Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

‘’MAZHAB DAN FONDASI TEORITIS KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI’

DOSEN PENGAMPU :Hamsinah Said, S.Sos., M,I.kom.

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK II

1. Hardianti (220221012)
2. Firli (220221015)
3. Gita Safitri (220221008)
4. Hanafiah (220221017)
5. Akbar (220221011)
6. Jamal Akbar (220221013)
7. Rifal Sapura (220221010)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami berikan kepada Allah Swt. Karena atas rahmat dan
karunia yang telah diberikan, Penulis dapat menyusun makalah tentang “Mazhab dan fondasi
teoritis komunikasi dalam organisasi” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas. Komunikasi Organisasi serta memberikan pengetahuan baru
bagi penulis dan pembaca.Semoga makalah ini dapat lebih membuka wawasan berpikir bagi
Penulis dan orang lain yang telah membacanya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dengan tujuan agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik.

Sinjai,20 mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................................


B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. Pegertian Mazhab
B. Pendekatan subjektivis dan objektivis dalam komunikasi
C. Macam-macam Mazhab Komunikasi

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mazhab dan fondasi teoritis dalam komunikasi organisasi mencakup
pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam lingkungan organisasi serta
pentingnya memahami teori dan pendekatan yang mendasari komunikasi tersebut.
Komunikasi adalah elemen kunci dalam kesuksesan organisasi.Komunikasi
yang efektif memungkinkan aliran informasi, pemahaman yang jelas, dan kolaborasi
yang baik antara anggota organisasi. Dalam konteks ini, penting untuk memahami
aspek-aspek teoritis yang mendasari komunikasi organisasi.
Mazhab atau aliran teoritis adalah pendekatan atau perspektif yang berbeda
dalam memahami dan menganalisis komunikasi organisasi. Setiap mazhab memiliki
konsep, teori, dan pendekatan yang berbeda terkait komunikasi organisasi. Memahami
mazhab-mazhab ini membantu kita dalam melihat variasi pendekatan dalam
komunikasi organisasi dan memilih metode yang sesuai.Fondasi teoritis dalam
komunikasi organisasi mencakup teori-teori yang memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang komunikasi organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mazhab?
2. Bagaimana pendekatan subjektivis dan objektivis dalam komunikasi?
3. Bagaimana Macam-macam Mazhab dalam komunikasi
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Mazhab
2. Untuk mengetahui pendekatan subjektivis dan objektivis dalam komunikasi
3. Untuk mengetahui macam-macam Mazhab dalam komunikasi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian mazhab
Dalam konteks komunikasi, pengertian mazhab mengacu pada sudut
pandang atau pendekatan tertentu yang digunakan untuk memahami dan
menganalisis komunikasi. Mazhab dalam komunikasi melibatkan rangkaian
teori, konsep, dan prinsip yang membentuk landasan pemikiran dalam
mempelajari fenomena komunikasi.
Mazhab atau aliran teoritis adalah pendekatan atau perspektif yang
berbeda dalam memahami dan menganalisis komunikasi organisasi. Setiap
mazhab memiliki konsep, teori, dan pendekatan yang berbeda terkait
komunikasi organisasi. Memahami mazhab-mazhab ini membantu kita dalam
melihat variasi pendekatan dalam komunikasi organisasi dan memilih metode
yang sesuai.
Mazhab (bahasa Arab mażhab) adalah penggolongan suatu hukum atau
aturan setingkat di bawah firkah, di mana firkah merupakan istilah yang sering
dipakai untuk mengganti kata "denominasi" pada Islam. Kata "mazhab"
berasal dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu
yang menjadi tujuan seseorang baik konkret maupun abstrak. Sesuatu
dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri
khasnya. Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab
adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan
penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai
pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
Istilah mazhab bisa dimasukkan ke dalam ruang lingkup dan disiplin
ilmu apa pun, terkait segala sesuatu yang didapati adanya perbedaan.
Setidaknya ada tiga ruang lingkup yang sering digunakan istilah mazhab di
dalamnya, yaitu mazhab akidah atau teologi (madzahib i'tiqadiyyah), mazhab
politik (madzahib siyasiyah), dan mazhab fikih atau mazhab yuridis atau
mazhab hukum (madzahib fiqhiyyah).
