Anda di halaman 1dari 10

Nama : Viona Dwi Cahya

Nim : 01031482326053
Mata Kuliah : Audit Internal

Judul : Korelasi penggunaan analisis data oleh fungsi audit internal di era
data besar: Bukti global
Penulis : Romina Rakipi , Federica De Santis, Giuseppe D'Onza
Nama Jurnal : Journal of International Accounting, Auditing and Taxation
Volume : 42
No dan Halaman :

1. Masalah Penelitian
 IAF bekerja secara efektif ketika penggunaan teknik IAF sesuai dengan proses dan
kegiatan yang dilakukan oleh IAF, hubungan IAF dengan komite audit (AC) dan
manajemen senior, dan keterampilan teknis dan soft skill auditor internal?

2. Motivasi Penelitian (Gap penelitian/Gap Teori/Gap Praktis, Alasan kenapa penelitian


penting untuk dilakukan)
 Literatur menunjukkan bahwa IAF bekerja secara efektif ketika penggunaan teknik
IAF sesuai dengan proses dan kegiatan yang dilakukan oleh IAF, hubungan IAF
dengan komite audit (AC) dan manajemen senior, dan keterampulan teknis dan soft
skill auditor internal

3. Teori
 Dari perspektif teori keagenan, audit internal adalah mekanisme tata kelola
pengawasan untuk memantau perilaku manajer senior dan mengurangi kemungkinan
perilaku oportunistik (Adam, 1994; Gramling, Maletta, Schneider,& Gereja, 2004).

4. Logika Hipotesis dan Hipotesis Penelitian


 H1. Kehadiran jalur pelaporan utama IAF ke AC secara positif terkait dengan
penggunaan DA.
H2. Kemampuan CAE untuk membangun hubungan positif secara positif terkait
dengan penggunaan DA.
H3. Keterlibatan IAF dalam jaminan manajemen risiko secara positif terkait dengan
penggunaan DA.
H4. Keterlibatan IAF dalam deteksi penipuan secara positif terkait denga penggunaan
DA.
H5. Keterlibatan IAF dalam kegiatan audit terkait risiko TI secara positif terkait
dengan penggunaan alat DA.

5. Model Penelitian (Jika ada)


 Penggunaan analitik data (DA) meningkatkan kemampuan IAF untuk mengekstrak
nilai dari data besar, membantu IAF untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
aktivitas mereka. Kami menggunakan tanggapan dari 1.681 Chief Audit Executives
(CAEs) di 82 negara untuk menyelidiki korelasi penggunaan DA IAF TI.
6. Metode Penelitian (Metode, Populasi dan Sampel, Variabel dan Pengukuran Variabel.
Jika penelitian eksperimen maka jelaskan kasus dan instrumen eksperimennya)
 Kami mengembangkan model regresi logistik (model logit) untuk menganalisis
hubungan antara penggunaan analisis data oleh IAF dan variabel penjelas dan kontrol
kami.

Pemilihan sampel : Institute of Internal Auditors Research Foundation (IIARF)


mengembangkan studi CBOK 2015, yang merupakan survei global terbesar terhadap
profesi audit internal (Bame-Aldred, Brandon, Messier, Rittenberg, & Stefaniak,
2013; Eulerich, Henseler, & Köhler, 2017;Islam, Farah & Stafford, 2018). Kami
menggunakan tanggapan dari 1.681 CAE di 82 negara dari survei CBOK tahun 2015.

