Anda di halaman 1dari 37

HELM PINTAR ANTI NGANTUK TERINTGRASI

TELEGRAM

SKRIPSI

OLEH:
ARISKA DIMAS WICAKSONO
1860100147

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kecelakaan lalu lintas masuk ke dalam 10 penyebab kematian terbesar


dinegara berpendapatan rendah dan negara berpendapatan menengah keatas.
Di indonesia berdasarkan data dari Korlantas Polri angka kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mencapai 103.645 Kasus pada tahun 2021 dan pada tahun
2020 sebanyak 100.028 kasus. Adapun, kasus kecelakaan lalu lintas pada
tahun 2021 telah menewaskan 25.266 korban jiwa. Sementara jumlah korban
luka berat dan luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2021
sebanyak 128.446 orang. Berdasarkan jenis kendaraan, kasus kecelakaan lalu
lintas yang paling tinggi adalah sepeda motor dengan persentase 73%. Urutan
kedua adalah angkutan barang dengan persentase 12%[2].

Menurut studi yang dilakukan American Automobile Association


(AAA) (2018) sekitar 10% kecelakaan lalu lintas yang terjadi diakibatkan
oleh pengemudi yang mengantuk. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
mengantuk merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan lalu lintas[3].

Mengemudi merupakan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi,


sehingga mengemudi dengan durasi yang lama dapat menyebabkan kelelahan
dan mengantuk. Mengemudi dalam keadaan mengantuk sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan pengemudi tanpa sadar tertidur, sehingga
kehilangan kendali pada kendaraannya dan menyebabkan kecelakaan lalu
lintas. Untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh
mengantuk, maka diperlukan solusi dengan membangun sistem yang dapat
mendeteksi keadaan mengantuk pada pengemudi, dan tujuannya adalah untuk
mengeluarkan peringatan kepada pengemudi yang terdeteksi mengantuk atau
kelelahan.
Tingkat kematian pada kecelakaan lalu lintas tinggi juga di sebabkan
oleh pengemudi tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan dan
dikarenakan luasnya daerah dan lokasi yang masih sepi menyebabkan
terlambatnya pertolongan sehingga juga diperlukan alat yang dapat
mendeteksi kecelakaan melalui benturan pada helm pada pengemudi.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi


kantuk pada pengemudi. Salah satunya yaitu dengan memonitor detak
jantung, penulis memilih metode ini karena tingkat akurasi nya tinggi karena
psikologi manusia dapat memberikan sinyal yang mengindikasikan kondisi
mengantuk paling cepat. Alasan kedua yaitu karena penelitian ini
memanfaatkan perangkat pulse sensor yang berfungsi untuk memonitor detak
jantung pengemudi secara real-time dari detak jantung yang didapatkan alat
dapat mendeteksi kondisi pengemudi. Jika terdeteksi mengantuk maka alat
akan mengeluarkan suara peringatan. alat ini juga ditambahkan sensor
piezoelektrik, FSR402 dan GPS MODULE yang digunakan untuk
mendeteksi benturan dan mengirimkan koordinat kepada kontak darurat jika
terjadi kecelakaan, Untuk pusat kontrol penulis menggunakan Wemos.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Perancangan Helm Pintar anti ngantuk
terintegrasi ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan permasalahan pada


penelitian ini adalah?

1. Bagaimana merancang dan membuat alat yang dapat mengetahui kondisi


ngantuk pada pengemudi ?
2. Bagaimana merancang dan membuat helm yang dapat mengetahui
kecelakaan menggunakan sensor piezoeelektrik dan FSR402?
3. Bagaimana merancang dan membuat komunikasi dan dapat mengirim
lokasi kecelakaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan pada sebab


sebelumnya, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah

a. Membuat dan merancang helm yang dapat mendeteksi kondisi ngantuk


dan kecelakaan pada pengemudi
b. Merancang komunikasi untuk mengirim lokasi ke kontak darurat.

1.4 Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan alat ini adalah:

Merancang Helm Pintar anti ngantuk terintegrasi telegram yang bisa


membantu mengurangi tingkat kematian pada kecelakaan lalu lintas.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :

a. Sensor yang digunakan yaitu pulse sensor, piezoelectric dan FSR402.


b. Microcontroller menggunakan Wemos.
c. Helm yang digunakan untuk ujicoba adalah helm …..
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan tinjauan dalam melakukan penelitian penulis


menggunakan beberapa referensi yang berkaitan dengan judul yang diambil.
Berikut referensi yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:

2.1.1 Penelitian yang dilakukan oleh Feri Agustina, Zulfikar Adi


Syahputra, De Rosal Ignatius Moses Setiadi pada 2020 yang
berjudul “HELM PINTAR BERBASIS ARDUINO PRO
MINI UNTUK MENDETEKSI KECELAKAAN ” Helm
merupakan salah satu atribut yang wajib digunakan saat
berkendara dengan sepeda motor. Helm berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan saat terjadi kecelakaan.
Insiden kecelakaan kendaraan bermotor banyak didominasi
oleh kendaraan roda dua, dimana pada kasus tertentu dapat
dimungkinkan korban tidak membawa surat identitas maupun
bisa melewati area yang sangat sepi, sehingga sulit dilakukan
pertolongan pertama dan identifikasi korban. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat terobosan baru yaitu menciptakan
helm pintar. Helm ini ditambahkan perangkat pintar yang
disematkan pada spoiler helm, tujuannya untuk mengirimkan
pesan beserta titik lokasi tempat kecelakaan. Perangkat pintar
yang disematkan pada spoiler helm dibangun berbasis Arduino
pro mini yang dipadukan dengan perangkat GPS, sensor
kemiringan untuk mendeteksi kecelakaan, dan modul SIM
800L untuk mengirim notifikasi berupa SMS. Perangkat pintar
juga dilengkapi dengan saklar untuk mematikan dan
menghidupkan sistem. Berdasarkan hail pengujian Helm pintar
sudah dapat bekerja dengan baik, dengan pemicu terjadinya
kemiringan sebesar 180° modul SIM 800L dapat mengirimkan
pesan berupa titik koordinat yang valid dan dapat dibuka
langsung menggunakan google maps.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah penelitian ini menggunakan tilt sensor yang
mendeteksi adanya kecelakaan yang menggunakan indikasi
berupa kemiringan dengan besar sudut tertentu sedangkan
penulis melakukan deteksi kecelakaan dengan menggunakan
indikasi benturan yang di konfirmasi oleh sensor tekanan,
penelitian ini menggunakan sms gateway sedangkan penulis
menggunakan chat bot telegram ,dan penulis menambahkan
fitur pendeteksi ngantuk yang bisa melakukan pencegahan dini
terhadap kecelakaan.

2.1.2 Penelitian yang dilakukan oleh Alberka dan Bagus Purnama


pada tahun 2019 dengan judul “PERANCANGAN SISTEM
PERINGATAN KANTUK PADA HELM PENGENDARA
SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SENSOR
GYROSCOPE” Pada saat ini transportasi merupakan salah
satu hal penting dalam kehidupan manusia dalam beraktivitas.
Salah satu moda transportasi yang paling banyak digunakan
adalah kendaraan roda dua, terutama sepeda motor. Menurut
data Polri pada 2013, jumlah kecelakaan sepeda motor
mencapai 119.560. Jumlah kecelakaan yang disebabkan oleh
pengendara motor mengantuk adalah 2.140 insiden. Kondisi ini
mendorong penulis untuk membuat helm pendeteksi kantuk
untuk mengurangi jumlah kecelakaan dan menghindari
kemungkinan kecelakaan akibat mengemudi dalam kondisi
mengantuk. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa alat ini
dapat memberikan pemberitahuan kepada pengemudi yang
diindikasikan mengantuk menggunakan bel jika kecepatan
sudut kepala orang yang mengantuk melebihi 1,2 ° / detik
terhadap sumbu Y.
Perbedaan penelitian ini dan penelitian dari penulis
adalah penelitian menggunakan gyroscope dan sudut kepala
untuk mendeteksi ngantuk sedangkan penulis membuat
penelitian menggunakan pulse sensor yang mendeteksi kantuk
berdasarkan detak jantung pengendara, dan penulis juga
menggunakan sensor fsr341 dan piezo elektrik yang
mendeteksi benturan dan tekanan pada helm jika pengemudi
mengalami kecelakaan dan mengirimkan lokasi kecelakaan
tersebut kepada kontak darurat pengemudi melalui telegram.

2.1.3 Penelitian yang dilakukan oleh Harun Umar , dan Haditsah


Annur pada tahun 2018 yang berjudul “Smart Helm Untuk
Mendeteksi Lokasi Kecelakaan Berbasis Arduino” Tingkat
kecelakaan yang sangat tinggi serta lambatnya penanganan
kecelakaan lalu lintas, hal ini yang mendukung pentingnya
informasi tentang kecelakaan berbasis Arduino. Informasi
tentang dimana lokasi kecelakaan yang dapat diakses melalui
Google Maps, dapat membantu pihak kepolisian, rumah sakit,
dan keluarga untuk mengetahui dimana lokasi kecelakaan bagi
pengendara yang mengalami kecelakaan. Cukup dengan
membuka link yang dikirim oleh sistem yang ada pada helm
pengendara kepada pihak kepolisian, rumah sakit, dan keluarga
melalui smartphone. Mikrokontroller akan selalu mengecek
kemiringan dan guncangan pada helm pengendara, dan ketika
helm mendapatkan kemiringan 55º sampai 90º maka
mikrokontroller akan mengambil data dari GPS Shield berupa
koordinat lokasi kecelakaan, kemudian mengirim pesan kepada
pengguna berupa link lokasi kecelakaan dengan bantuan GSM
Shield. Setelah SMS sampai kepada pengguna, yaitu, pihak
kepolisian, rumah sakit dalam keluarga dalam bentuk link,
maka pengguna akan diarahkan langsung ke Google Maps
untuk melihat dimana lokasi kecelakaan terjadi.
Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian yang
penulis lakukan adalah penelitian adalah penelitian ini
menggunakan indikasi guncangan dan kemiringan untuk
menentukan kecelakaan sedangkan penulis menggunakan
indikasi benturan dan tekanan.

2.2 Kantuk

Kantuk adalah kondisi ketika seseorang merasa ingin tidur. Kondisi ini
biasa terjadi pada malam hari ataupun terkadang di siang hari, dan merupakan
hal yang wajar. Namun, kondisi ini perlu ditangani jika terjadi secara berlebihan
hingga mengganggu aktivitas dan menurunkan produktivitas[5].

2.1.1 Penyebab Kantuk


Kantuk bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
gaya hidup, gangguan mental, penyakit, serta penggunaan obat-obatan
tertentu.

1. Gaya hidup
Gaya hidup yang dapat memicu rasa kantuk pada siang
hari antara lain: kurang tidur di malam hari, pola makan
yang mengganggu waktu tidur, waktu olahraga berdekatan
dengan waktu tidur, dan sering mengkonsumsi alkohol.
2. Gangguan mental,
3. Penyakit,
4. Efek samping obat-obatan,
5. Gangguan tidur.