B. Pendekatan subjektivis dan objektivis dalam komunikasi
1. Pendekatan subjektivis
 Asumsi Antologis
1) Realitas sebagai proyeksi imajinasi manusia
Realitas adalah proyeksi dari kesadaran
individu; ia merupakan suatu tindakan (act) imajinasi
kreatif dan kondisi intersubjektif yang meragukan.
Pendapat ekstrem ini, lazim di kenal sebagai
solipsisme, menyatakan : mungkin tidak terdapat
sesuatu pun di luar diri (self) : pikiran seseorang .
pendekatan pendekatan transendental tertentu terhadap
fenomenologi ( menyoroti) realitas dalam kesadaran
(consciousness), manifestasi suatu dunia fenomenal ,
namun tidak dengan sendirinya terbuka bagi
pemahaman dalam kegiatan sehari hari. Realitas di sini
meliputi proses proses manusia yang meniai dan
menafsirkan fenomena dalam kesadaran sebelum
memahami struktur makna yang di nyatakannya. Jadi,
sifat dunia fenomenal mungkin terbuka bagi manusia
hanya lewat cara pandangan yang secara disadari
fenomonologis.
2) Realitas sebagai konstruks
Dunia sosial adalah suatu produk
berkesinambungan di cipta ulang setiap pertemuan
(encounter) ke dalam sehari hari ketika orang dalam diri
di dunia mereka membentuk wilayah definisi bermakna.
Mereka melakukan lewan bahasa, label, tindak rutinitas,
yang merupakan model keperiadaan (modes of being)
bersifat simbolik di dunia. Realita tertanam dalam sifat
perlaku dan mode mode tindakan simbolik. Realitas
sosial tidak memiliki status konkret; ia merupakan suatu
konsep simbolik di dunia, seperti lewat pengantar
bahasa, mungkin menghasilkan bersama, namun
bersifat gangguan statusnya singkat, terbatas hanya saat
saat yang memungkinkan realitas itu secara aktif
dikontruksi yang di terima.
 Asumsi mengenai sifat manusia
1) Manusia sebagai makhluk fundamental
Manusia dipandang mempunyai tujuan, mengarahkan
energi psikis dan pengalamannya dengan cara-cara yang
mewujudkan dun ia dalam bentuk yang bermakna dan
bertujuan. Ada tataran keperibadian, dan tataran
realitas,yang dicapai lewat aneka ragam tindakan yang
berasal dari suatu bentuk kesadaran trasendental,
manusia membentuk dunia dalam alam pengalaman
mereka sendiri yang langsung.
2) Manusia menciptakan realitas
Manusia menciptakan realitas dengan cara-cara yang
paling masuk akal dalam usaha untuk membuat mereka
dapat dijelaskan kepada sendiri dan kepada orang-orang
.mereka tidak sekedar aktor yang menafsirkan situasi
dengan apa yang bermakna, karena tidak ada situasi
selain dari situasi-situasi diwujudkan oleh mereka lewat
kreatif mereka sendiri.individu dapat bekerja sama
untuk menciptakan realitas bersama,namun realitas
masih merupakan suatu konstruksi subjektif yang dapat
lenyap pada saat anggota-anggotanya tidak menerima
sebagai demikian. Realitas tampak bagai nyata bagi
individu tindakan manusia yang secara sadar tanpa
disengaja bersekongkol.
2. Pendekatan objektif
 Asumsi ontologis
1) Realitas sebagai proses yang konkret
Dunia sosial adalah proses yang berkembang,
yang sifatnya kongkret, namun selalu berubah dalam
bentuk rinciannya. Segala sesuatu yang berinteraksi
dengan segalah sesuatu lainnya dan amat sulit
menemukan hubungan kasual yang tetap diantara proses
proses utamanya. Paling banter, dunia mengekspresikan
dirinya dalam hubungan umum tertentu dan bersyarat
antara unsur unsurnya yang lebih stabil dan jelas.
Situasinya cair dan menciptakan peluang bagi mereka
yang punya kemampuan yang sesuai untuk membentuk
dan mengeksploitasi hubungan berdasarkan
kepentingan mereka. Sebagian dari dunia adalah apa
yang di bentuk atasnya; suatu perjuangan antar
berbagai pengaruh , yang masing masing berusaha
bergerak menuju pencapaian tujuan yang diinginkan.
2) Realitas sebagai struktur konkret.
Dunia sosial adalah sesuatu di luar sana yang
keras, konkret dan nyata yang memepengaruhi setiap
orang dengan suatu cara.dunia sosial dapat dianggap
sebagai suatu jaringan hubungan tetap antara bagian-
bagian pokoknya. Realitas harus ditemukan dalam
perilaku konkret dan hubungan antara bagian-bagian
ini. Realitas merupakan suatu fenomena objektif yang
dapat diamati dan diukurn secara cermat.
 Asumsi mengenai sifat manusia
1) Manusia sebagai agen yang adaptif
Manusia eksis dalam hubungan yang interaktif
dengan dunia mereka. Mereka mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan mereka.
Proses pertukaran yang berlaku di sini pada dasarnya
adalah proses bersaing yang memungkinkan individu
berusaha menafsirkan dan mengeksploitasi lingkungan
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan utama dan
karenanya bertahan hiidup.
2) Manusia sebagai mekanisme yang merespons
Manusia adalah suatu produk kekuatan eksternal
dalam lingkungan yang melingkupi mereka.
Rangsangan dalam lingkungan mereka mengkondisikan
mereka untuk berperilaku dan memberikan respons
terhadap peristiwa-peristiwa dengan cara-cara yang
dapat dapat diramaikan dan tetap. Suatu jaringan
hubungan kausal mengaitkan semua aspek penting
perilaku kepada lingkungan. Meskipun persepsi
manusia dapat mempengaruhi proses ini hingga derajat
tertentu,manusia selalu memeberikan respons terhadap
situasi dengan suatu cara yang berdasarkan
hukum(berdasarakan aturan)
C. Macam-macam Mazhab ilmu komunikasi
John fiske secara umum membagi pembagian mazhab studi komunikasi
kedalam empirisme dan semiotice. Berikut penjelasannya dari pemaparan
dibawah ini:
1. Empirisme
Mazhab empiris dapat dikenali seperti pada penelitian contect
analysist, uses dsn grstification, agenda setting, cutivation analysist,
surrvay, eksperimen. Penelitian penelitian yang tergolong penelitian
nomothetic, yaitu penelitian empiris yang akan mengurus realita dan
akan menghasilkan suatu generalisasi. secara psrsdigmatic, mashab
empiris berada dalam positivistik. Mazhab empris dapat dikenal ketika
dalam kajian komunikasi di amerika menguat transisi tardisi
bahavioral dari psikologi sosial dan sosiologi struktural fungsional.
Maka pandangan yang menggunakan asumsi berfikir positivistik
kemudian menjadi dominan dalam studi komunikasi. Beberapa teori
komunikasi yang dapat dimasukkan dalam kelompok ini adalah
ragam teori yang disebut sebagai covering law theory dan sistem teori,
yakni teori yang dipercayai berlaku universal, berdasarkan penelitian
empiri, bersifat objektif,dan sebagainnya. Contohnya teorinya adalah
temuan penelitian carl hovland,paul F. Lazarfel,dan wibur schramm.
Mashab empiris dapat dikenali ketika dalam kajian komunikasi
di Amerika menguat tradisi behavioral dari psikologi sosial dan
sosiologi struktural fungsional. Maka pandangan yang menggunakan
asumsi berfikir positivistik kemudian menjadi dominan dalam studi
komunikasi. Beberapa teori komunikasi yang dapat dimasukan dalam
kelompok ini adalah ragam teori yang disebut sebagai covering law
theory dan sistim teori. Yakni teori yang dipercaya berlaku universal,
berdasar penelitian empiris, bersifat objektif, dan sebagainya. Contoh
teorinya adalah temuan penelitian Carl Hovland, Paul F. Lazarfeld, dan
Wilbur Schramm. Misalkan teori two steps flow of communication,
teori persuasive Hovland, dan teori Uncertainty Reduction Theory.
Mengenai Teori Sistem yang teori ini misalkan nanti berkaitan
dengan kajian organisasi atau kajian makro mengenai sistim sosial.
Pemikiran mengenai cybernetic dapat dimasukan dalam kelompok ini.
Demikian pula pendekatan kognitif dalam proses pembuatan
keputusan. Keberadaan kalangan administrative riset berada dalam
mashab empiris. Pandangan kalangan ini juga dapat kita pahami
memandang komunikasi sebagai transmisi. Hal ini menjadi dapat
dimengerti karena kemunculan kelompok ini berkaitan dengan era
propaganda di Amerika. Dapat juga dimasukan disini berkaitan dengan
tradisi kajian komunikasi dari Amerika pasca Chicago School.
Sekalipun kita juga perlu kemukakan bahwa tradisi ini kemudian juga
akan mempengaruhi kajian komunikasi di Eropa, yang ditandai dengan
diadopsinya penelitian kuantitatif dalam kajian komunikasi di Eropa.
2. Semioties
Inti dari mazhab ini mencoba untuk menekankan pada text atau
yang disebut juga sebagai works of communication action. Perhatian
berkaitan dengan lambang dalam artian luas (text). Dengan demikian
tidak lagi memperhatikan soal unsur-unsur komunikasi sebagaimana
yang memahami komunikasi sebagai transmisi. Karenanya juga tidak
memikirkan tentang efek komunikasi. Cara berpikirnya adalah empati,
memahami (verstehen), berfikir holistik, dan sebagainya.
Mashab ini kemudian menjadi penting bila kita kaitkan dengan
pendekatan humanistik. Bila dikembalikan pada paradigma ilmu sosial
akan berada dalam paradigma interpretatif. Penelitiannya kemudian
disebut sebagai penelitian ideografik, yang bertujuan untuk
menggambarkan secara mendalam mengenai tindakan sosial yang
bermakna (meaningfull social action). Contoh teori yang berada dalam
mashab ini adalah kajian tentang audience aktif (active audience)
sebagaimana dilakukan James Lull. Demikian pula penelitian lapangan
(field research) yang banyak dilakukan Robert E. Park dari Universitas
Chicago diawal abad 20. Teori lain misalkan teori Interaksi Simbolik
yang dikembangkan George H. Mead.
Dalam kajian komunikasi, bila mengacu pada pembagian Fiske
diatas, mashab semiotic ini dapat didekatkan dengan pandangan
komunikasi sebagai ritual, atau meaning. Atau bila mengacu pada
James W. Carey kita mengenali pengertian komunikasi sebagai budaya
(communication as culture). Berkaitan dengan pembahasan mengenai
mashab ini juga penting untuk membahas tentang keberadaan
paradigma ilmu sosial kritis (critical social science) dan
postmodernisme. Paradigma kritis posisi paradigma berada diantara
positivistik (empiris) dan interpretatif (semiotics). Memang dalam ilmu
komunikasi dewasa ini kita dapat jumpai kehadiran figur dari
paradigma kritis seperti Stanley Deetz, Noam Chomsky. Herbert
Schiller, dan sebagainya.
Demikian pula, sebelum dilanjutkan, perlu untuk memahami
mengenai critical social science. Bahwa paradigma ini disatu sisi
tergolong positivistik karena bersifat empiris mengenai realitas yang
tersusun atas kelompok berkuasa dan kelompok yang dikuasai. Pada
sisi lain, paradigma kritis tidak bersifat objektif sebagaimana prasyarat
dalam paradigma positivistik. Paradigma kritis sedari awal melakukan
keberpihakan terhadap kalangan yang dikuasai. Ini yang disebut
ilmuwan tidak hanya menjadi pengamat tetapi juga terlibat dalam
melakukan emansipasi terhadap kalangan yang lemah itu. Maka
nantinya. dalam tradisi kritis, pada satu sisi kita dapat memakai analisis
semiotik untuk menunjukkan terjadinya proses dominasi. Pada sisi
yang lain, kita juga mempercaya adanya struktur sosial yang ditandai
dengan proses dominasi itu. Bahwa dalam perkembangan ilmu
pengetahuan kontemporer kemudian dikenal apa yang disebut
postmodernisme atau post strukturalis, bahkan ada juga yang disebut
sebagai post colonial.
