Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS BALIK KEJADIAN LONGSORAN PADA

TIMBUNAN TANAH PENUTUP DI DALAM


PIT TAMBANG BATUBARA DAERAH BERAMBAI,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Oleh:
Andi St Waiyah Andisa
22021008
Pembimbing: Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T, M.T.

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS ILMU & TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
1
DESEMBER 2023
N 20°E
Latar Belakang
• Insani Bara Perkasa merupakan salah satu tambang terbuka di Kalimantan
Timur dengan luas 23.668 ha.
• Lokasi penelitian merupakan bagian Blok Separi yang termasuk dalam wilayah
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH).
• Kegiatan operasional berhenti disebabkan longsoran yang terjadi secara
terus menerus selama kegiatan pembuangan tanah penutup berlangsung.
Keadaan lereng diambil dengan menggunakan
drone sebelum terjadinya longsor • Kapasitas wilayah IPD Pit 2 diperkirakan dapat menampung lapisan tanah
penutup batubara sebanyak 4 juta meter kubik material lepas.
N 83°E
• Kegiatan pembuangan tanah penutup ke dalam lubang pit harus dilakukan
dikarenakan status area yang merupakan IPPHK.
Elev +90
• Area penambangan harus dikembalikan untuk meminimalisir bekas lubang
Elev +85 bukaan tambang yang terbentuk.
Elev +80
• Perlu analisis balik untuk memverifikasi parameter geoteknik berdasarkan
Elev +70
kejadian longsoran yang sudah terjadi.
• Hasil analisis dapat menjadi acuan parameter untuk mendapatkan stabilitas
lereng hingga batasan desain akhir penambangan dan tetap mengacu pada
Keadaan lereng diambil dengan menggunakan kaidah penambangan yang baik.
drone setelah terjadinya longsor

2 Bab I Pendahuluan
Rumusan Masalah
1. Mengkarakterisasi material penyusun lereng di daerah penelitian. Ruang Lingkup Penelitian
2. Pemodelan lereng kritis dengan mengaplikasikan metode kesetimbangan Kejadian longsoran pada timbunan
batas terhadap kestabilan lereng di area IPD Pit 2. daerah IPD pit 2 dengan memanfaatkan
3. Merekomendasikan pembentukan geometri lereng yang aman sesuai data topografi sebelum dan sesudah
kriteria Kepmen ESDM nomor 1827 K/30/MEM/2018 yaitu dengan FK 1.3 longsoran.
untuk kondisi statis dan 1.05 kondisi dinamis.

Maksud dan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk memverifikasi parameter geoteknik
berdasarkan kejadian longsoran yang sudah terjadi dengan melakukan rekonstruksi 1. Memberi kontribusi terhadap
kembali dan menyimulasikan parameter-parameter yang signifikan. pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang geologi
Tujuan penelitian ini meliputi: rekayasa.
1. Mengetahui karakteristik material penyusun lereng IPD Pit 2.
2. Mengetahui penyebab terjadinya longsoran berdasarkan pendekatan beberapa 2. Manfaat terhadap perusahaan
kondisi. tempat dilaksanakannya penelitian
3. Memberikan rekomendasi penanganan longsoran dan geometri lereng timbunan yaitu memberikan informasi mengenai
yang memenuhi kriteria Kepmen ESDM nomor 1827 K/30/MEM/2018 yaitu dengan penyebab terjadinya longsoran dan
FK 1.3 untuk kondisi statits dan 1.05 kondisi dinamis. memberikan evaluasi serta
4. Menemukan acuan parameter untuk mendapatkan stabilitas lereng hingga batasan rekomendasi penanganan sebagai
desain akhir penambangan dan tetap mengacu pada kaidah penambangan yang
landasan upaya mitigasi.
baik.

3 Bab I Pendahuluan
Asumsi Penelitian
1. Sifat fisik dan mekanik yang diperoleh dari
pengujian sampel di laboratorium dianggap
dapat mewakili tiap-tiap perlapisan secara
keseluruhan.
2. Pemodelan airtanah diasumsikan dalam kondisi
jenuh dan kering.
3. Pembebanan oleh unit pengangkut material tanah N 195°E
penutup dengan menggunakan asumsi alat angkut
97 kPa.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini yang menyebabkan
lereng mengalami longsor karena:
1. Perubahan kadar airtanah
2. Pembebanan alat angkut tambang
3. Beban seismik
4 Bab I Pendahuluan
Objek dan Lokasi Penelitian

• Objek penelitian adalah lereng


IPD Pit 2 yang mengalami
longsor pada Blok Separi Pit 2
PT Insani Bara Perkasa.