2.3 Wemos D1

Wemos merupakan perangkat arduino compatible development board


yang dirancang khusus untuk keperluan microkontroler ataupun IOT(Internet
OF things) . Wemos menggunakan chip WiFi ESP8266. Wemos memliki 11 I/O
digital, 1 analog input dengan tegangan maksimal 3.3V, dapat beroprasi dengan
pasokan tengangan 9-24V, adapun kelebihan wemos sebagi berikut:

1. Arduino compatible, artinya dapat diprogram menggunakan Arduino


IDE dengan sintaks program dan library yang banyak terdapat di
internet.
2. Pinout yang compatible dengan Arduino uno, Wemos D1 R2 merupakan
salah satu product yang memiliki bentuk dan pinout standar seperti
arduino uno. Sehingga memudahkan kita untuk menghubungkan dengan
arduino shield lainnya.
3. Wemos dapat running stand alone tanpa perlu dihubungkan dengan
mikrokontroler. Berbeda dengan modul WiFi lain yang masih III-8
membutuhkan mikrokontroler sebagai pengontrol, Wemos dapat running
stand alone karena didalamnya sudah terdapat CPU yang dapat
diprogram melalui Serial port ataupun via OTA (Over The Air) atau
transfer program secara wireless.
4. High Frequency CPU, dengan processor utama 32bit berkecepatan
80MHz Wemos dapat mengeksekusi program lebih cepat dibanding
dibandingkan mikrokontroler 8 bit yang digunakan di Arduino.
5. Dukungan High Level Language, Selain menggunakan Arduino IDE
Wemos juga dapat diprogram menggunakan bahasa Python dan Lua.
Sehingga memudahkan bagi network programmer yang belum terbiasa
menggunakan Arduino .

Gambar 2. 1 Arduino Uno

2.3.1. Spesipikasi Wemos

Spesifikasi dari Wemos adalah:

Tabel 2. 1 Spesifikasi Wemos

Microcontroller ESP8266EX

Tegangan Pengoperasian 3.3 V

Digital I/O Pins 7-12 V

Batas Tegangan Input 6-20 V

Jumlah pin I/O digital 11 (all I/O pins have


interrupt/ pwm/ 12C/ one-
wire capability, except for
D0)

Analog Input Pins 1

Power Supply Voltage Input (9V to 18 V)


Output (5V at 1A Max)

Board Dimensions 68.6mm x 53.4mm

Weight 21.8g
2.3.2. Konfigurasi

Tabel 2. 2 Konfigurasi Wemos

Pin Fungsi ESP-8266 Pin

D0 RX GPIO3

D1 TX GPIO1

D2 IO GPIO16

D3(D15) IO,SCL GPIO5

D4(D14) IO,SDA GPIO4

D5(D13) IO,SCK GPIO14

D6(D12) IO,MISO GPIO12

D7(D11) IO,MOSI GPIO13

D8 IO,Pull-Up GPIO0

D9 IO,Pull- GPIO2
Up,BUILTIN_LED

D10 IO,Pull-Down,SS GPIO15

A0 Analog Input A0

2.3.3. Input dan Output

Setiap pin digital pada Arduino Uno dapat digunakan sebagai


input atau output, menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(),
dan digitalRead().
2.3.4. Catu Daya

Arduino Uno dapat beroperasi melalui koneksi Micro-USB to


Type-B atau power supply. Dalam penggunaan power supply
dapat menggunakan adaptor DC atau baterai. Adaptor dapat
dihubungkan dengan jack adaptor pada koneksi port input supply.

2.3.5. Komunikasi Serial

Komunikasi serial merupakan komunikasi data dengan


pengiriman data satu persatu pada satuan waktu. Transmisi data
pada komunikasi serial dilakukan per bit.

2.3.6. Pemrograman

Wemos dapat diprogram dengan perangkat lunak Arduino.


Pilih Arduino IDE dari Tool lalu sesuaikan dengan Microcontroller
yang digunakan.

2.4 Arduino IDE

Arduino IDE (Ingrated Development Environment) yaitu perangkat


lunak open-source yang diperuntukkan untuk membuat perintah atau source
code, melakukan pengecekan kesalahan, kompilasi, upload program, dan
menguji hasil kerja Arduino melalui serial monitor, Perangkat lunak ini berjalan
pada Windows, Mac OS X, dan Linux.
Gambar 2. 2 Arduino IDE

Pada Gambar, Arduino IDE memiliki toolbars IDE yang memberikan akses
instan ke fungsi-fungsi yang penting, yaitu :

1. Tombol Verify, untuk mengkompilasi program yang saat ini


dikerjakan

2. Tombol Upload, untuk mengkompilasi program dan meng-upload


ke papan Arduino

3. Tombol News, menciptakan lembar kerja baru

4. Tombol Open, untuk membuka program yang ada di file system


Tombol Save, untuk menyimpan program yang dikerjakan

5. Tombol Stop, untuk menghentikan serial number yang sedang


dijalankan

2.5 Helm

Helm adalah salah satu metode perlindungan pribadi yang paling awal
dan paling bertahan lama dalam peradaban manusia. Meskipun terutama
dikembangkan untuk tujuan pertempuran di zaman kuno, helm modern telah
menjadi sangat beragam untuk olahraga, rekreasi, dan transportasi.

Gambar 2. 3 Helm

2.5.1 Helm SNI(Standar Nasional Indonesia)


Menurut ketentuan SNI 1811-2007, dan amandemen nya, yakni SNI
1811-2007/Amd:2010, tentang Helm Pengendara Kendaraan Roda
Dua, penetapan standarisasi helm bertujuan untuk menjamin mutu
helm yang beredar di pasaran. Mulai dari segi konstruksi helm,
material, dan mutunya, yang berlaku untuk jenis helm open face atau
full face.

