Anda di halaman 1dari 20

SMART GRID MANAGEMEN SISTEM TENAGA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan percobaan ini untuk mengetahui karakteristik dari dalam memajemen

sistem tenaga listrik.


B. TEORI DASAR
Permintaan listrik saat ini sedang booming di seluruh dunia. Selain itu,

dalam rangka untuk menghadapi persoalan perubahan iklim, kita perlu

mengurangi emisi CO2. Dimana salah satu penyebabnya adalah penggunaan

energi yang tidak efisiensi (di rumah, bangunan dan fasilitas industri) dan

penggunaan sumber energi fosil yang besar-besaran serta penggunaan sumber

energi terbarukan yang belum banyak.


Pertumbuhan jumlah penduduk & tingkat ekonomi suatu negara akan

mendorong peningkatan konsumsi energi, khususnya energi listrik. Hal ini

disebabkan energi listrik digunakan untuk menggerakkan roda

perekonomian seperti industri, transportasi, perbankan, hingga pemerintahan.

Selain itu energi listrik juga telah menjadi salah satu kebutuhan tak tergantikan

bagi masyarakat saat ini. Sehingga permintaan akan suplai daya listrik

menjadi semakin besar dan akan menimbulkan permasalahan baru, yakni

ketersediaannya dan cara penyediaannya.


Saat ini sumber energi utama yang digunakan untuk menggerakkan

pembangkit-pembangkit di Indonesia masih terdiri atas sumber-sumber yang

tidak terbarukan (fossil fuel). Selain masalah jumlah sumbernya yang semakin

sedikit, isu lingkungan juga turut mendorong untuk segera dilakukan

perubahan.
Saat ini di Indonesia, kapasitas terpasang energi listrik sekitar 31.930

Mega Watt (MW) yang dihasilkan melalui 4.991 unit pembangkit listrik.
Jumlah pelanggan saat ini ada sekitar 48.659.667 pelanggan, terbesar

pelanggan rumah tangga sejumlah 45.152.244 pelanggan. Dari jumlah itu,

pelanggan listrik prabayar sekitar 6,6, juta pelanggan.


Rasio elektrifikasi sekitar 71 %. Ini berarti masih ada 29 % dari rakyat

Indonesia yang belum memiliki akses terhadap listrik. Tantangan itu bukan

cuma buat PLN karena sesuai Undang-Undang Ketenagalistrikan No. 30

Tahun 2009, kewajiban penyediaan tenaga listrik juga ada di pundak

pemerintah daerah melalui badan usaha milik daerah.


Kebutuhan listrik tumbuh sejalan dengan pertumbuhan populasi manusia.

Ini berarti bahwa jumlah pembangkit listrik yang ada saat ini tidak akan cukup

di masa depan, jika tidak seimbang dengan pembangunan pembangkit listrik

baru. Dalam draft Listrik Nasional, yang disebut Rancangan UMUM

Kelistrikan Nasional (RUKN) 2003-2020, pada beberapa tahun mendatang

diperkirakan Indonesia akan mengalami kekurangan kapasitas pembangkit

listrik nasional. Ini berarti, jika pendirian pembangkit listrik tidak seimbang,

maka krisis listrik dapat terus terakumulasi di Indonesia.


Oleh karena itu selain pembangunan pembangkit baru, perlu dilakukan

penyeimbangan antara pasokan dan permintaan yang efisien, sehingga grid

perlu menjadi lebih cerdas (smart grid).Fungsi jaringan saat ini adalah satu

arah (top-down) dimana listrik terpusat, pemasok dikendalikan dan

dimasukkan ke dalam grid yang didasarkan pada prediksi konsumsi dan

kemudian disesuaikan dengan margin sesuai permintaan energi puncak.

Sedangkan pada sistem Smart grid (grid cerdas) akan bersifat/berfungsi dua

arah (bi-directional): energi listrik akan mengalir kedalam dan keluar rumah

atau kantor. Permintaan dan penawaran akan berinteraksi secara cerdas dan
efisien, jaringan interoperable tidak terpusat. Smart grid akan

mengintegrasikan energi secara efisien bergantian dari semua pembangkit baik

pembangkit listrik tidak terbarukan maupun pembangkit listrik terbarukan

(terpusat terdesentralisasi (lihat Tabel 1).


