Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang terapi panas masih jarang dilakukan. Penelitian

sebelumnya terkait terapi panas yang digunakan untuk mengurangi nyeri yaitu

menggunakan kompres panas/hangat, salah satunya yaitu untuk nyeri persalinan.

Penelitian yang tentang pengalaman ibu bersalin dan bidan dalam menggunakan

paket hangat di perineum untuk mengurangi nyeri pada Kala II persalinan.

Penelitian ini melibatkan 717 ibu primigravida yang dipilih secara acak dan dibagi

dalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Kelompok perlakuan diberikan paket hangat yang diaplikasikan di perineumnya

sebanyak 360 orang. Kelompok kontrol diberikan asuhan yang standar dilakukan

dengan responden sebanyak 357 orang.30

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 79,7% ibu bersalin dan 80,4% bidan,

mengatakan bahwa paket panas yang telah diberikan dapat mengurangi nyeri pada

perineum selama proses persalinan. Sebagian besar ibu bersalin mengatakan

bahwa mereka senang menggunakan paket panas di perineum untuk mengurangi

nyeri persalinan Kala II. Sebanyak 85,7 % dari mereka ingin menggunakan terapi

panas lagi pada persalinan selanjutnya dan juga merekomendasikan kepada

teman-temannya terkait efektifitas dari penggunaan terapi panas di perineum

untuk mengurangi persalinan.30

14
Penelitian lainnya terkait dengan terapi panas yang diaplikasikan.pada

perineum dan tulang sakrum. Terapi panas yang digunakan pada penelitian ini

adalah handuk hangat yang telah direndam dalam air dengan suhu 450C.

Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 60 ibu primigravida berumur

antara 18-35 tahun. Responden secara acak dibagi dalam dua kelompok yaitu

kelompok perlakuan, diberikan terapi panas dan kelompok kontrol. Untuk

mengetahui skor tingkat nyeri digunakan Visual Analogue Scales (VAS). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada rata-

rata skor nyeri (P-value < 0,05). Terapi panas merupakan salah satu terapi

komplementer yang murah dengan risiko rendah, dapat mengurangi intensitas

nyeri persalinan dan dapat meningkatkan kepuasaan ibu selama Kala I persalinan

(P-value < 0,05).24

Terapi panas juga dimanfaatkan untuk pengobatan pada pasien kanker.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari penyesuaian pH dengan

melakukan kombinasi pemberian antara deksamethason, pemanasan awal larutan,

kompres panas di atas lokasi kateterisasi perifer. Pasien kanker diberikan

oxaliplatin secara intravena dengan dikombinasi fluoropyrimidine secara oral

akan meningkatkan kepuasan pasien. Namun pemberian oxaliplatin secara

intravena memiliki efek samping yaitu terjadinya nyeri vena. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kombinasi antara deksamethason, pemanasan awal larutan,

kompres panas di atas lokasi kateterisasi perifer dan penyesuaian pH secara

signifikan dapat menurunkan terjadinya risiko nyeri vena.27

15
Penelitian terapi panas yang lain yaitu tentang mandi air hangat untuk

mengurangi nyeri pada Kala I persalinan. Responden pada penelitian ini sebanyak

100 ibu yang sedang memasuki proses Kala I persalinan. Responden penelitian

dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah berumur antara 18-50 tahun, umur

kehamilan 37-41 minggu, sudah memasuki Kala I Fase Aktif persalinan, tidak ada

komplikasi, kehamilan tunggal, masih bisa berjalan keluar masuk kamar mandi,

bisa berbicara, menulis dan membaca.31

Penelitian ini menggunakan VAS (Visual Analogue Scale) untuk

mengukur tingkat nyeri, kecemasan dan kelelahan pada Kala I persalinan. Semua

responden, kelompok kontrol maupun perlakuan diminta untuk menunjukkan

tingkat nyeri, kecemasan dan kelelahan dengan menggunakan VAS. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan pada tingkat

nyeri dan kecemasan (P-value 0,011 dan P-value 0,018) dan tidak ada perubahan

signifikan terkait kelelahan (P-value 0,005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

mandi air hangat dapat mengurangi tingkat nyeri dan kecemasan pada Kala I

persalinan.31

Terapi panas juga dapat diterapkan pada pasien dengan sindrom koroner

akut untuk mengetahui efek terapi panas lokal pada nyeri dada pasien. Responden

sebanyak 66 pasien dipilih acak kemudian dibagi dalam dua kelompok yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pasien pada kelompok perlakuan

diberikan paket panas dengan suhu 500C dan kelompok kontrol dengan suhu

370C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terjadi

16
penurunan yang signifikan dalam intensitas nyeri, durasi dan frekuensi.

Kebutuhan terkait analgesik juga terjadi penurunan pada kelompok perlakuan.

Terapi panas lokal merupakan intervensi yang efektif untuk mencegah dan

mengurangi nyeri dada pada pasien dengan sindrom koroner akut dan

meminimalkan efek samping yang terkait dengan obat analgesik.34

B. DASAR TEORI

1. Nyeri Persalinan Kala I

a. Pengertian

The International Association for the Study of Pain (IASP)

mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau dijelaskan dalam hal kerusakan tersebut.35 Nyeri persalinan

merupakan rasa sakit yang berlangsung mulai dari Kala I persalinan, rasa

sakit terjadi karena adanya aktifitas besar di dalam tubuh ibu untuk

mengeluarkan bayi, proses ini terasa menyakitkan bagi ibu.36 Nyeri

persalinan mempunyai dua komponen fisiologis utama yaitu transmisi

stimulus rasa sakit pada fisik ke otak dan interpretasi informasi yang

disaring melalui sistem hipotalamus dan limbik.23

Rasa sakit kontraksi uterus dimulai dari bagian bawah perut,

menyebar ke kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu

mencapai puncak, kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi

untuk mendorong bayi keluar dari dalam rahim ibu.36 Rasa nyeri

17
persalinan merupakan manifestasi dari adanya kontraksi otot rahim.

Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang daerah

perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya

pembukaan mulut rahim (serviks).37

Titik akupoint untuk mengurangi nyeri pada Kala I persalinan

adalah di titik T10-L1.6,20 Pada titik ini tulang belakang yang pada

akhirnya menerima informasi dari rahim, jalan lahir dan perineum.20

Impuls nyeri pada kala I persalinan ditransmisi melalui segmen saraf

spinalis T10-L1. Rasa tidak nyaman yang diakibatkan perubahan serviks

dan iskemia rahim disebut nyeri viseral. Nyeri viseral ini berasal dari

bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung serta

sampai ke daerah femur. Impuls nyeri yang berasal dari serviks dan

korpus uteri ditransmisikan oleh serabut saraf aferen melewati pleksus

uterus, pleksus pelvikus, nervus hipogastrikus medius, nervus

hipogastrikus superior dan kemudian menuju ranta simpatis lumbalis.

Impuls nyeri melewati rantai torasikus bagian bawah dan

meninggalkannya dengan berjalan melalui rami komunikantes albus yang

berkaitan dengan nervus spinalis T10, T11, T12 dan L1.38

b. Mekanisme Nyeri

Nyeri dihantarkan oleh neuron khusus yang bertindak sebagai

reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar menuju sistem

saraf pusat. Reseptor tersebut dinamakan nosiseptor. Mereka tersebar

luas dalam lapisan superfisial kulit dan juga dalam jaringan dalam

18
tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, serta falks

dan tentorium cerebri. Nosiseptor (ujung-ujung) saraf bebas pada kulit

yang merespons terhadap stimulus berhubungan dengan saraf eferen

primer dan berujung pada spinal cord (SSP). Bila ada suatu stimulasi

yang berasal dari bahan kimia, mekanik, listrik atau panas, stimulasi itu

diubah menjadi impuls saraf pada saraf eferen ke spinal cord. Stimulus

itu dapat berupa protopatik (noxius) dan epikritik (nonnoxius). Stimulus

epikritik (sentuhan ringan, tekanan propriosepsi dan perbedaan

temperatur) ditandai dengan reseptor ambang rendah yang secara umum

dihantarkan oleh serabut saraf besar ber-mielin. Sebaliknya, stimulus

protopatik (nyeri) ditandai dengan reseptor ambang tinggi yang

dihantarkan oleh serabut saraf tak bermielin (serabut C).9,39

Empat fase dalam nociception pada nyeri ditunjukkan pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Empat fase dalam nociception pada nyeri (transduksi,


transmisi, modulasi dan persepsi)

19
1) Transduksi

Transduksi merupakan proses, ketika suatu stimulasi nyeri

(noxius stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf. Stimulasi ini dapat berupa stimulasi fisik

(tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi

perubahan patofisiologis karena mediator-mediator kimia seperti

prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma, histamine dari

sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi P dari ujung saraf

nyeri mempengaruhi juga nosiseptor di luar daerah trauma sehingga

lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitasi perifer,

yaitu menurunnya nilai ambang rangsangan nosiseptor karena

pengaruh mediator-mediator tersebut diatas dan penurunan pH

jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsangan yang

sebelumnya tidak menimbulkan nyeri, misalnya rabaan.9,39

Sensitasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitasi

sentral, yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya

neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri

yang dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi

depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls

saraf.9,39

2) Transmisi

Transmisi merupakan proses penerusan impuls nyeri dari

nosiseptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis

20
menuju korteks serebri. Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf

eferen (serabut nosiseptor) yang terdiri dari 2 macam yaitu serabut A

(A delta) yang peka terhadap nyeri tajam, panas disebut juga dengan

first pain/fast pain dan serabut C (C fiber) yang peka terhadap nyeri

tumpul dan lama yang disebut second pain/slow pain. 9,39

3) Modulasi

Modulasi merupakan proses pengendalian internal oleh

sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi proses penerusan

impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen

yang melibatkan bermacam-macam neurotransmiter antara lain

endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis.

Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan

menghambat transmisi impuls sebelum maupun sesudah sinaps di

tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer

medulla spinalis atau supraspinalis. 9,39

Nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat korteks yang lebih

tinggi di otak yang memodifikasi persepsi nyeri. Alur saraf desenden

melepaskan opiate endogen, seperti endorphin atau dinorfin, suatu

pembunuh nyeri alami yang berasal dari dalam tubuh.

Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat pelepasan substansi P.9,39

4) Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang

21
impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi

sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan

pengalaman emosional. Persepsi menentukan berat ringannya nyeri

yang dirasakan. Nyeri setelah sampai ke otak, nyeri dirasakan secara

sadar dan menimbulkan respon berupa perilaku dan ucapan yang

merespon adanya nyeri.9,39

c. The Gate Control Theory

Mekanisme gate control theory ditunjukkan pada gambar 2.2.

Teori ini menerangkan mengenai transmisi nyeri. Kegiatannya

bergantung pada aktivitas serat saraf eferen berdiameter besar atau kecil

yang dapat mempengaruhi sel saraf di substansi gelatinosa. Aktivitas

serat yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu

ditutup”, sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah

transmisi yang artinya “pintu dibuka”.40,41

Gambar 2.2 Mekanisme The Gate Control Theory

22
Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemukan hambatan

presinaptik. Hambatan oleh presinaptik pada serat berdiameter besar

maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara berturut-

turut. Oleh karena tidak semua sel saraf di substansia gelatinosa

menerima input konvergen dari sel saraf besar maupun kecil baik yang

membahayakan atau tidak, maka peranan gate control ini menjadi tidak

jelas.42

Ronald Melzack dan Patrick Wall menerangkan terkait

bagaimana pikiran dan emosi dapat mempengaruhi persepsi nyeri

menjelaskan bahwa mekanisme gerbang (gate control) pada dorsal horn

di spinal cord berperan penting dalam mekanisme tersebut. Serabut saraf

kecil (reseptor nyeri) dan serabut besar (reseptor “normal”) bersinap pada

sel projector (P) yang akan menuju spinothalamic ke otak dan

interneuron inhibitor (i) yang berada pada dorsal horn.43,44

Hubungan tersebut menentukan kapan stimulus nyeri disalurkan

menuju otak dengan beberapa mekanisme sebagai berikut:

1) Ketika tidak ada input nyeri, saraf inhibitor mencegah saraf

proyektor untuk menyalurkan sinyal menuju otak (gate tertutup).

2) Masuknya sensasi somatik normal ketika ada stimulasi pada serabut

yang lebih besar atau hanya stimulasi pada saraf serabut besar maka

saraf inhibitor dan saraf proyektor akan terstimulasi, namun saraf

inhibitor mencegah saraf proyektor menyalurkan sinyal menuju otak

(gate menutup).

23
3) Nosiseptik (penerimaan nyeri) terjadi ketika serabut yang lebih kecil

atau serabut yang kecil saja terstimulasi. Hal tersebut menyebabkan

inaktivasi pada saraf inhibitor dan saraf proyektor menghantarkan

sinyal nyeri menuju otak (gate membuka).13,43

Perjalanan nyeri desenden dari otak menuju gerbang (gate)

dengan menghambat saraf proyektor dan meminimalkan persepsi nyeri.

Teori gate control tidak menjelaskan tentang persepsi nyeri, namun jika

kita menggosok atau membanting jari berarti menstimulasi

somatosensorik normal ke proyektor yang menyebabkan nyeri.13

d. Dampak Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan berdampak negatif tidak hanya pada ibu namun

tetapi juga pada janin.6,12,15,17 Peningkatan aktivitas pada sistem saraf

simpatik menghasilkan gelombang katekolamin. Dampak nyeri yang

terjadi pada ibu antara lain adalah terjadinya hipokapnea yang

menyebabkan vasokonstriksi termasuk uterus, dikarenakan adanya

peningkatan oksigen bersamaan dengan hiperventilasi ibu dalam

menanggapi nyeri persalinan. Perubahan kardiopulmoner mengakibatkan

pola kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dengan perfusi

uteroplasenta yang menurun pada janin bisa menyebabkan hipoksemia

janin dan asidosis janin. Dampak yang dialami pada bayi yaitu terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir, denyut jantung abnormal dan skor apgar

yang rendah. Tindakan kebidanan sangat dibutuhkan untuk mengurangi

24
komplikasi yang diakibatkan dari nyeri persalinan yang tidak ditangani

dengan tepat.6,17

e. Penanganan Nyeri Persalinan Secara Non-Farmakologis

Metode non-farmakologis dalam mengelola rasa nyeri memiliki

sedikit kontraindikasi dan dapat digunakan dalam menunda pemberian

obat analgesik. Metode ini memiliki kelebihan dalam mengurangi rasa

nyeri antara lain lebih aman, tidak invasif, mudah diterapkan dan relatif

murah.20

Akupuntur mulai dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati

berbagai macam nyeri. Penelitian tentang akupuntur menunjukkan bahwa

pelepasan endorphin endogen dan encephalin pada penerapan jarum yang

diletakkan pada titik-titik tertentu secara efektif dapat mengobati nyeri

akut dan kronis.22 Akupresur hampir sama dengan akupuntur, namun

tidak menggunakan jarum. Jarum diganti dengan menggunakan tekanan.

Akupresur bermanfaat untuk mengatur nyeri persalinan dan

memperpendek waktu untuk melahirkan.10,23

Pijat mempunyai manfaat untuk meningkatkan relaksasi,

mengurangi nyeri, dan meningkatkan kualitas pengalaman ibu dalam

proses persalinan.45 Aromaterapi merupakan metode non-farmakologis

menggunakan minyak essensial yang diambil dari sumber botani

aromatik. Aromaterapi mempunyai manfaat untuk mengurangi persepsi

nyeri pada persalinan.23 Breathing exercise dengan pernafasan dalam

25
dapat mengurangi persepsi nyeri dan memperpendek waktu Kala II

persalinan.14

Hipnoterapi selama persalinan berfokus pada berkurangnya

kesadaran akan rasa nyeri, ketakutan dan juga kecemasan sehingga

mengakibatkan penurunan persepsi terhadap tiga hal tersebut.23 Yoga

menggunakan konsentrasi pernafasan dan fokus pada pikiran dan tubuh.

Yoga memberi manfaat antara lain untuk lebih nyaman, meningkatkan

kesadaran diri dan meningkatkan kesejahteraan emosional.5,23 Terapi

musik sebagai terapi tambahan telah terbukti mengurangi nyeri pada

pasien dengan nyeri kronis, pasca operasi, dan kanker. Terapi musik

namun memiliki sedikit efektif dalam mengurangi nyeri terkait proses

persalinan, karena tidak semua ibu yang mau melahirkan menginginkan

untuk diberikan terapi musik.23

Terapi dingin memberi dampak dalam mengurangi peradangan

dan kerusakan jaringan serta sangat efektif dalam mengurangi rasa nyeri

akut. Terapi panas merupakan metode untuk mengurangi rasa nyeri yang

mudah dan tidak memerlukan ketrampilan tertentu.24 Terapi panas

memberi manfaat untuk meningkatkan aliran darah, pengiriman oksigen

dan perluasan jaringan.22 Terapi panas pada proses persalinan biasanya

dilakukan pada daerah punggung, perut bagian bawah, selangkangan dan

perineum.25

26
2. Heat Transfer di Bidang Medis

a. Teori Heat Transfer

Perpindahan panas merupakan suatu proses yang kompleks pada

jaringan manusia. Ini melibatkan beberapa mekanisme seperti konduksi

panas, radiasi, konveksi, perubahan panas, generasi panas metabolik dan

perfusi darah.46 Koefisien perpindahan panas adalah parameter yang

signifikan yang bisa menguraikan karakteristik perpindahan panas cairan

melalui permukaan rekahan dan bisa digunakan untuk memprediksi

produksi air panas.47 Arteri dan kapiler berkembang, sirkulasi darah dan

metabolism membaik pada suhu saat suhu jaringan kulit meningkat

sampai sekitar 400C.48 Panas yang diterapkan langsung ke kulit pada

suhu 400C akan meningkatkan suhu jaringan otot paling sedikit 10C pada

kedalaman berkisar antara 2,0 cm – 3,8 cm di bawah permukaan kulit.49

Pada tahap awal, simulasi numerik stimulasi termal pada tubuh manusia

dilakukan dengan hanya memecahkan persamaan konduksi.48 Durasi dan

suhu yang dibutuhkan untuk menyebabkan penurunan tingkat nyeri

belum diketahui dengan jelas.24

b. Mekanisme Heat Transfer

Perpindahan energi selalu dari medium suhu yang lebih tinggi

ke suhu yang rendah, dan perpindahan energi berhenti ketika kedua

medium mencapai suhu yang sama. Panas merupakan suatu bentuk

energi yang ditransfer dari satu sistem ke sistem lainnya akibat perbedaan

suhu.24

27
Kebutuhan dasar untuk perpindahan panas adalah adanya

perbedaan suhu. Perbedaan voltase merupakan kekuatan pendorong

aliran arus listrik dan perbedaan tekanan tekanan merupakan kekuatan

pendorong aliran fluida. Tingkat perpindahan panas ke arah tertentu

tergantung pada besarnya gradient suhu (perbedaan suhu per satuan

panjang atau laju perubahan).50

c. Termodinamika

Termodinamika berhubungan dengan jumlah perpindahan panas

saat sebuah sistem mengalami proses dari satu keadaan ekuilibrum ke

keadaan yang lain, dan hal itu tidak memberi indikasi berapa lama

prosesnya akan berlangsung. Analisis thermodinamika hanya memberi

tahu kita mengenai berapa banyak panas yang harus ditransfer untuk

mewujudkan perubahan keadaan tertentu. Menentukan tingkat

perpindahan panas ke atau dari suatu sistem dan dengan demikian waktu

pendinganan atau pemanasan, serta variasi suhu merupakan subjek

perpindahan panas.51

Hukum termodinamika meletakkan kerangka bagi ilmu

perpindahan panas. Hukum pertama mensyaratkan bahwa laju transfer

energi ke dalam sistem sama dengan laju peningkatan energi pada sistem

itu. Hukum kedua mensyaratkan supaya panas ditransfer ke arah

penurunan suhu.51

28
3. Terapi Panas

a. Teori Terapi Panas

Terapi Panas merupakan salah satu terapi non-farmakologis untuk

mengurangi nyeri.23 Terapi panas merupakan suatu terapi dengan

memanfaatkan suhu panas. Udara lembab yang hangat dapat

dipergunakan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri pada otot. Terapi

panas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, antara

dengan handuk hangat, botol air panas, hot packs, alat ultrasound, infra-

red dan juga bak parafin cair.52

b. Mekanisme Terapi Panas

Terapi panas merupakan paling praktis dan stabil dalam proses

terapi untuk mengurangi nyeri, dikarenakan sumber panasnya terjaga.

Prinsip-prinsip termodinamika menunjukkan bahwa penerapan panas

ditransfer melalui difusi dalam proses konduksi panas, yang melibatkan

interaksi antar molekul.53

Terapi panas yaitu meletakkan benda yang dipanaskan pada kulit

yang menyebabkan proses vasodilatasi, yaitu pembuluh darah membesar

dan melemaskan otot-otot.24 Hal ini meningkatkan sirkulasi yang

menyebabkan masuknya oksigen dan nutrisi untuk meningkatkan

penyembuhan terhadap nyeri. Panas dapat merangsang reseptor panas di

jaringan yang lebih dalam dan dorongan yang berbeda untuk menetralisir

diri sampai pada sumsum tulang belakang dan menyebabkan penutupan

29
gerbang sesuai dengan the gate control theory dan kemudian

menghalangi impuls saraf untuk mencapai otak.28

4. Skala Nyeri

Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk

menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa yang tepat, menentukan

jenis terapi yang tepat dan mengevaluasi respon terhadap terapi yang

diberikan.54 Intensitas nyeri merupakan suatu gambaran mengenai

seberapa parah tingkat nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran

nyeri sangat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun pengukuran dengan

menggunakan teknik ini juga tidak dapat memberikan suatu gambaran

tentang nyeri itu sendiri.

Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan

atau intensitas nyeri tersebut. Pasien dengan nyeri seringkali diminta

untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.

Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi tenaga medis dan pasien.

Alat skala nyeri numerik memungkinkan pasien dengan nyeri untuk

memilih sebuah kategori dalam mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian

numeric rating scale (NRS) digunakan sebagai pengganti alat

pendeksripsi kata dalam nyeri. Pasien menilai nyeri dengan

menggunakan skala 0-10. Skala nyeri numerik paling efektif digunakan

30
saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian intervensi

terapeutik.54 Numeric rating scale (NRS) ditunjukkan dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3 Numeric Rating Scale

5. Sistem Autonomik

Nyeri menimbulkan respon autonomik seperti diaforesis,

peningkatan nadi, peningkatan pernafasan dan perubahan tekanan darah.

Respon autonomik nyeri hanya terjadi pada kasus nyeri akut.33 Nyeri

persalinan merupakan salah satu kasus nyeri akut.21 Nyeri yang

mengakibatkan respon autonomik membuat pasien/klien memperoleh

tindakan khusus yang tepat untuk menangani nyeri tersebut. Pemeriksaan

fisik seperti pernafasan, nadi dan tekanan darah perlu dilakukan monitor

dengan tujuan untuk mengetahui adanya respon autonomik. Respon

autonomik yang sering ditemukan pada pasien nyeri adalah peningkatan

tekanan darah sebagai respon autonomik, karena nyeri akan

menyebabkan penurunan resistensi perifer saraf otonom sehingga akan

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang dapat menaikkan

tekanan darah.33

31
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi saat darah dipompa

oleh jantung untuk mengalir dalam pembuluh darah. Tekanan puncak

terjadi saat ventrikel berkontraksi disebut tekanan sistolik. Tekanan

terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat disebut tekanan

diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar

antara 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah

normal biasanya 120/80.55

C. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.4. Aktifitas

yang terjadi pada proses persalinan pada Kala I yaitu kontraksi uterus dan dilatasi

atau pembukaan serviks. Kontraksi uterus dan pembukaan serviks akan

menimbulkan stimulus nyeri. Stimulus nyeri ini diubah menjadi impuls saraf yang

berperan dalam pelepasan mediator nyeri seperi histamin, prostaglandin, serotonin

ion kalium. Impuls saraf dihantarkan oleh nosiseptor yang berperan sebagai

reseptor, pendeteksi timulus, penguat dan penghantar melewati cornu dorsalis dan

cornu spinalis menuju ke otak.

Ada empat fase dalam nosiseptor pada nyeri, tranduksi yaitu proses ketika

suatu stimulus nyeri diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima

ujung-ujung saraf. Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf eferen yang terdiri

dari serabut Aβ yang peka terhadap nyeri panas dan serabut C yang peka terhadap

nyeri tumpul. Sebelum impuls saraf sampai ke otak terjadi proses modulasi di

32
nosiseptor perifer medulla spinalis atau supra spinalis. Modulasi ini adalah

pengendalian internal oleh sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan atau

mengurangi penerusan impuls saraf. Setelah sampai ke otak, nyeri dirasakan

secara sadar dan menimbulkan respon berupa perilaku dan ucapan yang

merespons adanya nyeri.

Nyeri persalinan terbagi dalam nyeri tertangani dan nyeri tidak tertangani.

Nyeri tertangani mengindikasikan bahwa kesejahteraan ibu dan janin baik. Nyeri

tidak tertangani akan berdampak tidak hanya pada ibu, namun juga ke bayi. Pada

ibu nyeri persalinan berdampak terjadinya hipokapnea yang menyebabkan

vasokonstriksi termasuk uterus, dikarenakan adanya peningkatan oksigen

bersamaan dengan hiperventilasi ibu dalam merespon nyeri persalinan. Dampak

yang dialami pada bayi yaitu terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, denyut

jantung abnormal dan skor apgar yang rendah. Tindakan kebidanan sangat

dibutuhkan untuk mengurangi komplikasi yang diakibatkan dari nyeri persalinan

yang tidak ditangani dengan tepat.

33
Kontraksi Pelepasan
Persalinan mediator nyeri
Uterus Stimulus Impuls (histamine,
Nyeri Saraf prostaglandin,
Kala I Dilatasi serotonin ion
Serviks kalium, dll

Merangsang nosireseptor
(reseptor nyeri)

Farmakologis: C fiber
analgesik
Manajemen Terapi Transduksi
Panas Aβ fiber
nyeri Non- Substansi P
farmakologis
1. Akupuntur Transmisi
2. Akupresur
3. Pijat
4. Aromaterapi
5. Exercise Modulasi
6. Hypnoterapi
Medulla Spinalis
7. Yoga
8. Terapi musik
9. Terapi panas
10. Cold therapy
Sistem aktivasi Area grisea
retikuler periaduktus

Ibu:
Terjadi
hipokapnea, Hipotalamus dan Thalamus
hiperventilasi sistem limbik

Bayi:
Terjadi asfiksia pada Nyeri tidak
Otak
BBL, denyut jantung tertangani
(somatosensorik
abnormal, skor )
APGAR yang rendah Faktor risiko
Persepsi nyeri:
Usia
Pendidikan
Kesejahteraan ibu Pekerjaan
Nyeri Nyeri
dan janin persalinan
tertangani

Gambar 2.4 Bagan kerangka teori

34

Anda mungkin juga menyukai