Terkait syarat mutu, material helm harus memenuhi tiga ketentuan,


yakni :

1. Terbuat dari bahan yang kuat dan bukan logam, tidak berubah
jika ditempatkan di ruang terbuka pada suhu 0 derajat Celsius
sampai 55 derajat Celsius selama paling sedikit 4 jam dan tidak
terpengaruh oleh radiasi ultra violet, serta harus tahan dari
akibat pengaruh bensin, minyak, sabun, air, deterjen dan
pembersih lainnya. Konstruksi helm SNI.(Badan Standardisasi
Nasional)
2. Bahan pelengkap helm harus tahan lapuk, tahan air dan tidak
dapat terpengaruh oleh perubahan suhu.
3. Bahan-bahan yang bersentuhan dengan tubuh tidak boleh
terbuat dari bahan yang dapat menyebabkan iritasi atau
penyakit pada kulit, dan tidak mengurangi kekuatan terhadap
benturan maupun perubahan fisik sebagai akibat dari
bersentuhan langsung dengan keringat, minyak dan lemak si
pemakai.

Sementara untuk konstruksi nya, helm harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :

1. Helm harus terdiri dari tempurung keras dengan


permukaan halus, lapisan peredam benturan dan tali
pengikat ke dagu.
2. Tinggi helm sekurang-kurangnya 114 mm diukur dari
puncak helm ke bidang utama, yaitu bidang horizontal
yang melalui lubang telinga dan bagian bawah dari
dudukan bola mata.
3. Keliling lingkaran bagian dalam helm adalah S (antara
500 mm– 540 mm, M (540 mm – 580 mm), L (580 mm
– 620 mm), XL (lebih dari 620 mm).
4. Tempurung terbuat dari bahan yang keras, sama tebal
dan homogen kemampuannya, tidak menyatu dengan
pelindung muka dan mata serta tidak boleh mempunyai
penguatan setempat.
5. Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut
yang dipasang pada permukaan bagian dalam
tempurung, dengan tebal sekurang-kurangnya 10 mm
dan jaring helm atau konstruksi lain yang berfungsi
seperti jaring helm.
6. Tali pengikat dagu lebarnya minimal 20 mm dan harus
benar-benar berfungsi sebagai pengikat helm ketika
dikenakan di kepala dan dilengkapi dengan penutup
telinga dan tengkuk, Konstruksi helm half face yang
sesuai SNI.
7. Tempurung tidak boleh ada tonjolan keluar yang
tingginya melebihi 5 milimeter dari permukaan luar
tempurung dan setiap tonjolan harus ditutupi dengan
bahan lunak dan tidak boleh ada bagian tepi yang
tajam.
8. Lebar sudut pandang sekeliling sekurang-kurangnya
105 derajat pada tiap sisi dan sudut pandang vertikal
sekurang-kurangnya 30 derajat di atas dan 45 derajat di
bawah bidang utama.
9. Helm harus dilengkapi dengan pelindung telinga,
penutup leher, pet yang bisa dipindahkan, tameng atau
tutup dagu.

2.5.2 Jenis-jenis Helm


Helm terdiri dari 4 jenis yaitu;

1. Helm Full Face


Helm full face adalah helm yang menutup seluru wajah
pengguna, helm ini dinilai paling aman untuk melindungi bagian
kelapa
2. Helm Modular
Helm modular sekilas tampak seperti helm full face tetapi
bagian dagu dari helm ini bisa dibuka ke atas.
3. Helm Open Face
Helm ini kebalikan dari helm full face cirinya yaitu tidak terdapat
pelindung dagu pada helm ini.
4. Helm Off Road
Helm ini mirip dengan helm full face tetapi pada bagian sisi kanan
dan kirinya lebih ramping dan terdapat pelindung yang lebih
panjang pada bagian depan untuk melindungi dari terik matahari.

2.5.3 Manfaat Helm


1. Melindungi Kepala dari Benturan Saat terjadi Kecelakaan saat
berkendara.
2. Melindungi Kepala dari Panasnya Terik Matahari.
3. Melindungi Kepala dari Basah Air Hujan.
4. Membuat Penampilan Menjadi Lebih Baik (Estetika).

2.6 GPS MODULE

GPS (Global Positioning System) adalah sebuah modul yang berfungsi


untuk mendeteksi atau melacak suatu lokasi dengan cara menangkap dan
memproses sinyal dari satelit navigasi. Dengan menggunakan modul GPS ini
kita dapat membuat sebuah sistem navigasi serta dapat menggunakan nya
sebagai alat tracking lokasi. Dengan Modul GPS maka kita dapat mengetahui
lokasi suatu tempat atau koordinat dimana modul GPS itu berada, sehingga
dengan modul tersebut dapat membuat berbagai macam alat yang membutuhkan
lokasi atau titik koordinat. dari modul tersebut kita bisa mendapatkan titik garis
lintang latitude dan garis bujur longitude. GPS module ini berguna untuk
mencari lokasi koordinat benda atau pengguna untuk di proses oleh
Microcontroller.
Cara kerja modul GPS ini adalah dengan menerima pancaran sinyal
mikro dari 3 satelit untuk mendapatkan lokasi secara 2 dimensi atau garis bujur
dan lintang, kemudian dengan sinyal 4 satelit atau lebih, dapat dilakukan
pelacakan posisi secara tiga dimensi (garis bujur dan lintang, serta ketinggian).
Kemudian sinyal tersebut akan di hitung untuk mendapatkan titik koordinat
dengan menghitung waktu jeda sebelum sinyal diterima oleh receiver atau
antena, dan mengalikan hasil waktu jeda sinyal tersebut dengan kecepatan
cahaya, hasil nya akan diperoleh angka koordinat lokasi dari receiver tersebut.

