Anda di halaman 1dari 6

10 Kunci tadabbur Al-Qur’an & sukses dalam hidup

Mafatih Tadabburil Qur’an wan Najah fil Hayah,

Tulisan : DR. Kholid bin Abdul Karim Al-Lahim (Ustadz Al-Qur’an wa ‘Ulumuhu di
Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah)

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Pendahuluan

 Al-Qur’an dan Kehidupan

Al-Ustadz DR. Nasir Al-Umar mengatakan, ‘Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kehidupan jika
manusia itu berakal, karena hidup yang hakiki adalah yang berjalan sesuai dengan manhaj Al-
Qur’an, jika tanpa manhaj Al-Qur’an maka bukanlah hidup walaupun manusia melihatnya
seperti hidup, Alloh Ta’ala berfirman :

‫َارجٍ ِم ْن َها َكذَلِكَ ُزيِنَ ِل ْلكَافِ ِرينَ َما‬ ِ ‫ظلُ َما‬


َ ‫ت لَي‬
ِ ‫ْس بِخ‬ ِ َّ‫{ أ َ َو َم ْن َكانَ َميْتا ً فَأَحْ َي ْينَاهُ َو َجعَ ْلنَا لَهُ نُورا ً يَ ْمشِي بِ ِه فِي الن‬
ُّ ‫اس َك َم ْن َمثَلُهُ فِي ال‬
)122:‫كَانُوا َي ْع َملُونَ } (األنعام‬

Artinya :

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya
cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat
manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa
yang telah mereka kerjakan”. (Al-An’aam:122)

Maka tidak ada kehidupan dalam selain Al-Qur’an, bagaimana mungkin? Dia adalah ruh, maka
apakah ada kehidupan tanpa ruh? Alloh Ta’ala berfirman :

َ َ‫األي َمانُ َولَ ِك ْن َج َع ْلنَاهُ نُوراً نَ ْهدِي ِب ِه َم ْن ن‬


} ‫شا ُء ِم ْن ِع َبا ِدنَا‬ ِ ْ ‫{ َو َكذَلِكَ أ َ ْو َح ْينَا ِإ َليْكَ ُروحا ً ِم ْن أَ ْم ِرنَا َما ُك ْنتَ تَد ِْري َما ْال ِكتَابُ َوال‬
)52 :‫(الشورى‬

Artinya :

“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia
siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami”. (Asy-Syuro:52)

Kehidupan tanpa ruh maka tidak akan terjadi, ketika ruh hilang maka kehidupanpun pergi.
Sunggguh Al-Qur’an telah mensifati orang-oang yang hidup tidak di atas hidayah-Nya sebagai
orang yang mati, padahal mereka makan, minum, pergi dan kembali. Alloh Ta’ala berfirman :
َ ‫ص َّم الدُّ َعا َء ِإذَا َولَّ ْوا ُمدْ ِب ِرينَ َو َما أ َ ْنتَ ِب َهادِي ْالعُ ْمي ِ َع ْن‬
‫ضاللَتِ ِه ْم ِإ ْن تُس ِْم ُع ِإ َّال َم ْن يُؤْ ِمنُ ِبآياتِنَا‬ ُّ ‫{ ِإنَّكَ ال تُس ِْم ُع ْال َم ْوت َى َوال تُس ِْم ُع ال‬
)81 ،80:‫فَ ُه ْم ُم ْس ِل ُمونَ } (النمل‬

Artinya :

“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula)
menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling
membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta
dari kesesatan mereka. kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-
orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri”. (An-Naml:80-81)[1]

 Makna tadabbur dan tanda-tandanya

Al-Maidani mengatakan :

‫ التفكر الشامل الواصل إلى أواخر دالالت الكلم ومراميه البعيدة “اهـ‬:‫“التدبر هو‬

Tadabbur adalah : Berfikir secara menyeluruh yang sampai pada akhir-akhir dari indikasi-
indikasi kalimat dan tujuan-tujuannya yang jauh.

Makna tadabbur Al-Qur’an adalah berfikir dan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an untuk
memahaminya, mengetahui makna-maknanya, hikmah-hikmahnya, dan maksudnya.

Tanda-tanda tadabbur :

1. Bersatunya hati dan fikiran ketika membaca, cirinya adalah berhenti karena ta’ajub dan
mengagungkan.
2. Menangis karena takut pada Alloh.
3. Bertambahnya khusyu’.
4. Bertambahnya iman, cirinya adalah berulang-ulang membaca ayat-ayat tersebut secara
reflek.
5. Senang dan bahagia.
6. Gemetar karena takut pada Alloh Ta’ala kemudian dia dikuasai oleh harapan dan
ketenangan.
7. Sujud untuk mengagungkan Alloh ‘Azza wa Jalla.

***

Kunci-kunci tadabbur Al-Qur’an

Kunci pertama : Cinta pada Al-Qur’an

Tanda-tanda hati cinta pada Al-Qur’an :

1. Senang bertemu dengannya


2. Duduk bersamanya dalam waktu yang panjang tanpa bosan
3. Rindu padanya
4. Banyak bermusyawarah dengannya, percaya penuh dengan bimbingan-bimbingannya,
dan kembali padanya ketika ada masalah dalam kehidupan baik yang kecil maupun yang
besar.
5. Mentaatinya baik perintah maupun larangan.

Sarana-sarana untuk mewujudkannya :

1. Bertawakkal pada Alloh Ta’ala dan meminta pertolongan pada-Nya.


2. Melakukan sebab-sebab, sebab yang paling baik dan paling bermanfaat adalah
membacanya.

Kunci kedua : Tujuan-tujuan membaca Al-Qur’an

Diantara tujuan-tujuan membaca Al-Qur’an adalah :

1. Berharap pahala
2. Bermunajat pada Alloh
3. Berobat
4. Ilmu
5. Amal

Kunci ketiga : Berdiri sholat dengan membaca Al-Qur’an

Alloh Ta’ala berfirman :

) 79 : ‫سى أَن َي ْب َعثَكَ َربُّكَ َمقَاما ً َّمحْ ُمودا ً } (اإلسراء‬ َ َ‫{ َو ِمنَ اللَّ ْي ِل فَت َ َه َّجدْ ِب ِه نَافِلَةً لَّك‬
َ ‫ع‬

Artinya :

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Al-
Isroo’:79)

Rosululloh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda :

‫ ورجل آتاه هللا ماال فهو ينفقه آناء الليل وآناء‬، ‫“ال حسد إال في اثنتين رجل أتاه هللا القرآن فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار‬
‫ متفق عليه‬.”‫النهار‬

Artinya :

“Tidak ada hasad kecuali pada dua orang; seseorang yang Alloh anugerahkan Al-Qur’an
kemudian dia berdiri membacanya sepanjang siang dan malam, dan seseorang yang Alloh
anugerahkan harta kemudian dia menginfaqkannya sepanjang siang dan malam”. (Muttafaqun
‘alaih)
Kunci keempat : Membacanya pada waktu malam

Al-Hasan bin Ali ‫ رضي هللا عنه‬berkata : Sesungguhnya orang sebelum kalian melihat Al-Qur’an
adalah surat-surat dari Rob mereka, maka mereka mentadabburinya pada waktu malam, dan
mereka mencarinya pada waktu siang. (At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal.29)

Asy-Syaikh Asy-Syinqithi[2] ‫ رحمه هللا‬berkata : Al-Qur’an tidak akan kokoh di dalam dada, dan
tidak akan mudah difahami kecuali berdiri di tengah malam. (Muqoddimah Adhwaa’ul Bayaan :
4)

Kunci kelima: Mengulang-ulang menghatamkan Al-Qur’an dalam seminggu atau


sebagiannya.

Abdulloh bin Mas’ud berkata : Al-Qur’an janganlah dibaca kurang dari tiga hari, bacalah dalam
tujuh hari, dan seseorang menjaga hizibnya.

An-Nawawi ‫ رحمه هللا‬berkata : Pekerjaan kebanyakan kalangan salaf.

Bagaimana cara mempraktekkannya ?

Caranya adalah dengan qoidah “Terus-meneruslah walaupun sedikit”.

Kunci keenam : Membacanya dengan hafalan

Mengapa kita menghafal Al-Qur’an ?

Tujuan utama menghafal Al-Qur’an adalah berdiri sholat dengan membacanya sepanjang siang
dan malam, dan tujuan berdiri ini adalah menjaga apa yang terkandung di dalamnya berupa ilmu
tentang Alloh dan hari akhir, ilmu itu yang akan mewujudkan kehidupan yang baik bagi
manusia, mewujudkan kekokohan dalam krisis, kekuatan untuk ummat dalam menghadapi
musuh-musuhnya, inilah tujuan utama untuk menghafal Al-Qur’an yang semestinya difokuskan
oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Sesungguhnya menghafal lafadz adalah sarana dan bukan tujuan, yaitu sarana untuk menghafal
makna, dan mengambil manfaat untuk kehidupan, adapun hanya menghafal lafadz-lafadz maka
itu adalah sebuah kekurangan dalam hak Al-Qur’an Al-‘Adzim, itu adalah penyelewengan dari
jalan yang lurus dalam menjaganya dan mengambl manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Kunci yang ketujuh : Mengulang-ulang ayat

Tujuan mengulang-ulang adalah berhenti untuk menghadirkan makna-makna, Abu Dzar ‫رضي هللا‬
‫ عنه‬berkata, Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬berdiri dengan satu ayat dan beliau mengulang-ulangnya
sampai shubuh :

) 118 : ‫يز ْال َح ِكي ُم } (المائدة‬


ُ ‫{ إِن تُعَ ِذ ْب ُه ْم فَإِنَّ ُه ْم ِعبَاد ُكَ َوإِن ت َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم فَإِنَّكَ أَنتَ ْالعَ ِز‬
Artinya :

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (Al-Maidah:118)

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Al-Hakim, dan beliau menshohihkannya serta disepakati oleh
Adz-Dzahabi, dan dihasankan oleh Al-Albani.

Al-Hasan Al-Bashri ‫ رحمه هللا‬pada suatu malam mengulang-ulang ayat berikut sampai shubuh :

ُ ْ‫{ َو ِإن تَعُدُّواْ ِن ْع َمةَ ّللاِ الَ تُح‬


ٌ ُ‫صوهَا ِإ َّن ّللاَ لَغَف‬
) 18 : ‫ور َّر ِحي ٌم } (النحل‬

Artinya :

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Alloh, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-
Nahl:18)

Beliau ditanya tentang hal itu dan mengatakan : Sesungguhnya di dalamnya ada tempat untuk
mengambil pelajaran, kami tidaklah mengangkat dan tidak pula menolaknya kecuali berada
dalam kenikmatan, dan kami tidaklah mengetahuinya kecuali dari kenikmatan-kenikmatan Alloh
itu lebih banyak. (Mukhtashor Qiyamul Lail, Karya Al-Marwazi, hal.151)

Kunci kedelapan : Mengaitkan lafadz-lafadz dengan makna-makna

Kunci kesembilan : Membaca dengan tartil

Alloh Ta’ala berfirman :

) 4 : ‫{ َو َرتِ ِل ْالقُ ْرآنَ ت َْرتِيالً } (المز ِمل‬

Artinya :

“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)”. (Al-
Muzammil:4)

Ibnu Katsir ‫ رحمه هللا‬berkata : Bacalah dengan pelan, sesungguhnya yang demikian itu akan
membantu untuk memahami Al-Qur’an dan mentadabburinya.

Kunci kesepuluh : Membaca dengan keras

Dari Abu Huroiroh ‫ رضي هللا عنه‬, Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda :

‫ رواه البخاري‬.”‫ “ليس منا من لم يتغن بالقرآن يجهر به‬: ‫ قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه‬
Artinya “Bukanlah bagian dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an dan
mengeraskannya”. (HR. Al-Bukhori)

‫نسأل هللا التوفيق واإلخالص في العلم والعمل‬

Diringkas oleh Abu Shiddiq Asy-Syirbuni dari Mafatih Tadabburil Qur’an wan Najah fil
Hayah, Tulisan : DR. Kholid bin Abdul Karim Al-Lahim (Ustadz Al-Qur’an wa ‘Ulumuhu di
Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah)

***

[1] http://almoslim.net/node/83986

[2] Penulis Tafsir Adwaa’ul Bayan

Anda mungkin juga menyukai