Jadi jaringan yang lebih cerdas (smart grid) menerapkan

teknologi/pengetahuan, alat dan teknik yang tersedia sekarang, sehingga

teknologi mampu membuat jaringan bekerja jauh lebih efisien antara lain:
• Memastikan kehandalan untuk tingkatan belum pernah mungkin.
• Menjaga keterjangkauannya.
• Memperkuat daya saing global.
• Sepenuhnya menampung sumber energi terbarukan dan konvensional.
• Berpotensi mengurangi jejak karbon.
• Memperkenalkan kemajuan dan efisiensi yang belum pernah

terbayangkan.

Smart Grid menggabungkan infrastruktur kelistrikan dan Teknologi

Informasi (IT) yaitu untuk mengintegrasikan dan menghubungkan semua

pengguna (generator, operator, pemasar, konsumen dll) dalam rangka untuk

terus mengefisienkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran melalui

jaringan yang semakin kompleks.

Karakteristik Jaringan Saat Ini Smart Grid


Memungkinkan Konsumen seragam Konsumen diinformasikan,
partisipasi aktif oleh dan non-partisipatif terlibat dan aktif – respon
konsumen dengan sistem tenaga permintaan dan sumber
listrik Daya energy didistribusikan

Mengakomodasi Didominasi oleh pusat Banyak sumber daya energi


semua pembangkit pembangkit – banyak didistribusikan dengan plug-
dan opsi kendala ada untuk and-play yang fokus pada
penyimpanan interkoneksi sumber kenyamanan energy
energi terdistribusi terbarukan
Memungkinkan Pasar grosir yang Matang, pasar grosir yang
produk baru, layanan terbatas, tidak terintegrasi dengan baik,
dan pasar terintegrasi dengan pertumbuhan pasar listrik
baik – kesempatan baru bagi konsumen
terbatas bagi konsumen
Menyediakan Fokus pada gangguan Kualitas daya merupakan
kualitas daya untuk – respon lambat untuk prioritas dengan berbagai
ekonomi digital masalah kualitas daya pilihan
kualitas/ harga - resulution
cepat terhadap
masalah
Mengoptimalkan Sedikit integrasi dari
aset & beroperasi data operasional
secara efisien dengan manajemen aset
– proses silo bisnis
Data akuisisi sangat
luas untuk parameter
jaringan – fokus pada
pencegahan,
meminimalkan dampak
kepada konsumen
Mengantisipasi dan Merespon untuk Mendeteksi secara otomatis
merespon terhadap mencegah kerusakan dan merespon masalah –
gangguan sistem lebih lanjut – fokus fokus pada pencegahan,
(memperbaiki diri) pada melindungi aset meminimalkan dampak
menyusul kesalahan kepada konsumen
Beroperasi secara Rentan terhadap Tangguh terhadap
ulet terhadap tindakan berbahaya serangan dan bencana alam
serangan dan dari teror dan bencana dengan kemampuan
bencana alam Alam pemulihan yang cepat
Teknologi Smart Grid merupakan teknologi yang memanfaatkan kemajuan

teknologi komunikasi, komputer dan cyber untuk melakukan pengendalian

dan pegoperasian sistem tenaga listrik dalam menyalurkan energi listrik.

Karena itu, Smart Grid merupakan integrasi teknologi cerdas dalam jaringan

listrik yang rencanakan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik untuk masa

sekarang maupun masa mendatang. Dengan mengimplementasikan Smart

Grid dalam semua aspeknya akan memberikan keuntungan yang lebih besar

karena jumlah pembangkit sumber energi terbarukan dan unit penyimpan yang

terdistribusi dan terintegrasi meningkat, sehingga tentunya emisi CO2 akan

menurun, efisiensi meningkat dan biaya operasional menurun, keandalan

meningkat melalui optimalisasi jaringan karena memiliki kemampuan

mengoreksi diri atau perbaiki diri.

Dalam penerapan suatu sistem smart grid biasanya terdiri dari :

a. Pengguna (Customers):
• Konsumsi cerdas akan membutuhkan interface diantara manajemen

distribusi dan otomatisasi bangunan.


• Rumah pintar (smart homes) adalah rumah-rumah yang dilengkapi

dengan sistem otomatisasi. Sistem otomatisasi rumah

menyambungkan bermacam-macam alat kontrol untuk lampu

penerangan, alat pengatur cahaya, pengatur suhu ruangan dan

peralatan lain untuk memungkinkan penggunaan energi yang efisien,

ekonomis dan meningkatkan kenyamanan.