Modul ini kompatibel dengan APM2 dan APM2.5 dengan EEPROM


terpadu yang dapat digunakan untuk menyimpan data konfigurasi. Antarmuka
menggunakan serial TTL (RX/TX) yang dapat diakses dari mikrokontroler yang
memiliki fungsi UART atau emulasi serial TTL (pada Arduino dapat
menggunakan pustaka komunikasi serial / serial communication library yang
sudah tersedia dalam paket Arduino IDE). Baud rate diset secara default di 9600
bps.

GPS Processor dari modul ini menggunakan u-blox NEO-6 GPS


Module dengan mesin penjejak posisi yang berkinerja tinggi dengan versi ROM
terbaru (ROM7.03). Modul ini dapat memproses hingga 50 kanal sinyal secara
cepat dengan waktu Cold TTFF (Cold-Start Time-To-First-Fix, waktu yang
diperlukan untuk menentukan posisi dari kondisi mati total) kurang dari 27
detik (sebagai pembanding, rata-rata GPS navigator yang umum dijual di toko
variasi mobil memiliki waktu Cold TTFF lebih dari 50 detik), dapat dipercepat
dengan fitur pemandu (aiding) hingga kurang dari 3 detik. Pada kondisi hot
start, waktu TTFF yang dibutuhkan mencapai kurang dari 1 detik.

Kinerja tinggi ini dicapai dengan didedikasikannya prosesor khusus


untuk mengumpulkan data sinyal satelit yang memiliki hingga 2 juta korelator
yang sanggup memroses data waktu dan frekuensi secara masif dengan sangat
cepat sehingga mampu menemukan sinyal dari satelit navigasi secara instan.
Prosesor ini juga menerapkan teknologi DSP terkini untuk meredam sumber
pengacak (jamming sources) dan mengurangi secara signifikan efek interferensi
multi-jalur.

Sumber tenaga dapat menggunakan catu daya antara 3 Volt hingga 5


Volt, ideal untuk digunakan pada berbagai development board mulai dari aneka
macam Arduino Board, Raspberry Pi, dan lain sebagainya. Kekurangan nya
komponen ini hanya bekerja baik apabila berada di ruang terbuka, bila berada di
ruang tertutup maka komponen tidak mendapat sinyal sebab terhalang oleh
dinding.

Spesifikasi u-blox NEO-6

1. Tipe penerima: 50 kanal, GPS L1 frekuency, C/A Code. SBAS:


WAAS, EGNOS, MSAS
2. Sensitivitas penjejak & navigasi: -161 dBm (reakuisisi dari blank-spot:
-160 dBm)
3. Sensitivitas saat baru memulai: -147 dBm pada cold-start, -156 dBm
pada hot start
4. Kecepatan pembaharuan data / navigation update rate: 5 Hz
5. Akurasi penetapan lokasi GPS secara horizontal: 2,5 meter (SBAS =
2m)
6. Rentang frekuensi pulsa waktu yang dapat disetel: 0,25 Hz hingga 1
kHz
7. Akurasi sinyal pulsa waktu: RMS 30 ns (99% dalam kurang dari 60
ns) dengan granularitas 21 ns atau 15 ns saat terkompensasi
8. Akurasi kecepatan: 0,1 meter / detik
9. Akurasi arah (heading accuracy): 0,5°
10. Batasan operasi: daya tarik maksimum 4x gravitasi, ketinggian
maksimum 50 Km, kecepatan maksimum 500 meter / detik (1800
km/jam).
Gambar 2. 4 Neo 6 GPS Module

2.7 Pulse Sensor

Sensor pulse bekerja dengan cara memanfaatkan cahaya. Saat sensor ini
diletakkan dipermukaan kulit, sebagian besar cahaya diserap atau dipantulkan
oleh organ dan jaringan (kulit, tulang, otot, darah), namun sebagian cahaya akan
melewati jaringan tubuh yang cukup tipis. Ketika jantung memompa darah
melalui tubuh, dari setiap denyut yang terjadi, timbul gelombang pulsa (jenis
seperti gelombang kejut) yang bergerak di sepanjang arteri dan menjalar ke
jaringan kapiler di mana sensor pulsa terpasang. Sensor pulsa dirancang untuk
mengukur inter beat interval (IBI). IBI adalah selang waktu pada denyut jantung
dalam mili detik dengan waktu momen sesaat dari jantung berdetak. BPM
berasal setiap detak dari rata-rata setiap 10 kali IBI. Jadi, ketika microcontroller
Arduino dinyalakan dan berjalan dengan sensor pulsa yang disambungkan ke
pin analog 0, terus-menerus (setiap 2ms) membaca nilai sensor berdasarkan
denyut jantung yang terukur. Pengukuran denyut nadi bisa menjadi hal yang
sangat berguna, Sejak lama dokter telah menggunakan metode pengukuran
denyut nadi untuk menentukan stres, relaksasi, tingkat kebugaran fisik, dan
kondisi medis.
Gambar 2. 5 Pulse Sensor

Pada sensor pulse terdapat fitur yaitu sensor bisa bekerja dengan baik
pada tegangan 5V dan 3.3V di microcontroller. Sensor memiliki ukuran yang
kecil sehingga memudahkan dalam penggunaan. Terdapat kode warna kabel
dengan terminal male 3 kawat (ground, power, data) konektor standar.

Tabel 2. 3 Karakteristik Pulse Sensor

Komponen Nilai Keterangan

APDS-9008 Sensor

MCP6001 Op Amp

RevMntLED Reverse Mount LED

Schottkey Powerline Dionde

CAP 4.7 μf Capacitor, Surface


Mount Multi-Layer

0603 4.7 μf Ceramic

CAP 2.2 μf Capacitor, Surface


Mount Multi-Layer

0603 2.2 μf Ceramic

R 470 0603 470K SMT Resistor


2.8 Sensor FSR

Force Sensing Resistor (FSR) adalah perangkat film tebal polimer (PTF)
yang menunjukkan penurunan resistansi dengan peningkatan gaya yang
diterapkan ke permukaan aktif. Sensitivitas kekuatannya dioptimalkan untuk
digunakan dalam kontrol sentuh manusia pada perangkat elektronik. FSR
bukanlah load cell atau strain gauge, meskipun mereka memiliki sifat yang
serupa.

