Jbptppolban GDL Dedeyudisa 12841 2 Bab1 1
Jbptppolban GDL Dedeyudisa 12841 2 Bab1 1
PENDAHULUAN
Halte atau tempat henti merupakan suatu lokasi yang dapat menaikkan dan
menurunkan penumpang sesuai dengan peraturan operasional (Setijowarno, 2000).
Mario (2015) memberikan pandangan lain bahwa halte atau tempat henti adalah suatu
bangunan yang berfungsi sebagai tempat henti sementara, pada saat penumpang
melakukan kegiatan naik-turun bus. Salah satu kriteria halte yang baik ialah halte yang
memberikan rasa nyaman terhadap pengguna halte agar mereka dapat dengan loyal
menunggu kedatangan bus dari dalam halte, sedangkan fakta yang terjadi pada saat
ini tidak sedikit masyarakat pengguna bus Trans Metro Bandung (TMB) turun – naik
bus di sembarang tempat. Atas dasar inilah diperlukan suatu halte yang mampu
memberikan rasa nyaman, aman dan tenang bagi para penumpang atau pengguna bus
TMB.
Bus Trans Metro Bandung (TMB) pada gambar 1.1 merupakan bus dengan
sistem BRT (Bus Rapid Transit) yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota
Bandung. Bus BRT di Kota Bandung dinamakan dengan Bus Trans Metro Bandung
(TMB).
Gambar 1.2 merupakan kondisi halte bus Trans Metro Bandung (TMB) saat ini
yang terlihat kotor dan tidak terpelihara dengan baik. Gambar tersebut menunjukan
bahwa salah satu halte bus di koridor III ditempatkan di lingkungan Tempat
Pembuangan Sampah (TPS). Lokasi halte yang berada pada lingkungan tempat
pembuangan sampah tidak hanya menimbulkan bau yang tidak enak dicium, tetapi
juga menghasilkan pemandangan yang kurang nyaman untuk dilihat, hal ini tentu
saja menjadi sebab para pengguna kurang tertarik untuk menunggu kedatangan bus di
halte. Halte bus Trans Metri Bandung (TMB yang tidak difungsikan secara optimal
menyebabkan kondisi halte tersebut menjadi tidak terawat dengan baik dan banyak
bangunan halte yang terbengkalai atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Adapun fenomena masalah yang menjadi dasar dari usulan proyek ini akan
dipaparkan sebagai berikut.
Permasalahan pertama yang terjadi pada halte bus TMB adalah minimnya
ruang gerak halte bus yang dapat dibuktikan dengan adanya akses masuk/keluar halte
dan ketersediaan fasilitas halte yang tidak fleksibel untuk digunakan oleh semua
kalangan pengguna, baik pengguna dengan kondisi normal atau penggguna yang
memiliki keterbatasan (penyandang disabilitas). Berdasarkan penelitian Studi Kasus
yang berjudul “Evaluasi Kinerja Halte Bus Trans Metro Bandung (TMB)”
mengatakan bahwa pengguna merasa tidak nyaman dalam menggunakan halte bus
Trans Metro Bandung (Satria, 2020).
Gambar 1.3 diatas menunjukkan bahwa ruang gerak atau akses masuk halte
bus Trans Metro Bandung (TMB) tidak ramah terhadap pengguna disabilitas.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka konsep yang diusulkan untuk mengatasi
permasalahan pertama ini adalah konsep “Livability” dengan menggunakan aspek
kenyamanan atau comfortable (Lesmana & Wibowo, 2015).
Permasalahan kedua yang terjadi pada halte bus Trans Metro Bandung (TMB)
yaitu terdapat beberapa bangunan halte bus yang tidak tersedia fasilitas duduk untuk
digunakan sebagai tempat istirahat dan tempat pertukaran informasi antara
pengguna halte. Berdasarkan penelitian Studi Kasus yang berjudul “Evaluasi Kinerja
Halte Bus Trans Metro Bandung (TMB)” mengatakan bahwa ketersediaan fasilitas
halte bus Trans Metro Bandung belum memenuhi ketentuan standar pelayanan
minimum, termasuk ketersediaan fasilitas tempat duduk untuk pengguna halte
(Satria, 2020).
Gambar 1.4 diatas dapat memberikan informasi bahwa fasilitas duduk dalam
ruangan halte bus Trans Metro Bandung sudah rusak dan bahkan tidak terdapat
kursi duduk yang bisa digunakan oleh pengguna halte yang mengharuskan mereka
untuk selalu berdiri selama menunggu kedatangan bus Trans Metro Bandung
(TMB). Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap minat pengguna dalam
menunggu kedatangan bus di dalam halte, sehingga pengguna merasa lebih nyaman
jika menunggu bus di sembarang tempat atau bukan di dalam halte. Selain
ketersediaan fasilitas duduk yang kurang memadai dan mengalami kerusakan,
tempat duduk yang tersedia pada halte pun digunakan tidak sesuai fungsinya, yakni
digunakan sebagai tempat tidur bagi para pengemis atau pemulung. Gambar 1.5
dibawah ini merupakan bukti bahwa fungsi tempat duduk pada halte bus Trans
Metro Bandung (TMB) telah disalahgunakan.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka identifikasi
proyek pada perencanaan renovasi aset halte bus Trans Metro Bandung (TMB) di
Koridor III yaitu :
1. Membuat perencanaan renovasi aset halte bus Trans Metro Bandung (TMB)
di Koridor III berdasarkan konsep Livability yang terdiri dari 5 indikator :
a. Comfortable (kenyamanan)
b. Vibrant (pendukung)
c. Safe (keamanan)
d. Enduring (ketahanan)
e. Excellent (keindahan)
2. Menyusun estimasi biaya perencanaan renovasi aset halte bus Trans Metro
Bandung (TMB) di Koridor III Sarijadi – Cicaheum.
Tujuan Proyek adalah sasaran hasil yang ditargetkan untuk dicapai pada
suatu proyek. Tujuan dari proyek perencanaan renovasi halte ini meliputi :
1) Terwujudnya perencanaan renovasi aset halte bus Trans Metro Bandung
(TMB) di Koridor III berdasarkan konsep Livability yang terdiri dari 5
indikator :
a. Comfortable (kenyamanan)
b. Vibrant (penyemangat)
c. Safe (keamanan)
d. Enduring (ketahanan)
e. Excellent (keindahan)
2) Tersusunnya estimasi biaya perencanaan renovasi aset halte bus Trans Metro
Bandung (TMB) di Koridor III.
Sedangkan manfaat yang akan didapat dari proyek perencanaan renovasi halte bus
ini yaitu :
1) Keuntungan Praktis
Proyek perencanaan renovasi aset halte bus Trans Metro Bandung akan
membantu pemerintah dalam membuat sebuah rancangan halte yang
berkualitas.
2) Keuntungan Teoritis
a. Menambah pemahaman dan wawasan mengenai proses pembuatan
perencanaan renovasi aset halte bus.
b. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh tentang manajemen aset.
Dan luaran yang diharapkan dari adanya proyek perencanaan renovasi halte ini
adalah menghasilkan konsep perencanaan renovasi aset halte berdasarkan konsep
livability dan menghasilkan rencana anggaran biaya.
No Kegiatan Waktu
1 Mengidentifikasi
Masalah
2 Menentukan
Rumusan
Masalah
3 Menentukan
Tujuan Proyek
4 Menentukan
Landasan Teori
5 Menentukan
Teknik
Pengumpulan
Data
6 Penulisan Hasil
dan Pembahasan
Proyek
7 Menentukan
Kesimpulan dan
Saran