Anda di halaman 1dari 15

Script

INTRO
"I used to think this scar marked me – the mark of the banished prince, cursed to
chase the Avatar forever. But lately, I've realized I'm free to determine my own
destiny, even if I'll never be free of my mark." S2E20
Di awal pertama kali kita menonton Avatar di waktu kecil, kita tidak pernah
menyukai Zuko, karena kita melihatnya hanyalah seperti anak remaja tantrum,
pemarah dan kejam yang bisa saja melakukan apa saja hanya demi dia bisa
dikembalikan ke negaranya dan mendapatkan validasi dari ayahnya. Tapi, semakin
kesini, kita mulai mengerti, bagaimana dia bisa menjadi seperti itu, dan kenapa dia
melakukan semua yang dia lakukan.
Bahkan, kita mulai melihat diri kita di dalam dirinya, karena faktanya, tidak semua
orang mendapatkan nasib, pengalaman dan pengajaran yang sama seperti yang
dialami kebanyakan orang, kita pasti pernah merasakan sakit, dan kita pasti
pernah merasa bahwa sangat perlu untuk menghilangkan rasa sakit itu dengan
segala cara, bahkan sampai melampiaskannya ke dunia, dan karena itu kita,
semakin dewasa, semakin mengerti dengan apa yang dirasakan Zuko, pangeran
Api yang dibuang oleh keluarganya sendiri.
Pangeran Zuko adalah antagonis utama dari serial Avatar: the last airbender, dia
adalah pangeran Negara Api yang diusir oleh ayah kandungnya sendiri, Raja Ozai
dari Kerajaan Api karena menolak untuk berduel dengannya setelah sebelumnya
Zuko mengkritisi strategi perang yang mereka rencanakan. Zuko yang menolak
untuk mengorbankan unit prajurit demi bisa mencapai objektif dari strategi
penyerangan mereka dan fakta bahwa dia menolak untuk melakukan Agni Kai
bersama ayahnya membuatnya dipandang lemah oleh ayahnya dan diberikan
arahan untuk belajar dari rasa sakit, dengan membuagnya dan semua kehormatan
dan apapun yang dia miliki diambil darinya.
Dan satu-satunya cara agar Zuko dapat mendapatkan kehormatannya kembali,
mendapatkan semua yang sudah diambil darinya, adalah dengan menangkap
Avatar yang telah menghilang selama 100 tahun. Mimpi mustahil yang mungkin
saja hanya alasan bagi Raja Ozai untuk membuang anaknya yang menurutnya
lemah.

Script 1
Di video kali ini kita akan membahas lebih dalam mengenai karakter Zuko,
bagaimana dia mendapatkan trauma masa kecil dari keluarganya yang keras dan
abusif, bagaimana dia ditantang untuk melihat dualisme baik dan jahat yang ada di
dalam dirinya, dan bagaimana dia akhirnya bisa menemukan benang merah dan
melakukan penebusan, redemption.
Spoiler alert! Video ini mengandung spoiler bagi keseluruhan cerita dari animasi
Avatar: the last airbender.
TRAUMA DAN RASA SAKIT
“I won’t fight you.”
“You will learn respect. And suffering will be your teacher.”
Pertama kali kita melihat Zuko, dia sudah menghabiskan 2 tahun lamanya untuk
mencari Avatar, dalam waktu-waktu itu, walaupun tidak ada harapan dia akan
menemukan Avatar, dia terus mendedikasikan dirinya untuk terus mencari, dan ini
yang mengembangkan amarah dan rasa bangga yang ada di dalam dirinya. Dia
terus menerus merasa bahwa dia tidak berharga karena tidak bisa mendapatkan
apa yang diinginkan oleh ayahnya darinya. Dia merasa tidak pantas untuk menjadi
pangeran Negara Api dan penerus tahta bagi ayahnya.
“I’m hunting the Avatar, I know it’s my destiny to capture him.” E1S1
Zuko percaya bahwa satu-satunya tujuan yang harus dia capai untuk saat ini
adalah mengembalikan kehormatannya kembali. Dan itu yang membuatnya
memandang tinggi kehormatan, karena dengan mendapatkan kembali
kehormatannya, dia akan mendapatkan kehidupannya kembali dan dengan itu dia
akan mendapatkan validasi dari ayahnya, Ozai dan akan mendapatkan
kebahagiaan.
Satu-satunya yang menemaninya dalam pengasingan ini adalah paman Iroh, yang
sudah bersamanya dari kecil, dia memilih untuk menjaganya karena kasih
sayangnya yang tinggi kepada keponakannya. Dan mungkin sebuah penebusan
karena sudah melalui jalan kehancuran selama ini yang membuatnya kehilangan
anaknya, dan akhirnya ingin menebus semuanya dengan melakukan yang baik
dan mencoba melakukan hal yang sama kepada keponakannya.
Maka sangat masuk akal ketika Pangeran Zuko akhirnya melihat Avatar, dia bisa
dikatakan melakukan segala cara untuk menangkap Avatar dan memberikannya ke
negara Api. Meskipun adanya Laksamana Zhao yang juga ingin menangkap Avatar