Gambar 2. 6 Kurva Tekanan dan Resistansi pada FSR

2.7.1 Karakteristik FSR402


Sensor tekanan FSR402 mempunyai karakteristik seperti
berikut;

Tabel 2. 4 Kakteristik Sensor FSR

Feature Condition Value Note

Actuation 0.1 Newton


Force

Force 0.1 - 10.02


Sensitivity
Range Newtons

Force Single part ±2%


Repeatability

Force continuous
Resolution

Force (Part to Part ±6%


Repeatability

Non-Actuated 10M W
Resistance

Size 18.28mm
diameter

Thickness 0.2 - 1.25 mm


Range

Stand-Off >10M ohms Unloaded,


Resistance unbent

Switch Travel Typical 0.05 mm Depends on


design

Hysteresis +10% (RF+ -


RF-)/RF+.

Device Rise <3 measured


Time microseconds w/steel ball

Long Term <5% per 35 days test,


Drift log10(time) 1kg load

Temp Recommended -30 - +70 ºC


Operating
Range

Number of Life time 10 Million Without


Actuations tested failure
2.9 Sensor piezoelektrik

Gambar 2. 7 Sensor Piezoelektrik

Sensor piezoelektrik adalah komponen elektronika yang memanfaatkan


efek piezoelektrik untuk mengubah energi mekanik berupa tekanan menjadi
energi listrik.

Piezoelektrik sendiri merupakan sistem yang terdiri dari bahan tertentu,


seperti Barium titanat dan beberapa jenis keramik yang dapat menghasilkan
tegangan listrik saat diberi tekanan atau kekuatan mekanik pada kedua
bidangnya.

Efek piezoelektrik cukup unik, karena material tadi dapat bergetar dan
menghasilkan bunyi ketika diberikan tegangan listrik. Namun ketika diberikan
tekanan tertentu, material tersebut akan menghasilkan tegangan listrik.
2.9.1 Cara Kerja Kerja Piezoelektrik

Gambar 2. 8 Skema Cara Kerja Piezoelektrik

Piezoelektrik berasal dari efek piezoelektrik pada bahan atau


material tertentu. Struktur sensor piezoelektrik sendiri terdiri dari
bahan piezoelektrik dengan diapit oleh 2 lempeng besi. Di mana di
antara lempeng tersebut akan menciptakan dipole yang ter induksi
molekul dari berbagai struktur kristal tergantung bahan yang
digunakan.

Ketika sebuah piezoelektrik diberikan tekanan, maka bidang piezo


akan menghasilkan gaya listrik sehingga akan menghasilkan tegangan
listrik pada kedua bagian tersebut sesuai dengan besarnya tekanan
yang diberikan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dimensi
bahan piezoelektrik.

2.9.2 Kelebihan Piezoelektrik


Piezoelektrik mempunyai kelebihan sebagai berikut;
1. Frekuensi operasional yang tinggi. Piezoelektrik dapat bekerja di
frekuensi tinggi, bahkan komponen ini dapat merespon frekuensi
audio 20kHz dengan sangat baik.
2. Respon transien yang tinggi. Output yang dihasilkan piezoelektrik
linear dan ideal untuk sebuah komponen transduser sehingga dapat
mendeteksi hingga mikrodetik.
3. Konsumsi daya rendah. Pada umumnya, piezoelektrik dapat
mengeluarkan output yang tinggi dengan konsumsi daya yang
rendah.
4. Ukuran yang kecil. Ukuran juga jadi kelebihan dari komponen
piezoelektrik, ukurannya yang kecil sebagai sebuah transduser
menjadikannya cocok digunakan untuk perangkat-perangkat kecil.

2.9.3 Kekurangan Piezoelektrik


1. Sinyal output relatif rendah. Sinyal output yang dihasilkan
komponen piezoelektrik transduser relatif rendah, alhasil sering
ditambahkan pre-amp untuk membuat sinyal keluaran bisa lebih
tinggi agar sesuai dengan yang dibutuhkan untuk men-drive
sinyal ke rangkaian berikutnya.
2. Impedansi piezoelektrik tinggi. Sebetulnya ini tidak sepenuhnya
bisa disebut kelemahan. Namun kondisi ini mengharuskanmu
untuk menambahkan rangkaian untuk membuat impedansi dari
piezoelektrik sesuai, baik ketika komponen tersebut digunakan
sebagai output (buzzer) atau sebagai input.

2.10 Buzzer

Buzzer suatu komponen elektronika yang dapat mengubah energi listrik


menjadi suara.

Gambar 2. 9 Buzzer
2.11.1 Cara Kerja Buzzer
Ketika suatu aliran listrik mengalir ke rangkaian buzzer, maka
terjadi pergerakan mekanis pada buzzer tersebut, mengakibatkan terjadi
perubahan energi dari energi listrik menjadi energi suara yang dapat
didengar oleh manusia.

2.11.2 Jenis-jenis Buzzer


Jenis-jenis buzzer pada rangkaian Arduino berdasarkan bunyinya
terbagi atas dua, yaitu:

1. Active Buzzer, yaitu buzzer yang sudah memiliki suaranya


sendiri saat diberikan tegangan listrik. Buzzer aktif Arduino
jenis ini seringkali juga disebut buzzer stand alone atau
berdiri sendiri.
2. Passive Buzzer, yaitu buzzer yang tak memiliki suara
sendiri. Buzzer jenis ini sangat cocok dipadukan dengan
Arduino karena kita bisa memprogram tinggi rendah
nadanya. Salah satu contohnya adalah speaker.

2.11 Ligh Emiting Diode (LED)

LED atau Light Emiting Diode merupakan jenis komponen dioda yang
dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika mendapat tegangan maju atau
forward bias.

Gambar 2. 10 Ligh Emitting Diode


2.12.1 Cara kerja LED
Pada dioda LED juga hanya akan memancarkan cahaya apabila
diberikan tegangan maju (Forward Bias) dari kaki Anoda menuju ke
Katoda.

Ketika LED mendapat aliran tegangan maju atau forward bias,


yaitu dari kaki Anoda menuju ke Katoda, maka kelebihan elektron yang
terdapat pada daerah N (N-Type Material) akan berpindah ke daerah
yang kelebihan Hole (lubang) atau daerah yang bermuatan positif (P-
Type Material).

Pertemuan antara Elektron dan Hole ini akan menghasilkan


sebuah photon dan memancarkan cahaya monoktomatik (satu warna).

2.12.2 Warnah-warna LED


LED atau Light Emitting Diode dapat memancarkan dengan
beragam jenis warna seperti warna merah, kuning, biru, putih, hijau,
jingga dan infra merah.

Tabel 2. 5 Spektrum dan Warna LED

Bahan Semikonduktor Wavelenght Warna

Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm Infra Merah

Gallium Arsenide 630-660nm Merah


Phosphide (GaAsP)

Gallium Arsenide 605-620nm Jingga


Phosphide (GaAsP)

Gallium Arsenide 585-595nm Kuning


Phosphide Nitride
(GaAsP:N)

Aluminium Gallium 550-570nm Hijau


Phosphide (AlGaP)

Silicon Carbide (SiC) 430-505nm Biru

Gallium Indium Nitride 450nm Putih


(GaInN)
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan secara mandiri di tempat tinggal penulis di


padang niur, kecamatan kota manna, Bengkulu selatan.

3.2 Kerangka kerja

Kerangka Kerja merupahkan suatu Struktural konseptal dasar yang


digunakan untuk memecahan atau menangani suatu masalah kompleks. Istilah
ini sering digunakan antara lain dalam bidang perangkat lunak yang dapat
digunakan kembali, serta dalam bidang manajemen untuk menggambarkan
suatu konsep yang memungkinkan penanganan berbagai jenis atau entitas
bisnis secara homogen, kerangka kerja ini merupakan langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam penyelesaian masalah yang akan dibahas, adapun
kerangka kerja penelitian dapat digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 3. 1 Kerangka Kerja


3.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penulisan penelitian ini
adalah bagaimana merancang Helm Pintar Anti Ngantuk
Terintegrasi Telegram baik hardware maupun softwarenya.
3.2.2 Pengumpulan Data
Dalam merancang sistem di penulisan ini, metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data ada beberapa metode,
Diantaranya:
a. Obeservasi
Guna mengumpulkan informasi mengenai
kebutuhan sistem penulis melakukan pengumpulan
data dengan cara observasi mengenai smarthome,
Wemos dan mengamati beberapa contoh sistem
yang hampir serupa sebagai perbandingan.
b. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara membaca buku dan
literatur lainnya yang dapat dijadikan acuan
berkaitan dengan penelitian untuk mengembangkan
sistem yang baru, baik membaca buku konvensional
maupun ebook.
3.2.3 Analisis Sistem

Berdasarkan hasil observasi dan studi pustaka yang


telah dilakukan penulis, masih sedikit informasi mengenai
Helm pintar anti ngantuk berbasis telegram, belum banyak
yang menerapkan dan mengkaji mengenai sistem tersebut. Hal
ini tentu saja banyak kendala yang dihadapi dimana seperti
mendapatkan salah satu hardware part pendukung, membuat
rangkaian sistem, dan membuat program untuk perancangan
sistem ini.
3.2.4 Menentukan Desain

Menentukan desain dalam perancangan sistem ini


bukan hanya terpaku dalam Software, namun desain ini juga
berlaku terhadap hardware seperti halnya mengatur rangkaian
tata letak masing-masing bagian dari hardware agar tidak
mengganggu estetika da kegunaan sistem ini.

3.2.5 Merancang Sistem

Berdasarkan desain yang telah ditentukan oleh penulis,


selanjutnya adalah merancang sistem, dalam tahap ini penulis
melakukan perancangan system hardware dengan membangun
system untuk mendeteksi ngantuk dan mendeteksi kecelakaan,
dalam membangun sistem deteksi ngantuk memerlukan pulse
sensor yang digunakan untuk mendeteksi detak jantung
pengemudi dan sistem mendeteksi kecelakaan menggunakan
sensor FSR, piezoelectric dan modul GPS, sensor FSR akan
mendeteksi benturan pada helm kemudian di verifikasi oleh
sensor piezoelectric yang mendeteksi tekanan dari dalam helm,
jika kedua sensor itu mendeteksi benturan dan tekanan maka
sistem akan mengirim titik koordinat yang didapat dari modul
gps ke telegram kontak darurat.

3.2.6 Testing
Testing adalah sebuah tahap pengujian dari sistem yang
penulis rancang sebelum dimplementasikan, dalam hal ini
penulis melakukan pengujian perangkat keras secara berkala
mulai dari pengujian Wemos, sensor FSM, sensor
piezoelectric, modul GPS, pulse sensor, buzzer hingga
menghubungkan wemos ke telegram hingga penulis
berkesimpulan sistem ini layak untuk diimplementasikan.
3.2.7 Implementasi Sistem

Setelah sistem lolos dari tahap testing maka tahap


selanjutnya adalah implementasi sistem, pada tahap ini penulis
mengimplementasikan sistem yang telah dibuat di sebuah
prototype.

3.3 Analisis Flowchart

Gambar 3. 2 Flow Chart

Instruksi yang dikirim dan diterima oleh pengguna dan mikrokontroler


memanfaatkan jaringan internet. Dalam mikrokontroler yang terhubung
dengan Wemos yang terhubung ke MiFi yang mendukung mikrokontroler
dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung dalam mengirim dan menerima
instruksi antara pengguna dan mikrokontroler. Proses selanjutnya adalah
mikrokontroler menerima instruksi yang dikirim oleh pengguna dan kemudian
memeriksa apakah itu sesuai atau tidak. Setelah menyesuaikan maka
mikrokontroler mengirimkan perintah ke objek Peralatan elektronik pada
sistem. Ketika instruksi telah dilakukan pada peralatan, maka status kondisi
aplikasi berubah sesuai dengan instruksi yang dibuat oleh pengguna.

Sistem bekerja sebagai berikut:

1. Alat terhubung ke internet dan melakukan inisiasi


2. Sistem akan mendeteksi detak jantung pengemudi
3. Jika detak jantung mengindikasikan pengemudi mengantuk
maka buzzer akan aktif.
4. Sistem akan mendeteksi benturan yang didapat dari sensor
FSR.
5. Jika benturan terdeteksi maka alat akan melakukan verifikasi
dengan sensor piezoelectric.
6. Jika tekanan pada sensor piezoelectric terdeteksi maka sistem
akan mengirimkan pesan peringatan dan lokasi yang didapat
dari modul GPS ke kontak darurat dan Led akan menyalah jika
pengiriman lokasi berhasil.
7. Jika sistem menerima instruksi untuk mengirimkan lokasi dari
kontak darurat, maka sistem akan mengirimkan koordinat
lokasi ke kontak darurat dan Led akan menyalah jika
pengiriman berhasil.

3.4 Diagram Blok

Rencana teknis untuk metode penelitian ini adalah membuat diagram


blok. Fungsi dari diagram blok sebagai acuan dalam pembuatan alur sistem
kerja hardware. Penentuan diagram blok yang tepat akan menentukan hasil
ide yang diinginkan dalam membuat project yang dicapai.
Gambar 3. 3 Block Diagram

Ketika sistem kendali diaktifkan, maka Wemos akan memproses setiap input baik
dari sensor ataupun input dari telegram, baik berupa tekanan, benturan, detak jantung
dan permintaan lokasi dari pengguna. Semua input tersebut akan di proses oleh
wemos dan akan menghasilkan output berupa chat ke telegram dan Led atau buzzer.
BAB IV

ANALISA DAN HASIL PENELITIAN


BAB V

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

[1] WHO, “top 10 causes of death,” 9 Desember 2020. [Online]. Available:


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-
death . [diakses pada 8 juni 2022].
[2] KataData, “Jumah Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia” 23 maret
2022. [Online]. Available:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/24/angka-kecelakaan-
lalu-lintas-di-indonesia-meningkat-di-2021-tertinggi-dari-kecelakaan-motor.
[Diakses pada 8 Juni 2022].
[3] I. F. Faisal, “Pengembangan Aplikasi Pendeteksi Kantuk Pada Pengendara
Kendaraan Bermotor dengan Menggunakan Sensor Detak Jantung Pada
Smartwatch,” 2020.
[4] J, Sang-Ho. Kim, Jin-Myung. Kim,D.K, “Heart Rate Change While Drowsy
Driving,” Journal of korean medical science,2019.
[5] alodokter.com, “Kantuk,” 14 april 2022. [Online]. Available :
https://www.alodokter.com/kantuk. [diakses pada 8 juni 2022].
[6] Son, J.Y. Konziolka, D. Huang, J.H, Sumadani, U, “Helmet efficacy against
concussion and traumatic brain injury,” Journal of neurosurgery , 2017.
[7] Bsn.go.id, “Berlaku di Indonesia, Ini Standar Helm yang Sesuai SNI,” 10
febuary 2020. [Online]. Available:
https://bsn.go.id/main/berita/detail/10868/berlaku-di-indonesia-ini-standar-
helm-yang-sesuai-sni. [Diakses pada 8 juni 2022].
[8] Astramotor.co.id, “Jenis-Jenis Helm Yang Tepat,” 22 juli 2020. [online].
Available: https://www.astramotor.co.id/jenis-jenis-helm-yang-tepat/.
[Diakses pada 8 juni 2020].
[9] Pintarelektro.com, “DIODA LED (Lighting Emiting Diode) Pengertian, Cara
Kerja dan Kegunaannya,” 13 maret 2022. [Online]. Available:
https://pintarelektro.com/dioda-led-lighting-emiting-diode/#:~:text=Pengertia
n%20Dioda%20LED%20%28Light%20Emiting%20Diode%29%20LED
%20atau,hanya%20akan%20mengalirkan%20arus%20listrik%20satu%20arah
%20saja. [Diakses pada 8 juni 2022].
Adlyrazor.com, “Buzzer Arduino : Pengertian, Cara Kerja, dan Contoh
Program.,” mei 2020. [Online]. Available:
https://www.aldyrazor.com/2020/05/buzzer-arduino.html. [Diakses pada 28
juni 2022].
[10] Interlink Electronik, “FSR 402 Data Sheet,” Sensor Technologies.
Caramesin.com, “Piezoelektrik,” 5 November 2021. [Online]. Available:
https://caramesin.com/piezoelektrik-adalah/. [Diakses pada 9 juni 2022].

Anda mungkin juga menyukai