Variabel : Untuk menyusun variabel penjelas pertama, AC_REPORTING, kami


menggunakan pertanyaan berikut: Apa jalur pelaporan fungsional utama untuk CAE
atau yang setara di organisasi Anda?2 Jadi, variabel kami sama dengan 1 jika jalur
pelaporan utama untuk CAE adalah AC, dan 0 jika CAE melapor kepada manajemen
senior. Variabel penjelas kedua adalah BUILD_REL, yang menangkap kemampuan
CAE dalam membangun hubungan dengan orang lain. Di sini, responden diminta
untuk mengevaluasi kemahiran CAE dalam membangun hubungan dalam skala lima
poin (dari 1 = pemula hingga 5 = ahli). Variabel independen ketiga adalah
RM_ASSURANCE. Variabel dummy ini sama dengan 1 jika IAF diharuskan
memberikan jaminan atas keseluruhan sistem RM, dan 0 jika tidak. Variabel
independen keempat kami, yang diukur sebagai variabel dummy, adalah FRAUD (=1
jika IAF mempunyai tanggung jawab untuk mendeteksi penipuan, dan 0 jika tidak).
Terakhir, variabel penjelas kelima dalam model kami adalah RISIKO AUDIT.
Variabel kategori ini didasarkan pada sejauh mana IAF mengaudit risiko TI (1 =
tidak ada, 2 = minimal, 3 = sedang, dan 4 = luas).

7. Hasil Penelitian
 Kami menemukan hubungan positif dan signifikan antara penggunaan DA dan (i)
pelaporan IAF kepada komite audit (AC) dan (ii) kemampuan CAE untuk
membangun hubungan positif dengan manajer. Temuan ini menunjukkan bahwa
kemandirian IAF dan soft skill CAE penting untuk berinovasi dalam teknik IAF yang
mendukung penggunaan DA. Kami juga menemukan hubungan positif antara
penggunaan DA dan keterlibatan IAF dalam jaminan manajemen risiko perusahaan,
deteksi penipuan, dan aktivitas audit risiko TI. Temuan kami berkontribusi pada audit
internal dan literatur DA, dan harus menarik bagi CAE, AC, dewan perusahaan, dan
asosiasi profesional.
8. Pembahasan
 Kami mengidentifikasi dan menguji lima variabel yang diperkirakan terkait dengan
penggunaan alat DA oleh IAF. Temuan kami menyediakan bukti empiris bahwa
pelaporan IAF kepada AC berhubungan positif dan signifikan dengan penerapan alat
DA dalam audit bekerja. Bukti kami menambah literatur tentang pentingnya
independensi IAF (Christopher, Sarens, & Leung, 2009; Mutchler, Chang, & Prawitt,
2001). Hal ini menggarisbawahi bahwa independensi IAF, yang dipertahankan
melalui pelaporan langsung kepada AC. Hal ini penting untuk menghindari IAF
menemui hambatan dalam inovasi tekniknya, dan untuk mendapatkan hal-hal yang
diperlukan sumber daya keuangan dan manusia untuk mendukung investasinya. Hal
ini sangat penting untuk DA, seiring dengan meningkatnya teknik ini. Kemampuan
IAF untuk mengidentifikasi kemungkinan penipuan manajemen dan kelemahan
pengendalian internal. Jalur pelaporan fungsional langsung ke manajer senior dapat
memperlambat, atau dalam skenario terburuk, melemahkan penggunaan DA.

9. Kesimpulan
 Hasil kami menunjukkan bahwa kemampuan CAE untuk membangun hubungan
positif dengan manajer juga berhubungan positif dan signifikan dengan penggunaan
teknik DA oleh IAF. Hasil ini memperluas literatur (Li et al., 2018; Tang et al., 2017)
dengan menyoroti bahwa penggunaan teknik DA dalam aktivitas IAF bukan hanya
masalah kemampuan teknis auditor internal, namun juga soft skill seperti
membangun hubungan juga penting untuk mengubah IAF menjadi fungsi berbasis
data. Proses penerapan teknik DA mengharuskan IAF untuk bekerja sama (1) dengan
manajer di departemen TI dalam masalah teknis, seperti pembuatan data lake dan
identifikasi alat DA terbaik, (2) dengan manajer di departemen lain, dan (3) dengan
badan tata kelola perusahaan, termasuk dewan direksi dan AC, sehingga dapat
memahami kebutuhan dan harapan mereka. Hal ini memfasilitasi pengetahuan
tentang bagaimana memanfaatkan alat DA untuk meningkatkan nilai yang IAF
tawarkan kepada para pemangku kepentingannya.

Hasil kami juga menunjukkan bahwa keterlibatan IAF dalam jaminan manajemen
risiko dan deteksi penipuan berkorelasi signifikan dengan penggunaan alat DA oleh
IAF. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
penggunaan teknik IAF bergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan oleh IAF
(Hass et al., 2006; Lenz & Hahn, 2015). Hasil penelitian ini juga berkontribusi pada
penelitian mengenai DA dan audit internal dengan memberikan bukti empiris tentang
peluang yang ditawarkan DA untuk meningkatkan peran jaminan IAF terkait
manajemen risiko (Chan et al., 2018; Vasarhelyi et al., 2010). Terakhir, hubungan
positif dan signifikan antara aktivitas audit terkait risiko TI dan penggunaan DA oleh
IAF konsisten dengan literatur sebelumnya (Li et al., 2018). Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan DA difasilitasi ketika IAF melakukan audit TI. Hal ini
menawarkan kemungkinan untuk meningkatkan kualitas data dan mengembangkan
lebih lanjut pengetahuan tentang sistem TI dan rantai nilai data organisasi.

Hasil kami membantu peneliti, CAE, dan asosiasi profesional untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat memengaruhi penggunaan DA. Mereka juga menyarankan
penelitian tambahan mengenai apakah adopsi DA menentukan peningkatan nyata
dalam efektivitas dan kemampuan IAF untuk memenuhi harapan para pemangku
kepentingan. Lebih lanjut, kami mendorong para peneliti untuk menganalisis
penerapan alat DA oleh IAF di bidang lain, termasuk rekayasa ulang proses bisnis dan
audit proses yang dialihdayakan. Kami juga memberikan wawasan kepada IIA untuk
mengembangkan kegiatan pelatihan, standar, dan pedoman praktis untuk penggunaan
DA dalam audit internal.

10. Kelemahan/Keterbatasan
 Penelitian kami memiliki keterbatasan yang membuka peluang penelitian. Pertama,
seperti semua penelitian berbasis survei, tanggapan dipengaruhi oleh persepsi yang
mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan. Kedua, meskipun kami
menggunakan literatur untuk mengidentifikasi korelasi utama penggunaan DA IAF,
dan menjalankan analisis tambahan untuk menggantikan variabel dependen kami
dengan variabel alternatif yang tersedia di CBOK, ada kemungkinan faktor-faktor
yang hilang dalam literatur dan/atau dalam studi CBOK . Penyelidikan terhadap
faktor-faktor lain dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda, seperti
metode kualitatif, mungkin merupakan peluang menarik untuk penelitian di masa
depan. Selain itu, penyelidikan tentang bagaimana penggunaan DA berkembang di
berbagai wilayah dan bagaimana berbagai faktor dapat memengaruhi penggunaan
DA IAF di berbagai wilayah dapat menjadi topik yang menarik untuk penelitian di
masa depan. Ketiga, karena studi CBOK tidak mengharuskan responden survei untuk
menunjukkan alat DA spesifik yang mereka gunakan, kami tidak dapat mendalami
analisis kami lebih jauh untuk memahami apakah terdapat korelasi yang bervariasi
antara berbagai jenis alat DA. Penelitian di masa depan dapat membantu mengatasi
keterbatasan ini dan dapat menguji apakah korelasinya berbeda antar jenis alat DA.

11. Ide Penelitian Selanjutnya


 Analisis kuantitatif korelasi antara penggunaan analisis data dan kinerja audit
internal, seperti tingkat deteksi penipuan, ketepatan waktu pelaporan, dan efisiensi
audit.
Judul : Keberadaan Komite Risiko dan Penetapan Harga Audit
Penulis : Md.Borhan Uddin Bhuiyan, Salma, Jamal Roudaki
Nama Jurnal, Volume, No dan Halaman : Kualitas Pelaporan Keuangan, Biaya Audit dan
Komite Risiko, ARA 28, Hal 423-444

1.Masalah Penelitian
 Hubungan antara keberadaan komite risiko (RC) disuatu perusahaan, kualitas pelaporan
keuangan dan apakah memiliki RC mempengaruhi harga audit.

2.Motivasi Penelitian (Gap penelitian/Gap Teori/Gap Praktis, Alasan kenapa penelitian


penting untuk dilakukan)
 Gap dalam actorure berupa kurangnya pemahaman tentang actor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan, biaya audit, dan efektivitas komite risiko
dalam konteks spesifik. Penting untuk mengeksplorasi gap ini karena pemahaman yang
lebih baik akan membantu organisasi dalam meningkatkan transparansi,akuntabilitas,
dan pengelolaan risiko yang lebih efektif. Demikian, penelitian dapat memberikan
wawasan berharga bagi praktisi,akademis dan regulator untuk memperbaiki proses
pelaporan keuangan dan pengelolaan risiko perusahaan.

3.Teori
 Teori yang signifikan adalah Teori Agensi Teori ini mengkaji hubungan antara
pemegang saham (prinsipal) dan manajer (agen) dalam perusahaan. Dalam konteks
pelaporan keuangan, teori agensi dapat digunakan untuk memahami bagaimana manajer
dapat memiliki insentif untuk memanipulasi laporan keuangan untuk kepentingan pribadi
mereka, dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan.

4.Logika Hipotesis dan Hipotesis Penelitian


 Logika Hipotesis : Dalam literatur CG Australia yang lebih luas, hubungan antara
mekanisme CG dan audit, termasuk biaya audit, tidaklah jelas. Hay dkk. (2017) dalam
tinjauan literaturnya menyimpulkan bahwa meskipun banyak penelitian telah
mempertimbangkan hubungan ini, masih terdapat banyak ketidakpastian yang perlu
diatasi melalui penelitian lebih lanjut. Namun demikian, sebagaimana tercantum dalam
literatur, terdapat efek timbal balik antara mekanisme CG dan audit yang tepat oleh
perusahaan audit yang memiliki reputasi baik (Hay et al., 2017).

 Hipotesis Penelitian : Penelitian akademis memiliki banyak bukti yang menunjukkan


bahwa praktik CG yang baik meningkatkan praktik pengungkapan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, RC sebagai salah satu alat CG yang baik diharapkan dapat
meningkatkan pengungkapan risiko dengan adanya RC. Menggunakan sampel
perusahaan keuangan dari negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC); Al-Hadi dkk.
(2016) menemukan bahwa perusahaan dengan RC terpisah dikaitkan dengan
pengungkapan risiko pasar yang lebih besar, dan pengaruhnya bervariasi di seluruh
tahapan siklus hidup perusahaan. Mereka juga menyatakan bahwa kualifikasi RC dan
ukurannya mempunyai dampak signifikan dan positif terhadap pengungkapan risiko
pasar. Menggunakan konteks penerapan Standar Pelaporan Keuangan Internasional 7 di
Bangladesh; Nahar dkk. (2016a) mengkategorikan pengungkapan risiko pada pasar,
kredit, likuiditas dan operasional serta ekuitas, sebagai bukti bahwa pengungkapan risiko
meningkat ketika RC beroperasi. Dengan menggunakan sampel dari lembaga keuangan
Australia, Tao dan Hutchinson (2013) meneliti peran kompensasi dan RC dalam
mengelola dan memantau perilaku berisiko selama periode krisis keuangan global.
Mereka berpendapat bahwa RC mengurangi asimetri informasi dan menunjukkan bukti
bahwa komposisi komite risiko dan kompensasi berhubungan positif dengan risiko, yang
pada gilirannya berdampak negatif terhadap risiko.

5.Model Penelitian (Jika ada)


6.Metode Penelitian (Metode, Populasi dan Sampel, Variabel dan Pengukuran Variabel.
Jika penelitian eksperimen maka jelaskan kasus dan instrumen eksperimennya)
 Penelitian menggunakan dua proksi berbeda untuk ukuran RC dan menyelidiki
dampaknya terhadap terhadap kualitas pelaporan keuangan dan harga audit. Analisis Regresi
multivariat dan teknik pencocokan skor kecenderungan diterapkan pada data perusahaan
terdaftar di Bursa Efek Australia untuk tahun 2001-2013.
 Sampel : Menggunakan perusahaan yang terdaftar di ASX australia. Memulai dengan
sampel awal sebanyak 15.120 observasi perusahaan dengan mencocokkannya ke database
Global Vantage.
 Pengukuran Variabel
Variabel Terikat
- Kualitas Pelaporan Keuangan
Kualitas pelaporan keuangan merupakan konsep multidimensi. Oleh karena itu, proksi
tunggal mana pun tidak mungkin mencakup seluruh aspek kualitas pelaporan keuangan.
Penelitian menggunakan akrual diskresioner yang disesuaikan dengan kinerja sebagai ukuran
kualitas pelaporan keuangan. Akrual diskresioner dihitung melalui model Jones yang
dimodifikasi secara cross-sectional yang mengendalikan kinerja (Dechow et al., 1995;
Kothariet al., 2005). Persamaan berikut ini diperkirakan untuk semua perusahaan dalam
industri yang sama (menggunakan kode industri dua digit SIC) dengan setidaknya delapan
observasi dalam suatu industri yang diperlukan pada tahun tertentu untuk mendapatkan
parameter spesifik industri untuk menghitung komponen non-diskresioner dari total akrual ;
akrual diskresioner adalah sisa dari persamaan berikut:
DACCt 1⁄4 ÿ0ð1=Asetÿ1Þ þ ÿ1ÿTerjual ÿTERPIUTANG þ ÿ2PPEt þ ÿ3ROAtÿ1 þ ÿt
Semua variabel dikempiskan oleh aset yang tertinggal. DACC adalah akrual diskresioner tak
bertanda tangan yang digunakan dalam analisis utama.

- Biaya Audit
Konsisten dengan penelitian sebelumnya, biaya audit yang lebih tinggi diharapkan untuk
perusahaan dengan kompleksitas klien yang lebih tinggi (ukuran lebih besar, lebih banyak
merger dan akuisisi, dengan penerbitan utang/ekuitas baru pada tahun berikutnya, rasio pasar
terhadap buku yang lebih tinggi, persentase penjualan luar negeri yang lebih besar, lebih
banyak segmen usaha, program pensiun yang lebih besar atau pemulihan kembali); risiko
keuangan yang lebih tinggi (leverage lebih tinggi, ROA lebih rendah, kerugian, item khusus
lebih besar, volatilitas return saham lebih tinggi) risiko inheren yang lebih tinggi (persediaan
dan piutang yang lebih besar); lebih banyak pengelolaan pendapatan (baik manipulasi akrual
maupun aktivitas riil) dan atribut keterlibatan (dengan akhir tahun fiskal pada tanggal 31
Desember dan kesenjangan yang lebih besar antara akhir tahun fiskal dan tanggal
pengumuman pendapatan). Mengingat hasil penelitian sebelumnya yang beragam, tidak ada
prediksi yang dibuat tentang tanda-tanda koefisien pertumbuhan penjualan, usia perusahaan
dan masa audit. Peneliti menggunakan logaritma natural biaya audit perusahaan (Ln(AF)).

Variabel Independen
- Komite risiko
Penelitian ini menggunakan dua ukuran berbeda untuk keberadaan RC. Utamanya, variabel
dummy (RISKDUM) yang dianggap 1 ketika perusahaan membentuk RC dan 0 sebaliknya.
Terakhir, variabel kontinyu anggota RC (RISKMEM) dipertimbangkan. RISKMEM
mengukur logaritma natural untuk setiap anggota RC.

7.Hasil Penelitian
 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keberadaan RC mengurangi akrual diskresioner, ini
berarti kualitas pelaporan keuangan meningkat ketika RC beroperais. Temuan juga
menunjukkan bahwa keberadaan RC meningkatkan biaya audit.

8.Pembahasan
 Hasil Penyajian diawali dengan statistik deskriptif, dilanjutkan dengan ilustrasi uji beda
rata-rata, kemudian dijelaskan kolerasi,regresi, dan analisis tambahan.
 Statistik deskriptif Tabel
Panel A, menyajikan statistik deskriptif. Sebanyak 26% observasi tahun perusahaan memiliki
RC. Rata-rata ukuran dewan direksi perusahaan sampel adalah 2,28 (median 5 2,30) dan rata-
rata 39,65% (median 5 38%) direktur independen dalam periode sampel. Rata-rata, 72,83%
observasi tahun perusahaan memiliki dualitas CEO. Nilai rata-rata akrual diskresioner
(DACC) dan biaya audit (Ln(AF)) masing-masing sebesar 0,099 (median 5 0,055) dan
11,835 (median 5 11,68). Sebanyak 64% perusahaan diaudit oleh auditor BIG4 dan
mendapatkan opini going concern (GC) untuk 10,51% observasi tahun perusahaan.
Perusahaan punya rata-rata keterlambatan pelaporan audit (ARL) 184 hari dan rata-rata
leverage (LEV) adalah 0,1889 (median 5 0,10). Sebanyak 43% observasi tahun perusahaan
telah menghasilkan laba negatif dalam observasi tahun sampel.

 Uji beda rata-rata Tabel


Panel B, menyajikan hasil uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
antara variabel spesifik perusahaan yang memiliki kategori RC (RISKDUM 5 1) dan
perusahaan yang memiliki kategori non-RC (RISKDUM 5 0). Hasilnya menunjukkan bahwa
perusahaan afiliasi RC menghasilkan lebih sedikit akrual diskresioner (DACC) dan memiliki
persyaratan biaya audit dan non-audit yang lebih tinggi. Perusahaan yang memiliki opini
going concern (GC) yang lebih tinggi dan pengalaman laba negatif (LOSS) yang lebih tinggi
tidak memiliki RC dalam sampel pengamatan tahun perusahaan. Perusahaan dengan jumlah
direktur yang lebih banyak (BDSIZE) mempunyai RC, namun menariknya, perusahaan
dengan jumlah direktur independen yang lebih sedikit (INDPEN) mempunyai RC yang lebih
sedikit karena INDPEN memiliki rata-rata 0,40 untuk perusahaan dengan RC – lebih tinggi
dari 0,37 untuk perusahaan tanpa dewan direksi. RC. Semua hasil signifikan secara statistik
pada tingkat signifikansi 1%.

 Analisis korelasi Tabel


Panel C, melaporkan hasil analisis korelasi bivariat. Hasilnya menunjukkan bahwa akrual
diskresioner (DACC) lebih rendah ketika perusahaan tidak memiliki RC. Hasilnya
menunjukkan bahwa korelasi berpasangan antara DACC dan RISKDUM negatif secara
signifikan (koefisien 5 0,10, p <0,01). Selain itu, hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan
dengan RC memiliki biaya audit (Ln(AF)) yang lebih tinggi dan temuannya (koefisien 5 0,33;
p <0,01) signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi kurang dari 1%. Konsisten
dengan temuan sebelumnya, perusahaan dengan lebih banyak direktur di dewan (BDSIZE)
(korelasi 5 0,32, p <0,01), memiliki arus kas operasi yang lebih tinggi (korelasi 5 0,03, p
<0,01), diaudit oleh perusahaan-perusahaan besar (BIG4), dan cenderung memiliki operasi
RC dalam sistem CG. Namun demikian, perusahaan besar memiliki akrual diskresioner yang
lebih rendah (korelasi 5 0,18, p <0,01) namun perusahaan dengan leverage tinggi memiliki
akrual diskresioner yang lebih tinggi (korelasi 5 0,08, p <0,01) selama observasi tahun
perusahaan sampel.

 Analisis regresi Tabel


3 menyajikan hasil H1 yang menghipotesiskan bahwa keberadaan RC mempengaruhi kualitas
pelaporan keuangan perusahaan, yang diproksikan dengan akrual diskresioner. Dua langkah
berbeda (RISKDUM dan RISKMEM) diterapkan untuk menangkap dampak keberadaan RC.
Masing-masing ukuran RC diterapkan dalam persamaan regresi tunggal. Hasil regresi
RISKDUM mempunyai koefisien negatif dengan discresionary accruals (DACC). Koefisien
antara RISKDUM dan DACC adalah 0,008 (t-statistik 5 = 2,82), yang menunjukkan temuan
tersebut signifikan secara statistik pada tingkat 1%. Konsisten dengan spesifikasi
sebelumnya, temuan ini memberikan bukti serupa dengan spesifikasi lainnya (RISKMEM).
Koefisien antara RISKMEM dan DACC adalah 0,002 (t-statistik 5 1,80*), yang menunjukkan
bahwa temuan tersebut signifikan secara statistik pada tingkat 10%. Dengan demikian, H1
didukung. Dalam hal signifikansi ekonomi, koefisien yang dilaporkan menunjukkan
penurunan DACC sebesar 0,314 basis poin untuk satu peningkatan deviasi standar dalam
RISKMEM (0,002 (koefisien RISKMEM)
*1,571 (Standar Deviasi RISKMEM)).
Untuk variabel kontrol, temuan menunjukkan bahwa perusahaan besar (SIZE) dan
perusahaan yang menghasilkan arus kas operasi (OCF) yang lebih tinggi memiliki akrual
diskresioner yang lebih rendah. Perusahaan dengan leverage (LEV) yang lebih tinggi, laba
negatif (LOSS), dan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi (SALEGR), memiliki lebih
banyak akrual diskresioner. Untuk variabel kontrol CG, hasilnya menunjukkan bahwa
perusahaan dengan dewan yang besar (BDSIZE) dan dengan direktur yang lebih independen
(INDPEN) memiliki akrual diskresioner yang lebih tinggi untuk kedua ukuran RC. Hasilnya
signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi lebih dari 10%. Adjusted-R2 untuk kedua
spesifikasi tersebut adalah 33%

Untuk variabel kontrol, hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan besar (SIZE),
perusahaan dengan leverage lebih tinggi (LEV) dan perusahaan yang diaudit oleh auditor
big4 (BIG4) memiliki biaya audit yang lebih tinggi. Konsisten dengan literatur audit yang
ada, hasil kami membuktikan bahwa perusahaan yang mengalami opini going concern (GC)
memiliki harga audit yang lebih tinggi. Koefisien tersebut signifikan secara statistik pada
tingkat yang lebih baik dari 1%. Selain itu, kami menemukan bahwa perusahaan dengan
dewan direksi yang besar dan direktur independen yang lebih tinggi memiliki biaya audit
yang lebih tinggi. Adjusted-R2 untuk kedua spesifikasi tersebut adalah 73%. Mengikuti
Petersen (2009), statistik pengujian kami didasarkan pada kesalahan standar yang
dikelompokkan. Statistik t yang kami laporkan yang ditunjukkan dalam tanda kurung
didasarkan pada kesalahan standar yang kuat terhadap adanya heteroskedastisitas dan
dikelompokkan berdasarkan perusahaan. Semua spesifikasi mencakup boneka industri SIC
tahun dan 2 digit.

Tes tambahan :
 Analisis skor yang sesuai dengan kecenderungan
Metode propensity score matching (PSM) menyiratkan pendekatan pengendalian untuk
seleksi mandiri dengan cara mencocokkan perusahaan sampel dengan perusahaan kontrol
yang memiliki karakteristik serupa sesuai dengan fungsi kovariat (Rosenbaum dan Rubin,
1983, 1985). Mengikuti langkah-langkah pencocokan skor kecenderungan, Peneliti membagi
sampel menjadi dua kelompok: RISKDUM 5 1 dan RISKDUM 5 0. Kelompok pertama
adalah kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol. Untuk
setiap observasi pada kelompok perlakuan dan kontrol, Peneliti menghitung skor
kecenderungan yaitu, probabilitas untuk termasuk dalam RISKDUM 5 1 dan RISKDUM 5 0,
menggunakan model regresi logit. Peneliti menggunakan semua variabel kontrol dalam
regresi akrual dan biaya audit dalam membangun skor kecenderungan. Kemudian, untuk
setiap observasi sampel yang diberi perlakuan, peneliti mencari tetangga terdekat – observasi
dari kelompok kontrol yang nilai absolut dari perbedaan skor kecenderungannya adalah
minimum – dari kelompok kontrol.
Peniliti mencocokkan ini dengan penggantinya. Peniliti menyebut sampel ini sebagai sampel
yang cocok. Selanjutnya, peneliti menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik pada variabel spesifik perusahaan antara perusahaan dalam kelompok yang diberi
perlakuan dan perusahaan dalam kelompok yang dicocokkan. Peneliti menemukan bahwa
tidak ada variabel yang berbeda secara signifikan antara kelompok terkait dan kelompok
kontrol.
Tabel 5, Panel A, menunjukkan hasil pencocokan PSM. Peneliti mengikuti prosedur tetangga
terdekat dengan pengganti yang dipilih dari satu perusahaan kontrol berdasarkan skor
kecenderungan terdekat. Peneliti menemukan dukungan asosiasi negatif untuk hubungan
hipotesis antara keberadaan RC dan kualitas pelaporan keuangan (DACC). Lebih lanjut, kami
menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara keberadaan RC dan biaya audit
LnðAFÞt . Koefisien RISKDUM pada DACC adalah 0,016 (t-statistik 3,71) dan signifikan
secara statistik pada tingkat 1%. Selanjutnya, hubungan antara RISKDUM dan LnðAFÞt
adalah 0,046 (t-statistik 2,03), yang menunjukkan kenaikan biaya audit ketika RC beroperasi.
Hasilnya konsisten dengan menggunakan proksi alternatif (RISKMEM) untuk RC. Selain itu,
hasilnya tetap sama jika kita menggunakan radius dan bukan teknik tetangga terdekat.

9.Kesimpulan
 Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh RC terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Akrual diskresioner digunakan sebagai ukuran kualitas pelaporan
keuangan. Selanjutnya, penelitian ini menguji apakah keberadaan RCs berpengaruh terhadap
penetapan harga audit. Berdasarkan temuan penelitian, dapat dikatakan bahwa kehadiran RC
menyerap risiko bisnis perusahaan dan hal ini memfasilitasi peningkatan praktik pelaporan
keuangan dan, dengan demikian, auditor mengakui peran RC dalam mengurangi harga audit.
Konsisten dengan proposisi penelitian, temuan menunjukkan bahwa keberadaan RC
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan mengurangi akrual diskresioner. Lebih
jauh lagi, penelitian ini mengkonfirmasi bahwa kehadiran RC di suatu perusahaan berfungsi
sebagai alat mitigasi risiko dan penetapan harga audit memberikan respons yang baik
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki operasional RC. Studi ini akan
membantu regulator, pembuat kebijakan, dan profesional untuk memahami pentingnya
manajemen risiko karena kami menemukan bahwa keberadaan RC menyebabkan akrual
diskresioner yang lebih rendah, yang menunjukkan praktik pelaporan keuangan yang lebih
baik. Pada akhirnya, temuan penelitian ini akan memperkuat pembentukan RC sebagai
mekanisme manajemen risiko. Sebagian besar penelitian akademis di bidang ini berfokus
pada faktor-faktor penentu RC, namun penelitian ini inovatif karena mengkaji konsekuensi
menguntungkan dari keberadaan RC. Selain itu, temuan penelitian ini akan bermanfaat bagi
investor saat ini dan calon investor serta otoritas pengatur yang bertanggung jawab memantau
kualitas manajerial dan pelaporan keuangan. Temuan-temuan ini juga akan bermanfaat bagi
otoritas regulasi yang bertanggung jawab untuk menerapkan kepatuhan CG yang lebih baik,
karena penerapan RC berfungsi sebagai alat mitigasi risiko dalam proses pengambilan
keputusan investasi. Temuan kami membuktikan bahwa keberadaan RC bermanfaat namun
tidak melebihi manfaat komite audit. Kami menawarkan penelitian masa depan untuk
mengkaji biaya pengoperasian RC dan mengevaluasi dampak pasar dari pembentukan RC.
10.Kelemahan/Keterbatasan
 Keterbatasan Teoritis, Teori-teori atau kerangka kerja yang digunakan dalam
penelitian ini mungkin memiliki keterbatasan tertentu dalam menjelaskan fenomena yang
diteliti secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai