Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM TRANSPORTASI

NAMA : Rivaldi A K Alfons


NIM : 221773029
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Makalah Sstem transpotasiI”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa memberkati segala usaha
kita. Amin.

Ambon, 13 juli 2023

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................................... 2
BAB 1 .......................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .............................................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika ditanya apakah sistem tranportasi itu?

Sistem transportasi merujuk pada jaringan infrastruktur, perangkat, dan layanan yang
digunakan untuk memfasilitasi pergerakan orang dan barang dari satu tempat ke tempat
lain. Sistem transportasi melibatkan berbagai mode transportasi seperti jalan raya, rel,
udara, air, serta infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, bandara, stasiun, dan jalan.

Tujuan utama dari sistem transportasi adalah untuk memastikan konektivitas dan mobilitas
yang efisien antara berbagai lokasi. Sistem transportasi melibatkan perencanaan,
pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan infrastruktur transportasi, serta
manajemen lalu lintas dan peraturan terkait .
BAB II
PEMBAHASAN

I. Di era kemajuan teknologi yang pesat, perkembangan kota menjadi semakin kompleks. Faktor kemajuan
teknologi, seperti transportasi yang canggih dan infrastruktur digital, telah membentuk tiga jenis kota
yang berbeda. Selain itu, konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis route juga memainkan peran
penting dalam merancang sistem transportasi yang efisien di kota-kota ini.

II. Kota Konvensional

Kota konvensional adalah jenis kota yang tumbuh sebelum adanya kemajuan teknologi modern. Pada
masa lalu, kota-kota ini dibentuk oleh faktor geografis, perdagangan, dan pertumbuhan populasi. Jaringan
transportasi utama pada kota konvensional cenderung bersifat radial, dengan jalan-jalan utama yang
berpusat di sekitar pusat kota. Transportasi di kota konvensional sering kali didominasi oleh kendaraan
pribadi dan jalan-jalan yang ramai.

III. Kota Berbasis Teknologi

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan yang signifikan dalam pembentukan kota. Kota berbasis
teknologi adalah jenis kota yang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas
hidup penduduknya. Infrastruktur digital, seperti jaringan internet yang luas dan konektivitas tinggi,
menjadi prioritas dalam kota ini. Dalam konsep hierarki pelayanan, kota berbasis teknologi
menggabungkan rute radial dan tangensial. Pusat kota tetap menjadi titik pusat, tetapi jaringan
transportasi diperluas ke daerah-daerah lain dengan menggunakan teknologi yang canggih, seperti sistem
transportasi pintar, sensor, dan analisis data.
3 Tipe kota yang terbentuk oleh adanya faktor kemajuan teknologi:
1.Kota Konvensional yang Terdampak Kemajuan Teknologi Transportasi:

Kemajuan teknologi transportasi dapat mempengaruhi perkembangan kota konvensional dengan


mengubah pola pergerakan dan infrastruktur transportasinya. Misalnya, pengenalan kendaraan bermotor
seperti mobil atau sepeda motor telah membawa perubahan signifikan dalam ketergantungan pada
transportasi pribadi. Dampaknya termasuk peningkatan jaringan jalan, pembangunan jembatan dan
terowongan, serta penyediaan fasilitas parkir yang lebih besar. Meskipun kota ini masih memiliki
karakteristik konvensional, namun adanya kemajuan teknologi transportasi membawa perubahan dalam
pola pergerakan dan penggunaan lahan.

2.Kota Berbasis Teknologi:

Kota berbasis teknologi adalah tipe kota yang secara khusus dirancang dan dikembangkan dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi transportasi. Di dalamnya, teknologi informasi dan komunikasi
digunakan untuk meningkatkan mobilitas, mengurangi kemacetan, dan memperbaiki pengalaman
transportasi bagi penduduknya. Contohnya termasuk penggunaan sistem transportasi cerdas yang
mengintegrasikan data lalu lintas, penggunaan aplikasi mobile untuk memantau dan mengatur
perjalanan, serta penggunaan kendaraan otonom atau kendaraan listrik. Kota berbasis teknologi
bertujuan untuk menciptakan sistem transportasi yang efisien, berkelanjutan, dan berorientasi pada
pengguna.

3.Kota Cerdas (Smart City):

Kota cerdas adalah tipe kota yang menggabungkan kemajuan teknologi transportasi dengan teknologi
lainnya untuk menciptakan lingkungan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Konsep ini mencakup
integrasi infrastruktur transportasi yang cerdas, penggunaan data dan analitik untuk mengoptimalkan lalu
lintas, dan solusi transportasi berbasis teknologi. Contoh fitur dalam kota cerdas meliputi sistem
manajemen lalu lintas yang adaptif, penggunaan sensor untuk memantau kualitas udara dan kepadatan
lalu lintas, serta transportasi berbagi seperti sepeda atau skuter listrik. Kota cerdas berfokus pada
pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan sistem transportasi, sambil
meningkatkan kualitas hidup penduduk kota.

Perlu dicatat bahwa tiga tipe kota ini tidak bersifat saling eksklusif, dan dalam kenyataannya, banyak kota
yang menggabungkan elemen dari masing-masing tipe ini. Perkembangan teknologi transportasi terus
mempengaruhi perkembangan kota, baik itu dalam kota konvensional yang sudah ada maupun dalam
perencanaan dan pembangunan kota yang baru.
⚫ The walking City
Dalam kajian sistem kegiatan "the walking city" atau kota yang didesain untuk mendorong mobilitas
pejalan kaki, transportasi memiliki kaitan erat dengan tipologi kota tersebut. Berikut adalah beberapa
kaitan antara transportasi dan tipologi kota dalam konteks "the walking city":

Infrastruktur Pejalan Kaki: Kota yang didesain sebagai "the walking city" memiliki infrastruktur yang
memadai untuk mendukung pejalan kaki. Jalan setapak, trotoar yang lebar, penyeberangan yang aman,
dan area pedestrian-friendly menjadi prioritas dalam perencanaan kota semacam itu. Infrastruktur ini
memungkinkan aksesibilitas yang mudah dan nyaman bagi pejalan kaki ke berbagai tujuan, seperti tempat
kerja, toko, dan fasilitas umum.

Transportasi Publik yang Ramah Pejalan Kaki: Dalam "the walking city," transportasi publik memiliki peran
penting dalam mendukung mobilitas pejalan kaki. Sistem transportasi publik yang efisien, seperti bus,
trem, atau kereta bawah tanah, dirancang untuk memudahkan perjalanan bagi penduduk kota. Stasiun
atau halte transportasi publik biasanya ditempatkan dengan strategis agar mudah diakses oleh pejalan
kaki.

Reduksi Kendaraan Pribadi: Salah satu ciri utama "the walking city" adalah upaya untuk mengurangi
ketergantungan pada kendaraan pribadi. Kota semacam itu mungkin menerapkan kebijakan pembatasan
kendaraan, peningkatan harga parkir, atau zona pejalan kaki yang tidak dapat diakses oleh kendaraan
bermotor. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih ke transportasi publik atau berjalan kaki untuk
melakukan perjalanan sehari-hari.

Tata Ruang Berkepadatan: Tipologi kota dalam "the walking city" cenderung memiliki tata ruang yang
berkepadatan, dengan bangunan yang dekat satu sama lain. Dalam kota semacam itu, tujuan-tujuan
penting seperti tempat kerja, pusat perbelanjaan, atau fasilitas umum berada dalam jarak berjalan kaki
yang dapat dicapai dengan mudah. Pembangunan kota yang padat meminimalkan kebutuhan akan
perjalanan jarak jauh dan mendorong mobilitas berbasis pejalan kaki.

Aksesibilitas Universal: Dalam "the walking city," keberlanjutan dan aksesibilitas universal menjadi
prioritas. Kota tersebut dirancang untuk memastikan aksesibilitas yang setara bagi semua pengguna,
termasuk orang dengan disabilitas, lansia, atau kelompok rentan lainnya. Jalan yang ramah pejalan kaki,
fasilitas penyeberangan yang aman, dan aksesibilitas ke transportasi publik adalah beberapa elemen yang
diperhatikan dalam desain kota semacam itu.

Lingkungan yang Sehat dan Berkelanjutan: Dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, "the
walking city" berupaya menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dampak negatif polusi
udara dan kebisingan kendaraan dapat dikurangi, sementara masyarakat didorong untuk mengadopsi gaya
hidup yang lebih aktif dan berjalan kaki. Selain itu, dengan mengurangi permukaan yang teraspal, ruang
terbuka hijau dan penyerapan air hujan dapat ditingkatkan.

Dalam "the walking city," transportasi berperan sebagai tulang punggung mobilitas pejalan kaki.
Infrastruktur yang memadai, transportasi publik yang efisien, dan kebijakan yang mendukung reduksi
kendaraan pribadi adalah beberapa aspek penting yang terkait dengan tipologi kota tersebut.
⚫ The transit City
Dalam kajian sistem kegiatan "the transit city" atau kota yang didesain untuk mendorong penggunaan
transportasi publik, transportasi memiliki kaitan yang penting dengan tipologi kota tersebut. Berikut
adalah beberapa kaitan antara transportasi dan tipologi kota dalam konteks "the transit city":

Infrastruktur Transportasi Publik: "The transit city" didukung oleh infrastruktur transportasi publik yang
lengkap dan efisien. Jaringan kereta bawah tanah, trem, bus, atau sistem transportasi lainnya dirancang
untuk menyediakan opsi perjalanan yang nyaman dan cepat bagi penduduk kota. Stasiun atau halte
transportasi publik ditempatkan dengan strategis untuk memudahkan aksesibilitas bagi pengguna
transportasi publik.

Dukungan Pemerintah: Dalam "the transit city," pemerintah kota berperan penting dalam mendukung
pengembangan dan pengoperasian transportasi publik yang efektif. Mereka berinvestasi dalam
infrastruktur transportasi publik, mengatur jadwal dan rute yang efisien, serta memberikan subsidi atau
insentif untuk mendorong penggunaan transportasi publik oleh penduduk kota.

Tata Gunung Kota yang Terkonsentrasi: Tipologi kota dalam "the transit city" biasanya memiliki tata guna
lahan yang terkonsentrasi. Pusat kota menjadi titik pusat kegiatan ekonomi, komersial, dan sosial. Dengan
adanya konsentrasi aktivitas ini, transportasi publik menjadi opsi yang lebih praktis dan efisien daripada
penggunaan kendaraan pribadi. Hal ini mendorong penggunaan transportasi publik dan meminimalkan
kemacetan di pusat kota.

Peningkatan Aksesibilitas: "The transit city" bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk
kota ke berbagai tujuan melalui transportasi publik. Stasiun atau halte transportasi publik yang tersebar di
seluruh kota memungkinkan masyarakat untuk dengan mudah mencapai tempat kerja, sekolah, pusat
perbelanjaan, atau tempat hiburan tanpa perlu menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian,
mobilitas masyarakat ditingkatkan secara keseluruhan.
⚫ The Automobile Dependent City:
Dalam kajian sistem kegiatan "the automobile dependent city" atau kota yang sangat bergantung pada
mobil, transportasi memiliki hubungan yang erat dengan tipologi kota tersebut. Berikut adalah beberapa
kaitan antara transportasi dan tipologi kota dalam konteks tersebut:

Jaringan Jalan: Kota yang tergantung pada mobil cenderung memiliki jaringan jalan yang luas dan kompleks.
Jalan-jalan utama dan jalan raya menjadi tulang punggung infrastruktur transportasi di kota-kota semacam
itu. Jaringan jalan yang padat dan lebar menjadi penting untuk menangani volume lalu lintas yang tinggi.