Script 2
demi keuntungan politiknya membuatnya semakin frustasi dalam pengejaran
Avatar.
Ketika Zuko menyelamatkan Aang dari penangkapan Zhao dengan tujuan untuk
mendapatkan Avatar untuk dirinya sendiri, Aang berkata bahwa dia pernah
memiliki teman dekat dari negara api 100 tahun yang lalu, dia berkata:
“If we knew each other back then, do you think we could have been friends too?”
S1E13

Tapi, Zuko yang sudah dipenuhi dengan rasa sakit tidak bisa melihat siapapun
sebagai temannya, dia yang sudah hancur melihat dunia sudah hancur dan tidak
bisa berpikir jernih. Dia melihat semua orang sebagai musuhnya. Kita dapat
melihat ini lagi di perkataan Zuko kepada Aang nantinya,

“You’re like my sister. Everything always came easy to her. She’s a firebending
prodigy and everyone adores her. My father says she was born lucky. He says I
was lucky to be born. I don't need luck, though - I don't want it. I've always had to
struggle and fight, and that's made me strong. It's made me who I am.” Episode
20 Season 1.

Dia salah dalam melihat Aang disini, Aang bukanlah anak hebat yang diinginkan
semua orang karena dia berbakat. Dan Aang bahkan tidak menginginkan semua
itu, itu justru menjadi beban baginya karena tanggung jawab besar yang datang
dari kekuatannya. Tapi, Zuko tidak mengerti. Karena pandangannya sudah
tertutupi oleh rasa sakit yang dia miliki. Rasa sakitnya membuatnya melihat dunia
dan isinya sebagai musuh, sesuatu yang harus dilawan, bukan dimengerti.

Semua rasa sakitnya berasal dari keluarganya yang jauh dari kata ideal, ayahnya
yang merendahkannya, ibunya yang meninggalkannya dan bahkan adiknya yang
menganggapnya sebagai lawan yang harus disingkirkan. Sejak kecil, Zuko selalu
diremehkan oleh ayahnya dikarenakan tidak memiliki dan bakat yang sama seperti
adiknya, Azula, yang merupakan seorang genius.
Namun, meskipun ibunya menyayanginya, itu juga yang membuat hubungannya
dengan Azula merenggang karena ibu mereka lebih menyayangi Zuko daripada
Azula. Dan fakta bahwa nantinya negara api membawa ibunya membuat Zuko
melihat bahwa ibunya, satu-satunya orang yang dia rasa mencintainya,
meninggalkannya di waktu kecil.

Script 3
Tak hanya itu, Ozai, ayahnya, sangat sering melakukan tindakan kekerasan,
manipulasi dan mempermainkan perasaan emosional Zuko, yang membuatnya
percaya bahwa untuk mendapatkan cinta dari ayahnya, dia haruslah bisa
mencapai standar tertentu. Dan meskipun dalam kesulitan besar, dia tetap
melakukannya, karena di matanya, itulah satu-satunya cara mencapai
kebahagiaan dalam kehidupannya.
Zuko dari kecil tidak memiliki teman, dia terisolasi di keluarga kerajaan dan di
bawah kekuasaan Ozai dan rivalitas Azula. Semua yang dia tahu adalah
bagaimana caranya agar bisa lebih baik atau setidaknya setara dengan adiknya
dan mendapatkan pengakuan dari ayahnya. Dia ingin menjadi anak yang
diinginkan oleh ayahnya.
Dan ketika Zuko mengambil peran dalam dewan perang bersama Ozai dan
beberapa jenderalnya, Zuko menolak saran untuk mengorbankan unit pasukan
negara api. Ozai yang melihat ini sebagai bentuk perlawanan, menantang anaknya
sendiri dalam Agni Kai.

Di dalam series netflix yang terbaru, kita dapat melihat penulis menambahkan
narasi yang bagus dalam memperdalam karakter Zuko. Unit yang akan
dikorbankan dalam perencanaan tersebut ternyata adalah prajurit yang
mengikutinya selama ini dalam pencarian Avatar yang dia lakukan.
Dari sini kita sebenarnya sudah dapat melihat, bahwa dia di dalam bukanlah mirip
dengan ayahnya, dia mungkin memiliki disiplin dan keinginan yang tinggi, tapi
kemarahan dan kekerasan yang ada di dalamnya bukanlah berasal dari dirinya
sendiri, melainkan sesuatu yang dibentuk dari tenakan ayahnya. Zuko lebih mirip
dengan ibunya, dia memiliki kasih sayang, sesuatu yang sebenarnya sebuah
kekuatan yang sangat besar, tapi di mata ayahnya, itu adalah kelemahan.

Zuko yang menolak untuk bertarung membuat ayahnya menandainya sebagai


pengecut dan orang yang memalukan yang membuatnya memberikan luka bakar
di sisi kiri wajahnya, membuangnya dari kerajaan dan mengasingkan Zuko sampai
dia berhasil menangkap Avatar yang sudah menghilang selama seratus tahun.
Semua kejadian-kejadian ini membuat Zuko rusak dan hancur, membuatnya
menjadi remaja pemarah, tidak tahu sopan santun dan tantrum. Karena di dalam
dirinya, dia memiliki rasa malu yang besar. Yang membuatnya berfokus untuk
mencapai takdirnya, menangkap Avatar.

Script 4
Namun, semakin dia mengejar Avatar, semakin dia melihat sisi lain dari semuanya.
Dan semakin sering kita melihat bagaimana kemarahan dan kebanggaan yang ada
di dalam dirinya menghalanginya dalam melakukan apapun dan mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya.

“Fire nation has hurt you.”


Bekas yang ada di matanya tidak hanya menggambarkan rasa sakit fisik yang
harus dia tanggung, tapi juga rasa sakit secara mental karena dibuang oleh
ayahnya sendiri karena tidak memiliki kekuatan yang diharapkan ayahnya olehnya.
“It’s okay. They’ve hurted me too.”

Ini pertama kali dia belajar bahwa negara Api tidaklah memberikan pengaruh yang
baik kepada dunia, mereka justru menghancurkannya. Disinilah dia mulai sadar
bahwa mungkin saja selama ini bukanlah mereka yang berada di pihak yang
benar, mungkin saja merekalah yang berada di pihak yang salah. Negara api
bukanlah negara hebat yang selama ini diajarkan kepada mereka.

Dalam perjalanannya dalam menangkap Avatar, dia terus menerus merasa marah
terhadap dirinya sendiri karena terus menerus mendapatkan kesulitan, dan ini
membuatnya terus merasakan kemarahan dalam dirinya bertambah besar.

“You will not be able to master lightning until you have dealt with the turmoil
inside you.“ S2E9
“What turmoil?”

“Zuko, you must let go of your feeling of shame if you want your anger to go
away.”
“But, I don’t feel any shame at all. I’m proud as ever.”

“Prince Zuko, pride is not the opposite of shame, but its source. True humility is
the only antidote to shame.”
”Well, my life has been nothing but humbling lately.”

Kemarahan Zuko bisa dihilangkan jika dia menghilangkan rasa malu atau resa
penghinaan yang selama ini dia rasakan. Walaupun Zuko merasa bahwa dia tidak
memiliki rasa malu itu karena dia merasa bangga. Justru rasa bangga itu muncul
dari percobaan untuk menutupi rasa malu. Kalau dia memang benar-benar bisa
dan tidak merasa malu, tidak ada gunanya untuk membuktikan bahwa dia tidak
merasa malu dengan marah-marah tidak jelas.

Script 5
Walaupun hidupnya terjadi penuh dengan hal-hal yang humbling, atau
menyedihkan, hal-hal yang seharusnya membuatnya menjadi lebih rendah hati,
bukan berarti itu membuat kita rendah hati secara otomatis, harus diri kita sendiri
yang memilih untuk menjadi rendah hati.

Rasa bangga atau kesombongan yang dia miliki memang berasal dari rasa malu,
rasa tidak percaya diri, yang berasal dari ego. Dan ego ini tidak bisa kita katakan
sebagai kepercayaan diri, karena ego membutuhkan validasi dari orang lain
bahwa dia percaya akan dirinya sendiri, sedangkan kepercayaan diri bisa berdiri
sendiri. Ketika kita memiliki ego dan orang-orang mencoba untuk menyerang kita,
kita akan mencoba untuk mempertahankannya dan memulihkannya, baik dengan
melawan secara verbal maupun fisik untuk mengembalikan dominasi dari ego
tersebut.

Nah, kerendahan hati adalah kepercayaan diri itu sendiri, karena untuk menjadi
terhormat, untuk menjadi percaya diri, tidak dibutuhkan dominasi ego, tidak
dibutuhkan validasi orang lain untuk melihat diri sendiri sebagai bisa. Ketika orang
mengatakan sesuatu yang menyakitkan, orang yang rendah diri bisa melihat
apakah hal itu benar atau tidak dan apa yang dilakukan dari situ, jika itu benar
berarti harus memperbaiki diri dan jika itu tidak benar berarti tidak harus
dipedulikan karena kemungkinan besar itu hanyalah refleksi dari orang yang
berniat menyakiti itu.

“You’ve always thrown everything you could at me. Well I can take it. And now I
can give it back.” S2E9

Kesulitan demi kesulitan terus menerus diberikan kepada Zuko. Setiap serangan
bermunculan kepadanya dan menyerang kemauan dan tekadnya, tapi dia tidak
pernah bisa benar-benar membalas dengan cara yang dia inginkan.

Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa melakukannya, dia ingin membuktikan
bahwa dia bisa mengendalikan petir, dia ingin membuktikan bahwa dia bisa
mengembalikan kehormatannya, ketika dia tidak bisa, dia percaya dia pantas
untuk dihukum.
Dia tetap bangga, tapi dia tidak memiliki rasa rendah hati, tidak memiliki harapan.
Dia tidak paham kenapa dia masih gagal dan gagal dan tidak memahami apa itu
kekuatan sebenarnya. Dia mau membuktikan bahwa dia bisa melakukan sesuatu,
sesuatu untuk dibuktikan, kalau tidak, dia pantas untuk dihukum. Ini adalah yang
dia dapatkan dari keluarganya yang memberikan cinta bersyarat, ketika dia hanya

Script 6
mendapatkan cinta dari orang tuanya ketika dia mencapai standar yang sudah
ditetapkan.

Tidak ada self-love dan self compassion disini. Hanya ada pembencian terhadap
diri sendiri, merasa kalau tidak mencapai standar, berarti diri pantas untuk
dihukum. Dan disinilah asal dari rasa bangga dan rasa sombong itu, topeng dari
pembencian terhadap diri sendiri.

Jika seseorang mencintai dirinya, dia akan rendah hati. Dikarenakan dia bisa
mengatasi apapun karena dia ingin menjadi lebih baik. Sedangkan pembencian diri
menjadikan pembuktian diri menjadi keharusan dan ketika dia tidak mencapainya,
dia percaya bahwa dia pantas untuk menderita.
Trauma tidaklah membuat seseorang menjadi jahat. Yang membuat seseorang
menjadi jahat, tetaplah pilihannya sendiri. Dan Zuko mewariskan bagaimana
keluarganya dan budayanya mengambil keputusan. Dan agar itu bisa berubah, dia
tidak bisa menunggu itu, dia sendirilah yang harus mengubahnya.
ROKU DAN SOZAN

“Two halves of a single weapon. Don’t think of them as separate because they’re
not. They’re just two different parts of the same whole.” S2E7
Ini adalah simbolisasi dari perjalanannya selama series ini, bagaimana caranya
menemukan antara kedua sisi yang berlawanan yang ada di dalam dirinya, baik
dan jahat, ibu dan ayahnya, Iroh dan Azula, Roku dan Sozin, untuk nantinya
menjadi orang yang lebih baik.

Zuko secara sadar menginginkan satu hal yaitu menangkap Avatar untuk ayahnya,
namun tanpa dia sadari dia memiliki motif lain yang bertentangan dengan
keinginan itu. Zuko memiliki fantasi bahwa menangkap Avatar Aang akan
memberinya perasaan yang dia inginkan, kepuasan karena dikagumi oleh
ayahnya, dan perasaan bangga akan kehormatannya. Idealismenya yang
membutakan terhadap ayahnya menghilangkan kesadarannya tentang perasaan
lain yang dia miliki terhadap ayahnya, perasaan persaingan dan kebencian yang
tidak disadari yang terungkap dari ucapannya yang tidak berdasar.
Seringkali, yang dilihat Zuko hanyalah kekuasaan dan kendali ayahnya, dia
mengabaikan kejahatan dan pengkhianatan yang menyertai kekuatan itu.
Demikian pula, dia mengingkari keinginannya akan cinta dan koneksi antara
sesuatu yang kadang-kadang dia ingat bahwa sifat itu dimiliki oleh ibunya.

Script 7
Tidak seperti ayahnya, yang melukainya untuk memberinya pelajaran, ibunya
melindunginya dan melihat kesalahannya bukan sebagai kegagalan, tetapi sebagai
ketekunan:
“That’s who you are, Zuko. Someone who keeps fighting, even though it’s hard.”
(S2E7)
Tanpa disadari, Zuko mengetahui ayahnya adalah seorang tiran, dan meskipun hal
itu mengganggunya, dia menutup mata dengan semua kebenaran itu.
Kebutuhannya untuk menyenangkan ayahnya sangat bertentangan dengan
keinginannya untuk menunjukkan dirinya, mengalahkannya, dan pada akhirnya,
menjadi orang yang lebih baik, lebih berbelas kasih daripada ayahnya.
Zuko di dalam dirinya sebenarnya lebih suka mengidentifikasi dirinya sendiri
dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh ibunya, namun, secara sadar dia malu
dengan hal itu, karena dalam pandangan ayahnya, itu adalah tanda kelemahan.
“Jika ayahmu menginginkanmu, dia pasti sudah lama memanggilmu pulang.”
(S1E8)
Mendengar hal itu, Zuko menantang lawannya untuk berduel, dan ketika Zuko
menang, dia gagal memberikan pukulan terakhirnya yang merupakan sebuah
tindakan belas kasihan. Lawannya mengejek Zuko dengan mengatakan,
“That’s it? Your father raised a coward.”
Zuko menunduk malu, menerima persamaan antara agresi mematikan dan
kebaikannya. Namun Paman Iroh, berkata sebaliknya,
“Even in exile, my nephew (Zuko) is more honorable than you..”
Secara sadar, Zuko percaya bahwa dia harus berperilaku seperti ayahnya,
menganut nilai-nilai yang diajarkan oleh ayahnya, dan mengidentifikasi diri dengan
agresi yang tidak terkendali, untuk mendapatkan kekaguman serta kehormatan
dari ayahnya.

Namun secara tidak sadar, dia tidak ingin menganut nilai-nilai tersebut. Dia
mempertanyakan supremasi ayahnya, dan sampai batas tertentu, dia berharap
menjadi orang yang lebih baik dan melakukan apa yang diajarkan oleh ibu dan
pamannya.
“It’s time for you to look inward, and begin asking yourself the big questions”
S2E17

Script 8
“Who are you? And what do you want?”
Pada season 2 episode ke 17, Paman Iroh mulai menantang dan mempertanyakan
keinginannya saat Zuko menangkap Appa, Iroh bertanya kepadanya tentang
rencananya terkait hewan tersebut, Namun Zuko menjawab dengan mengatakan
bahwa dia tahu takdirnya sendiri.
Paman Iroh mempertanyakan maksud dari takdir tersebut dengan mengatakan,
apakah itu takdirnya sendiri atau takdir yang orang lain coba paksakan kepada
dirinya, Iroh mengingatkan Zuko untuk mulai melihat ke dalam dan bertanya
tentang dirinya sendiri, seperti siapa kamu, dan apa yang benar benar kamu
inginkan untuk dirimu sendiri.

“I know my own destiny, Uncle” S2E17


“Is it your own destiny, or is it a destiny someone has held try to pause on you?”
Selama ini, Iroh mencoba untuk mengajari Zuko jalan yang benar secara perlahan,
dan disini, dia mengatakannya dengan gamblang, memberikannya pertanyaan
paling besar yang seharusnya bisa dia jawab dan membuatnya mengerti dengan
semuanya, dan ini semua dilakukan Iroh berdasarkan cinta.

Cinta keluarga Zuko yang kondisional, yang harus memenuhi standar baru bisa
dicintai membuatnya percaya bahwa sudah menjadi takdirnya untuk memenuhi
keinginan ayahnya. Zuko harus bisa sama seperti Azula baru dia bisa dicintai,
kalau tidak, dia tidak lebih dari hanya kekecewaan.
Mendengar yang dikatakan pamannya, Zuko melepaskan hewan tersebut dan
membiarkannya pergi. Paman Iroh memberitahu Zuko bahwa dia sedang
berperang dalam pikiran dan tubuhnya sendiri. Dia juga memotivasi Zuko untuk
bisa keluar dari kebingungannya terhadap dirinya sendiri dengan memikirkan apa
yang sebenarnya dia inginkan.
Dari sini, sudah ada tanda bahwa Zuko sebenarnya akan memilih untuk menjadi
dirinya sendiri, bukan menjadi anak yang diinginkan oleh ayahnya. Dia sudah mulai
berubah menjadi seseorang yang bisa berdiri senriri, seseorang yang tidak
membutuhkan persetujuan dari ayahnya untuk menjadi seseorang yang terhormat.

Tapi, Zuko yang manusiawi, masih bisa terjatuh.


Iroh: “Zuko. I am begging you. Look into your heart and see what it is that you
truly want.”

Script 9
Azula: “You are free to choose.”
Ketika Zuko ingin menangkap Aang, dia harus mengambil keputusan,
persimpangan takdir, dari lubuk hati dia tahu apa yang dia tahu, tapi Azula
memberikan pilihan, penghormatan dan pengakuan. Zuko manusia biasa,
walaupun dia memutuskan untuk baik, ketika yang selama ini dia inginkan, dia
menerimanya.

Zuko merasa dia bersalah, tapi Azula membuat dia berpikir, dia benar, sampai
Zuko bingung mana yang benar dan mana yang salah.
Zuko: During the meeting, I was the perfect prince. The son my father wanted. But
I wasn't me.
Zuko menemui ayahnya dan mengatakan bahwa dirinya adalah pangeran yang
sempurna, seorang putra yang diinginkan ayahnya, namun hal itu tidak
menjadikan dirinya menjadi pribadi yang dia suka.
Di poin ini, Zuko telah mendapatkan semua yang selama ini dia inginkan, dia telah
menangkap Avatar, dia telah mendapatkan kehormatannya kembali, dia telah
mendapatkan validasi dari ayahnya, dia telah mendapatkan semua yang dirampas
dan dia korbankan sebelumnya. Tapi, dia tidak merasa bahagia. Dia tidak tahu
kenapa. Dia sudah mendapatkan semuanya tapi dia merasa semuanya kosong dan
tidak ada artinya.

Zuko: For so long, I thought that if my dad accepted me, I'd be happy. I'm back
home now. My dad talks to me. He even thinks I'm a hero. Everything should be
perfect, right? I should be happy now. But I'm not! I'm angrier than ever, and I
don't know why! S3E5
Azula: There's a simple question you need to answer then. Who are you angry at?
Zuko: I’M ANGRY AT MYSELF!

Azula: Why?
Zuko: Because I'm confused. Because I'm not sure I know the difference between
right and wrong anymore.

Zuko: You brought this on yourself, you know. We could have returned together.
You could have been a hero. You have no right to judge me, uncle. I did what I had
to do in Ba Sing Se. And you are a fool for not joining me. You're not going to say

Script 10
anything? You're a crazy old man! You're crazy! And if you weren't in jail, you'd
be sleeping in a gutter!

Disini, dia sangat membutuhkan validasi dari paman Iroh, dia sangat
membutuhkan justifikasi bahwa keputusan yang dia ambil adalah yang benar, dan
dia tidak mendapatkannya. Dia mencoba untuk memberikan argumen dan
berharap dia akan memenangkannya agar dia merasa superior, tapi Iroh bahkan
tidak melihatnya disini. Karena Zuko tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, dia
jadinya memaki-maki dan marah-marah tidak jelas di depan orang yang tidak
melakukan apa-apa.

Ketika dia mendapatkan semua yang dia inginkan, dia tidak merasakan apa-apa.
Dia membiarkan orang lain menentukan apa yang dia mau, dan tidak
menentukannya sendiri. Dan itu tidak membawa kebahagiaan kepada dirinya. Dan
satu-satunya cara untuk mendapatkan itu adalah dengan berdamai dengan dirinya
sendiri, tapi dia tidak bisa mendapatkan itu.
Yang dikatakan Iroh sebelumnya benar,

“Sozan was your Father’s grandfather, your mothers grandfather was Avatar
Roku”
“Why are you telling this?”

“Because understanding the struggle between your two great grandfather, can
help you better understand the battle within yourself.”
Seperti kata paman Iroh, ini alasan hanya Zuko yang mampu mematahkan
kepahitan antar generasi tersebut, karena dia bisa melihat kebelakang dan
menjalin benang merah di antara keduanya. Hanya Zuko, orang yang telah hidup
di kedua sisi, orang yang telah melihat dampak dari kedua sisi, bisa melihat yang
mana sebenarnya jalan yang lebih baik. Apakah jalan yang dibawakan kakek
ayahnya, Ozai atau kakek ibunya, Avatar Roku.
Konflik internal yang dimiliki Zuko bisa lebih mudah dimengerti dengan
mempelajari konflik kakek dari orang tuanya. Seiring waktu, Zuko mulai mengenali
dan menerima banyak bagian berbeda dari dirinya. Proses panjang pengakuan ini
berhasil meresap, berdamai, dan beresonansi dengan dirinya sendiri.
“Kejahatan dan kebaikan selalu berperang di dalam dirimu, Zuko…. Tapi, ada sisi
baiknya…. Lahir di dalam dirimu, bersama dengan semua perselisihan, adalah
kekuatan untuk memulihkan keseimbangan dunia.”

Script 11
Sebenarnya simbolisasi dari baik dan jahat, dunia dan kerajaan api dapat dilihat
dari rambut Zuko. Zuko mengikat rambutnya ke atas, ketika dia masih dipenuhi
dengan ambisinya untuk mendapatkan Avatar dan masih sepenuhnya berada di
bawah pengaruh negara Api. Dan dia melepaskan rambut itu ke bawah ketika dia
mulai melihat bagaimana keadaan dunia sebenarnya di bawah pemerintahan
kerajaan Api. Dan ketika dia berkhianat dan memilih untuk memilih kerajaan Api,
dia mengikat rambutnya kembali, namun disini, dia masih meninggalkan rambut
lamanya, yang membuatnya berada pada dua dunia. Dan ketika dia akhirnya
memutuskan untuk meninggalkan negara Api, dia melepaskan ikatan itu kembali.
Zuko akhirnya mulai memahami dirinya sendiri, dia berhasil mengatasi konflik
internalnya, sebuah proses yang membantunya menciptakan takdirnya sendiri.

PENEBUSAN
"I've struggled for so long to do what's right, to even know what's right. But
asking you to end me if I went bad, that was like asking you to figure out right and
wrong for me. I understand now. The struggle isn't something a Fire Lord can
escape."
Sepanjang series, Iroh merupakan satu satunya orang yang memperlakukan Zuko
dengan sangat baik, dia memandang Zuko dengan penuh perhatian, dia
membimbing dan mencintai Zuko apa adanya. Kesabaran dan keyakinan yang Iroh
ajarkan menjadi hal penting bagi Zuko untuk dapat keluar dari pengaruh buruk
ayahnya, dan menghilangkan sifatnya yang haus akan validasi dari ayahnya.

Pada season 2 episode 7, Zuko memutuskan untuk meninggalkan pamannya, dan


pergi untuk mencari jati dirinya. Zuko melanjutkan perjalannya sendirian dan
berakhir di kota kerajaan bumi yang dimana kerajaan tersebut sedang dijajah oleh
negara api.
Zuko membantu mereka untuk bisa membebaskan kerajaan tersebut dari
kejahatan yang dilakukan negara api, pada saat melawan prajurit negara api, Zuko
tidak sengaja memperlihatkan pengendalian api nya kepada para penduduk
tersebut.
Hal itu sontak menjadi perhatian karena identitas Zuko mulai terbuka, alih-alih
membantu Zuko, mereka malah mengusir Zuko dan menghina Zuko bahwa dia
adalah seorang sampah yang berasal dari negara yang jahat. Mendengar hal
tersebut, Zuko menunjukan kelembutan dan kebaikannya, Zuko paham bahwa

Script 12
kemarahan mereka juga merupakan trauma akibat kerusakan perang yang
diciptakan oleh ayahnya dan para prajuritnya.
Dia kembali menunjukkan tingkat pengendalian diri dan kesabarannya saat
berhadapan dengan anggota Tim Avatar, terutama Katara yang terluka secara
emosional karena kematian ibunya di tangan tentara Negara Api. Meskipun Katara
menyerangnya, Zuko tidak menanggapi dengan kemarahan. Sebaliknya, dia
menemui kakaknya, Sokka, dan mencoba memahami mengapa dia sangat
membencinya.
Pada season ke 3 episode ke 11, Zuko akhirnya menghadapi ayahnya sang raja api
Ozai, Zuko mengatakan bahwa selama ini yang dia inginkan hanyalah untuk
membuat ayahnya mencintainya, menerimanya, dan menghormatinya.
Zuko yang menyadari sifat ayahnya mulai mengingatkan pertarungannya yang
melawan ayahnya, Zuko mempertanyakan bagaimana ayahnya bisa membenarkan
pertarungan dengan seorang anak yang merupakan hal yang kejam.

Zuko mengingatkan ayahnya bahwa orang orang telah membenci mereka, dan
mereka telah menciptakan era ketakutan bagi negara lain, Zuko memberitahu
rencananya untuk menggantikan era tersebut dengan era perdamaian dan
kebaikan, dia juga mengumumkan bahwa dirinya akan bergabung dengan Avatar
dan mengajarinya pengendalian api guna mengalahkan ayahnya sang raja api
Ozai.

Zuko menemui ayahnya bukan untuk validasi tapi menyalahkan ayahnya dan
mengatakan bahwa dia bersalah atas dosa masa lalunya, dia sendiri, negara api
tidak menerimanya, tim avatar menjauhinya, Iroh tidak disampingnya
Walaupun dia frustasi untuk menjadi orang baik, dia menjadi lebih frustasi, tapi
seperti kata ibunya, dia akan tetap melakukannya, karena dia percaya itu hal yang
benar.
Waktu bersama Aang, dia belajar bahwa api bukan untuk merusak tapi lambang
kehidupan. Bersama Sokka, dia belajar untuk berkorban baik untuk keluarga,
teman atau orang lain. Katara, penting untuk tidak terlarut kemarahan dan masa
dendam, penting untuk melepaskannya.
“I’m so sorry uncle, i don’t know if im gonna make it up to you”

Pengkhianatan kepada pamannya adalah hal paling besar yang terjadi dalam
kehidupan Zuko. Dan dia yang pada akhirnya menyadari jalan tengah dari

Script 13
pergumulan antara dirinya dan dirinya yang lain membuatnya meminta maaf
kepada Iroh dan berekspektasi bahwa dia akan mendapatkan perlakuan yang
kurang buruk.
Tapi, Iroh tetaplah Iroh, dia memang tidak bisa menerima pengkhianatan dari
keponakannya, anak keduanya, tapi Iroh tetap percaya bahwa Zuko bisa berubah.
Dia tetap percaya bahwa seseorang tetap bisa berubah menjadi lebih baik jika
diberikan kesempatan.
aat berada di Kuil Udara Barat, Zuko menyesali sikap tidak hormat dan kejamnya
sebelumnya. Dia menghadapi Tim Avatar dan meminta maaf atas kesalahannya.
Ketika permintaannya untuk bergabung dengan mereka ditolak, dia merendahkan
diri dan menawarkan dirinya sebagai seorang tawanan, hal ini sangat kontras
dengan sikap sombong yang dia tunjukkan sebelumnya.
Upaya Zuko untuk membela Aang dari Combustion Man menunjukkan
kesetiaannya yang tulus kepada tim. Dia menyadari ayahnya tidak akan pernah
bisa mengembalikan kehormatannya, dan dia harus mengembalikannya sendiri.
Dia senang ketika Avatar akhirnya menerimanya sebagai guru pengendalian api
dan anggota kelompoknya.
“Why Im so bad at being good?”

Dan disinilah kita baru melihat Zuko yang sebenarnya, Zuko yang meskipun
merasa kesulitan untuk melakukan sesuatu, tapi akan tetap dia lakukan karena dia
merasa bahwa itu adalah hal yang benar dan hal yang harus dia lakukan. Dan kali
ini, dia bukanlah anak yang diinginkan ayahnya, tapi dia adalah dirinya sendiri. Dia
bukan hanya anak dari raja Ozai dan pangeran dari negara api, tapi dia juga adalah
tim Avatar.

Meskipun dia masih memiliki beberapa masalah yang harus diselesaikan, dia jauh
lebih tenang dan dapat menerima itu semua dengan baik. Sejak menyadari
perasaannya yang sebenarnya, dia menjadi lebih santai dan berempati meskipun
dia tetap tegas dan tegang saat melatih Aang.
Setelah bergabung dengan grup, dia tersenyum lebih dari biasanya, bahkan ketika
lelucon dilontarkan dengan merugikan dirinya, dia tampak sangat bahagia sebagai
Raja Api saat istirahat di kedai teh pamannya.

Interaksi Zuko dengan anggota tim Avatar, terutama dengan Aang, Katara, Sokka,
dan yang lainnya, memberikan dimensi sosial pada penebusannya. Dia belajar

Script 14
tentang kebersamaan, persahabatan, dan tanggung jawab kepada orang lain.
Hubungan ini membantu membentuk karakternya menjadi seseorang yang lebih
baik.
Penebusan Zuko mencakup pengorbanan besar, termasuk meninggalkan tempat
dan kedudukannya sebagai putra mahkota. Pengorbanan ini bukan hanya tindakan
fisik, tetapi juga perwujudan keputusan moral untuk mengejar kebenaran dan
keadilan di atas kepentingan pribadinya.
Walaupun dia mendapatkan bantuan dari orang banyak untuk melakukan hal yang
benar, pada akhirnya dia sendirilah yang melaksanakannya, dia sendirilah yang
merancang seluruh penebusan itu, takdirnya berada di tangannya sendiri.

Outro
Zuko yang terus menerus menyakiti orang lain, sengaja ataupun tidak, sudah pasti
akan merasa berat ketika harus melakukan hal yang sebaliknya, yaitu berbuat
baik. Disaat kita ingin berbuat hal yang benar, beberapa orang mungkin tidak akan
menerima kita. Namun, menerima bahwa kembali bukanlah pilihan lagi adalah
jalan untuk menuju perkembangan yang lebih baik.
Di usia tuanya, Zuko menunjukkan sikap yang lebih tenang dan bijaksana, serta
rasa yang kuat untuk melindungi keluarganya dan Avatar dari segala bentuk
ancaman. Dia juga bertanggung jawab dalam membawa dan menjaga era
perdamaian yang sudah dicapai bersama teman temannya.
Zuko: “Zuko, you have to look within yourself to save yourself from your other self,
only then, will your true self reveal itself, ahh”
Terima kasih.

Script 15

Anda mungkin juga menyukai