• Otomatisasi bangunan dan sistem kontrol (BACS = Building

Automation and Control System) adalah otak dari bangunan. BACS


memasukkan teknologi instrumentasi, kontrol dan manajemen untuk

seluruh struktur bangunan, tanaman, fasilitas diluar bangunan dan

peralatan lain.
b. Pembangkitan Masal (Bulk Generation)
• Pembangkitan yang cerdas (Smart Generation) akan meningkatkan

penggunaan elektronika daya dalam rangka untuk menkontrol

harmonisa, kegagalan pembangkitan yang fluktuasi dari energi

terbarukan begitu juga kebutuhan peningkatan fleksibilitas pembangkit

listrik fosil karena adanya fluktuasi dari sumber energi terbarukan.


c. Jaringan (Transmisi dan distribusi)
• Otomatisasi substation dan proteksi adalah tulang punggung untuk

operasi suatu jaringan transmisi yang aman.


• Power Qualitydan Power Monitoring Systemsbekerja serupa dengan

sistem manajeman kualitas dalam suatu perusahaan. Mereka bebas

dari sistem operasi, kontrol dan manajemen dan mensupervisi seluruh

aktifitas dan peralatan listrik dalam jaringan yang sama. Oleh karena

itu sistem demikian dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini

dan mampu menganalisa kegagalan dan mencari penyebab yang

sesuai.
• Sistem manajemen energi (EMS) adalah pusat kontrol untuk jaringan

transmisi. Saat ini pelanggan membutuhkan arsitektur terbuka untuk

membolehkan integrasi Information Technology (IT) secara mudah

dan menjadi sandaran lebih baik untuk menghindari black-out.


• Elektronika Daya adalah diantara aktuator dalam jaringan daya.

Sistem-sistem seperti HVDC dan FACTS membolehkan kontrol dari

aliran daya dan dapat membantu untuk menaikkan kapasitas.


• Sistem Manajemen Distribusi (DMS) adalah pusat kontrol untuk

jaringan daya. Pada suatu negara dimana outages adalah kendala yg

sering terjadi, maka Outage Management System (OMS) adalah

komponen yang penting dari DMS. Komponen penting lain adalah

lokasi kegagalan dan meninterfacenya pada Geographic Information

Systems (GIS).
• Smart Meteradalah istilah umum untuk pengukuran elektronika yang

menggunakan jaringan komunikasi. Advanced Metering Infrastructure

(AMI) menyediakan konfigurasi pengukuran jarak jauh, tarif yang


dinamis, monitoring kualitas daya dan kontrol beban. Pada sistem

yang lebih maju dapat mengintegrasikan pengukuran infrastruktur

dengan otomatisasi distribusi.


d. Komunikasi
 Komunikasi adalah tulang punggung darismart grid. Hanya dengan

pertukaran informasi pada level syntactic dan semantic manfaat smart

griddapat dicapai.
 Keamanan dari infrastruktur yang kritis selalu menjadi isue utama. Tetapi

solusi smart gridakan meningkat sangat besar dalam pertukaran data untuk

kemampuan pengamatan dan juga untuk pengontrolan. Oleh karena itu

keamanan dari pertukaran data ini dan komponen-komponen

dibelakangnya akan mempunyai dampak yang lebih baik.

Area teknologi smart grid pada rentang keseluruhan jaringan cukup banyak, mulai

dari pembangkitan, transmisi dan distribusi sampai bermacam-macam tipe

pelanggan listrik. Sejumlah teknologi secara aktif dimanfaatkan dan dianggap

mapan untuk pengembangan dan penerapannya. Sistem kelistrikan yang telah

dioptimasi akan disebarkan pada seluruh area teknologi. Akan tetapi tidak seluruh

teknologi perlu dipasang untuk meningkatkan kecerdasan jaringan.

a. Daerah pantauan dan kontrol

Komponen-komponen sistem daya dipantauan dan di display secara real time

sepanjang sambungan dan pada daerah geografis yang besar. Sehingga dapat

menolong operator untuk mengerti dan mengoptimasi tingkah laku dan kinerja

dari sistem. Peralatan operasional sistem yang maju dipilih untuk menghindari

blackout dan memfasilitasi pengintegrasian sumber energi terbarukan.


b. Integrasi teknologi informasi dan komunikasi

Infrastruktur komunikasi dapat menggunakan utilitas komunikasi jaringan pribadi

(jaringan radio) atau publik operator dan jaringan (internet, seluler, kabel atau

telepon), dukungan transmisi data untuk operasi ditangguhkan dan real-time, dan

selama padam. Perangkat komunikasi, komputasi, perangkat lunak sistem kontrol

dan perangkat lunak perencanaan sumber daya mendukung pertukaran informasi

dua arah antara stakeholder,dan memungkinkan penggunaan dan pengelolaan

jaringan yang lebih efisien.

c. Pengintegrasian Energi terbarukan dan pembangkit terdistribusi

Pengintegrasian sumber energi terbarukan dan energi terdistribusi (distributed

energy resources), meliputi skala besar pada tingkat transmisi, menengah pada

tingkat distribusi dan skala kecil pada komersial atau bangunan perumahan, dapat

menjadi tantangan untuk pengiriman dan pengendalian dari sumber daya ini dan

untuk pengoperasian sistem kelistrikan. Sistem penyimpanan energi, baik berbasis

listrik dan untuk panas (thermal), dapat meringankan permasalahan seperti

penggandengan produksi dan pengiriman energi. Smart griddapat membantu

melalui otomatisasi kontrol dari pembangkitan dan permintaan untuk menjamin

keseimbangan pasokan dan permintaan.


d. Aplikasi peningkatan transmisi

Ada beberapa teknologi dan aplikasi untuk sistem transmisi. Sistem-sistem

transmisi AC Fleksibel digunakan untuk meningkatkan pengendalian dari jaringan

transmisi dan memaksimalkan kemampuan transfer daya. Penyebaran teknologi

ini pada jaringan (line)dapat meningkatkan efisiensi dan menunda kebutuhan

investasi tambahan. Teknologi tegangan tinggi DC (HVDC) teknologi digunakan

untuk menyambungkan pembangkit litrik tenaga angin lepas pantai dan

pembangkit listrik tenaga surya terpusat dengan daerah berdaya listrik besar,

dengan penurunan rugi-rugi sistem dan peningkatan sistem pengendalian,

sehingga memungkinkan penggunaan yang efisiensi dari sumber energi yang

terletak jauh dari pusat beban. Penggunaan superkonduktor suhu tinggi (High

Temperature Superconductors-HTS) secara signifikan dapat mengurangi rugi-rugi

transmisi dan memungkinkan pembatas arus dengan kinerja yang lebih tinggi,

meskipun ada perdebatan kesiapan pasar teknologi.

e. Pengelolaan jaringan distribusi


Penginderaan distribusi dan sub-stasiun dan otomatisasi dapat mengurangi waktu

pemadaman dan perbaikan, menjaga tingkat tegangan dan meningkatkan

pengelolaan asset. Otomatisasi distribusi maju (advanced)mengolah informasi

real-time dari sensor dan meter untuk lokasi salah (fault), otomatis rekonfigurasi

dari pengumpan (feeder), tegangan dan optimasi daya reaktif, atau untuk

mengontrol pembangkit terdistribusi (distributed generation).

f. Infrastruktur Advanced metering (AMI)

Sistem advanced meteringyang terdiri dari state-of-the-art electronic / digital

hardware dan software, yang menggabungkan interval pengukuran data dengan

komunikasi jarak jauh terus tersedia. Sistem ini memungkinkan pengukuran

secara rinci, informasi berdasarkan waktu dan pengumpulan dan pengiriman

informasi kepada berbagai pihak.

AMI biasanya mengacu pada sistem pengukuran keseluruhan dan pengumpulan

yang mencakup meter di lokasi pelanggan, jaringan komunikasi antara pelanggan

dan penyedia layanan, seperti gas, listrik, atau utilitas air, dan penerimaan data

dan sistem manajemen yang membuat informasi tersedia bagi penyedia layanan

Meter ini memiliki kemampuan untuk mengirimkan data yang dikumpulkan

melalui jaringan yang tersedia seperti Broadband over Power Line (BPL), Power

Line Communications(PLC), jaringan Frekuensi Radio Tetap (RF), dan jaringan

publik (misalnya, kabel, seluler, paging).Data meter yang diterima oleh sistem

host AMI dan dikirim ke Sistem Manajemen Data meter (Meter Data

Management System-MDMS) yang mengelola penyimpanan data dan analisis


untuk memberikan informasi dalam bentuk yang berguna untuk utilitas. AMI

memungkinkan komunikasi dua arah, sehingga komunikasi dari utilitas untuk

meter juga bisa terjadi.

AMI akan menyediakan konsumen berbagai fungsi sebagai berikut:

• Harga sinyal pelanggan jauh, yang dapat menyediakan informasi biaya

waktu penggunaan.
• Kemampuan untuk mengumpulkan, menyimpan dan melaporkan data

konsumsi energy pelanggan untuk setiap interval waktu yang

dibutuhkan atau dekat real time.


• Peningkatan diagnosa energi dari profil beban yang lebih rinci.
• Kemampuan untuk mengidentifikasi jarak jauh (remote) lokasi dan

luas daerah listrik yang padam.


• Penyambungan dan pemutusan jarak jauh
• Deteksi rugi-rugi dan pencurian.
• Kemampuan untuk penyedia layanan energi ritel untuk mengelola

pendapatan melalui pengumpulan uang tunai yang lebih efektif dan

pengelolaan utang.
Teknologi AMI menyediakan kemampuan bagi utilitas untuk mengurangi

biaya operasi system distribusinya dengan mengotomatisasi berbagai fungsi yang

saat ini dilaksanakan secara manual, termasuk membaca meter pelanggan dan

menghidupkan dan mematikan daya pada meter pelanggan. Utilitas juga dapat

menggunakan AMI untuk membantu pelanggan mengurangi pengunaan listrik

mereka bila dalam sistem harga listrik yang mahal (peak hour).

g. Infrastruktur untuk pengisian baterai mobil listrik.

Infrastruktur pengisian kendaraan listrik menangani penagihan, penjadwalan dan

fitur cerdas lainnya untuk pengisian pintar (jaringan-ke-kendaraan) selama

permintaan energi rendah. Dalam jangka panjang, hal itu dibayangkan bahwa

instalasi pengisian yang besar akan memberikan layanan sistem daya tambahan

seperti cadangan kapasitas, pemotongan beban puncak dan regulasi pengisian

kendaraan pada jaringan.

h. Sistem pada sisi pelanggan.

Sistem pada sisi pelanggan, yang digunakan untuk membantu mengelola

konsumsi listrik di industri, tingkat pelayanan dan perumahan, termasuk sistem

energi manajemen, perangkat penyimpanan energi, peralatan yang smart dan

pembangkit terdistribusi. Peningkatan efisiensi energi dan pengurangan

permintaan beban puncak dapat dipercepat dan dilakukan dari rumah dengan

display/energy dashboard. Respon permintaan meliputi respon pelanggan

pengguna manual dan otomatis, peralatan harga-responsif dan termostat yang


terhubung ke suatu sistem manajemen energi atau dikendalikan dengan sinyal dari

operator atau sistem utilitas.


C. ALAT DAN BAHAN
1. 1 buah PC
2. Motor induksi 3 fasa
3. Beban resistif 750 ohm, 500 ohm, dan 200 ohm
4. Program Smart Grid
5. 1 set perangkat simulasi smart grid
6. Kabel Penghubung
7. Catu daya CO3212 5U
8. Sumber tegangan 3 fasa
9. Safety connection
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Tampil di bawah ini adalah konfigurasi dasar eksperimental untuk bagian ESG

1.2 dari kursus ini pada smart grid.


 Pertama mengoperasikan percobaan berdiri tanpa ESG 1.1 setup.

Gunakan catu daya CO3212 5U untuk tujuan ini.


 Mengatur beban resistif untuk batas kiri.
 Matikan semua konsumen.

Melakukan tes pada daya reaktif kompensasi otomatis

Identifikasi otomatis koneksi dengan kekuatan pengontrol reaktif

• Ketika tegangan pertama kali diterapkan, controller secara otomatis

mengidentifikasi koneksi, termasuk tahapan kapasitor.


• Hidupkan daya pada motor tiga fase melalui saklar daya dan beralih

delta (UL = 400 V) Bintang /. Motor dimulai. Controller digital

display menunjukkan "----", menunjukkan bahwa controller adalah

melakukan identifikasi koneksi otomatis. Jika data identifikasi dari

pengukuran sebelumnya masih disimpan, tampilan digital

menunjukkan cos φ sesaat dari konsumen hilir. Bersamaan menekan

ketiga tombol (+, - dan Set) selama minimal 8 detik menyebabkan

controller untuk mengulangi prosedur identifikasi koneksi. Ini


membutuhkan waktu sekitar 3 menit. Setelah itu, layar menunjukkan

cos φ yang sebenarnya.


• Matikan motor.

