Kelompok 8 :
Sistem Informasi
Universitas Brawijaya
2020
Analisis UX Approach dan UX Process dari UX Case Lyft
UX APPROACH
Berdasarkan analisis yang kami lakukan, pendekatan yang digunakan pada UX Case
Lyft adalah pendekatan User Centered Design (UCD). UCD merupakan salah satu metode
pendekatan dengan konsep pengguna yang dioptimalkan untuk end-user serta ditekankan
bagaimana kebutuhan atau keinginan pada setiap end-user, dan dirancang sesuai behavior
end-user agar pengguna tidak memaksa untuk mengubah perilakunya saat menggunakan
produk yang akan dibangun. Tidak hanya tingkat usability yang diuji dari aplikasi yang akan
dikembangankan, akan dilakukan juga pengujian compatibility yang penting untuk menguji
apakah aplikasi dapat berjalan dengan baik pada berbagai device.
Dengan menggunakan metode UCD, ada beberapa alur yang harus dilakukan, yang
pertama adalah Understand Context of Use, untuk melakukan identifikasi dan menentukan
siapa calon pengguna pada aplikasi ini. Setelah itu terdapat tahap Specify User and
Requirement untuk mengidentifikasi apa saja kebutuhan dari calon pengguna aplikasi. Setelah
menganalisis kebutuhan pengguna. Alur yang harus dilakukan adalah Design Solution untuk
membuat rancangan antarmuka berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan yang didapatkan dari
tahap sebelumnya. Kemudian tahap terakhir adalah Evaluate Against Requirement untuk
mengevaluasi pengguna yaitu penumpang dan driver.
UX DESIGN PROCESS
Tahap ini mengidentifikasi siapa saja yang akan terlibat dengan Lyft dan menjelaskan
tujuan mereka dalam menggunakan sistem ini.
Kelompok pengguna sistem adalah yang menggunakan Lyft yaitu penumpang dan
driver. Kelompok pengguna ini memiliki tujuan yang sama yaitu meminta perbaikan Lyft
agar lebih mudah dan lebih nyaman digunakan.
Findings
Jadi pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian dan pengumpulan data tentang
pengguna, dalam hal ini yaitu data tujuan pengguna. Data tujuan pengguna berisi apa
tujuan pengguna dalam menggunakan aplikasi Lyft ini. Data tujuan ini dikumpulkan
berdasar 2 kelompok pengguna yakni penumpang dan driver. Data ini nantinya dapat
berguna agar dapat membangun sistem yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Pada tahapan ini berisikan pernyataan dari pengguna mengenai isu-isu yang perlu
ditanggulangi atau daftar permasalahan yang perlu untuk dikembangkan. Dengan
adanya pernyataan tersebut dapat mempermudah Lyft untuk mendapatkan informasi
atau persyaratan dalam kaitannya dengan sistem baru. Ada beberapa metode dalam
menspesifikasikan persyaratan pengguna yakni seperti wawancara, focus group
discussion (FGD), skenario, analisis kompetitor, analisis task dan lain-lain.
Berikut adalah spesifikasi persyaratan pengguna :
a. Untuk melakukan pemesanan Lyft membingungkan pengguna baru
Tampilan pada Lyft masih membingungkan bagi para pengguna baru sehingga mereka
merasa kebingungan untuk melakukan pemesanan Lyft.
Saat sudah dilakukan pemesanan Lyft kita bisa mengetahui rute mana yang akan dituju,
namun icon mobil pada aplikasi Lyft tidak sesuai dengan posisinya di rute sehingga user
susah memahaminya.
c. Kurangnya informasi mengenai driver
Setelah pemesanan Lyft dan user sudah mendapat konfirmasi dari driver, informasi
terkait driver yang ditampilkan hanya sebatas nama driver, rating driver, foto driver dan
foto mobil sehingga user merasa tidak aman.
e. Tidak ada transparansi informasi mengenai harga dan estimasi waktu kedatangan
Informasi mengenai harga dan perkiraan sampai di tempat yang dituju tidak ditampilkan,
sehingga membuat user tidak bisa memperkirakan berapa banyak uang yang harus
dikeluarkan dan berapa lama user bisa sampai di tempat yang dituju.
Findings
Dengan adanya tahap specify of user requirement atau bisa disebut dengan spesifikasi
persyaratan pengguna ini dapat membantu LYFT untuk mengumpulkan informasi
mengenai hal - hal yang kurang memuaskan pengguna atau bahkan tidak sesuai
dengan ekspektasi pengguna di awal, sehingga dengan adanya tahap ini diharapkan
LYFT bisa melakukan perubahan yang sesuai dengan kebutuhan atau harapan
pengguna.
Pada tahapan ini Lyft membuat rancangan antarmuka berdasarkan hasil dari analisis
kebutuhan yang didapatkan dari tahap sebelumnya. Tahap ini dilakukan untuk memberi
kemudahan bagi penggunanya untuk lebih memahami gambaran dan kerja dari produk
yang dikembangkan. Hasil dari perancangan ini nantikan akan diberikan kepada calon
pengguna untuk dievaluasi apakah produk sudah memenuhi kebutuhan pengguna atau
belum.
A/B Testing
A/B testing adalah eksperimen yang menguji perubahan conversion rate antara
beberapa variasi rancangan produk. Variasi desain ini nantinya akan digunakan untuk
melihat apakah setiap perubahan desain memang membawa peningkatan atau
pengurangan terhadap conversion rate. Lyft menggunakan metode A/B testing agar
dapat mengetahui desain mana yang dapat meningkatkan UX pada aplikasinya.
Telah dijelaskan pada tahap sebelumnya bahwa Lyft menggunakan warna pink
dan ungu terlalu banyak. Setelah melakukan redesign, Lyft masih menggunakan
kedua warna tersebut namun hanya untuk informasi yang penting saja. Hal ini
dilakukan untuk memberikan penekanan pada informasi tersebut agar dapat
menarik perhatian pengguna. Contohnya seperti penggunaan warna pink pada
location pin, tombol request serta tombol menu free rides.
Menu untuk memilih tipe pemesanan (Carpool, Line, Regular Lyft, Plus and
Premier) kini diletakkan di bagian bawah layar sehingga pengguna dapat
menjangkau menu dengan lebih mudah karena seluruh menu berada di area
yang sama. Oleh karena itu pengguna dapat merasakan seamless experience
saat menggunakan aplikasi Lyft.
e. Icon Mobil
Setelah melakukan redesign, icon mobil dirancang lebih baik karena
diperlihatkan dari sisi atas untuk menunjukkan arah bergeraknya mobil. Ini
sangat membantu pengguna yang tidak memiliki kemampuan dalam melihat
arah. Kini pengguna dapat mengetahui apakah mobil bergerak menuju lokasi
penjemputan atau bergerak ke arah yang berbeda. Selain itu, mobil juga
diberikan sedikit warna pink dan ungu untuk memberikan konsistensi warna
dalam keseluruhan aplikasi.
Empat opsi (contact, split, send ETA, cancel ride) yang sebelumnya diletakkan
pada menu dropdown kini telah ditampilkan di depan layar sehingga pengguna
dapat mengakses opsi tersebut secara langsung. Pengguna tentunya dapat
menyimpan lebih banyak waktu dan effort dalam menggunakan aplikasi Lyft.
Pengguna baru juga dapat menyadari dengan mudah bahwa terdapat beberapa
opsi sebelum penjemputan oleh pengemudi.
Findings
Selama proses redesign, Lyft melakukan beberapa A/B testing yang berguna untuk
mengetahui apakah desain yang telah dibuat sesuai dengan keinginan pengguna atau
tidak. Tim desain Lyft menghadapi kesulitan karena mereka memiliki asumsi dan
pendapat yang berbeda-beda. Tanpa melakukan A/B testing, Lyft hanya membuat
desain berdasarkan keinginan stakeholder saja tanpa mengetahui apa yang sebenarnya
diinginkan dan dibutuhkan oleh pengguna.
4. Validation : Evaluate Against Requirement
Untuk mengevaluasi aplikasi, Lyft melakukan kegiatan Q&A secara rutin setiap
minggunya dengan mengundang pengguna aplikasi Lyft yang tidak hanya penumpang
tetapi juga pengemudi. Kegiatan ini digunakan untuk memberi pertanyaan kepada
keduanya serta mendapatkan timbal balik (feedback) atau masukan dari keduanya.
Kegiatan Q&A diterapkan menggunakan metode User Feedback Cycle. Tahap-tahap
pada User Feedback Cycle diantaranya :
a. Ask
Minta masukan atau feedback dari pengguna. Masukan atau feedback bisa
didapatkan dengan mengadakan sesi tanya jawab atau wawancara.
b. Guide
c. Receive
d. Apply
f. Prompt
Secara garis besar penggunaan User Feedback Cycle berguna sebagai petunjuk untuk
mendapatkan feedback atau masukan dari pengguna. Hasil dari metode berupa
feedback atau masukan yang kemudian digunakan sebagai bahan dasar dilakukannya
evaluasi atau perbaikan aplikasi.
Findings
Pada tahap evaluasi ini, Lyft menggunakan metode User Feedback Cycle dimana Lyft
mengadakan pertemuan dengan penggunanya (penumpang maupun pengemudi) untuk
mengadakan sesi tanya jawab. Kegiatan ini digunakan untuk mendapatkan feedback
atau masukan dari pengguna aplikasi Lyft sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi
untuk perbaikan aplikasi Lyft.
KESIMPULAN
Berdasar analisis kami, pendekatan yang digunakan pada UX Case Lyft adalah pendekatan
User Centered Design (UCD). UCD proses desain yang berfokus pada kebutuhan pengguna.
Tahap ini mengidentifikasi siapa saja yang akan terlibat dengan Lyft dan menjelaskan
tujuan mereka dalam menggunakan sistem ini.
Pada tahapan ini berisikan pernyataan dari pengguna mengenai isu-isu yang perlu
ditanggulangi atau daftar permasalahan yang perlu untuk dikembangkan.
3. Design Solution
Pada tahapan ini Lyft membuat rancangan antarmuka berdasarkan hasil dari analisis
kebutuhan yang didapatkan dari tahap sebelumnya. Hasil dari perancangan ini nantikan
akan diberikan kepada calon pengguna untuk dievaluasi apakah produk sudah memenuhi
kebutuhan pengguna atau belum. Setelah itu akan dilakukan A/B testing untuk menguji
perubahan conversion rate antara beberapa variasi rancangan produk.
Untuk mengevaluasi aplikasi, Lyft melakukan kegiatan Q&A secara rutin setiap minggunya
dengan mengundang pengguna aplikasi Lyft. Kegiatan Q&A diterapkan menggunakan
metode User Feedback Cycle.
Desain ulang Lyft adalah contoh yang bagus untuk menunjukkan cara membuat produk yang
sukses. Jika Anda peduli dengan pengguna, tempatkan diri Anda pada posisi mereka untuk
memahami apa yang mereka butuhkan dan apa yang sebenarnya mereka butuhkan ketika
menggunakan suatu produk. Mengimplementasikan desain yang bagus pada UI dan UX
merupakan nilai bisnis yang harus dibuat oleh semua perusahaan. Redesign Lyft juga
menunjukkan bahwa dengan melakukan UX research yang baik, tim manajemen produk dari
sebuah perusahaan akan mendapatkan lebih banyak kesuksesan di masa depan.
REFERENSI
Binus University : School of Information System. (2019, 31 Mei). User Centered Design.
Diakses pada 5 April 2020, dari https://sis.binus.ac.id/2019/05/31/user-centered-design/
Devi, K. R., Sen, A. & K., H., 2012. A Working Framework for the User-Centered Design
Approach and a Survey of the available Methods. International Journal of Schientific and
Research Publication, 2(4).
UX Collective. (2016, 21 Juni). Lyft redesign — a UX case study. Diakses pada 5 April 2020,
dari https://uxdesign.cc/lyft-re-design-case-study-3df099c0ce45
Tech In Asia. (2017, 29 Agustus). Bagaimana Melakukan A/B Testing Pada Website. Diakses
pada 5 April 2020, dari https://id.techinasia.com/melakukan-ab-testing-pada-website
Violeta. (2015, 30 April). How to Apply “Diagram Thinking” to User Feedback at Your Startup.
Diakses pada 5 April 2020, dari
https://medium.com/startup-support/how-to-apply-diagram-thinking-to-user-feedback-at-your-sta
rtup-a712568ae95e