• Letak administratif:
Dusun Berambai, Desa Sempaja
Utara, Kecamatan Samarinda
Utara, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur.
• Letak astronomis:
0°18’30” LU - 0°18’9” LU dan
117°10’18” BT - 117°12’0” BT.

5 Bab I Pendahuluan
N 272°E

Foto udara area timbunan tanah penutup di dalam Pit tambang Aktivitas IPD Pit 2 pada awal dilakukannya aktivitas pembuangan
tanah penutup

6 Bab I Pendahuluan
Pendahuluan dan studi pustaka
Studi Literatur

Pengumpulan data

Pemerolehan data
Data Primer Data Sekunder

Investigasi lapangan
Data Data
Data bor Data Data zonasi
pergerakan spesifikasi
litologi topografi gempa
lereng alat angkut
Survei lapangan Pengambilan sampel

Validasi Pemodelan Pembuatan Perhitungan Validasi data


Geologi lokasi Uji geser pergerakan strata penampang bobot alat kegempaan
penelitian langsung lereng batuan lereng angkut rencana lereng

Pengolahan data

Parameter input analisis balik: elevasi, stratigrafi bawah


permukaan, berat isi material, kohesi, sudut geser dalam,
beban alat angkut, airtanah, dan beban seismik

Analisis balik
longsoran IPD Pit 2
Tidak

FK< 1

Analisis dan evaluasi Ya

Hasil dan kesimpulan

7 Bab I Pendahuluan
Kondisi Geologi Daerah Penelitian

Formasi Balikpapan
• Perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan batulanau, serpih,
batugamping dan batubara.
• Berumur Miosen Akhir bagian bawah–Miosen
Tengah bagian atas.
• Lingkungan pengendapan delta–dataran
delta.
• Tebal 1,000–1,500 m.

Formasi Pulau Balang


• Perselingan antara greywake dan batupasir
kuarsa dengan sisipan batugamping,
batulempung, batubara, dan tuf dasit.
• Berumur Miosen Tengah.
• Lingkungan pengendapan laut dangkal.
Peta Geologi Lembar Samarinda 1815 (Supriatna, 1915)

8 Bab II Tinjauan Pustaka


Kestabilan Lereng & Faktor Keamanan
• Kestabilan lereng merujuk pada kemampuan suatu lereng, baik itu alami, buatan manusia, atau timbunan, untuk menjaga
integritas geometris dan strukturalnya terhadap berbagai gaya eksternal yang bekerja padanya (Fikri dkk., 2018).
• Faktor keamanan (FK) merupakan konsep penting dalam analisis stabilitas lereng yang digunakan untuk menilai tingkat
keamanan suatu struktur atau lereng terhadap kemungkinan keruntuhan atau pergeseran (Ching dan Phoon, 2013).

Kriteria nilai FK yang diterapkan pada lereng tambang menurut


Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018

Keparahan Kriteria dapat Diterima


Jenis Lereng FK Dinamis Probabilitas
Longsor FK Statis (min)
(min) Longsor

Lereng Tunggal Rendah - Tinggi 1,1 Tidak ada 25-50%

Rendah 1,15-1,2 1,0 25%


Inter-ramp Menengah 1,2-1,3 1,0 20%
Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%
Rendah 1,2-1,3 1,0 15-20%
Lereng
Menengah 1,3 1,05 10%
Keseluruhan
Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%

9 Bab II Tinjauan Pustaka


Kriteria Kestabilan Lereng
1. Kondisi lereng

Deskripsi lereng IPD Pit 2


Item Deskripsi
Sudut kemiringan lereng keseluruhan 10°
Tinggi lereng 42 m
Material penyusun lereng Silty clay

2. Sifat Fisik dan Mekanik Material


Densitas
Material C (kPa) Ø (°)
(kN/m3) Keterangan:
Mean 28.5 19.1 Waste

Std. Deviasi 9.0 1.7 Claystone


Waste 17.4
Rel. Min 12.6 1.4
Rel. Max 10.0 3.5
Mean 84.5 43.2
Std. Deviasi 53.8 7.6
Claystone 17
Rel. Min 55.2 7.2
Rel. Max 96.2 13.1 Penampang lereng yang mengalami longsoran pada IPD Pit 2

10 Bab III Kriteria Kestabilan Lereng


Kriteria Kestabilan Lereng
3. Data Pergerakan Lereng 4. Koefisien Seismik
Kriteria pergerekan lereng harian menurut Dirjen Minerba ESDM tahun 2014

Perpindahan Material per hari


Kategori Status
(mm)
I <5 Waspada Hijau
II 5 – 10 Waspada Kuning
II >10 Awas

Data pergerakan lereng dan penerapan kriteria menurut Dirjen Minerba


ESDM tahun 2014 dalam kurun waktu 1 minggu sebelum terjadinya longsor

Tanggal
Perpindahan (mm) Status
Pengambilan
12/Feb/23 0.37 Waspada Hijau
13/Feb/23 0.59 Waspada Hijau
14/Feb/23 0.79 Waspada Hijau
15/Feb/23 5.50 Waspada Kuning Peta zonasi gempa daerah penelitian termasuk dalam kelas
16/Feb/23 10.65 Awas percepatan <0,05 g (PUPR, 2017).
17/Feb/23 30.18 Awas
18/Feb/23 39.08 Awas

11 Bab III Kriteria Kestabilan Lereng


Kriteria Kestabilan Lereng
5. Distribusi Pembebanan 6. Kondisi muka airtanah
Spesifikasi dan distribusi pembebanan truk angkut Muka airtanah dimodelkan dengan menggunakan pemodelan kondisi
material tanah penutup. airtanah menurut Wyllie dan Mah (2004).

Deskripsi DW 90A
Max. Gross Machhine Weight (kg) 90.000
Net Machine Weight (kg) 31.000
Payload (kg) 59.000
Overall Length (m) 9
Distribution Load (kg/m²) 9.990
Distribution Load (kN/m²) 97

12 Bab III Kriteria Kestabilan Lereng


Analisis Kestabilan Lereng dengan Bidang Longsor Non Circular

Rekapitulasi nilai FK lereng IPD Pit 2


Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Non Circular

Morgenstern 2,25
Non Circular Bishop Janbu Spencer
Price
1,991
Fully Saturated 1.324 1.225 1.417 1.373
1,75
Load 1.024 0.955 1.134 1.142 1,521 1,46
Saturated Seismic 1.228 1.137 1.296 1.278
1,25 1,225
Load & 1,137 1,099
1.004 0.935 1.045 1.022 1,00
Seismic 0,955 0,935
0,75
Fully Drained 2.108 1.991 2.207 2.161 Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
Fully Saturated Drain

Load 1.184 1.099 1.29 1.294 Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit

Drain Seismic 1.623 1.521 1.701 1.661


Load & Grafik akumulasi hasil analisis FK dengan menggunakan beberapa simulasi yang
1.561 1.46 1.595 1.558 dikombinasikan dalam penerapan analisis balik.
Seismic

13 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


Analisis Kestabilan Lereng dengan Bidang Longsor Circular

Rekapitulasi nilai FK lereng IPD Pit 2


Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Circular
Morgenstern
Circular Bishop Janbu Spencer
Price 2,25
2,3
Fully Saturated 1.453 1.261 1.451 1.453
Load 1.162 1.011 1.155 1.022 1,75
1,755
Saturated Seismic 1.343 1.164 1.344 1.340 1,651
Load & 1,453
1.085 0.975 1.081 0.936 1,25 1,34
Seismic 1,317
1,00
Fully Drained 2.304 2.072 2.302 2.300 1,022
0,75 0,936
Load 1.322 1.147 1.313 1.317 Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
Fully Saturated Drain
Drain Seismic 1.761 1.587 1.76 1.755 Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit
Load &
1.658 1.523 1.656 1.651 Grafik akumulasi hasil analisis FK dengan menggunakan beberapa simulasi yang
Seismic
dikombinasikan dalam penerapan analisis balik.

14 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


A. Simulasi Analisis Kestabilan Lereng dengan Bidang Longsor Non Circular
1. Kondisi fully saturated

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated

15 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


1a. Kombinasi kondisi fully saturated dan pembebanan alat angkut tambang

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang

16 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


1b. Kombinasi kondisi fully saturated dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated dikombinasikan dengan beban seismik

17 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


1c. Kombinasi kondisi fully saturated, pembebanan alat angkut tambang, dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang dan beban
seismik

18 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2. Kondisi fully drained

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained

19 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2a. Kombinasi kondisi fully drained dan pembebanan alat angkut tambang

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang

20 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2b. Kombinasi kondisi fully drained dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained dikombinasikan dengan beban seismik

21 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2c. Kombinasi kondisi fully drained, pembebanan alat angkut tambang, dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang dan beban seismik

22 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


B. Simulasi Analisis Kestabilan Lereng dengan Bidang Longsor Circular
1. Kondisi fully saturated

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated

23 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


1a. Kombinasi kondisi fully saturated dan pembebanan alat angkut tambang

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang

24 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


1b. Kombinasi kondisi fully saturated dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated dikombinasikan dengan beban seismik

25 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


1c. Kombinasi kondisi fully saturated, pembebanan alat angkut tambang, dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023

Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully saturated dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang dan
beban seismik

26 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2. Kondinasi fully drained

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained

27 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2a. Kombinasi kondisi fully drained dan pembebanan alat angkut tambang

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang

28 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2b. Kombinasi kondisi fully drained dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained dikombinasikan dengan beban seismik

29 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


2c. Kombinasi kondisi fully drained, pembebanan alat angkut tambang, dan beban seismik

Data topografi 12 Februari 2023


Airtanah dalam keadaan steady state dengan kondisi aliran fully drained dikombinasikan dengan pembebanan alat angkut tambang dan beban seismik

30 Bab IV Analisis Kestabilan Lereng


Evaluasi dan Diskusi
Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Non Circular
• FK menunjukkan nilai ≤1,0 terbentuk pada kondisi:
2,25
o Bidang longsor non circular dengan kondisi airtanah
1,991
1,75
jenuh disertai pembebanan alat angkut tambang
1,521 1,46
dengan bobot muatan sebesar 97 kPa serta kombinasi
1,25 1,225 dari keduanya dan beban seismik.
1,137 1,099
0,955 0,935 1,00 o Bidang longsor circular dengan kondisi kombinasi
0,75
Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
antara airtanah jenuh disertai pembebanan alat
Fully Saturated Drain angkut tambang dengan bobot muatan sebesar 97 kPa
Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit serta kombinasi dari keduanya dan beban seismik.
• Metode irisan Janbu yang disimplifikasikan menunjukkan
Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Circular nilai yang paling kecil dengan menerapkan metode bidang
2,25 longsor non circular. Menurut Duncan dan Wright (2005)
2,3
dalam Rachmad dkk. (2020) dinyatakan bahwa metode
1,75
Janbu ini dapat diaplikasikan pada permukaan bidang
1,755
1,651
longsor non-circular dan landai.
1,25 1,453 • Metode irisan Janbu, kesetimbangan gaya dipertimbangan,
1,34 1,317 sedangkan kesetimbangan momen tidak. Kesetimbangan
1,00
1,022
0,936
gaya adalah muatan atau beban yang bekerja pada
0,75
Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
sebuah lereng (beban alat angkut dan beban seismik).
Fully Saturated Drain
Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit

31 Bab V Evaluasi dan Diskusi


Evaluasi dan Diskusi
• Metode irisan Morgenstern-Price menunjukkan nilai yang paling kecil
Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Non Circular
dengan menerapkan metode bidang longsor circular. Dalam
2,25
pembacaan nilai faktor keamanan pada metode bidang longsor circular,
1,991
1,75 metode ini dapat pula diterapkan. Kesetimbangan gaya
1,521 1,46 kesetimbangan momen dipertimbangkan.
1,25 1,225
1,137 1,099 • Pemodelan lereng harus memperhatikan parameter geometri yang
0,955 0,935 1,00
0,75 dianggap mewakili kondisi sebelum dan sesudah longsoran terjadi baik
Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
Fully Saturated Drain dari penarikan garis sayatan penampang serta material penyusun
Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit
timbunan.

Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Circular • Acuan dalam penarikan garis sayatan yang harus diperhatikan adalah
tinggi serta sudut keseluruhan lereng yang mewakili kondisi
2,25
2,3
lapangan.
1,75 • Menentukan parameter nilai mekanik material, hasil analisis dari uji
1,755
1,651 laboratorium harus dianalisis dengan menggunakan metode statistik
1,25 1,453
1,34 1,317 untuk menghindari pencilan dalam data. Apabila dilakukan analisis
1,00
1,022
0,936
statistik tanpa memperhatikan pencilan data tersebut, maka akan
0,75
Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
Fully Saturated Drain
mempengaruhi hasil dari analisis faktor keamanan yang kurang
Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit
representatif.
32 Bab V Evaluasi dan Diskusi
Evaluasi dan Diskusi
Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Non Circular

2,25 • Acuan dalam menentukan beban alat angkut tambang harus


1,991
memperhatikan spesifikasi dari bobot muatan serta ukuran alat
1,75
1,521 1,46 tersebut. Selain itu perlu dilakukan pengambilan data ritase
1,25 1,225
1,137 1,099 serta bobot muatan rata-rata dari alat angkut yang melintasi
0,955 0,935 1,00
0,75 lereng. Dalam penelitian kali ini tidak dilakukan secara
Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic
Fully Saturated Drain
mendetail. Sehingga data yang digunakan merupakan asumsi
Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit
terburuk.
Faktor Keamanan dengan Bidang Longsor Circular • Parameter airtanah menggunakan pemodelan dari Wyllie dan

2,25 Mah (2004) dikarenakan tidak ada sumur pantau pada daerah
2,3
timbunan. Bagan yang digunakan sebagai acuan merupakan
1,75
1,755 asumsi terburuk yaitu dalam kondisi jenuh dan kering.
1,651
1,25 1,453 • Parameter beban seismik sebaiknya menggunakan data aktual di
1,34 1,317
1,00 lapangan. Data yang diambil dapat berupa data getaran yang
1,022
0,75 0,936
Fully Saturated Load Seismic Load & Seismic Drain Load Seismic Load & Seismic ditimbulkan dari kegiatan peledakan dan kendaraan tambang.
Fully Saturated Drain
Bishop Janbu Spencer Morgenstern Price Limit

33 Bab V Evaluasi dan Diskusi


Rekomendasi
Perubahan geometri lereng
Keterangan:
Waste
Dilakukan simulasi dengan
Claystone
Garis topo sebelum reshaping menerapkan parameter hasil uji
Garis topo setelah reshaping
analisis balik yaitu dengan
menambahkan beban alat angkut
tambang disertai beban seismik
terhadap geometri lereng yang dapat
memenuhi FK >1.3.

Perubahan desain timbunan dengan


rekomendasi geometri lereng menjadi
sudut keseluruhan sebesar 8° dan
tinggi lereng menjadi 37 meter dari
sebelumnya sudut keseluruhan sebesar
10° dan tinggi lereng menjadi 42
meter.

34 Bab V Evaluasi dan Diskusi


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng pada daerah penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik material penyusun lereng timbunan tersusun atas material isotrop yaitu silty clay dengan nilai rata-rata
kohesi sebesar 28,48 kPa; sudut geser dalam sebesar 19,14°; dan densitas sebesar 17,4 kN/m3.
2. Karakteristik batuan dasar timbunan adalah claystone dengan nilai rata-rata kohesi sebesar 84.5 kPa; sudut geser
dalam sebesar 43,2°; dan densitas sebesar 17 kN/m3.
3. Nilai FK dengan airtanah dalam kondisi jenuh lebih kecil dibandingkan kondisi kering. Terjadi penurunan FK
sebesar 37% yaitu dari 2.1 menjadi 1.3.
4. Nilai FK ≤ 1 terbentuk saat dilakukan simulasi dengan melakukan uji dengan metode bidang longsor non circular
dengan memasukkan parameter kombinasi antara kondisi airtanah dalam keadaan jenuh dan pembebanan alat
angkut tambang serta dua kombinasi tersebut ditambahkan beban seismik.
5. Nilai FK ≤ 1 terbentuk saat dilakukan simulasi dengan melakukan uji dengan metode bidang longsor circular dengan
memasukkan kombinasi antara tiga parameter yaitu kondisi airtanah dalam keadaan jenuh, pembebanan alat
angkut tambang, dan seismik.
6. Diperlukan untuk melakukan perubahan desain timbunan dengan rekomendasi geometri lereng menjadi sudut
keseluruhan sebesar 8° dan tinggi lereng menjadi 37 meter dari sebelumnya sudut keseluruhan sebesar 10° dan
tinggi lereng menjadi 42 meter.
35 Bab V Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. (2016): Geoteknik tambang, Bandung, Gramedia Pustaka Utama.


Badan Standarisasi Nasional (2013): SNI 8460:2017 Persyaratan perancangan geoteknik, Jakarta, Badan Standarisasi Nasional.
Ching, J. dan Phoon, K. K. (2013): Probability distribution for mobilised shear strengths of spatially variable soils under uniform stress states,
Georisk: Assessment and Management of Risk for Engineered Systems and Geohazards, 7, 209–224.
Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan (2017): Peta sumber dan bahaya gempa, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Fikri, M. A., Heriyadi, B., dan Prabowo, H. (2018): Analisis stabilitas lereng pada pit tambang Air Laya Barat section C-C’ PT. Bukit Asam Tbk.
Sumatera Selatan, Bina Tambang, 3, 1-17.
Ji, J. dan Low, B. K. (2012): Stratified response surfaces for system probabilistic evaluation of slopes, Journal of Geotechnical and
Geoenvironmental Engineering, 138, 1398–1406.
Hidayat, S. dan Umar, I. (1994): Geologi Indonesia, lembar Balikpapan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1814-1914.
Husien, D., Heriyadi, B., dan Anaperta, Y.M. (2018): Analisis Kestabilan Lereng Pit AI-Blok B di PT. Anugrah Alam Andalas Desa Muara Ketalo,
Provinsi Jambi, Skripsi Universitas Negeri Padang.
Karyono (2004): Kemantapan lereng batuan, diktat perencanaan tambang terbuka, UNISBA.
Lin, H., Zhong, W., Xiong, W., dan Tang, W. (2014): Slope stability analysis using limit equilibrium method in nonlinear criterion, The Scientific
World Journal, 2014, 1–7.
Marks, E. L., Sujatmiko, L., Samuel, H., Dhanutirto. T., Ismoyowati, dan Sidik, B. B. (1982): Cenozoic stratigraphic nomenclature in East Kutei Basin,
Kalimantan, Proc. IPA 11th Ann. Conv. IPA, 145-179.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (2014): Pedoman teknis pemantauan kestabilan lereng tambang dan timbunan
batuan penutup, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (2018): Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K 30 MEM 2018, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

36 DAFTAR
DAFTARPUSTAKA
PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Rahim, A., Heriyadi, B., dan Anaperta, Y. M. (2015): Analisis kestabilan lereng untuk menentukan geometri lereng pada area penambangan pit
Muara Tiga Besar Selatan PT. Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Jurnal Bina Tambang, 2, 271-284.
Rizky, A., Setyawan, I.D., dan Widada, S. (2022): Analisis fasies dan lingkungan pengendapan pada Formasi Pulau Balang Cekungan Kutai,
Jurnal Ilmiah Geologi Pangea, 9, 8.
Saptono, S. (2012): Pengembangan metode analisis stabilitas lereng berdasarkan karakterisasi batuan di tambang terbuka batubara, Disertasi
Institut Teknologi Bandung, 35-37.
Satyana, A.H., Nugroho, D., dan Surantoko, I. (1999). Tectonic controls on the hydrocarbon habitats of the Barito, Kutai and Tarakan Basin,
Eastern Kalimantan, Indonesia; Major Dissimilarities, Journal of Asian Earth Sciences, 17, 99-122.
Supriatna (1915): Peta geologi lembar Samarinda, Kalimantan, Pusat Survei Geologi.
Shen, J., Karakus, M., dan Xu, C. (2013): Chart-based slope stability assessment using the generalized Hoek–Brown criterion, International
Journal of Rock Mechanics and Mining Sciences, 64, 210–219.
Suleiman, A. (2008): Studi stratigrafi sekuen dalam Formasi Pulau Balang di Lapangan Wailawi, Cekungan Kutai, Kalimantan Timur, Tesis Institut
Teknologi Bandung, 6-11.
Syamsu, B., Widiarso, D.A., dan Setyawan, R. (2021): Pengaruh lingkungan pengendapan terhadap kualitas dan peringkat batubara pada
satuan batupasir kuarsa Formasi Balikpapan, Jurnal GEOMINERBA, 6, 128-135.
Putra, S. dan Heriyadi, B. (2018): Analisis balik kestabilan lereng penampang a dan penampang b area lowwall tambang batubara pada Pit
X PT. Kideco Jaya Agung Kecamatan Batu Sopang Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur, Jurnal Bina Tambang, 4, 59-70.
Wyllie, D. C. dan Mah, C. W. (2004): Rock slope engineering: civil and mining, New York: Spoon Press.
Zhou, X. P. dan Cheng, H. (2013): Analysis of stability of three-dimensional slopes using the rigorous limit equilibrium method, Engineering
Geology, 160, 21–33.

37 DAFTAR PUSTAKA
CAPAIAN PUBLIKASI
Presented paper in PIT HATTI XXVII & KOGEI XII 2023 Under reviewed paper in ICGoES 2023

38
TERIMA KASIH

39

Anda mungkin juga menyukai