Perkembangan ini juga melanda kajian komunikasi. Hal ini
tentu saja mengingat karakter ilmu komunikasi yang interdisipliner.
Dengan begitu perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang
tentunya juga akan diikuti ilmu komunikasi. Bahwa pandangan
modernis dan kita tahu ilmu komunikasi lahir sebagai bagian dari
produk modernis dinilai mereduksi kompleksitas realitas, etnosentrik,
dan mekanis. Sebaliknya posmodernisme menjelaskan fenomena
masyarakat kontemporer, masyarakat informasi, masyarakat yang
dibesarkan oleh budaya televisi dan terbentuknya global village,
budaya kapitalisme lanjut, dan sebagainya. Beberapa figur dari
paradigma ini adalah seperti Michazel Foucault, Roland Barthes, dan
Jean Boudrillard.
Posmodernisme merupakan pendekatan pasca modern.
Pendekatan ini dikenal juga sebagai poststrukturalis. Pandangan disini
lebih melihat realitas sebagai sesuatu yang lebih komplek dan
senantiasa berproses. Pentingnya peran bahasa sebagai pembentuk
realitas. Pandangan semacam ini tergolong pandangan kontemporer
yang tentu juga berlaku bagi studi komunikasi. Dalam mashab ini
pendekatan penelitian yang digunakan adalah semiotic dan etnografi.
Disini tampak pendekatan dari tradisi semiotik digunakan. Demikian
juga dari tradisi interpretatif lain seperti etnografi.
3. Mashab frankfurt
Mazhab Frankfurt adalah Mazhab atau aliran yang berasal dari
negara Jerman. Mazhab Franfurt dengan tokoh-tokohnya Th. Adorno,
M. Horkheimer, W. Benjamin, P. Lazarsfeld, dan M. Marcuce dari
Institut Frankfurt untuk penelitian sosial, penelitiannya dinamakan
penelitian kritik (critical research) yang menampilkan teori komunikasi
kritik. Yang dijadikan objek studi adalah peranan media massa dalam
kehidupan modern dengan filosofi kritik dalam bentuk lain terhadap
kritik Karl Marx. Bukan saja determinisme ekonomi yang
ditentangnya, tetapi juga positivisme empirik. Teori komunikasi kritik
muncul ketika terjadi aksi-aksi mahasiswa di Eropa Barat pada tahun
1960-an khususnya di Jerman pada tahun 1967 yang menuntut
demokratisasi universitas. Aksi-aksi itu kemudian dilancarkan juga
kepada media massa yang dianggapnya tidak memperdulikan
ketertiban, hukum, tidak mengindahkan hakikat hasrat politik para
mahasiswa, terutama pada media cetak.
Teori komunikasi kritik itu semakin semarak, setelah muncul
Jurgen Hubermas. Hubermas dikenal sebagai filsuf masa kini tentang
kritisnya terhadap pemikiran Marxis. Dalam hubungan ini sebagai
pengganti paradigma kerja, Habermas mengacu kepada paradigma
komunikasi. Implikasi dari paradigma baru ini adalah memahami
praxis emansipatoris sebagai dialog- dialog komunikatif dan tindakan-
tindakan komunikatif yang menghasilkan pencerahan. Hal ini bertolak
belakang dengan teori-teori Marxis klasik yang menempuh jalan
revolusioner untuk menjungkirbalikan struktur masyarakat demi
terciptanya masyarakat sosialis yang dicita-citakan. Habermas
menempuh jalan konsensus dengan sasaran terciptanya "demokrasi
radikal", yaitu hubungan-hubungan soisal yang terjadi dalam lingkup
komunikasi bebas kekuasaan. Dampak Teori Komunikasi Kritik
terhadap perkembangan ilmu komunikasi ialah timbulnya kesadaran
bahwa komunikasi massa dan media massa harus dipelajari secara
konteks sosial agar dapat diperoleh latar belakang historis - ekonomis -
politik bagi fenomena komunikasi massa.
4. Mazhab Chicago
Mazhab Chicago adalah Mazhab atau aliran yang bewrasal dari
Amerika Serikat. Mazhab Chicago tokoh-tokohnya Roberts Ezra Park,
Harold D. Lasswell. Bernard Berelson, Robert K. Merton, Daniel
Lener. Ithiel Da Sola Pool, Wilbur Schramm, Charles Wright, David
Berlo, dan lain-lain. Mazhab Chicago dengan positivisme empirik
menitikberatkan penelitiannya pada pemecahan masalah kriminal,
prostitusi, dan masalah-masalah lainnya yang timbul akibat
industrialisasi dan urbanisasi yang berlangsung sangat cepat di
Amerika.
Pada masa puncaknya kejayaan Mazhab Chicago, penelitian
komunikasi banyak dilakukan dengan metode kuantitatif, antara lain
sebagai akibat dari pendanaan yang disediakan oleh sponsor. Sebagai
konsekuensinya, penelitian yang semula merupakan kegiatan kreatif
perorangan menjadi pekerja secara borongan. Penclitan banyak
dilakukan terhadap persuasi, propaganda, dan efek langsung dari media
massa pada khalayak. Penelitian komunikasi dengan penekanan pada
efek langsung itu, merupakan pengaruh model linear dari Shannon dan
Weaver. Aliran tersebut menyadari bahwa media komunikasi memiliki
keperkasaan dalam mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu media
massa perlu melakukan penyempurnaan secara sinambung agar
acaranya. pengolahannya, penyajiannya, dan penyebarannya menjadi
lebih efektif dan efisien.Penelitian yang dikembangkan oleh Mazhab
Chicago dijuluki penelitian administratif (administrative research),
yakni penelitian berdasarkan jasa. Karena disponsori atau didanai
maka masalah yang diteliti tidak ditentukan oleh si peneliti sendiri,
melainkan oleh sponsor yang memesannya. Jika kita bandingkan aliran
empirik ini dengan Mazhab Frankfurt yang beraliran kritik, tampak
bahwa apabila aliran empirik menekankan pada efek komunikasi pada
khalayak dengan melakukan analisis isi (content analysis) dalam
rangka menarik kesimpulan tentang efek komunikasi, maka aliran
kritik pada pengawasan sistem komunikasi. Jadi, jika aliran kritik
melakukan analisis isi, tujuannya adalah untuk mengambil kesimpulan
tentang lembaga media massa yang menyebarkan pesan komunikasi,
bukan untuk mengetahui efek komunikasi.
Kritik Mazhab Frankfurt terhadap Mazhab Chicago, antara lain
menyatakan bahwa penelitian komunikasi massa yang positivistik
empirik oleh Mazhab Chicago yang tidak menggunakan teori sosial
secara umum tidak dapat mengkaji fenomena-fenomena komunikasi
massa.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Komunikasi merupakan bentuk dari kehidupan manusia. Dalam proses komunikasi


hendaklah kita memperhatikan etika-etika dengan baik agar komunikasi tersebut bisa berjalan
dengan lancar dan efektif. Dengan harapan apa yang disampaikan mudah diterima dan
mendapat respon yang baik pula. Etika-etika tersebut antara lain: dengan perkataan yang
benar, mulia, lemah lembut, ringan dan mudah dimengerti.

Komunikasi organisasi dapat dikaji dari dua perspektif utama yakni perspektif
objektivis dan perspektif subjektivis. Perspektif objektivis melihat organisasi sebagai suatu
struktur yang lebih ditekankan nilai manusia sebagai mesin. Sedangkan pada perspektif
subjektivis, organisasi dimaknai sebagai proses dan manusia lebih dihargai dengan
pendekatan human relation.

Secara sederhana, mashab berkaitan dengan suatu aliran ilmu pengetahuan yang
sangat berpengaruh dan memiliki pendukung. Dengan memahami mashab menjadi penting
unnik mengenali pengelompokkan teori. Dalam studi komunikasi, kita mengenal beberapa
mashab. Melalui beberapa kelompok ini kita akan mengenal sejumlah tokoh dan teori
komunikasi. John Fiske secara umum membagi pembagian mazhab studi komunikasi
kedalam empirisme dan semiotic,Mashab frankfurt dan Mazhab Chicago.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Romli, Khomsahrial.2014.Komunikasi Organisasi Lengkap.PT Grasindo:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai