satu.
… --)**hszt**(--