Anda di halaman 1dari 29

1

BAB II
PANDANGAN UMUM TENTANG RUH

A. Terminologi Ruh
1. Pengertian Ruh Secara Bahasa dan Istilah
Ruh atau roh (dalam bahasa Indonesia) berasal dari bahasa arab yakni
‫ ريح‬yang berarti angin. Angin memiliki makna aliran udara yang bersifat
abstrak1. Dalam kamus almunawwir ruh dalam tunggal (mufrad) memiliki makna
sesuai dengan penggunaannya2. Ada yang memaknai dengan wahyu, hukum
Allah dan perintah, malaikat yang secara umum adalah malaikat jibril, dan juga
ruh yang bermakna intisari atau hakikat. Dan ruh yang dimaksud adalah ruh yang
bersifat ruhani spiritual yang bersifat immateri memiliki keagungan atau pun dari
nilai agamis. Ruh dimaknai juga sebagai nafas yang bermakna nafas atau nyawa.
Nafas Atau atau nyawa adalah bagian abstrak yang ada dalam diri manusia
laksana angin yang keberadaanya dapat dirasakan namun tidak dapat dilihat
dengan indera penglihatan. Menurut Abu Haitham Ruh adalah nafas yang
berjalan diseluruh jasad. Jika ruh telah keluar maka manusia tidak bernafas.3
Para ulama banyak memberikan devinisi tentang ruh. Sebagian besar
berpendapat ruh adalah makhluk. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ahlul
Jama‟ah dan Atsar dengan landasan sabda Rasulullah SAW

َ َ‫ف َوَما تَنَا َك َرا ِم ْن َها ا ْختَ ل‬


‫ف‬ َ َ‫ف ِم ْن َها ائْ تَ ل‬
َ ‫اح ُجنُ ْو ٌد ُُمَنَّ َدةٌ فَ َما تَ َع َار‬
ُ ‫األ َْرَو‬
Artinya
Roh roh itu serupa dengan pasukan perang yang dikerahkan, selagi saling
mengenal mereka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka mereka akan
saling berselisih.” Pasukan yang dikerahkan tidak lain adalah makhluk
Adapula yang memaknai ruh adalah termasuk urusan Tuhan, yang mana
Allah SWT menyembunyikan hakikatnya serta pengetahuan tentang ruh. Hal
tersebut sesuai dengan al-Qur‟an surat al-Isra ayat 85
1
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka: 1991),
hlm. 44.
2
Ahmad Warson Munawwir. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.
(Yogyakarta: Pustaka Progressif: 1991), hlm. 545
3
Ahmad Sunarto. Hakekat Roh. (Surabaya: Ampel Mulia: 2015) hlm. 14.
2

ً ِ‫وح ِم ْن أ َْم ِر َرِّّب َوَما أُوتِيتُ ْم ِم َن ال ِْعل ِْم إََِّّل قَل‬


 ‫يًل‬ ُّ ‫وح قُ ِل‬
ُ ‫الر‬ ُّ ‫ك َع ِن‬
ِ ‫الر‬ َ َ‫َويَ ْسأَلُون‬

Artinya
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.4"

Menurut al-Ghazali ruh adalah kesempurnaan awal bagi benda yang


hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari
segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum. (sebagian lain menyebutnya al-nafs
al-natiqah/ jiwa manusia). Sebelum masuk dan berhubungan dengan tubuh
disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs yang
mempunyai daya (al-'aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan
daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak.5

Dalam al-Qur‟an makna ruh memiliki beragam makna tergantung pada


konteks apa ayat ruh tersebut digunakan. Oleh karena itu ruh dapat dimakanai
dengan al-Quran, Malaikat Jibril.
Ruh dimaknai dengan Wahyu atau al-Qur‟an. Hal ini sesuai dengan
yang termaktub dalam al-Quran surat al-Nahl ayat 2

ِ ‫شاء ِمن ِعب‬


ِ ‫ادهِ أَ ْن أَنْ ِذروا أَنَّوُ ََّل إِلَوَ إََِّّل أ َََن فَاتَّ ُق‬ ِ ِ ِ ‫ي ن ِز ُل الْم ًَلئِ َك َة ِِب ُّلر‬
‫ون‬ ُ َ ْ ُ َ َ‫وح م ْن أ َْم ِره َعلَى َم ْن ي‬ َ ّ َُ

Artinya:
Dia menurunkan Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Yaitu:
"Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku6".

Dalam ayat lain dikatakan dalam surat al-Mu’min ayat 15

4
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya . op.cit. hlm. 396.
5
Dewan Redaksi, Ensklopedi Islam vol. 4. op.cit. hlm. 174.
6
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 364.
3

ِ ‫شاء ِمن ِعب‬


‫اد ِه لِيُ ْن ِذ َر يَ ْو َم الت ًََّل ِق‬ ِ ِ ‫الر‬ ِ ِ ‫ات ذُو الْعر‬
ِ ‫الدرج‬ ِ
َ ْ ُ َ َ‫وح م ْن أ َْم ِره َعلَى َم ْن ي‬
َ ُّ ‫ش يُلْقي‬ َْ َ َ َّ ‫يع‬
ُ ‫َرف‬

Artinya
(Dialah) yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, yang mengutus
Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya, supaya Dia memperingatkan (manusia) tentang hari
Pertemuan (hari kiamat).7

Dalam surat Al-Syuura ayat 52 pun dikatakan

‫ورا‬ ِ ِْ ‫اب َوََّل‬


ً ُ‫اْلميَا ُن َولَك ْن َج َعلْنَاهُ ن‬
ِ َ ‫وحا ِم ْن أ َْم ِرََن َما ُك ْن‬
ُ َ‫ت تَ ْد ِري َما الْكت‬ ً ‫ك ُر‬ َ ِ‫َوَك َذل‬
َ ‫ك أ َْو َح ْي نَا إِلَْي‬
 ‫يم‬ ٍ ‫صر‬
ٍ ‫اط ُم ْستَ ِق‬ ِ ِ ِ َ َّ‫اد ََن وإِن‬ ِ ِ ِ َ َ‫نَ ْه ِدي بِ ِو من ن‬
َ ‫ك لَتَ ْهدي إ ََل‬ َ َ‫شاءُ م ْن عب‬ َْ
Artinya
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan
tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.8

Manusia terlahir kemuka bumi ini membawa sebuah misi yakni dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT. Dalam prosesnya manusia memerlukan
sebuah aturan. Aturan tersebut (wahyu) diturunkan oleh Allah melalui
Malaikanya kepada seluruh utusannya (rasul) agar disampaikan kepada
ummatnya, dengan tujuan melahirkan manusia yang unggul yang patuh terhadap
segala aturannya. Ketiga ayat diatas para ulama memakanai ayat tersebut sebagai
wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul rasulnya

Ruh dimaknai sebagai Malaikat Jibril. Hal ini sesuai dengan yang
termakstub dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 253

7
Ibid., hlm. 673.
8
Ibid., hlm. 701.
4

ٍ ‫ضهم َدرج‬
‫ات َوآتَ ْي نَا‬ َ َ ْ ُ َ ‫اَّللُ َوَرفَ َع بَ ْع‬ َّ ‫ض ِم ْن ُه ْم َم ْن َكلَّ َم‬ٍ ‫ض ُه ْم َعلَى بَ ْع‬ َّ َ‫الر ُس ُل ف‬
َ ‫ضلْنَا بَ ْع‬ ُّ ‫ْك‬ َ ‫ تِل‬
‫ين ِم ْن بَ ْع ِد ِى ْم ِم ْن بَ ْع ِد‬ ِ َّ َّ ‫اء‬
َ ‫اَّللُ َما اقْتَ تَ َل الذ‬ َ ‫س َولَ ْو َش‬ِ ‫وح الْ ُق ُد‬ ِ َ‫ِعيسى ابن مرََيَ الْب يِن‬
ِ ‫ات َوأَيَّ ْد ََنهُ بِ ُر‬ َّ ْ َ َ ْ َ
ِ ِ ِ ُ َ‫ما جاءتْ هم الْب يِن‬
َّ ‫اء‬
‫اَّللُ َما اقْتَ تَ لُوا‬ َ ‫ات َولَك ِن ا ْختَ لَ ُفوا فَم ْن ُه ْم َم ْن‬
َ ‫آم َن َوم ْن ُه ْم َم ْن َك َف َر َولَ ْو َش‬ َّ ُ ُ َ َ َ
 ‫ل َما يُ ِري ُد‬ َّ ‫َولَ ِك َّن‬
ُ ‫اَّللَ يَ ْف َع‬
Artinya
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain.
di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan
sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. dan Kami berikan kepada
Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat Dia dengan Ruhul
Qudus. dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan
orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-rasul itu, sesudah datang kepada
mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, Maka ada
di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir.
seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi
Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.9

Dalam surat al-Nahl ayat 102 pun dikatakan

 ‫ي‬ ِ ‫ت الَّ ِذين آمنُوا وى ًدى وب ْشرى لِل‬


َ ‫ْم ْسل ِم‬
ُ َ َُ ُ َ َ َ َ ِّ‫س ِم ْن َرب‬
َ ِّ‫ك ِِب ْْلَ ِّق لِيُ ثَب‬ ِ ‫وح الْ ُق ُد‬
ُ ‫ قُ ْل نَ َّزلَوُ ُر‬
Artinya
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu
dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)".10

Dalam ayat lain dikatakan surat al-Syu’ara ayat 193

 ‫ي‬ ِ ُّ ‫نَ َز َل بِ ِو‬


ُ ‫وح ْاألَم‬
ُ ‫الر‬
Artinya
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin,11

Dalam ayat pertama dan kedua terdapat kata ruh al-Qudus, para ulama
berpendapat bahwa yang dimaksud ruh al-Qudus tersebut adalah malaikat jibril,

9
Ibid., hlm. 52.
10
Ibid., hlm. 379.
11
Ibid., hlm. 527.
5

adapula yang memaknainya dengan kitab injil, kemudian dimaknai pula sebagai
ruh yang dapat menghidupkan orang mati. Serta ada juga yang memaknia
sebagai ruh yang di anugerah kan kepada Nabi Isa AS, sebagai penghormatan
kepadanya12
Dalam ayat kedua pun para ulama berpendapat bahwa ruh al-Amin
disana adalah Malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para
Nabi dan rasul Nya

2. Pengetian Jiwa ( Nafs)


Nafs secara bahasa diambil dari kata nafasa (‫ )نفس‬yang berarti bernafas.
Nafs dalam khazanah Islam Nafs memiliki beberapa makna. Nafs dapat
bermakna jiwa (Soul, Psyche), nyawa dan lain-lain. Semua potensi yang terdapat
pada nafs dapat dimaksimalkan apabila manusia mampu mengaktulisasikannya.
Nafs pun yang memengaruhi segala aktivitas serta tingkahlaku manusia baik
yang bersifat positif maupun negatif.13
Kata al-nafs, menurut Ibnu Mandzur mengandung dua pengertian,
pertama; nafas atau nyawa. Kedua; bermakna diri atau hakikat dirinya, seperti
dalam kalimat seseorang telah membunuh nafs-nya. Menurut Ibnu Abd al-Bar,
nafs bisa bermakna ruh dan bisa juga bermakna sesuatu yang membedakannya
dari yang lain. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, dalam setiap diri manusia
terdapat dua unsur nafs, yaitu nafs „aqliyah yang bisa membedakan sesuatu, dan
nafs ruhiyah yang menjadi unsur kehidupan
Sebagian lain berpendapat bahwa jiwa adalah suatu dzat yang memiliki
batasan, unsur, panjang, lebar dan kedalaman. Ia tidak saling terpisah dengan
unsur lainnya dimuka bumi ini sebagaimana sama sama dihukumi dengan
panjang, lebar dan dalam. Masing masing dari keduanya memiliki sifat batasan
dan kesudahan. Sebagian lain berpendapat jiwa disifati sebagaimana pensifatan
para ulama yang telah disebutkan sebelumnya dengan sesuatu yang memiliki
12
Muhammad Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Razi, jilid II, (Beirut: Libanon Dar al-Fikr),
hlm..160
13
Ahmad Sunarto. Hakekat Roh. op.cit. hlm. 87-92.
6

batasan dan akhiran. Alhariri berpendapat bahwa jiwa adalah jauhar


(elemen/bagian terkecil dari benda), bukan tubuh ini, dan tidak memiliki sifat
materi. Akan tetapi, jiwa adalah antara jauhar dan jismun14.
Ja’far bin Harb berpendapat bahwa jiwa adalah tabiat yang terdapat
didalam jasad dan merupakan salah satu instrumen yang membantu aktivitas
manusia seperti sehat, selamat dan hal hal semisalnya serta tidak memiliki sifat
elemen ataupun materi.15
Sebagian ulama menyatakan bahwa jiwa bukanlah materi atau tabi’at.
Tidak berada disuatu tempat, tidak memiliki ukuran seperti panjang, lebar,
dalam, warna atau apapun. Jiwa tidak berada didalam atau luar alam semesta. Ia
tidak pula berada disamping atau diantara keduanya. Begitulah pendapat al-
Masya’iun seperti yang telah disebutkan oleh al-Asy’ari dari Aristoteles.
Menurut mereka interaksi antara jiwa dengan jasad bukanlah dengan hulul
(menyatu) mujawiroh (berdampingan), musakanah (mendiami), iltishaq
(melekat) ataupun muqabalah (berhadap hadapan) melainkan hanya sebagai
pengatur saja.16
Abu Abdillah bin Al-Khatib berpendapat berkaitan dengan hakikat jiwa
yang diutarakan oleh para ulama bahwasannya jiwa adalah materi atau tabi’at
yang beraktivitas di jasad. Dalam hal ini, jiwa adalah substansi baik berupa tubuh
itu sendiri atau materi yang menyertai jasad atau bisa juga di luar jasad. Pendapat
ini, adalah pendapat yang disetujui oleh para ulama. Dikarenakan manusia adalah
istilah untuk menyebut tubuh ini dengan bentuknya yang khas. Pendapat lain
mengatakan bahwa jiwa bukanlah materi atau tabi’at yang beraktivitas di
dalamnya. Selain itu, jiwa adalah istilah untuk menyebut sebuah substansi yang
tidak termasuk dalam tubuh, meskipun tidak ada seorang ulama yang setuju
dengan pendapat tersebut.17

14
Ibid.,
15
Ibid.,
16
Ibid.,
17
Sayyid Sabiq. Perbedaan Alam Malaikat Roh dan Jin. (Jakarta: Aprindo: 2004), hlm. 82
7

Aristoteles berpendapat bahwa jiwa adalah sesuatu yang panjang


(memuai) atau mengembang) dimuka bumi ini yang tidak terbagi kedalam zat
maupun bentuk. Ia terdapat pada seluruh hewan dimuka bumi ini yang memiliki
suatu makna, bukan selainnya. Sebagian lain berpendapat bahwa jiwa adalah
suatu dzat yang memiliki batasan, unsur, panjang, lebar dan kedalaman. Ia tidak
saling terpisah dengan unsur lainnya dimuka bumi ini, sebagaimana sama sama
dihukumi dengan panjang, lebar dan dalam.
Ulama lain berpendapat seperti halnya Al-Hariri yang menuturkan bahwa
jiwa adalah jauhar (elemen/ bagian terkecil dari benda), bukan tubuh ini, dan
tidak memiliki sifat materi. Akan tetapi, jiwa adalah antara jauhar dan jismun.
Ja’far bin Harb menuturkan jiwa adalah tabi’at yang terdapat didalam jasad. Ia
adalah salah satu instrumen yang membantu aktivitas manusia seperti sehat,
selamat dan hal hal semisalnya. Abu Abdillah bin al-Katib melakukan penelitian
terkait hakikat jiwa yang diutarakan oleh para ulama ia berpendapat bahwa
sebagian ulama berpendapat bahwasannya jiwa adalah materi atau tabiat yang
beraktifitas dijasad, ia adalah substansi yang baik berupa tubih itu sendiri, atau
materi yang menyertai jasad atau bisa juga diluar jasad. Pendapat ulama lainnya
bahwa jiwa adalah bukanlah materi atau tabi’at yang beraktivitas didalamnya,
jiwa adalah istilah untuk menyebut sebuah substansi yang tidak termasuk
didalam tubuh. Dan pendapat yang kedua sangat minim sekali yang menyetujui
dengan konsep tersbut. Karena manusia adalah istilah untuk menyebut tubuh ini
18
dengan bentuk yang khas seperti pendapat sebagian besar manusia. Ruh
dimaknai juga sebagai Jiwa atau An nafs. Orang Arab memaknai ruh sebagai
identitas laki laki dan Nafs sebagai identitas perempuan

3. Perbedaan serta Kesatuan Ruh dan Jiwa


Ruh dan Jiwa memiliki kesatuan makna yang sama. Sebagaimana
firman Allah dalam al-Qur‟an Surat al-Zumar ayat 42

18
Ahmad Sunarto. Hakekat Roh. op.cit. hlm. 87-92..
8

‫ت‬
َ ‫ضى َعلَْي َها ال َْم ْو‬ ُ ‫ت ِِف َمنَ ِام َها فَ يُ ْم ِس‬
َ َ‫ك الَِِّت ق‬ ْ َُ‫ي َم ْوِِتَا َوالَِِّت ََلْ ِت‬ ِ ‫اَّلل ي ت و ََّّف ْاألَنْ ُف‬
َ‫سح‬َ َ َ َ َُّ 

 ‫ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬


ٍ ‫ك َيآتا‬ِ
َ َ ‫َج ٍل ُم َس ِّمى إِ َّن ِِف ذَل‬
ِ
َ ‫َويُ ْرس ُل ْاألُ ْخ َرى إِ ََل أ‬
Artinya
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah
Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.19

Dalam ayat lain dikatakan, Surat al-An’am ayat 93

‫ال َسأُنْ ِز ُل ِمثْ َل‬


َ َ‫وح إِلَْي ِو َش ْيءٌ َوَم ْن ق‬ ِ ‫ال أ‬
ََّ ِ‫ُوح َي إ‬
َ ُ‫َل َوََلْ ي‬
َِّ ‫ومن أَظْلَم ِِمَّ ِن افْ ت رى علَى‬
َ َ‫اَّلل َك ِذ ًِب أ َْو ق‬ َ ََ ُ ْ ََ
‫ت َوال َْم ًَلئِ َكةُ َِب ِسطُو أَيْ ِدي ِه ْم أَ ْخ ِر ُجوا‬ِ ‫ات الْمو‬ ِ ‫اَّلل ولَو تَرى إِ ِذ الظَّالِمو َن ِِف غَمر‬
َْ ََ ُ َ ْ َ َُّ ‫َما أَنْ َز َل‬
‫آتاتِِو‬ َِّ ‫ون ِِبَا ُك ْن تم تَ ُقولُو َن علَى‬ ِ ُ‫أَنْ ُفس ُكم الْي وم ُُتْزو َن َع َذاب ا ْْل‬
َ ‫اَّلل غَْي َر ا ْْلَ ِّق َوُك ْن تُ ْم َع ْن‬ َ ُْ َ َْ َ َْ ُ َ
‫تَ ْستَ ْكِِبُو َن‬
Artinya
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", Padahal
tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya
akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya
Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayatNya.20

Kata Nafs yang jama’nya adalah anfus yang mana dalam kedua ayat
diatas artinya juga roh, jiwa, sukma atau nyawa. Sehingga keduanya memiliki
makna yang sama21 . Ibnu Sina mendefinisikan ruh sama dengan jiwa (nafs).
Menurutnya, jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengannya spesies (jins)
menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Jiwa (ruh) merupakan

19
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 665 .
20
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 187.
21
Sayyid Sabiq. Perbedaan Alam Malaikat Roh dan Jin. op.cit. hlm. 83
9

kesempurnaan awal, dalam pengertian bahwa ia adalah prinsip pertama yang


dengannya suatu spesies (jins) menjadi manusia yang bereksistensi secara nyata.
Artinya, jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh. Sebab, tubuh sendiri
merupakan prasyarat bagi definisi jiwa, lantaran ia bisa dinamakan jiwa jika
aktual di dalam tubuh dengan satu perilaku dari berbagai perilaku.22
Ruh yang mengatur badan yang ditinggalkan setelah kematian adalah
ruh yang dihembuskan ke dalam badan dan jiwalah yang meninggalkan badan
melalui proses kematian. Ruh yang dicabut pada saat kematian dan saat tidur
disebut ruh dan jiwa (nafs). Begitu pula yang diangkat ke langit disebut ruh dan
nafs. Ia disebut nafs karena sifatnya yang mengatur badan, dan disebut ruh
karena sifat lembutnya. Kata ruh sendiri identik dengan kelembutan, sehingga
angin juga disebut ruh.23
Ibn Qayyim al-Jauziyah Menggunakan istilah ruh dan nafs untuk
pengertian yang sama. Nafs (jiwa) adalah substansi yang bersifat nurani 'alawi
khafif hayy mutaharrik atau jism yang mengandung nur, berada di tempat yang
tinggi, lembut, hidup dan bersifat dinamis. Jism ini menembus substansi anggota
tubuh dan mengalir bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu
bakar. Selama anggota badan dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh
yang melimpah di atasnya dari jism yang lembut ini, maka ia akan tetap membuat
jaringan dengan bagian-bagian tubuh. Kemudian pengaruh ini akan memberinya
manfaat berupa rasa, gerak dan keinginan.24
Al-Nazzam berpendapat bahwa ruh adalah jism dan jiwa. Ia hidup
dengan sendirinya. Ia masuk dan bercampur dengan badan sehingga badan
tersebut menjadi bencana, mengekang dan mempersempit ruang lingkupnya.
Keberadaannya dalam badan adalah untuk menghadapi kebinasaan badan dan
menjadi pendorong bagi badan untuk memilih. Seandainya ruh telah lepas dari
badan, maka semua aktivitas badan hanyalah bersifat eksidental dan terpaksa.
Al-Jubba'i berpendapat bahwa ruh adalah termasuk jism, dan ruh itu bukan
22
Ibn Sina, Ahwa al-Nafs. op.cit. Hal 258.
23
Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyyah, 1970. hlm. 36-37.
24
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Kitab al-Ruh. op.cit. hlm. 276.
10

kehidupan. Sebab kehidupan adalah a'rad (kejadian). Ia beranggapan bahwa ruh


tidak bisa ditempati a'rad. Abu al-Hudhail beranggapan bahwa jiwa adalah sebuh
definisi yang berbeda dengan ruh dan ruhpun berbeda dengan kehidupan, karena
menurutnya kehidupan adalah termasuk a'rad. Ia menambahkan, ketika kita tidur
jiwa dan ruh kita kadang-kadang hilang, tetapi kehidupannya masih ada.25

B. Ciri dan Sifat Ruh


Mepercayai keberadaan ruh merupakan salah satu keyakinan yang esti
dimiliki oleh setiap orang yang beriman dan mempercayai hal hal yang ghaiba dalah
menjadi pondasi utama keyakinan agama. Ia adalah makhluk yang diciptakan dari
cahaya cahaya Allah SWT dan kehidupan dari kehidupan Allah SWT. Hal itu
berlandaskan pada hadits yang artinya

“Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan makhluk makhluknya dalam


kegelapan dan memasukan cahayanya kepada mereka kepada mereka”

Muhammad bin Quthaibah berkata dalam kitabnya al-Lafzh bahwasanya


Manusia telah sepakat bahwa Allah SWT yang telah mebelah biji bijian dan telah
menciptakan roh. Dan dengan ruh makhluk bisa menjadi hidup. Syaikhul Islam Ibnu
Taymiyyah dan ijma’ para ulama bahwasanya ruh adalah makhluk ruh adalah sebuah
perkara yang tidak diragukan lagi bagi mereka yang sepakat terhadap kebenaran
bahwa roh adalah sesuatu yang diciptakan. Muhammad bin Nasr al-Marzuki
berpendapat dalam kitabnya berkaitan dengan ruh manusia biasa dengan ruh Nabi
Adam dan Nabi Isa, bahwasannya Orang orang Zindik dan Rafidah menakwilkan roh
Nabi Adam seperti penakwilkan orang orang Nashrani atas roh Nabi Isa bahwasanya
ruh Adam sepeti ruh Isa, ia bukanlah makhluk ia berasal dari Tuhan dan bukan
makhluk.26 Hal ini berlandaskan pada al-Qur‟an surat al-Hijr ayat 29
ِ ‫ت فِ ِيو ِمن ر‬
‫وحي‬ ُ ‫َونَ َف ْخ‬
ُ ْ
25
Imam Abu Hasan Ali bin Isma'il Anwar Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilaf al-
Mushallin, terj. Rosihan. Pustaka Setia. Bandung: 1999. Hal 69-71.
26
Ahmad Sunarto. Hakekat Roh. op.cit. hlm. 9-16.
11

Artinya
telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku,

Dalam surat al-Sajdah ayat 9 disebutkan


ِ ‫ُُثَّ س َّواه ونَ َف َخ ِف ِيو ِمن ر‬
‫وح ِو‬ُ ْ َُ َ
Artinya
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan) Nya 27

Ulama lain berpendapat bahwasanya Sesungguhnya tidak ada perbedaan


antara ruh yang berada pada Nabi Adam dan anak cucu Nabi Adam. Semuanya
adalah makhluk yang telah Allah ciptakan, tumbuhkan dan Allah SWT bentuk.
Kemudian Allah kaitkan dengan dirinya sebagaimana Allah telah mengaitkan
dirinya dengan seluruh makhluk sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur‟an
surat al-Jatsiyyah ayat 13

 ‫ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬


ٍ ‫ك َيآتا‬ِ ِ ِ ِ ‫ات وما ِِف ْاألَر‬
َ َ ‫ض ََج ًيعا م ْنوُ إِ َّن ِِف ذَل‬ْ
ِ َّ ‫وسخَّر لَ ُكم ما ِِف‬
َ َ ‫الس َم َاو‬ َ ْ َ ََ
Artinya
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.28

Ruh bersifat multidimensi yang tidak dibatasi oleh oleh ruang, dan waktu
serta hidup sebelum manusia ada. Bahkan kematian seorang manusia tidak berarti
kematian ruh. Allah SWT pertama kali menciptakan makhluk yang bernama Ruh
Muhammad, ia diciptakan dari cahaya jamalullah.29 Sebagaimana firman Allah dalam
Hadits Qudsi,

‫خلقت دمحما اوَّل من نوري وجهي‬


Artinya
Pertama kali yang aku ciptakan adalah ruh Muhammad dari cahayaku

Dalam riwayat lain dikatakan

27
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 587.
28
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 719.
29
Syekh Abdul Qodir al-Jaelani. Sirrul Asror. op.cit. hlm. 10.
12

‫اول ما خلق هللا روحي واول ما خلق هللا نوري واول ما خلق هللا القلم واول ما خلق هللا العقل‬
Artinya
Yang pertama kali diciptakan oleh Allah ialah ruh ku. Dan yang pertama kali
diciptakan oleh Allah adalah cahayaku. Dan yang pertama kali diciptakan oleh Allah
ialah al-Qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah aqal (H.R Abu Daud)

Dari penjelasan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa ruh, cahaya, al-
Qalam dan aqal yang pada dasarnya adalah satu yakni Hakikat Muhammad/ Nur
Muhammad yang bersifat bersih dari segala kegelapan yang menghalangi
jalalullah30.
Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai pertama dan asal ruh seluruh
makhluk. Dari ruh Muhammad itulah diciptakan seluruh ruh ruh manusia di Alam
Lahut31 dalam bentuk terbaik dan hakiki dengan seluruh nama yang sama yakni
Muhammad. Begitupun makhluk yang lainnyapun diciptakan pula dari Nur
Muhammad atau Ruh Muhammad atau hakikat Muhammad. Sehingga mengimani
terhadap Nur Muhammad adalah bagian dari penyempurnaan ketaqwaan manusia.
Setelah selesai proses penciptaannya ruh ruh manusia maka Allah
menurunkan ruh ruh tersebut menuju alam paling rendah yakni jasad manusia.32 Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur‟an surat al-Tin ayat 5

‫ي‬ ِِ
َ ‫َس َف َل َسافل‬
ْ ‫ُُثَّ َر َد ْد ََنهُ أ‬
Artinya
Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya33

Hal tersebut dilakukan tiada lain untuk menyempurnakan unsiyyah34 dan


qurbiyyah nya kepada Allah SWT. Jika unsiyyah dan qurbiyyah nya telah sempurna
maka itulah maqam para wali dan para Nabi.

30
Ibid., 10-11
31
Alam Lahut adalah negeri asal tempat diciptakannya berkumpulnya seluruh ruh
32
Ibid.,
33
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 903.
34
Unsiyyah adalah kenikmatan ruhani karena sempurnanya musyahadah didalam hati. Atau
konsisi dimana hati melihat tajalli Allah SWT dalam sifat al-Jalal
13

Dalam proses turunnya ruh dari alam lahut sampai menuju jasad manusia
melalui beberapa fase. Pada fase pertama Allah SWT menciptakan ruh di alam lahut
dan diberikan nama Ruh al-Qudsi. Ruh al-Qudsi adalah insan al-Haqiqi yang tinggal
dilubuk qalbu; dimana manifestasidari wujudnya akan muncul dengan tobat, taqin
dan melafadzakan dengan terus menerus kalimat tahlil (‫ )ال اله اال هللا‬dan dapat
merasakan musyahadah langsung pada Allah SWT. Ruh al-Qudsi ini memeiliki nama
lain yakni Thiflul Ma‟ani35 yang bermakna bayi ma’nawi . Hal tersebut berdasarkan
pada
 Thiflul Ma‟ani lahir dari kalbu
 Thiflul Ma‟ani ma’rifat kepada Allah
 Thiflul Ma‟ani bersih dari dosa, syirik, ghaflah dan dosa dosa pikiran
 Thiflul Ma‟ani ibarat anak anak yang masih bersih jiwanya
 Thiflul Ma‟ani disimbolkan dengan rupa anak yang tampan seperti
malaikat
 Thiflul Ma‟ani bersifat halus dan suci
 Thiflul Ma‟ani ibarat anak anak yang disifati sebagai ahli syurga.
Sebagai mana firman Allah SWT dalam al-Quran surat al-Thur ayat 24

‫وف َعلَْي ِه ْم ِغل َْما ٌن َْلُ ْم َكأَنَّ ُه ْم لُْؤلٌُؤ َم ْكنُو ٌن‬


ُ ُ‫ َويَط‬
Artinya
Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani)
mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.

 Thiflul Ma‟ani bersifat majazi atau kiasan karena dikaitkan dengan


badan dan diumpamakan dengan rupa manusia (anak kecil). Hal tersebut
karena keindahannya bukan karena ia kecil secara fisik secperti halnya
anak anak

35
Thiflul Ma‟ani adalah bentuk yang pertama kali bagi wujud ruh ketika diciptakan di alam
lahut
14

Kemudian ruh tersebut diturunkan menuju Alam Jabarut dan dibekali


dengan bibit tauhid serta Allah SWT menanamkan cahaya dari bibit tauhid tersebut.
Selanjutnya ruh tersebut diberikan pakaian ‘Ushuriyyah yakni dibalut dengan cahaya
jabarut sebagai pakaian antara dimensi ketuhanan dan makhluk. Ruh pada lapisan
kedua ini disebut Ruh Sulthani. Selanjutnya, ruh tersebut diturunkan kembali menuju
alam selanjutnya yakni Alam Malakut dan di alam Malakut pun diberikan pakaian
‘ushuriyyah dibalut dengan cahaya malakut dan diberikan nama Ruh Sirani Rawani.
Kemudian sebelum Allah menurun ruh menuju alam selanjutnya yakni Alam Mulki,
Allah SWT menciptakan terlebih dahulu pakaian ‘ushuriyyah agar jasad tidak
terbakar oleh kekuatan ruh yang terdalam dan diberikanlah nama untuk ruh di Alam
Mulki ini dengan nama Ruh Jismani.36
Setelah proses penurunan Ruh al-Qudsi ketempat terendah sampai di Alam
Mulki yakni menjadi manusia. Allah SWT memerintahkan setiap lapisan ruh yakni
(Ruh al-Qudsi, Ruh Sulthani, Ruh Sirani Rowani dan Ruh Jismani) untuk masuk
kedalam jasad. Masing masing menempati tempat tersendiri dalam tubuh manusia.
Ruh Jismani bertempat di dalam jasad dan darah. Tempatnya Ruh Sirani Rawani
adalah di hati (qalbu). Tempatnya Ruh Shultani adalah di mata hati (fu’ad). Dan
tempatnya Ruh al-Qudsi adalah rasa (sirri). Setiap lapisan ruh tersebut memiliki
ruang edar di alam wujud yang setiap masing masingnya memiliki potensi, hasil dan
manfaat yang tidak akan sia sia lahir maupun bathin. Oleh sebabnya manusia wajib
mengetahui bagaimana cara mengolah masng masing lapisan ruh tersebut di alam
wujud nyata. Sebab, apapun yang dihasilkan dari pengolahan atau penggalian potensi
tiap lapisan ruh tersebut akan dimintai pertanggung jawabannya dihadapan Allah
SWT.37
Ruang edar ruh jasmani didalam badan adalah diseluruh anggota tubuh yang
terlihat. Penggalian potensinya adalah dengan amalan syari’at. Bentuk konkrit amalan
syariatnya adalah melaksanakan ibadah wajib yang sudah diperintahkan Allah SWT

36
Syekh Abdul Qodir al-Jaelani. Sirrul Asror. op.cit. hlm. 42-26
37
Ibid.,
15

seperti hukum-hukum syari’at yang telah ditetapkan. Diamalkan tanpa diiringi


dengan syirik38. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 110

ِ ‫َل أَََّّنَا إِ َْل ُكم إِلَوٌ و‬


ِ ‫اح ٌد فَمن َكا َن ي رجو لَِقاء ربِ ِو فَ لْي عمل َعم ًًل ص‬
‫اْلًا‬ ََّ ِ‫وحى إ‬ ِ َ ‫قُل إِ ََّّنَا أََن ب‬
َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ َْ َْ َ ْ ُ َ ُ‫ش ٌر مثْ لُ ُك ْم ي‬ َ َ ْ
ِ ِ َ ‫وََّل ي ْش ِر ْك بِ ِعب‬
َ ‫ادة َربِّو أ‬
‫َح ًدا‬ َ ُ َ
Artinya
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya".39
Keuntungan dunia dari pengolahan Ruh jasmani adalah al-wilayah
(kewalian) dan mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Allah) dan
musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Allah) di Alam Mulki dari bumi
sampai langit. Seperti halnya, karamah al-kauniyah dari para wali yang bisa berjalan
diatas air, terbang di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh, menyingkap
rahasia badan dan sebagainya. Adapun keuntungan akhirat dari pengolahan Ruh
Jasmani adalah mendapatkan surga, bidadari, istana, pembantu-pembantu, minum-
minuman segar dan berbagai kenikmatan-kenikmatan lainnya. Sedangkan, surga bagi
orang yang mampu mengolah Ruh Jasmaninya ada di tingkat pertama yang disebut
Jannatul Ma‟wa.40

Adapun ruang edar Ruh Rawani adalah kalbu. Penggalian potensinya adalah
ilmu tarekat. Bentuk amalannya adalah sibuk dengan 4 asma Allah SWT tingkat
pertama (laa ilaaha illalaah, Allah, Huwa, Al-Haqq) dari 12 asma utama Allah SWT,
tanpa suara dan huruf. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah dalam surat Al-
Isra ayat 110

38
Ibid., hlm. 48-60
39
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 418.
40
Syekh Abdul Qodir al-Jaelani. Sirrul Asror. op.cit. hlm. 42-26
16

ْ ِ‫ك َوََّل ُُتَاف‬


‫ت ِِبَا‬ َ ِ‫ص ًَلت‬
َ ِ‫َْسَاءُ ا ْْلُ ْس ََن َوََّل َُتْ َه ْر ب‬ َّ ‫اَّللَ أَ ِو ا ْدعُوا‬
ْ ‫الر ْْحَ َن أ َِّتا َما تَ ْدعُوا فَ لَوُ ْاأل‬ َّ ‫قُ ِل ا ْدعُوا‬

‫ك َسبِ ًيًل‬َ ِ‫ي ذَل‬َ ْ َ‫َوابْتَ ِغ ب‬


Artinya
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja
kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".41
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa asma Allah SWT adalah sarana untuk
menyibukkan diri dengan menyebutnya secara khusyu. Itulah yang disebut dengan
ilmu batin. Sedangkan makrifat adalah hasil dari me-mulajamah-kan asma-asma
tauhid

Yang dimaksud dengan “Ihsha” atau menghitung (al-asma‟ al-husna)


adalah menerapkan substansi al-asma al-husna itu ke dalam diri dan berakhlak sesuai
dengan akhlak yang terkandung dalam al-asma al-husna. Dua belas asma Allah SWT
yang disebut diatas merupakan sumber dari seluruh asma Allah. Jumlahnya yang 12
itu, sesuai dengan jumlah huruf dalam kalimat “laa Ilaaha Illallaah”. Dan Allah
menetapkan kalimat Laa Illaaha Illallaah ini ke dalam salah satu fase-fase perjalanan
kalbu ke alam-alam ruhani. Dimana setiap huruf dari kalimatnya (laa Ilaaha
Illallaah) mengantung satu asma Allah SWT. Dan bagi setiap alam ruhani ada tiga
asma Allah SWR. Allah SWT menetapkan asma-asma tersebut pada kalbu orang-
orang yang cinta kepada-Nya (al-muhibbuun). Sebagaimana dalam firman Allah
SWT dalam surat Ibrahim ayat 24.

ِ ‫السم‬ ٌ ِ‫َصلُ َها َباب‬ ٍ ٍ َ ‫اَّلل مثَ ًًل َكلِمةً يَيِبةً َك‬
‫اء‬ َ َّ ‫ت َوفَ ْرعُ َها ِِف‬ ْ ‫ش َر َرة يَيِّبَة أ‬ َّ َ َ َُّ ‫ب‬ َ ‫ر َر‬ َ ‫ أَ ََلْ تَ َر َك ْي‬
َ ‫ف‬
Artinya
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit,42

41
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 400.
42
Ibid., hlm. 349
17

Keuntungan dari penggalian potensi Ruh Rawani adalah hidupnya kalbu dan
musyahadah di alam malakaikat, seperti musyahadah atau menyaksikan surga,
penduduknya, cahayanya dan malaikat-malaikatnya. Keuntungan lainnya adalah
mudahnya melafadzkan asma al-batin dengan lisan batin, tanpa suara dan huruf.
Tempat Ruh Rawani diakhirat adalah surga tingkat kedua yaitu Jannatun na‟im.

Adapun tempanya Ruh Sulthani adalah al-Fuad (mata hati). Penggalian


potensinya adalah dengan makrifat. Bentuk amalannya adalah dengan mendisiplinkan
diri pada 4 asma Allah SWT kedua (Al-Hayyu, Al-Qayyum, Al-Qahhar, Al-Wahhab)
dengan menggunakan lisan kalbu. Nabi bersabda

Artinya
Ilmu ada dua macam. Pertama, ilmu lisan. Itulah hujjah Allah bagi makhluk. Kedua
ilmu Qalbu. Itulah ilmu yang bermanfaat (HR Ad-Darimi)
Ilmu kalbu tercatat sebagai ilmu yang bermanfaat karena kebanyakan ilmu-
ilmu yang bermanfaat sumbernya dari kalbu. Nabi bersabda dalam HR. Ibnu Hiban.
Setiap pemahaman lebih batin berarti lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan,
karena batin ini adalah sumber atau pusat atau pokok segala hal. Maulana Jalaluddun
Ar-Rumi berkata,

Kami hanya mengambil otak (esensi) dari Al-Qur‟an


sedangkan kulitnya kami buang ke sisi anjing-anjing

Asma-asma utama Allah SWT yang 12 ini (laa Ilaaha Illallaah, Allah,
Huwa, Al-Haqq, Al-Hayyu, Al-Qayyum, Al-Qahar, Al-Wahhab, Al-Fattah, Al-Wahid,
Al-Ahad, Ash-Shamad) dilihat dari jumlah seperti halnya 12 mata air yang mengalir
dari pukulan tongkat Nabi Musa AS. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
SWTsurat Al-Baqarah [2] ayat 60.

‫ت ِم ْنوُ اثْ نَ تَا َع ْش َرَة َع ْي نًا قَ ْد َعلِ َم‬ْ ‫اك ا ْْلَ َر َر فَانْ َف َر َر‬
َ‫ص‬ َ ‫ب بِ َع‬ ْ ‫وسى لَِق ْوِم ِو فَ ُقلْنَا ا‬
ْ ‫ر ِر‬
ِ
ْ ‫ َوإِذ‬
َ ‫استَ ْس َقى ُم‬
ِ ِ ِ ‫اَّلل وََّل تَعثَوا ِِف ْاألَر‬ ِ ِ ِ
‫ين‬
َ ‫ض ُم ْفسد‬ ْ ْ ْ َ َّ ‫س َم ْش َربَ ُه ْم ُكلُوا َوا ْش َربُوا م ْن ِرْزق‬ ٍ ‫ُك ُّل أ ََُن‬
Artinya
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman:
18

"Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya dua belas
mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-
masing) Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.43
Sesuai perumpamaan ini maka ilmu lahiriah itu seperti air hujan yang turun
ke bumi. Adapun ilmu batiniah seperti air dari mata air asli. Ia lebih banyak
manfaatnya dari pada air hujan dan air darinya tidak akan pernah habis. Allah SWT
berfirman dalam surat Yasin ayat 33.

‫اىا َوأَ ْخ َر ْجنَا ِم ْن َها َحبِّا فَ ِم ْنوُ ََيْ ُكلُو َن‬


َ َ‫َحيَ ْي ن‬
ْ ‫ض ال َْم ْي تَةُ أ‬
ُ ‫َوآيَةٌ َْلُ ُم ْاأل َْر‬
Artinya
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati.
Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka
daripadanya mereka makan.44

Jika (dengan air hujan) Allah mengeluarkan biji-bijian dari bumi Afaqi ini
sebagai makanan utama hewan-hewan yang hanya mengandalkan hawa nafsu, maka
Allah SWT (dengan air mata asli) mengeluarkan biji-bijian dari bumi Anfasi yang
merupakan makanan utama Ruh Ruhaniah.

Adapun keuntungan dari penggalian potensi Ruh Sulthani ini adalah melihat
pantulan Jamalullah (keindahan Allah SWT). Allah SWT berfirman dalam surat An-
Najm ayat 11.

 ‫اد َما َرأَى‬


ُ ‫ب الْ ُف َؤ‬
َ ‫َما َك َذ‬
Artinya
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
Adapun tempat bagi orang yang mampu mengolah Ruh Sulthoninya di
akhirat adalah di surga ketiga, yaitu Jannatul Firdaus. Pengarang kitab Mirshad Al-
‘Ibadi (Najmuddin Abu Bakar atau yang terkenal dengan sebutan Dhayih) berkata :

43
Ibid., hlm. 11.
44
Ibid., hlm. 628
19

Hati adalah cermin penguasa keindahan


dan dunia ini adalah sampul dari cermin tersebut

Adapun tempat Ruh Al-Qudsi adalah di dalam sirri (rasa). Allah SWT
berfirman, dalam hadis Qudsi,

“Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasia manusia”

Penggalian potensinya adalah ilmu hakekat yaitu ilmu tauhid. Bentuk


amalannya adalah mendisiplinkan diri dengan asma-asma tauhid, yaitu 4 asma ke
empat terakhir )Al-Fattah, Al-Wahid, Al-Ahad, Ash-Shamad) dengan lisan sirri,
tanpa suara dan huruf. Allah SWT berfirman dalam surat Thaha 7.

ِ ِ ِ ِ
ّ ‫َوإ ْن َُتْ َه ْر ِِبلْ َق ْول فَإنَّوُ يَ ْعلَ ُم‬
‫الس َّر َوأَ ْخ َفى‬
Artinya
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, Maka Sesungguhnya Dia mengetahui
rahasia dan yang lebih tersembunyi.
Siapapun tidak ada yang mampu mengetahui hal ini, kecuali Allah SWT.
Adapun keuntungan dari pengolahan Ruh Al-Qudsi ini adalah lahirnya Thifhul
Ma‟ani, musyahadah dan melihat Dzat Allah, baik keagungan-Nya maupun
keindahan-Nya yakni dengan penglihatan sirri. Allah SWT berfirman dalam surat Al-
Qiyamah ayat 22-23.

ٌ‫ إِ ََل َرِِّبَا ََن ِظ َرة‬ ٌ‫ر َرة‬


ِ ‫وجوهٌ ي ومئِ ٍذ ََن‬
َ َْ ُ ُ
Artinya
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah
mereka melihat.

Dalam penglihatan itu, (Dzat Allah SWT) tidak dapat dijelaskan dalam
bentuk, cara dan perumpamaan. Allah SWT berfirman dalam surat Asy-Syura ayat
11.
20

ِِ ِ ‫ض جعل لَ ُكم ِمن أَنْ ُف ِس ُكم أَ ْزو‬ ِ َّ ‫اير‬ ِ


‫س‬ ً ‫اجا َوم َن ْاألَنْ َع ِام أَ ْزَو‬
َ ‫اجا يَ ْذ َرُؤُك ْم فيو لَْي‬ ً َ ْ ْ ْ َ َ َ ِ ‫الس َم َاوات َو ْاأل َْر‬ ُ َ‫ف‬
‫ي‬ ِ ِ َّ ‫َك ِمثْلِ ِو َشيء و ُىو‬
ُ ‫يع الْبَص‬
ُ ‫السم‬ َ َ ٌْ
Artinya
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.

Di tahap ini, manusia sudah sampai tujuannya. Jika manusia sudah sampai
pada tujuannya, akal tidak akan mampu menggambarkannya, kalbu tidak akan
mampu membayangkannya, lidah tidak akan mampu membicarakannya dan
memberitahukannya karena Allah SWT bersih dari perumpamaan. Bila kabar seperti
ini sampai kepada para ulama, mereka harus memahami terlebih dahulu tingkatan
kalbu. Mereka harus memiliki keinginan untuk mencapai hakikatnya dan harus
menghadapkan diri ke derajat yang paling tinggi dan harus berjuang agar sampai
kepada Ilmu Ladunni. Dan, itu adalah pengetahuan terhadap Dzat Ahadiyah. Jadi,
diharapkan para ulama tidak menentang dan mengingkari maqam-maqam yang
disebutkan tadi. Allah SWT menurunkan Ruh al-Qudsi menuju alam terendah yakni
menjadi manusia tiada lain bertujuan agar kalbu dan jasadnya manusia mencapai
derjat (syurga) dan al-Qurbah Seperti pendapat sebelumnya bahwa ruh adalah nafs

Imam Alghazali berependapat berkaitan dengan nafs dalam salah satu


karangannya Ihya „Ulum al-Din. Imam Alghzali beliau memaknai nafs dengan dua
macam Pengertian nafs yang pertama adalah yang menggabungkan kekuatan marah
dan nafsu syahwat pada manusia. Istilah nafs yang pertama ini menurut ahli tasawuf
adalah nafsu, yang merupakan pokok yang menghimpun sifat-sifat tercela dari
manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa kita harus melawan nafsu (hawa nafsu)
dan memecahkannya. Pengertian kedua dari nafs adalah Lathifah ( yang halus).
Inilah hakekat manusia yang membedakannya dari nafs. Murutnya ada beberapa
macam nafsu

1. Nafs Amarah
21

Nafsu ini adalah nafsu yang mengajak pada kejelekan. Berikut adalah
contoh dari Nafs Amarah

1. ‫ البخل‬Bakhil.

2. ‫ اْلسد‬Dengki.

3. ‫ اجلهل‬Bodoh.

4. ‫ الكِب‬Sombong.

5. ‫ الغضب‬Marah.

6. ‫ اْلرص‬Sangat cinta dunia.

7. ‫ الشهوة‬Senang melakukan perbuatan jelek/hina.


2. Nafs Lawwamah
Nafsu ini adalah nafsu yang manakala setelah melakukan perbuatan
tersebut cenderung merasa menyesal. Berikut adalah contoh dari nafsu
lawwamah

1. ‫ اللوم‬Menyesal

2. ‫ اْلوي‬Mengikuti kesenangannya.

3. ‫ املكر‬Menipu.

4. ‫ الغيبة‬Menggunjing.

5. ‫ الرتاء‬Riya’.

6. ‫ الظلم‬Mengniaya.
22

7. ‫ الغفلة‬Lupa (pada Allah).

8. ‫ الكذب‬Bohong.

9. ‫ العرب‬Ujub (membanggakan amalnya).

3. Nafs Mulhimmah
Nafsu ini adalah nafsu yang berupaya untuk mengajak manusia pada suatu
peribadahan atau senantiasa terketuk untuk berbuat kebajikan. Berikut adalah
nafsu Mulhimmah

1. ‫ السخاوة‬Dermawan.

2. ‫ القناعة‬Qona’ah (menerima).

3. ‫ التوبة‬Taubat.

4. ‫ التوارع‬Tawadhu’(rendah diri).

5. ‫ الصِب‬Sabar.

6. ‫ التحمل‬Mempertahankan.

7. ‫ اْللم‬Lemah lembut (murah hati). Dan lain-lainnya.


4. Nafs Muthmainnah
Yaitu nafsu yang sudah tenang, tentram dan selamat dari sifat-sifat
madzmumah (tercela). Berikut adalah nafsu muthmainnah

1. ‫ اجلود‬Banyak memberi.

2. ‫ التوكل‬Tawakkal (berserah diri kepada Allah).

3. ‫ العبادة‬Ibadah.
23

4. ‫ الشكر‬Bersyukur (kepada Allah).

5. ‫ الررى‬Ridho (terhadap semua kehendak Allah).

6. ‫ خشية‬Takut kepada Allah. Dan lain-lainnya.

5. Nafs Radhiah
Nafsu ini adalah sikap dimana manusia sudah ridho dengan segala qodlo
dan qodar serta ketentuannya. Berikut adalah nafsu radhiah

1.‫ الذكر‬Dzikir (Mengingat Allah).

2. ‫ اَّلخًلص‬Ikhlas.

3. ‫ الوفاء‬Menepati janji.

4. ‫ الورع‬Waro’.

5. ‫ الزىد‬Zuhud.

6.‫ الكرامات‬Kemuliaan.

7. ‫ العشق‬Rindu kepada Allah

6. Nafs Mardhiyah
Adalah nafsu yang sudah mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Berikut
adalah bagian dari nafsu mardhiyah

1. ‫اخللق‬ ‫ حسن‬Baik budi pekertinya.

2. ‫ِبخللق‬ ‫ اللطف‬Belas kasih kepada semua makhluk.

3. ‫ ترك ما سوى هللا‬Meninggalkan semua perkara selain Allah.


24

4. ‫هللا‬ ‫ التقرب اَل‬Mendekatkan diri kepada Allah.

5. ‫هللا‬ ‫ التفكر َّف عظمة‬Berfikir tentang keagungan Allah.

6. ‫هللا‬ ‫ الررى ِبا قسم‬Ridho dengan pembagian dari Allah. Dan lain lain.
7. Nafs Kamilah
Nafsu yang sudah bersih dari semua sifat-sifat madzmumah(tercela), dan
sempurna sifat-sifat kebaikannya, dan juga welas asih kepada semua makhluk.
Nafsu ini juga disebut nafsu shofiyyah nafsu ini hanya dimiliki oleh para Nabi
dan Rasul, manusia yang suci dan sempurna. Yang terpelihara dari perbuatan
tercela dan Allah selalu mengawasi dan membimbingnya.

1. ‫اليقي‬ ‫‘ علم‬Ilmul yaqin.

2. ‫‘ عي اليقي‬Ainul yaqin.

3. ‫ حق اليقي‬Haqqul yaqin.

4. ‫‘ العزلة‬Uzlah (menyendiri dari keramaian).

5. ‫ الصمت‬Diam (dari perkataan yang jelek).

6. ‫ الصدق‬Sidq (jujur).

7. ‫ اَّلعانة‬Membantu pada makhluk.

8. ‫ اَّلمتثال َّلوامر هللا‬Memenuhi semua perintah Allah.

C. Peran Ruh
Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan yang terdiri dari dua unsur,
yakni ruhani dan jasmani. Dengan penggabungan dua unsur tersebut manusia
25

menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan bekal akal dan
pikirannya. Dengan nya manusia mampu menyeimbangakan segala potensi yang
dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidup baik pribadi maupun umum. Potensi
dan pengetahuan yang dimiliki manusia memberikan banyak manfaat untuk seluruh
makhluk dimuka bumi ini.
Ruh dapat dimaknai sebagai fitrah asal manusia serta menjadi esensi (hakekat)
struktur manusia serta memberikan banyak fungsi druh pula memberikan motivasi
dan dari ruh pula menjadikan dinamisasi tingkah lakunya. Menurut al-Ghazali dalam
Misykah Al-Anwar, manusia memiliki tingkatan-tingkatan ruh rahaniah tertentu,
antara lain45:
1. Ruh inderawi
Yaitu ruh yang menerima sesuatu yang dikirim oleh panca indera. Ruh
ini adalah asal dan awal ruh makhluk hidup. Dengannya semua makhluk
hidup menjadi hidup. Ruh ini sudah ada walaupun pada bayi yang masih
menyusu. Dalam proses penciptaan Manusia ruh adalah awal dari segala
sesuatu yang menyebabkan manusia menjadi hidup, atau dengan kata lain ruh
adalah sesuatu yang menyebabkan sesuatu tadinya mati menjadi hidup.
Dengan adanya ruh manusia menjadi sesusatu yang istimewa mulia yang
memiliki kelebihan dari makhluk yang lainnya dengan dibekali akal, pikiran
dan kecerdasan sehingga hal tersebut sesuai dengan apa yang difirmankan
oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an surat al-Mu’minun [23] ayat 14

‫ام َْلْ ًما‬ ِ ِ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنا الْم‬


ْ ‫ ُُثَّ َخلَ ْقنَا النُّطْ َفةَ َعلَ َقةً فَ َخلَ ْقنَا ال َْعلَ َقةَ ُم‬
َ َ‫س ْوََن الْعظ‬
َ ‫ضغَةَ عظَ ًاما فَ َك‬ ُ َ
ِِ ْ ‫اَّلل أَحسن‬
 ‫ي‬
َ ‫اخلَالق‬ ُ َ ْ َُّ ‫آخ َر فَ تَ بَ َار َك‬ َ ْ‫ُُثَّ أَن‬
َ ‫شأ ََْنهُ َخ ْل ًقا‬
Artinya
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

45
Ir. Agus Haryo Sudarmojo. Nur Muhammad. (Yogyakarta: Bentang Pustaka: 2017), hlm.
117
26

kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.46

Pada ayat tersebut pula menjelaskan tentang proses perkembangan


fisik dan jiwa manusia. Pada ayat tersebut pula Manusia memiliki banyak
kesamaan dengan manusia, namun pada saat Allah SWT meniupkan ruh,
maka pada saat itu manusia menjadi makhluk yang berbebeda, istimewa dan
sempurna serta jauh berbeda dengan makhluk yang lainnya47.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surat Al-Hijr ayat 29.

 ‫ين‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ُ ‫فَِإ َذا س َّوي تو ونَ َف ْخ‬


َ ‫ت فيو م ْن ُروحي فَ َقعُوا لَوُ َساجد‬ َ ُ ُْ َ
Artinya
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup
kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.

Secara umum ayat yang menjelaskan tentang proses pembentukan fisik


Manusia sehingga menjadi manusia sempurna yang meliputi struktur tubuh
dan indra termaktub dalam al-Qur‟an surat al-Sajdah [32] ayat 9

‫ص َار َو ْاألَفْئِ َد َة قَِل ًيًل َما‬ ِ ‫ ُُثَّ س َّواه ونَ َف َخ فِ ِيو ِمن ر‬
َّ ‫وح ِو َو َج َع َل لَ ُك ُم‬
َ ْ‫الس ْم َع َو ْاألَب‬ ُ ْ َ ُ َ

‫تَ ْش ُك ُرو َن‬


Artinya
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-
Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.48

Proses masuknya ruh kedalam janin ketika janin tersebut berumur 120
hari didalam kandungan dan pada usia tersebutlah Allah mengutus Malaikat
untuk meniupkan ruh kedalam janin Bahkan dalam satu riwayat hadits

46
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 476.
47
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an : Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Jakarta : Mizan, 2007), hlm.293
48
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 587.
27

dikatakan bahwa ruh masuk kedalam tubuh manusia ketika tibuh tersebut
siap menerima ruh, artinya jasad manusia sudah dalam keadaan sempurna
yakni usia 120 hari49

2. Ruh Khayali (Imajinatif)


Yaitu yang merekam keterangan yang dikirim oleh panca indera dan
menyimpannya untuk kemudian menyampaikannya kepada ruh aqli
(intelegensi) pada saat dibutuhkan. Kadang pula ruh khayali dimiliki pula
oleh binatang. Ruh ini tidak dimiliki oleh bayi pada awal pertumbuhannya.
Itulah sebabnya jika seseorang bayi memegang sesuatu benda yang
dilihatnya ia akan lupa ketika benda tersebut hilang dari pandangannya.
Ketika usianya bertambah sedikit demi sedikit, maka pada saat itulah
mulailah ia menangis manakala benda yang disukainya hilang karena
bayangan benda itu ada padanya, tersimpan dalam khayalannya.

3. Ruh Aqli (Akal, intlegensi)


Yaitu yang mampu menyerap makna-makna di luar indera dan khayal.
Ruh ini adalah substansi manusiawi yang khusus, tidak terdapat pada bayi
ataupun hewan.

4. Ruh Pemikir
Yaitu yang mengambil ilmu-ilmu aqli yang murni. Kemudian disatukan
dalam bentukta‟lifat (rangkaian) dan izdiwijat (duplikasi), lalu dideduksi
menjadi pengetahuan-pengetahun yang berharga lalu dikembangkan.

5. Ruh suci keNabian (kudus)


Yaitu ruh yang tersingkap selubung-selubung lauh-lauh ghaib dan
hukum-hukum akhirat serta pengetahuan tentang kerajaan langit dan bumi,

49
Lihat H.R. Ahmad bin Hambal, lihat juga al-Bukhari, Matn al-Masykul al-Bukhari,juz IV,
(Baeirut, Libanon: Dar al-Fikr), hlm. 162
28

bahkan pengetahuan-pengetahuan rabbani (ketuhanan). Ruh ini ada pada


Nabi-Nabi para Aulia Allah. Dengan ruh ini, hal-hal gaib dalam dapat mereka
lihat serta Ilmu Ketuhanan yang tidak dapat ditafsirkan oleh akal. Hal ini
sesuai dengan al-Quran surat al-Syuura [42] ayat 52

‫ورا‬ ِ ِْ ‫اب َوََّل‬


ً ُ‫اْلميَا ُن َولَك ْن َج َعلْنَاهُ ن‬
ِ َ ‫وحا ِم ْن أ َْم ِرََن َما ُك ْن‬
ُ َ‫ت تَ ْد ِري َما الْكت‬ ً ‫ك ُر‬ َ ِ‫َوَك َذل‬
َ ‫ك أ َْو َح ْي نَا إِلَْي‬
ٍ ‫صر‬
‫اط ُم ْستَ ِق ٍيم‬ ِ ِ ِ َ َّ‫اد ََن وإِن‬ ِ ِ ِ َ َ‫نَ ْه ِدي بِ ِو من ن‬
َ ‫ك لَتَ ْهدي إ ََل‬ َ َ‫شاءُ م ْن عب‬ َْ

Artinya
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan
perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan
Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar-
benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.50

Dalam proses perjalanan manusia tentu akan dihadapakan dengan


berbagai persoalan hidup baik yang berkaitan dunia dan akhirat. Hamba
hambanya yang sholeh akan senantiasa menyandarkan semua persoalan nya
kepada Allah SWT. Para utusannya diturunkan oleh Allah SWT dalam
meluruskan segala proses kehidupan manusia agar manusia sadar akan tujuan
diciptakan, sehingga dalam proses dakwahnya senantiasa mendapatkan
perlindungan dari Allah SWT. Sehingga ruh dapat pula berfungsi sebagai
kekuatan, keteguhan hati dan pertolongan yang diberikan Allah kepada hamba
hambanya yang mukmin yang dikehendaki. Sebagaimana hal tersebut sesuai
dengan firman Allah SWT dalam al-Qur‟an surat al-Mujadilah ayat 22

‫آِب َء ُى ْم أ َْو‬
َ ‫اَّللَ َوَر ُسولَوُ َولَ ْو َكانُوا‬ َّ ‫اد‬ َّ ‫َّلل َوالْيَ ْوِم ْايآ ِخ ِر يُ َوادُّو َن َم ْن َح‬
َِّ ‫ََّل َُِت ُد قَ وما ي ْؤِمنو َن ِِب‬
ُ ُ ًْ
‫وح ِم ْنوُ َويُ ْد ِخلُ ُه ْم‬ ِْ ‫ب ِِف قُلُوِبِِ ُم‬
ٍ ‫اْلميَا َن َوأَيَّ َد ُى ْم بِ ُر‬ َ َ‫ك َكت‬ َ ِ‫اء ُى ْم أ َْو إِ ْخ َوانَ ُه ْم أ َْو َع ِش َيتَ ُه ْم أُولَئ‬
َ َ‫أَبْن‬
َِّ ‫ك ِحزب‬
‫اَّلل‬ ِ َّ ‫ر َي‬ِ ‫َّات َُتْ ِري ِمن ََتْتِ َها ْاألَنْ َهار َخالِ ِدين فِ َيها ر‬ ٍ ‫جن‬
ُ ْ َ ‫روا َع ْنوُ أُولَئ‬ ُ ‫اَّللُ َع ْن ُه ْم َوَر‬ َ َ ُ ْ َ
 ‫اَّلل ُى ُم ال ُْم ْفلِ ُحو َن‬ َِّ ‫أ َََّل إِ َّن ِحزب‬
َ ْ
50
Kementrian Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya. op.cit. hlm. 701.
29

Artinya
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang
telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka
dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.51

51
Ibid., hlm. 796.

Anda mungkin juga menyukai