Daya reaktif otomatis kompensasi

 Atur nilai yang ditetapkan di bawah pada kekuatan pengendali reaktif.

cos phi: ind 0.95 (jumlah modus -1-) Switching delay: 5 s (nomor modus

-4-) Waktu penonaktifan: 5 s (nomor modus -12-)


 Hidupkan daya pada motor tiga fase melalui saklar daya dan beralih delta

(UL = 400 V) Bintang


 Letakkan mesin servo uji bangku ke dalam operasi. Kekuatan pengendali

reaktif masih memiliki koneksi dan data saat operasi identifikasi disimpan,

sehingga cos φ yang sebenarnya ditampilkan. Setpoint cos φ adalah 0,95.


 Meningkatkan beban pada motor tiga fase sampai dinilai Imotor saat ini =

IN = 2,6 A mengalir.
E. GAMBAR PERCOBAAN

Gambar 4. Rangkaian Percobaan Smart Grid Energi Management.


F. ANALISA DATA
 Karakteristik torsi dan cos phi dengan beban resistif 750 ohm, 500

ohm, dan 200 ohm.


M [N m ]

3.5
c os

karakteristik T= f(n) dgn beban 750 ohm

karakteristik T = f(n) dgn beban 500 ohm


3.0

karakteristik T = f(n) dgn beban 200 ohm

2.5

0.5

2.0

karakteristik cos phi = f(n) dgn beban 500 ohm


1.5 karakteristik Cos phi = f (n) dgn beban 750 ohm
karakteristik cos phi = f(n) dgn beban 200 ohm

1.0

0.5

0.0 0.0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000
n [rpm]
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai karakteristik torsi untuk ketiga jenis

beban yaitu 750 ohm, 500 ohm dan 200 ohm tidak jauh berbeda. Hal ini dapat

dibuktikan bahwa pada saat putaran motor mencapai 200 rpm, nilai torsi untuk

ketiga jenis beban ini sekitar 2,55 Nm. Akan tetapi pada saat putaran motor

mencapai 600 rpm, nilai torsi menurun hingga 2,5 Nm dan terus mengalami

kenaikan hingga yang tertinggi pada saat putaran motor mencapai 2000 rpm

dengan nilai torsi sekitar 3,2 Nm, dan selanjutnya mengalami penurunan nilai

torsi hingga 0 Nm pada saat putaran 3000 rpm.


Sedangkan cos phi atau power factor dari ketiga jenis beban juga kurang lebih

sama dan cenderung konstan yaitu nilai nya berkisar antara 1,4 – 1,53 dari 0 rpm

– 3000 rpm.
 Karakteristik efesiensi dengan beban 750 ohm, 500 ohm, dan 200 ohm.
5500 100 3.5
Eta [%] [*1E3]

M [Nm]
s/%

karakteristik T= f(n) dgn beban 750 ohm

5000
karakteristik T = f(n) dgn beban 500 ohm
3.0
4500 karakteristik T = f(n) dgn beban 200 ohm
80

4000
2.5

3500
60
2.0
3000

karakteristik cos phi = f(n) dgn beban 500 ohm


2500
1.5 karakteristik Cos phi = f (n) dgn beban 750 ohm
40
karakteristik cos phi = f(n) dgn beban 200 ohm
2000

1.0
1500

20
1000
0.5

500

0 0 0.0
0 200 400 600 800 10001200140016001800200022002400260028003000
n [rpm]
Untuk nilai efesiensi terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya

putaran motor hingga yang tertinggi pada saat putaran motor mencapai 2530 rpm

dengan nilai efesiensi 5400 % dan setelahnya mengalami penurunan hingga 0 %

pada saat putaran 3000 rpm.


G. KESIMPULAN
Pada percobaan smart grid manajemen energy, nilai torsi tertinggi adalah 3,2

Nm dengan putaran motor 2000 rpm, dan faktor dayanya konstan yaitu antara
1,4 – 1,53 serta efisiensi tertinggi 5400 % dengan putaran motor 2530 rpm dan

terendah 0 % dengan putaran 3000 rpm. Hal ini disebabkan karena smart grid

merupakan suatu system jaringan cerdas yang mampu untuk mengontrol dan

memperbaiki diri sendiri secara otomatis dari rugi-rugi daya dan cos phi atau

power factor pada saluran atau jaringan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari

smart grid yaitu mengefisiensikan penyaluran energy listrik antara pelanggan

dan penyedia dari energy listrik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai