BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan
yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan
kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan di sekolah. Mata
pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMA memiliki peran utama dalam mengimplementasikan
pendidikan kewirausahaan, aspek mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan adalah Kerajinan,
Rekayasa, Budidaya, dan Pengolahan.
Kerajinan adalah sebutan bagi suatu benda hasil karya seni manusia. Kata “kerajinan” berasal dari
kata “rajin” yang artinya barang/benda yang dihasilkan oleh keterampilan tangan. Kerajinan terbuat
dari berbagai bahan yang menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya
istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat sesuatu. Nilai-nilai yang dibutuhkan
untuk membuat suatu kerajinan adalah memiliki kecakapan, keahlian, penguasaan dalam proses
pembuatan produk yang memiliki kreatifitas dan imajinasi.
Prinsip Kewirausahaan pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan aspek Kerajinan adalah
menghasilkan produk kerajinan yang mempunyai nilai keterjualan oleh karena itu produk tersebut
harus memenuhi standar pasar, yaitu: menyenangkan pembeli, nilai kemanfaatan, kreatif serta
bertanggungjawab terhadap produknya berdasarkan logika matematis maupun pengetahuan estetis.
Secara garis besar kegiatan kewirausahaan di bidang kerajinan dapat dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan berikut ini:
1. Mengamati produk kerajinan di dalam kelas maupun diluar lingkungan sekolah (termasuk
pasar) yang menjadi bahan eksplorasi dan eksperimen, melalui kegiatan melihat, membaca,
mendengar, mencermatinya, meneliti berbagai produk kerajinan dengan metode dan strategi
kunjungan lapangan, kajian pustaka, dan media lainnya;
2. Mendorong keingintahuan peserta didik setelah melakukan berbagai pengamatan dengan
mengembangkan berbagai pertanyaan;
3. Mengumpulkan data dan memproduksi karya kerajinan dengan merumuskan daftar pertanyaan
berdasarkan hasil identifikasi, menentukan indikator keterjualan, kelayakan penampilan (estetik-
ergonomis) dengan melakukan wawancara dan atau mengeksplorasi pangsa pasar;
4. Melakukan analisis dan merekonstruksi hasil produknya berupa fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur baik yang bersifat tradisional berbasis kearifan lokal maupun modern yang bermanfaat
bagi kehidupan;
5. Menampilkan kembali hasil produknya berdasarkan hasil olahan secara pribadi maupun
kelompok sehingga mempunyai nilai jual serta mempunyai wawasan pasar yang sesuai dengan
lingkungan daerah maupun nasional.
B. Landasan Hukum
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang diperbaharui dengan Nomor 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan, dan diperbaharui lagi dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urutan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;
5. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyakatkan dan
Membudayakan Kewirausahaan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran;
13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8
November 2013, perihal Implementasi Kurikulum 2013;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
15. Naskah Akademik Program Kewirausahaan di SMA, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2016.
16. Konsep dan Strategi Implementasi Kewirausahaan di SMA, Direktorat Pembinaan SMA,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2016.
C. Tujuan
D. Sasaran
Sasaran penggunaan naskah ini adalah:
1. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi
2. Pengelola SMA pelaksana program Kewirausahaan
3. Guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan aspek Kerajinan
4. Pemangku kepentingan lainnya.
BAB II
KOMPETENSI PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
BIDANG KERAJINAN
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
3.3 Memahami perhitungan titik impas 4.3 Mengevaluasi hasil perhitungan titik
(Break Event Point) usaha kerajinan impas (Break Event Point) usaha
dari bahan limbah bahan kertas kerajinan dari bahan limbah bahan
kertas
3.4 Memahami cara menentukan strategi 4.4 Melakukan promosi produk usaha
promosi produk usaha kerajinan dari kerajinan dari bahan limbah bahan
bahan limbah bahan kertas kertas
3.5 Menganalisis laporan kegiatan usaha 4.5 Membuat laporan kegiatan usaha
kerajinan dari bahan limbah bahan kerajinan dari limbah bahan kertas
kertas
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dan mampu menggunakan metode sesuai
dengan wawasan kemanusiaan, kaidah keilmuan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
BAB III
KEWIRAUSAHAAN BIDANG KERAJINAN
Indonesia sangat kaya baik dari kekayaan alam maupun budayanya. Komoditas produk negara
Indonesia banyak dikenal di mancanegara, misalnya furnitur dan aneka kerajinan. Ada banyak
pengusaha asal Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari usaha furnitur dan kerajinan tersebut,
baik yang sifatnya lokal maupun yang sudah masuk ke dalam pasar internasional, apalagi di daerah
sekitar lokasi pariwisata sudah bisa dipastikan banyak warga Indonesia yang menjual produk
kerajinan. Indonesia memiliki banyak tempat wisata dan menjadi prospek bisnis kerajinan yang
sangat baik. Produk kerajinan sangat banyak manfaatnya ada yang digunakan untuk keperluan rumah
tangga, ada juga yang hanya sekadar untuk hiasan. Produk kerajinan Indonesia banyak dibuat untuk
cindera mata hingga menjadi barang yang memiliki prestise yang tinggi bagi pemiliknya.
Menganalisis peluang usaha pada produk kerajinan dimaksudkan untuk mengenal potensi, mencari
dan menemukan peluang produk kerajinan yang dapat dimanfaatkan serta untuk mengetahui
besarnya potensi usaha yang tersedia dan berapa lama usaha dapat bertahan. Ancaman dan peluang
selalu menyertai suatu usaha sehingga penting untuk melihat dan memantau perubahan lingkungan
dan kemampuan adaptasi dari suatu usaha agar dapat tumbuh dan bertahan dalam persaingan.
Pemetaan potensi usaha produk kerajinan dapat didasarkan pada ciri khas kerajinan dari setiap
daerah. Pemetaan potensi menjadi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi daerah. Terdapat beberapa cara atau metode dalam melakukan pemetaan potensi usaha
produk kerajinan, baik secara kuantitaif maupun kualitatif. Analisis SWOT adalah suatu kajian
terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Analisis SWOT pada usaha produk kerajinan
didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan
(strengths), mengambil peluang (opportunities), meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
mengurangi ancaman (threats).
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
pengembangan usaha produk kerajinan sebagai alat penyusun strategi. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang tetapi secara bersamaan dapat
menimbulkan mengetahui kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT dapat menentukan strategi
pengembangan usaha produk kerajinan dalam jangka panjang sehingga arah tujuan dapat dicapai
dengan jelas dan dapat dilakukan pengambilan keputusan secara cepat. Analisis ini dapat dilakukan
dengan mewawancarai pengusaha kerajinan dengan menggunakan kuisioner, hal-hal yang perlu
diwawancarai seperti aspek sosial, ekonomi, dan teknik produksi kerajinan untuk mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keberhasilan usaha produk kerajinan.
Secara rinci ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menganalisis peluang usaha
produk kerajinan, yaitu sebagai berikut:
Penetapan kelayakan usaha dilakukan untuk menemukan jawaban tentang apakah peluang usaha
produk kerajinan dapat dijual, berapa biaya yang dikeluarkan serta mampukah produk kerajinan
tersebut menghasilkan laba. Pada tahap analisis kelayakan usaha produk kerajinan ini ada
beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
Analisis kelayakan finansial adalah landasan untuk menentukan sumber daya finansial yang
diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan laba yang bisa diharapkan. Kebutuhan finansial
dan pengembalian (return) bisa sangat berbeda bergantung pada pemilihan alternatif yang ada
bagi usaha baru. Ada dua langkah dasar untuk pemilihan alternatif dalam analisis kelayakan
finansial, yaitu sebagai berikut.
a. Penentuan kebutuhan finansial total dengan dana yang diperlukan untuk operasional.
Kebutuhan finansial hendaknya diproyeksikan sekurang-kurangnya untuk operasi tahun
pertama dari usaha produk kerajinan baru. Selanjutnya, diperlukan juga proyeksi kebutuhan
keuangan untuk tiga sampai lima tahun yang akan datang.
b. Penentuan sumber daya finansial yang tersedia.
Langkah kedua dalam analisis kelayakan finansial ini adalah proyeksi sumber daya
finansial yang tersedia dan dana-dana yang akan dihasilkan dalam operasi perusahaan.
Dalam menentukan sumber daya finansial potensial yang tersedia, harus dibedakan sumber
finansial jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
3. Analisis Persaingan
Semua usaha produk kerajinan akan menghadapi persaingan baik persaingan langsung, yaitu
dari produk kerajinan yang sejenis maupun persaingan produk perusahaan kerajinan lain pada
pasar yang sama. Analisis persaingan ini sangat penting untuk pengembangan dan keberlanjutan
usaha produk kerajinan.
Ada banyak cara bagi wirausaha kerajinan untuk mengembangkan ide peluang usahanya, di
antaranya adalah memberikan kebebasan dan dorongan kreativitas kepada para pengrajin.
Pengembangan ide harus dilakukan secara terus - menerus agar wirausahawan dapat memenangkan
persaingan. Beberapa macam ide yang perlu dikembangkan, antara lain sebagai berikut.
1. Ide dalam pembuatan produk kerajinan yang diminati konsumen.
2. Ide dalam pembuatan produk kerajinan yang dapat memenangkan persaingan.
3. Ide dalam pembuatan dan pendayagunaan sumber-sumber produk kerajinan.
4. Ide yang dapat mencegah kebosanan konsumen di dalam penggunaan produk kerajinan.
5. Ide dalam pembuatan desain, model, corak, dan warna produk kerajinan yang disenangi
konsumen.
Setelah mengidentifikasi peluang usaha, seorang wirausaha kerajinan memilih jenis usaha produk
kerajinan. Proses pemilihan ini melalui tahapan analisis yang cermat. Untuk itu diperlukan
pertimbangan yang matang. Tahap ini biasanya disebut evaluasi dengan kriteria yang telah
dikembangkan sesuai kebutuhan. Faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan evaluasi adalah
sebagai berikut.
1. Keuntungan, jika setelah diperhitungkan ternyata tidak memberi keuntungan memadai,
sebaiknya pilihan bersangkutan dibatalkan.
2. Penguasaan teknis, Cara pembuatan produk kerajinan perlu dikuasai atau dipelajari dengan baik
oleh peserta didik.
3. Pemasaran. Harus diteliti kemungkinan pemasaran dan prospek pemasarannya di waktu
mendatang.
4. Bahan baku. Memperhatikan ketersediaan bahan baku saat ini dan untuk ketersediaan dan
kelancaran proses produksi usaha kerajinan yang akan datang
5. Kelompok kerja. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah tersedianya kelompok kerja yang
memiliki kemampuan sesuai dengan jenis produk kerajinan.
6. Modal. Perlu dipertimbangkan kesesuaian antara modal yang disediakan dan kebutuhan jenis
usaha kerajinan yang dibutuhkan.
7. Risiko. Tingkat risiko yang akan ditanggung perlu dipertimbangkan dengan besarnya
keuntungan yang akan diperoleh.
8. Persaingan. Perlu dipelajari situasi yang akan terjadi dan disesuaikan dengan kemampuan
menghadapinya dalam hal modal maupun pemasarannya.
9. Fasilitas dan kemudahan. Fasilitas yang dibutuhkan untuk operasi usaha kerajinan dan
kemudahan penyediaannya menjadi pertimbangan, kemudahan yang mungkin dapat diperoleh
dari pemerintah seperti pajak.
10. Manajemen. Pertimbangan penting lainnya adalah produk pengelolaannya yang paling sesuai
dan bagaimana kemampuan pengusaha untuk mengelolanya. Hal ini sering diabaikan dalam
mendirikan perusahaan kecil. Faktor lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah peraturan
pemerintah, perizinan, pertimbangan etis, lingkungan, dan sebagainya.
1. Ide Usaha
Faktor-faktor yang dapat memunculkan ide usaha produk kerajinan adalah sebagai berikut.
a. Faktor internal
Faktor internal menjadi alat untuk menciptakan sebuah inspirasi atas objek yang dihadapi
dengan kemampuan kreativitasnya. Faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang sebagai subjek/pengusaha, antara lain:
1) pengetahuan yang dimiliki,
2) pengalaman dari individu itu sendiri,
3) pengalaman saat ia melihat orang lain menyelesaikan masalah,
4) intuisi yang merupakan pemikiran yang muncul dari individu itu sendiri.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal ialah hal - hal yang dihadapi seseorang dan merupakan objek untuk
mendapatkan sebuah inspirasi usaha, antara lain:
1) masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan,
2) kesulitan yang dihadapi sehari–hari,
3) kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya maupun orang lain,
4) pemikiran besar untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Untuk merintis suatu usaha produk kerajinan dengan baik, wirausahawan tentunya harus
melihat prospek usaha jangka pendek, menengah, dan panjang. Selanjutnya, untuk memulai
usaha produk kerajinan, wirausahawan harus mengetahui bagaimana prospek usaha ini. Setelah
mengetahui prospek usaha, barulah dia membuat rencana usaha, mempersiapkan sarana dan
prasarana, serta modal usaha.
2. Resiko Usaha
Seorang wirausaha ketika menjalankan dan mengembangkan usaha tentunya akan menghadapi
beberapa resiko yang dapat terjadi. Resiko ini bisa mempengaruhi hasil usahanya apabila tidak
diperhitungkan, diantisipasi, dan dipersiapkan penanganannya. Di bawah ini akan diuraikan
beberapa resiko usaha yang mungkin akan terjadi.
Resiko usaha internal adalah resiko yang timbul dari menjalankan usaha dan berdampak
pada kelangsungan usaha itu sendiri. Resiko usaha ini apabila timbul, akan berakibat buruk
bagi usaha yang sedang dijalankan. Resiko bagi usaha biasa disebut dengan resiko usaha
yang berdampak bagi internal usaha.
Resiko bagi lingkungan usaha yang bersifat eksternal adalah resiko yang timbul dari
menjalankan usaha dan berdampak pada kelangsungan lingkungan luar usaha itu sendiri.
Resiko bagi usaha biasa disebut dengan resiko usaha yang berdampak bagi eksternal usaha.
4) Resiko pengelolaan limbah, yaitu resiko usaha yang timbul sebagai akibat dari limbah
industri yang dikeluarkan dalam rangka memproduksi sebuah barang atau jasa.
Limbah dari produksi dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah industri
yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan akibat pencemaran lingkungan
seperti air, udara, dan tanah
5) Resiko perekonomian masyarakat dan negara adalah resiko usaha yang terjadi karena
sebuah kesalahan manajemen di internal perusahaan dan menimbulkan dampak
perubahan perekonomian masyarakat dan negara. Akibat dari resiko ini adalah
memburuknya kondisi perekonomian akan mengakibatkan daya beli masyarakat
menurun. Kondisi ekonomi makro yang buruk akan berpengaruh terhadap volume
kegiatan usaha.
6) Resiko perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah yaitu resiko usaha yang timbul
dan berakibat kepada perubahan dan kebijakan pemerintah.
a. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang utama dalam pencapaian keberhasilan usaha karena
manusia yang mempunyai ide dan rencana usaha, manusia juga yang akan
mewujudkannya. Di sini diperlukan manusia yang beretos kerja tinggi, rajin, optimis, dan
pantang menyerah.
b. Faktor Keuangan
Faktor keuangan merupakan faktor penunjang keberhasilan usaha. Faktor tersebut
digunakan untuk modal usaha serta pemenuhan segala pengeluaran untuk kepentingan
operasi produksi seperti pembelian bahan baku, bahan pembantu, gaji pegawai, promosi,
dan biaya distribusi. Dalam hal ini, diperlukan disiplin yang ketat dalam penggunaan dana
sehingga segala kegiatan keuangan harus dicatat dan dibukukan secara rapi, teliti, dan
terus-menerus.
c. Faktor Organisasi
Dengan adanya faktor organisasi, sumber daya akan masuk pada suatu pola sehingga
orang-orang akan dapat bekerja dengan efektif dan efisien sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya organisasi, berarti
seorang wirausaha dapat:
1) mempertegas hubungan dengan para karyawan,
2) menciptakan hubungan antar karyawan,
3) mengetahui tugas yang akan dijalankan,
4) mengetahui kepada siapa karyawan harus bertanggungjawab.
d. Faktor Perencanaan
Perencanaan usaha dapat digunakan sebagai alat pengawas dan pengendalian usaha. Oleh
karena itu, perencanaan harus dibuat oleh wirausaha sejak usahanya didirikan, yaitu
dimulai dari:
1) merencanakan produk apa yang akan dibuat,
2) memperhitungkan jumlah dana yang diperlukan,
3) merencanakan jumlah produk yang akan dibuat,
4) merencanakan tempat pemasaran produk.
f. Faktor Pemasaran
Faktor pemasaran produk perusahaan dapat ditinjau berikut ini:
1) daya serap pasar dan prospeknya,
2) kondisi pemasaran dan prospeknya,
3) program pemasarannya.
f. Faktor Administrasi
Untuk menunjang kelancaran kegiatannya, sebaiknya seorang wirausaha mempunyai
catatan yang rapi mengenai kegiatan dan kejadian yang terjadi setiap harinya. Catatan
tersebut dibuat secara kronologis dan kemudian didokumentasikan.
1. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka
usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap ini juga memilih jenis
usaha yang akan dilakukan.
BAB IV
IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN BIDANG KERAJINAN
1. Pembelajaran di Kelas
Melakukan analisis SWOT yaitu suatu kajian terhadap lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Analisis SWOT pada usaha produk kerajinan didasarkan pada asumsi bahwa
strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), serta meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis
ini didahului oleh proses identifikasi faktor eksternal dan internal. Untuk menentukan strategi
yang terbaik, dilakukan pembobotan terhadap tiap unsur SWOT berdasarkan tingkat
kepentingan.
Perencanaan usaha kerajinan dilakukan dengan menganalisis peluang usaha produk kerajinan
untuk menemukan peluang dan potensi usaha produk kerajinan yang dapat dimanfaatkan, serta
untuk mengetahui besarnya potensi usaha yang tersedia dan berapa lama usaha dapat bertahan.
Ancaman dan peluang selalu menyertai suatu usaha, sehingga penting untuk melihat dan
memantau perubahan lingkungan dan kemampuan adaptasi dari suatu usaha agar dapat tumbuh
dan bertahan dalam persaingan. Pemetaan potensi usaha produk kerajinan dapat didasarkan
pada ciri khas kerajinan dari masing-masing daerah, pemetaan potensi menjadi sangat penting
untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi daerah. Terdapat beberapa cara atau
metode dalam melakuan pemetaan potensi usaha produk kerajinan, baik secara kuantitaif
maupun kualitatif.
2. Aktualisasi Kewirausahaan
Peserta didik mengunjungi salah satu usaha produk kerajinan yang ada di sekitar tempat tinggal
mereka. Peserta didik melakukan analisis SWOT dengan mewawancarai pengusaha kerajinan
dengan menggunakan kuisioner. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
a. Melakukan wawancara tentang ide, peluang usaha, sumber daya yang dibutuhkan dalam
usaha tersebut.
b. Menanyakan tentang perencanaan administrasi dan perencanaan pemasaran usaha
kerajinan.
c. Melakukan analisis SWOT berdasarkan data prioritas dari jawaban responden. Contoh
format analisis sebagai berikut:
Kekuatan Kelemahan
Peluang Ancaman
1. Pembelajaran di Kelas
Produk kerajinan lebih banyak memanfaatkan bahan-bahan alam seperti tanah liat, serat alam,
kayu, bambu, kulit, logam, batu, rotan dan lain-lain. Ada juga yang memanfaatkan bahan
sintetis sebagai bahan kerajinan seperti limbah kertas, plastik, karet, dan lain-lain. Pembuatan
produk kerajinan di setiap daerah memiliki jenis kerajinan lokal yang menjadi unggulan daerah,
misalnya, kerajinan keramik di daerah Kasongan Daerah Istimewa Yogyakarta, karena sumber
daya alam yang banyak tersedia adalah tanah liat. Kerajinan kayu hitam di daerah Palu Sulawesi
Tengah, karena sumber daya alam yang banyak tersedia adalah tanaman kayu hitam. Anyaman
rutan dan getah nyatu di daerah Kapuas Kalimantan Tengah, karena sumber daya alam yang
banyak tersedia adalah rotan dan getah nyatu.
a. Estetika
Unsur estetika sering kita kenal dengan istilah keindahan. Keindahan adalah nilai-nilai
estetis yang menyertai sebuah karya seni. Keindahan juga diartikan sebagai pengalaman
estetis yang diperoleh ketika seseorang mencerap obyek seni atau dapat pula difahami
sebagai sebuah obyek yang memiliki unsur keindahan. Nilai-nilai keindahan (estetik) atau
keunikan karya seni memiliki prinsip: kesatuan (unity), keselarasan (harmoni),
keseimbangan (balance), dan kontras (contrast) sehingga menimbulkan perasaan haru,
nyaman, nikmat, bahagia, agung, ataupun rasa senang.
b. Ergonomis
Unsur ergonomis karya kerajinan memiliki syarat:
1) Keamanan (security) yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan produk
kerajinan tersebut.
2) Kenyamanan (Comfortable), yaitu kenyamanan apabila produk kerajinan tersebut
digunakan. Barang yang nyaman digunakan disebut barang terapan/pakai. Produk
kerajinan terapan/pakai adalah produk kerajinan yang memiliki nilai praktis yang
tinggi.
3) Keluwesan (Flexibility), yaitu keluwesan penggunaan. Produk kerajinan adalah
produk terapan/pakai yaitu produk kerajinan yang wujudnya sesuai dengan kegunaan
atau terapannya. Produk terapan/pakai dipersyaratkan memberi kemudahan dan
keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam
penggunaannya.
1) Bentuk
Yang dimaksud bentuk pada produk kerajinan adalah wujud fisik. Bentuk ini selalu
bergantung pada sentuhan keindahan. Karena itu pula dalam proses pembuatannya
seorang pengrajin harus menguasai unsur-unsur seni seperti garis, tekstur, warna,
ruang, bidang, dan sebagainya. Selain itu seorang pengrajin harus menguasai prinsip-
prinsip seni seperti irama, keseimbangan, kesatuan, harmonisasi.
2) Fungsi
Dalam pembuatan produk kerajinan seorang pengrajin harus mampu menghubungkan
bentuk dengan fungsi, sehingga karya yang dihasilkan dapat memenuhi fungsinya dan
bentuknya tetap indah. Dalam pembuatan produk kerajinan harus benar-benar
memperhatikan aspek kenyamanan.
3) Bahan
Pengetahuan, pemahaman dan penguasaan terhadap bahan harus dimiliki seorang
pengrajin. Dengan adanya pemahaman terhadap bahan ia akan mampu menemukan
teknik pengolahannya. Dengan teknik yang tepat akan dihasilkan karya kerajinan
secara optimal, karena setiap bahan selalu memiliki karakter yang berbeda-beda.
Tanah liat berbeda karakternya dengan lilin, semen berbeda karakternya dengan gips,
bahkan setiap jenis kayu memiliki karakter sendiri-sendiri. Setiap bahan memerlukan
teknik penggarapan yang berbeda-beda. Karakter-karakter setiap bahan tersebut pada
umumnya ditentukan oleh susunan unsur-unsur pembentuknya.
Seorang pengrajin harus mampu memadukan aspek bentuk, fungsi dan bahan agar hasilnya
optimal. Ketiga aspek tersebut saling berkait dan bekerjasama.
2. Aktualisasi Kewirausahaan
Beberapa langkah yang dilakukan oleh peserta didik dalam memproduksi usaha kerajinan:
a. Menentukan Bahan/Material Produksi Kerajinan
Pemilihan bahan/material dalam pembuatan karya kerajinan sangat penting, karena
material akan mendukung nilai bentuk, kenyamanan terutama dalam menggunakan benda
terapan dan juga akan mempengaruhi kualitas dari barang tersebut.
b. Menentukan Teknik Produksi
Beberapa jenis kerajinan memiliki alat dan ketrampilan khusus untuk mewujudkannya.
Teknik produksi kerajinan disesuaikan dengan bahan, alat dan cara yang digunakan. Dalam
pembuatan produk-produk kerajinan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain:
1) Teknik pahat
2) Teknik ukir
3) Teknik cetak
4) Teknik kolase
5) Teknik konstruksi/sambungan
6) Teknik raut
7) Teknik bubut
8) Teknik anyam
9) Teknik tenun
10) Teknik border, dan lain-lain.
c. Memproduksi Kerajinan
Proses pembuatan kerajinan secara umum dapat digambarkan pada diagram berikut ini:
Produksi Kerajinan
a) Membuat Rancangan
Sebelum menentukan benda kerja/produk terlebih dahulu mendesain karya yang
akan dibuat.
b) Penyiapan bahan
Prinsip kegiatan penyiapan bahan adalah menyiapkan bahan yang akan
digunakan dalam memproduksi kerajinan.
c) Penyiapan alat
Prinsip kegiatan penyiapan alat adalah memilih alat yang akan digunakan dan
mengkondisikan alat dalam keadaan siap pakai, sehingga benar-benar siap
digunakan untuk bekerja.
d) Memproduksi
Prinsip produksi adalah proses untuk mewujudkan karya berdasarkan rancangan
yang telah dibuat dengan memperhatikan nilai estetika dan ergonomis.
e) Pengemasan produk
Produk karya kerajinan yang siap dipasarkan sebaiknya dikemas dengan baik
agar terlihat lebih menarik dan terlindung dari kerusakan.
1. Pembelajaran di Kelas
Kegiatan dan rencana promosi yang bisa dilakukan untuk mengomunikasikan produk kerajinan:
b. Iklan (advertising)
Iklan adalah komunikasi produk melalui media dan tidak dilakukan secara individu atau
perorangan. Melalui sistem komunikasi diharapkan calon pelanggan bisa melihat,
mendengar, membaca, mengenal dan akhirnya tertarik dengan produk yang diiklankan di
sebuah media, misalnya spanduk, banner, internet, radio, atau televisi.
d. Publikasi (publication)
Publikasi mencakup pengaturan komunikasi massa di luar iklan dan promosi penjualan.
Biasanya publikasi bertujuan untuk meningkatkan penjualan atau memperkuat merek
secara tidak langsung.
e. Sponsorship
Sponsorship merupakan aplikasi dalam mempromosikan produk atau merek yang
berasosiasi dengan kegiatan perusahaan lain.
Dalam promosi kita tidak hanya sekedar berkomunikasi ataupun menyampaikan informasi,
tetapi juga menginginkan komunikasi yang mampu menciptakan suasana/keadaan dimana para
pelanggan bersedia memilih dan memiliki produk. Dengan demikian promosi yang akan
dilakukan haruslah selalu berdasarkan atas beberapa hal sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Penjualan adalah proses transaksi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih antara satu orang ke
orang lain dengan pembayaran yang sah dan menghasilkan suatu pendapatan. Atau dengan kata
lain penjualan adalah sebuah aktivitas yang bertujuan untuk mencari pembeli atau
mempengaruhi konsumen melalui proses transaksi yang dilakukan oleh kedua pihak dengan alat
pembayaran yang sah dan saling menguntungkan bagi kedua pihak tersebut. Tujuan penjualan
produk kerajinan yang paling utama adalah menawarkan/memperkenalkan suatu produk
kerajinan kepada konsumen agar lebih dikenal dan bisa menghasilkan keuntungan/laba.
Sistem penjualan adalah suatu sistem yang saling berhubungan antara penjual dan calon
pembeli melalui prosedur serta sarana pendukung untuk menghasilkan sebuah informasi
pemesanan dan terjadinya suatu transaksi. Sistem penjualan produk kerajinan berbasis web
yaitu konsep baru yang menggambarkan proses pembelian dan penjualan melalui jaringan
internet, misalnya memperkenalkan produk kerajinan di dalam sosial media, dengan demikian
produk tersebut lebih cepat dikenal.
2. Aktualisasi Kewirausahaan
Peserta didik mempromosikan produk kerajinan yang telah dibuat, dengan mengatur jadwal
sebaik mungkin sehingga kegiatan sekolah tidak terganggu. Apabila sudah berkembang lebih
pesat, bisa memanfaatkan kelompok PKK, karang taruna, atau kelompok sosial/organisasi
lainnya sebagai mitra kerja, teman dan guru sekolah bisa menjadi pasar yang utama. Apabila
usaha tersebut berkembang bisa dilanjutkan ke sekolah lainnya yang ada dalam satu wilayah
dan seterusnya.
Cara memasarkan produk kerajinan disesuaikan dengan kapasitas produksi yang sudah dibuat,
dengan tahapan:
a. Memperkenalkan produk kerajinan tersebut lingkungan sekolah dan lingkungan tempat
tinggal. Dengan memberikan salah satu produk maka mereka bisa menggunakan produk
tersebut supaya mereka tertarik membeli. Jika produk tersebut mulai bisa diterima dan
banyak penggemar, mulailah mengembangkan pasar yang baru dengan menitipkannya di
koperasi sekolah, warung, toko, dan lain-lain.
b. Manfaatkanlah teknologi internet dan media sosial sebagai sarana penjualan, perbanyaklah
teman dan followers, untuk memperluas pemasaran. Bisa juga dengan membuat blog gratis
atau website yang berbayar dengan relatif terjangkau.
b. Pameran adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh produsen, kelompok,
organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon
relasi atau pembeli. Tujuan Pameran itu sendiri selain menawarkan karya-karya kepada
1. Pembelajaran di Kelas
Laporan kegiatan usaha merupakan kegiatan yang berhubungan dengan setiap kejadian, lancar tidaknya
kegiatan usaha, apakah ada kemajuan atau kemunduran. Seorang pimpinan perusahaan akan mengetahui
semua kejadian dalam perusahaannya dan dapat mengendalikan jalannya perusahaan dengan melihat
laporan kegiatan usaha. Agar menjadi komunikatif sebaiknya laporan pelaksanaan kegiatan usaha harus
disusun dalam bahasa yang lugas dan mudah dimengerti. Dikatakan lugas apabila segala keterangan yang
dianalisis dapat diteliti alasan-alasannya, apakah laporannya masuk akal atau tidak. Dikatakan sistematis
apabila keterangan-keterangan yang dikemukakan didalam laporan pelaksanaan kegiatan usaha disusun
dalam urutan yang memperlihatkan adanya saling keterkaitan. Laporan pelaksanaan dikatakan lugas
apabila bahasa yang digunakan langsung menjawab persoalan yang nyata.
Pada dasarnya yang perlu dilaporkan dalam pelaksanaan kegiatan usaha adalah sebagai berikut:
a. Bidang kegiatan usaha
b. Bidang laporan keuangan
c. Bidang permodalan
b. Bidang administrasi dan pembukuan
Pada akhir tahun seluruh kegiatan usaha dilaporkan untuk dianalisis oleh pihak yang berkepentingan,
untuk memperoleh informasi yang tepat dalam mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan adalah
evaluasi atau penafsiran neraca dan daftar perubahan posisi keuangan perusahaan. Mengadakan analisis
laporan keuangan sangat penting untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan selalu berhubungan dengan masalah neraca,
rugi/laba dan perubahan modal perusahaan. Analisis laporan keuangan pada hakikatnya adalah untuk
mengadakan penilaian atas keadaan keuangan perusahaan.
Untuk lebih dapat menggambarkan perubahan posisi keuangan dan sifat pengembangan perusahaan dari
waktu ke waktu suatu perusahaan diharuskan membuat laporan keuangan paling lama 2 tahun terakhir
dari kegiatan usahanya.
2. Aktualisasi Kewirausahaan
Berikut ini merupakan contoh laporan pelaksanaan kegiatan usaha, peserta didik diharapkan
dapat melengkapi format laporan tersebut pada usaha yang telah dikembangkan.
c. Bidang permodalan
1) Modal sendiri …………. =Rp……….
2) Modal penyertaan ………… . =Rp……….
a) Pinjaman jangka pendek …………. =Rp……….
b) Pinjaman jangka panjang …………. =Rp……….
c) Pinjaman lain-lain …………. =Rp……….
2) Dokumen-dokumen dagang
a) Bukti transaksi …………….………. =………..
b) SITU,SIUP,AMDAL dan lain-lain…..=………..
BAB V
PENUTUP
Keberhasilan program kewirausahaan di SMA sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran mata
pelajaran prakarya dan kewirausahan. Kewirausahaan di SMA merupakan program untuk mengenal
konsep kewirausahaan, latihan mengembangkan usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha,
menumbuhkan minat berwirausaha dan mengembangkan potensi berwirausaha. Oleh karena itu program
kewirausahaan di SMA harus menjadi alternatif dalam mempersiapkan lulusan yang mampu menerapkan
dan mengelola peluang usaha serta mampu menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan
bermasyarakat serta memiliki kemampuan untuk menghadapi persaingan global.
Program kewirausahaan di SMA adalah sebuah upaya nyata dalam rangka penanaman nilai-nilai
kewirausahaan dan peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di
SMA dengan tujuan agar peserta didik memiliki karakter wirausaha, memahami konsep kewirausahaan,
mampu melihat peluang, mendapatkan pengalaman langsung berwirausaha serta terbentuknya lingkungan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang berwawasan kewirausahaan.
Oleh karena itu agar program kewirausahaan di SMA dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta
mencapai hasil yang optimal, diperlukan adanya komitmen dari seluruh pihak yang terkait untuk secara
bersama-sama mengupayakan kelancaran dan keberhasilan keseluruhan proses pembelajaran
Kewirausahaan sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing, dengan tetap memperhatikan
berbagai ketentuan perundangan yang berlaku.
Melalui panduan ini diharapkan guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan dan fihak yang terkait
mengetahui tentang mekanisme dan prosedur penyelenggaraan program kewirausahaan bidang kerajinan
pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, (2008), Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025,
Jakarta.
Drucker, P.F. (1994), Innovation and Entrepreneurship: Practices and Principles. Penerjemah Rusdi
Naib. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran; Menuju Pribadi Unggul Melalui Perbaikan
Proses Pembelajaran, Malang: LP3, UM.
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum, (2010),
Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta.
Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktek, Jakarta: Pustaka Binaman Presindo
Suryana, (2013), Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat,
2013
Soemahamidjaja, Soeparman. (1980). Membina Sikap Mental Wirausahawan. Jakarta: Gunung Jati.