Parkir: Dalam kota-kota yang sangat bergantung pada mobil, keberadaan fasilitas parkir yang memadai
sangat penting. Kota semacam itu cenderung memiliki area parkir yang luas, seperti tempat parkir umum,
gedung parkir, atau tempat parkir di tepi jalan. Kurangnya ruang parkir yang memadai dapat menyulitkan
mobilitas di kota tersebut.

Ketergantungan pada Kendaraan Pribadi: Kota-kota yang sangat bergantung pada mobil seringkali memiliki
ketergantungan yang tinggi pada kendaraan pribadi. Infrastruktur dan tata ruang di kota semacam itu
didesain untuk mendukung penggunaan mobil sebagai moda utama dalam perjalanan sehari-hari.
Dampaknya, transportasi umum mungkin kurang dikembangkan atau kurang efisien, yang membuat
masyarakat lebih cenderung menggunakan mobil pribadi.

Dampak Lingkungan: Ketergantungan yang tinggi pada mobil dalam kota dapat memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan. Polusi udara dan emisi gas rumah kaca dari kendaraan bermotor dapat menjadi
masalah serius dalam kota-kota semacam itu. Dalam upaya mengatasi masalah ini, beberapa kota mulai
mengadopsi transportasi berkelanjutan, seperti transportasi umum yang ramah lingkungan, sepeda, atau
pejalan kaki.

Pembangunan Perumahan dan Pemukiman: Tipologi kota yang sangat bergantung pada mobil juga dapat
mempengaruhi pola pembangunan perumahan dan pemukiman. Permukiman subur yang terpisah dari
pusat kota atau kawasan komersial adalah ciri khas dari kota semacam itu. Jarak yang jauh antara tempat
tinggal, tempat kerja, dan tempat belanja membuat mobilitas menjadi ketergantungan pada kendaraan
pribadi.

Penggunaan Lahan: Kota-kota yang sangat bergantung pada mobil cenderung memiliki penggunaan lahan
yang berbeda dibandingkan dengan kota-kota yang lebih berfokus pada transportasi umum. Lahan yang
luas digunakan untuk pembangunan jalan, parkir, dan fasilitas transportasi lainnya. Hal ini dapat
mempengaruhi tata guna lahan, mengurangi ruang terbuka hijau, dan meningkatkan permukaan yang
teraspal atau terbangun.

Perlu dicatat bahwa konsep "the automobile dependent city" mungkin menjadi fokus kajian dalam
beberapa konteks perkotaan. Namun, dalam perkembangan zaman, semakin banyak kota yang berusaha
mengurangi ketergantungan pada mobil dengan mengembangkan transportasi berkelanjutan dan
merancang tata ruang yang lebih ramah lingkungan.
Konsep hirarki pelayanan yang berdasarkan jenis router:
❖ Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute radial adalah pendekatan dalam perencanaan
transportasi yang mengklasifikasikan jaringan jalan berdasarkan tingkat layanan dan pentingnya
dalam menghubungkan daerah ke pusat kota atau pusat-pusat kegiatan lainnya. Hierarki pelayanan
ini terkait dengan pola pergerakan lalu lintas dalam kota yang memiliki arah radial atau menjauh
dari pusat kota.

Berikut adalah beberapa tingkatan dalam hierarki pelayanan berdasarkan jenis route radial:

1. Rute Utama atau Arteri Primer:

Rute ini merupakan jalan utama yang menghubungkan pusat kota dengan daerah perumahan dan pusat-
pusat kegiatan lainnya di luar pusat kota. Arteri primer biasanya memiliki jumlah jalur yang lebih banyak,
kecepatan yang tinggi, dan berperan sebagai penghubung antarwilayah yang penting.

2. Rute Sekunder atau Arteri Sekunder:

Rute ini berfungsi untuk menghubungkan arteri primer dengan daerah-daerah perumahan dan pusat-
pusat kegiatan yang lebih kecil. Arteri sekunder memiliki tingkat layanan yang sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan arteri primer, namun masih memainkan peran penting dalam mengalirkan lalu lintas
menuju pusat kota.

3. Rute Tersier atau Arteri Tersier:

Rute ini lebih kecil dan menghubungkan daerah perumahan dengan jalan-jalan arteri yang lebih besar.
Arteri tersier melayani lalu lintas lokal dan merupakan jalan yang lebih kecil dibandingkan dengan arteri
primer dan sekunder.

4. Jalan Lingkungan atau Jalan Lokal:

Jalan-jalan ini berada di dalam lingkungan perumahan atau area pusat kegiatan lokal yang lebih kecil. Jalan
lingkungan bertujuan untuk melayani akses lokal dan memiliki volume lalu lintas yang lebih rendah
dibandingkan dengan tingkatan rute radial yang lebih besar.

Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis route radial bertujuan untuk memperbaiki efisiensi
pergerakan lalu lintas dan mengoptimalkan jaringan transportasi dalam kota. Dengan pengklasifikasian
rute berdasarkan tingkat pelayanan, perencana transportasi dapat mengalokasikan sumber daya secara
lebih efektif dan memastikan konektivitas yang baik antara berbagai pusat kegiatan dalam kota.
❖ Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute circumferensial adalah pendekatan dalam
perencanaan transportasi yang mengklasifikasikan jaringan jalan berdasarkan tingkat layanan dan
pentingnya dalam menghubungkan daerah di sekitar pusat kota atau pusat-pusat kegiatan secara
melingkar atau circumferensial.

Berikut adalah beberapa tingkatan dalam hierarki pelayanan berdasarkan jenis route circumferensial:

1. Rute Cincin atau Jalan Lingkar:

Rute ini merupakan jalan yang mengelilingi pusat kota atau pusat-pusat kegiatan utama. Jalan lingkar ini
berfungsi untuk menghubungkan daerah-daerah di sekitar pusat kota dan memfasilitasi pergerakan
antarwilayah yang melingkar. Rute ini biasanya memiliki volume lalu lintas yang tinggi dan berperan
sebagai penghubung utama dalam sistem transportasi.

2. Rute Penghubung atau Jalan Penyeberangan:

Rute ini menghubungkan jalan-jalan lingkar dengan rute-rute radial atau jalan-jalan arteri primer. Jalan-
jalan penghubung ini memainkan peran penting dalam menyediakan akses ke jalan lingkar dan
menghubungkan berbagai wilayah secara melingkar. Rute ini juga dapat membantu mengurangi tekanan
lalu lintas pada pusat kota dengan menyediakan alternatif rute bagi perjalanan melalui lingkar dalam.

3. Jalan Lingkungan atau Jalan Lokal:

Jalan-jalan ini berada di dalam lingkungan perumahan atau area pusat kegiatan lokal di sekitar lingkar
dalam. Jalan lingkungan ini melayani lalu lintas lokal dan memberikan akses dari jalan lingkar ke daerah
perumahan atau kegiatan lokal yang berdekatan.

Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute circumferensial memperhatikan pola pergerakan
melingkar dalam kota. Dengan pengklasifikasian rute berdasarkan tingkat pelayanan, perencana
transportasi dapat mengoptimalkan jaringan transportasi, meningkatkan efisiensi pergerakan lalu lintas,
dan memastikan konektivitas yang baik antara daerah di sekitar pusat kota atau pusat-pusat kegiatan
utama.
❖ Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute loop adalah pendekatan dalam perencanaan
transportasi yang mengklasifikasikan jaringan jalan berdasarkan tingkat layanan dan pentingnya
dalam menghubungkan daerah dalam suatu daerah melalui rute yang berputar atau loop.

Berikut adalah beberapa tingkatan dalam hierarki pelayanan berdasarkan jenis route loop:

1. Loop Utama atau Loop Primer:

Loop ini merupakan rute utama yang menghubungkan pusat kota atau pusat kegiatan utama dengan
daerah-daerah di sekitarnya. Loop utama biasanya memiliki volume lalu lintas yang tinggi dan berperan
sebagai jalur penghubung utama antara berbagai wilayah dalam daerah tersebut. Loop primer dapat
menjadi jalur lingkar utama yang mengelilingi pusat kota atau jalur loop yang menghubungkan pusat kota
dengan pusat-pusat kegiatan lainnya.

2. Loop Sekunder atau Loop Sekunder:

Loop ini berfungsi untuk menghubungkan loop utama dengan daerah-daerah perumahan atau pusat-pusat
kegiatan yang lebih kecil di dalam daerah tersebut. Loop sekunder memiliki tingkat layanan yang sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan loop primer, namun masih memainkan peran penting dalam
mengalirkan lalu lintas antara berbagai daerah dalam daerah tersebut.

3. Jalan Lingkungan atau Jalan Lokal:

Jalan-jalan ini berada di dalam daerah perumahan atau area pusat kegiatan lokal di dalam daerah tersebut.
Jalan lingkungan ini melayani lalu lintas lokal dan memberikan akses dari loop primer atau sekunder ke
daerah perumahan atau kegiatan lokal yang berdekatan. Jalan lingkungan biasanya memiliki volume lalu
lintas yang lebih rendah dan digunakan oleh penduduk setempat.

Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute loop mempertimbangkan pola pergerakan dalam daerah
tertentu yang memiliki pola lingkar atau loop. Dengan mengklasifikasikan rute berdasarkan tingkat
pelayanan, perencana transportasi dapat mengoptimalkan jaringan transportasi dalam daerah tersebut,
meningkatkan efisiensi pergerakan lalu lintas, dan memastikan konektivitas yang baik antara berbagai
daerah di dalam daerah tersebut
❖ Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute tangensial adalah pendekatan dalam perencanaan
transportasi yang mengklasifikasikan jaringan jalan berdasarkan tingkat layanan dan pentingnya
dalam menghubungkan daerah secara horizontal atau tangensial di sepanjang pusat kota atau pusat-
pusat kegiatan utama.

Berikut adalah beberapa tingkatan dalam hierarki pelayanan berdasarkan jenis route tangensial:

1. Rute Tangensial Utama:

Rute ini merupakan jalan utama yang menghubungkan daerah di sepanjang pusat kota atau pusat-pusat
kegiatan utama secara horizontal. Rute tangensial utama berperan penting dalam mengalirkan lalu lintas
antara daerah-daerah di sepanjang pusat kota yang berada di samping atau sejajar dengan jalur rute radial
atau circumferensial. Rute ini seringkali memiliki volume lalu lintas yang tinggi dan membutuhkan tingkat
pelayanan yang baik.

2. Rute Tangensial Sekunder:

Rute ini berfungsi untuk menghubungkan daerah-daerah di sepanjang pusat kota atau pusat-pusat
kegiatan yang lebih kecil secara horizontal. Rute tangensial sekunder melayani lalu lintas lokal antara
daerah yang berdekatan atau sejajar dengan rute tangensial utama. Meskipun tingkat layanan mungkin
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rute tangensial utama, rute ini tetap penting dalam
menghubungkan daerah secara tangensial.

3. Jalan Lingkungan atau Jalan Lokal:

Jalan-jalan ini berada di dalam daerah perumahan atau area pusat kegiatan lokal di sepanjang rute
tangensial utama atau sekunder. Jalan lingkungan ini melayani lalu lintas lokal dan memberikan akses dari
rute tangensial utama atau sekunder ke daerah perumahan atau kegiatan lokal yang berdekatan. Jalan
lingkungan biasanya memiliki volume lalu lintas yang lebih rendah dan digunakan oleh penduduk setempat.

Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis rute tangensial memperhatikan pola pergerakan lalu lintas
secara horizontal di sepanjang pusat kota atau pusat-pusat kegiatan utama. Dengan mengklasifikasikan
rute berdasarkan tingkat pelayanan, perencana transportasi dapat mengoptimalkan jaringan transportasi
dalam kota tersebut, meningkatkan efisiensi pergerakan lalu lintas, dan memastikan konektivitas yang baik
antara daerah-daerah di sepanjang rute tangensial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemajuan teknologi telah membentuk tiga jenis kota yang berbeda: kota konvensional, kota
berbasis teknologi, dan kota cerdas. Konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis route juga
berperan penting dalam merancang sistem transportasi yang efisien di kota-kota ini. Pentingnya
mengintegrasikan teknologi dalam perencanaan perkotaan tidak dapat diabaikan, karena dapat
meningkatkan mobilitas, efisiensi energi, dan kualitas hidup penduduk kota. Dalam menghadapi
masa depan yang semakin terhubung, pengembangan kota yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan dengan memanfaatkan teknologi terus menjadi fokus utama.
Daftar Pustaka

⚫ Buchmann, C., & Bauriedl, S. (Eds.). (2017). Urban Transformations: Centres, Peripheries and Systems.
Routledge.

Buku ini membahas transformasi perkotaan dan pengaruh faktor-faktor seperti kemajuan teknologi transportasi dan
konsep hierarki pelayanan dalam membentuk tipe kota yang berbeda.

⚫ Hall, P. (2002). Cities of Tomorrow: An Intellectual History of Urban Planning and Design Since 1880. Wiley-
Blackwell.

Buku ini memberikan gambaran luas tentang perkembangan kota, termasuk peran teknologi dan konsep hierarki
pelayanan dalam membentuk tipe kota yang berbeda.

⚫ Caragliu, A., Del Bo, C., & Nijkamp, P. (2011). Smart Cities in Europe. Journal of Urban Technology, 18(2), 65-82.

Artikel ini membahas konsep kota berbasis teknologi dan pengaruhnya pada perkembangan kota, termasuk dalam
konteks kemajuan teknologi transportasi.

⚫ Hollands, R. G. (2008). Will the Real Smart City Please Stand Up? City, 12(3), 303-320.

Artikel ini menyajikan perspektif kritis tentang konsep kota cerdas dan dampaknya pada perkembangan kota,
termasuk dalam konteks konsep hierarki pelayanan berdasarkan jenis route.

⚫ Bertolini, L., & Le Clercq, F. (2003). Urban Development without More Mobility by Car? Lessons from
Amsterdam, a Multimodal Urban Region. Transport Policy, 10(4), 287-297.

Artikel ini menggambarkan bagaimana kemajuan teknologi transportasi dan konsep hierarki pelayanan berdampak
pada perkembangan kota, dengan menggunakan Amsterdam sebagai studi kasus.

⚫ Cairns, S., Atkins, S., & Goodwin, P. (2002). Disappearing Traffic? The Story so Far. Transport Policy, 9(2), 151-
166.

Artikel ini membahas perubahan dalam pola pergerakan dan pengaruh teknologi transportasi pada perkembangan
kota, termasuk dalam konteks konsep hierarki pelayanan.

⚫ Newman, P., & Kenworthy, J. (2015). The End of Automobile Dependence: How Cities Are Moving Beyond Car-
Based Planning. Island Press.

Buku ini membahas perubahan dalam pola pergerakan dan perencanaan perkotaan yang berfokus pada
pengurangan ketergantungan pada mobil, termasuk dalam konteks konsep hierarki pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai