Anda di halaman 1dari 9

1.

1 Perencanaan Produk
Perencanaan produk yang baik diperlukan agar dihasilkan produk sesuai kebutuhan
pasar dengan kualitas baik dan spesifikasi teknis yang sesuai.
1.1.1 Pernyataan Misi Produk
Pernyataan misi produk untuk alat bantu naik turun bus yang akan dirancang termuat
pada tabel berikut.
Pernyataan Misi: Alat bantu naik turun bus
Deskripsi Produk -
Pasar Primer  Lansia
Pasar Sekunder  Disabilitas
Asumsi dan Batasan  Factor of safety sekitar 2-3
Pihak Terkait & stakeholder  Dinas perhubungan
 Vendor produksi alat

1.1.2 Tujuan Produk


Tujuan dari alat bantu naik turun bus bagi lansia adalah sebagai berikut.
1. Membantu mobilitas lansia untuk naik dan turun bus dari halte ke bus.
2. Membantu penyedia layanan bus untuk memfasilitasi penumpang lansia.
3. Menyediakan ruang publik di dalam infrastruktur transportasi publik secara inklusif.
1.1.3 Deskripsi Produk
Alat bantu naik turun bus bagi lansia merupakan fasilitas tambahan yang dapat
disediakan untuk memudahkan mobilitas lansia dalam menggunakan bus sebagai transportasi
publik. Berbagai permasalahan pada lansia yang menggunakan transportasi publik seperti
kesulitan melewati celah peron, mengantre di halte, dan sulit untuk duduk dengan nyaman di
bus diharapkan dapat teratasi dengan alat ini.
Struktur alat ini dibuat menggunakan bahan yang ringan dan kuat berupa paduan
aluminium. Untuk dapat menjadi produk yang portabel dan mudah dibawa kemanapun,
produk memanfaatkan engsel sebagai sambungan-sambungan pada tiap komponen penyusun
sehingga dapat mudah dilipat dan dibawa.
1.1.4 Batasan Produk
Batasan dalam proses perancangan produk alat bantu naik turun bus bagi lansia ini
adalah sebagai berikut.
1. Produk ini didesain dengan menyesuaikan dimensi tubuh lansia di Indonesia.
2. Produk ini memiliki dimensi ukuran panjang, lebar, dan tinggi.

1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan


Langkah identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan untuk mengetahui apa saja yang
dibutuhkan oleh lansia yang menaiki kendaraan umum. Tahapan yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah sebagai berikut.

a) Mengumpulkan data mentah dari hasil wawancara dengan lansia,dinas


perhubungan dengan pegawai BRT
b) Menafsirkan data mentah mnejadi suatu kebutuhan
c) Menyusun kebutuhan lansia menjadi beberapa hierarki
d) Menetapkan dan menilai berdasarkan kepentingan relative

1.3 Penetapan Spesifikasi Target


1.4 Penyusunan Konsep Desain
Penyusunan Konsep Desain merupakan proses yang dilakukan berdasarkan kebutuhan
pelanggan dan target spesifikasi produk sehingga dihasilkan satu desain yang menjadi solusi
terbaik.
1.4.1 Pernyataan Masalah
Penyediaan infrastruktur yang inklusif dan merata menjadi hal penting untuk
transportasi publik. Dengan berbagai keterbatasan dan kemampuan fisik yang berbeda, kaum
lansia menjadi salah satu golongan penumpang prioritas. Untuk naik turun bus, lansia
seringkali kesulitan karena dengan kondisi fisik terbatas harus antre berdesakan dengan
banyak orang dewasa dan menghadapi kesulitan akibat infrastruktur yang kurang ramah bagi
lansia, seperti adanya celah peron yang terlalu jauh dan minimnya tempat prioritas yang
nyaman di dalam halte dan bus. Alat bantu naik dan turun bus perlu disediakan untuk
menghadapi permasalahan tersebut, sehingga dapat membantu lansia untuk tetap nyaman
menggunakan transportasi publik dan mendukung berbagai stakeholder dalam menyediakan
transportasi publik yang inklusif.
1.4.2 Variasi Konsep Desain
Variasi konsep dapat membantu menyediakan opsi desain produk dan memberikan
penilaian. Konsep terbaik dipilih dengan penilaian utama berdasarkan kebutuhan pengguna.
Terdapat empat konsep desain yang diajukan dalam bentuk gambar ilustrasi. Setiap konsep
desain memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing yang akan dinilai dan
dibandingkan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).
a. Konsep Desain A
Gambar 1.1 Konsep Desain A
Konsep desain A disusun sebagai bentuk implementasi inklusivitas pada
infrastruktur transportasi publik. Konsep desain ini mengombinasikan prinsip kerja
dari lightweight travel chair portabel dan alat stairclimber. Produk yang dihasilkan
akan memiliki struktur ringan dan kuat seperti lightweight travel chair portabel, serta
kemudahan mobilisasi, terutama untuk melewati celah peron halte, menggunakan
desain roda seperti pada stairclimber. Konsep ini diharapkan dapat menyediakan
kemudahan terhadap kemampuan fisik lansia yang terbatas dan berbeda dengan orang
dewasa dengan tetap memperhatikan kebutuhan akan ketersediaan ruang publik dan
kemudahan akses dan mobilitas. Dengan demikian, konsep desain A menyediakan
kemudahan untuk naik dan turun bus sekaligus menjadi tempat yang nyaman bagi
lansia untuk duduk di halte dan di dalam bus.

Gambar 1.2 Bagian roda stairclimber (SANO Liftkar, 2016)


Gambar 1.3 Lightweight wheelchair (Eldercare market, 2018)

b. Konsep Desain B

Gambar 1.4 Konsep Desain B


Elevator mini sebagai pembantu lansia saat naik BRT dirancang sebagai solusi
atas beberapa kendala yang dihadapi. Gap yang terlalu jauh antar anak tangga BRT
membuat sulit bagi lansia untuk naik dan turun, terutama bagi mereka yang
menggunakan kursi roda. Untuk mengatasi hal ini, elevator mini dilengkapi dengan
sensor gerak yang mendeteksi keberadaan pengguna. Ketika lansia atau pengguna
kursi roda mendekat, pintu elevator akan terbuka secara otomatis, memudahkan
mereka masuk. Selain itu, elevator ini dilengkapi dengan platform yang dapat
menyesuaikan ketinggian dengan pintu BRT, sehingga proses naik turun menjadi lebih
mudah dan aman.
Jarak yang cukup jauh antara halte dengan BRT juga menjadi hambatan. Oleh
karena itu, elevator mini ini dirancang agar mudah dipindahkan antar halte, sehingga
dapat diposisikan sesuai kebutuhan pengguna. Dengan adanya fitur ini, lansia yang
menggunakan kursi roda tidak perlu repot-repot berpindah tempat untuk menjangkau
elevator. Selain itu, agar lebih nyaman dan aman, elevator ini dilengkapi dengan
pegangan yang kokoh dan mudah dijangkau oleh pengguna. Pegangan ini membantu
lansia menjaga keseimbangan saat masuk dan keluar dari elevator, serta saat
perjalanan naik atau turun.
Dengan adanya elevator mini ini, diharapkan mobilitas lansia dapat lebih
terbantu dan akses transportasi publik menjadi lebih inklusif. Improvisasi ini
diharapkan dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi lansia saat
menggunakan layanan transportasi publik, sehingga mereka dapat merasa lebih
nyaman dan aman saat berpergian.
c. Konsep Desain C
Gambar 1.5 Konsep Desain C
Gambar 1.6 Transport Care - Non Emergency Medical Transportation
Konsep alat bantu mobilitas lansia pada bus BRT dalam bentuk elevator
portabel adalah langkah inovatif untuk mengatasi tantangan yang sering dihadapi
lansia saat menggunakan transportasi publik. Masalah ketinggian bus yang tinggi,
tangga yang curam, dan kurangnya pegangan tangan yang kokoh seringkali membuat
lansia merasa enggan untuk menggunakan bus BRT. Dengan hadirnya elevator
portabel ini, lansia dapat dengan mudah naik dan turun dari bus tanpa harus
menghadapi risiko jatuh atau cedera. Platform yang luas dan dilengkapi dengan
pegangan tangan yang kokoh memberikan keamanan ekstra bagi pengguna, sementara
operasi elevator yang mudah dijangkau oleh lansia membuat penggunaan alat ini
menjadi lebih nyaman dan efisien.
Detail teknis dari konsep elevator portabel ini mencakup desain platform yang
dapat menampung kursi roda dan pengguna lansia secara keseluruhan. Platform

dilengkapi dengan mekanisme pengangkatan yang kuat dan aman, serta dilengkapi
dengan sensor keamanan untuk mendeteksi keberadaan pengguna dan mencegah
kemungkinan kecelakaan. Selain itu, tombol operasi yang mudah dijangkau oleh
pengguna lansia menjadi fitur penting untuk memastikan penggunaan alat bantu ini
dapat dilakukan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Manfaat dari konsep ini sangat signifikan, tidak hanya dalam meningkatkan
aksesibilitas dan keamanan bagi lansia saat menggunakan bus BRT, tetapi juga dalam
mendorong keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial dan aktivitas sehari-hari.
Dengan memberikan solusi yang praktis dan efektif terhadap masalah mobilitas,
konsep elevator portabel sebagai alat bantu mobilitas lansia pada bus BRT diharapkan
dapat memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat lansia dan menghasilkan
pengalaman transportasi yang lebih inklusif dan ramah lansia.

d. Konsep Desain D
Inclusive Transit Hub:
Menghadirkan Kemudahan Akses bagi Semua
Masalah Utama:
 Halte sebagai sarana umum untuk semua kalangan dinilai masih kurang memiliki
fasilifitas menunjang berbagai kalangan mulai dari saat naik halte di semarang yang
memiliki tangga yang lumayan tinggi dan juga jarak gap antar halte dan bis yang
cukup jauh sehingga menyulitkan pengguna

Solusi yang ditawarkan


1) Lift hidrolik
 Penggunaan lift pada bagian menaiki tangga
 Dengan tinggi berkisar 50cm maka diusulkan menggunakan lift berjenis scissor lift
dengan hidrolik
 Pengaman berupa railing metal disamping bertujuan untuk menjaga pengguna resiko
terjatuh

Inspirasi

Gambaran design
2) Penggunaan railing berjalan untuk menghilangkan gap halte dan bus
 Hal ini karena adanya gap di hale sehingga pengguna lansia, disabilitas, anak”, dan
ibu hamil cukup kesusahan dalam menaiki bus dan adanya resiko terperosok
 Alat ini nantinya akan terdapat sensor ultrasonic yang dapat mendeteksi kedatangan
bus dan akan bergerak otomatis setelah bus sampai di halte
Inspirasi design
Modifikasi sendiri dari lift hidrolik

Posisi di dalam

Posisi maju

3) Penggunaan panel surya sebagai energi utama

 Penggunaan panel untuk memenuhi kebutuhan listrik dari penggunaan lift, dan juga
dapat sebegai sumber energi tempat pengecasan baterai maupun lampu.
Inspirasi design

https://in.hz-streetfurniture.com/products/solar-power-bus-stop-shelter.html

Konklusi design D
Alat yang dibuat tidak hanya mencakup disatu alat melainkan beberapa alat yang dapat
menungjang halte khususnya halte di semarang menjadi ramah tidak hanya untuk lansia tetapi
juag semua penggunannya.

1.5 Pemilihan Konsep Desain

Anda mungkin juga menyukai