PENCEMARAN PERAIRAN
LAPORAN LENGKAP
2
LEMBAR PENGESAHAN
i
Tanggal Pengesahan:
ii
BIODATA PENULIS
iii
KATA PENGANTAR
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................i
BIODATA...........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan dan Kegunaan.....................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Medaka (Oryzias celebensis).................................................3
B. Morfologi Ikan Medaka (Oryzias celebensis)..................................................3
C. Habitat dan Distribusi Ikan Medaka (Oryzias celebensis)...............................4
D. Embriogenesis dan Penetasan.......................................................................4
E. Ikan Medaka (Oryzias celebensis) sebagai Hewan Uji...................................5
F. Logam Berat Timbal (Pb)................................................................................6
G. Abnormalitas pada Embrio Ikan Medaka (Oryzias celebensis).......................6
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat..........................................................................................8
B. Alat dan Bahan................................................................................................8
C. Prosedur Kerja................................................................................................8
D. Analisis Data...................................................................................................11
IV. HASIL
A. Diameter Telur................................................................................................12
B. Laju Penyerapan Kuning Telur........................................................................12
C. Denyut Jantung...............................................................................................13
D. Somit...............................................................................................................13
E. Panjang Larva Awal Menetas.........................................................................14
V. PEMBAHASAN
A. Diameter Telur................................................................................................15
B. Laju Penyerapan Kuning Telur........................................................................15
C. Denyut Jantung...............................................................................................16
D. Somit...............................................................................................................16
E. Panjang Larva Awal Menetas.........................................................................17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk menganalisis dampak logam berat Timbal
(Pb) terhadap perkembangan embrio Oryzias celebensis.
Adapun kegunaan praktikum ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai
tahapan perkembangan embrio ikan Oryzias celebensis dan efek yang didapatkan
embrio dari pemaparan Timbal (Pb).
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
B. Morfologi
Ikan Medaka (Oryzias celebensis) memiliki panjang badan sekitar 2-4,5 cm. ikan
ini memiliki mulut yang berbentuk terminal, memiliki sepasang sirip perut (Pinnae
abdominalis) yang pendek, sepasang sirip dada (Pinnae pectoralis), juga sirip punggung
(Pinna dorsalis) yang ukurannya lebih pendek dari pada sirip dubur (Pinna analis) yang
terdapat di dekat sirip ekor (Pinna caudalis). Pada bagian sirip dubur (Pinna caudalis)
terdapat warna kuning oranye dan terdapat garis hitam pada bagian ekor ikan tersebut
(Risnawati et al., 2015).
Ikan medaka memiliki panjang kepala 4,0 mm dan kepalanya lebih sedikit
terkompresi daripada tubuh serta bagian depan kepala tertekan, Panjang moncong ikan
medaka yaitu 5,4mm dan lebih pendek dari diameter mata. Ikana medaka mempunyai
diameter mata 2,3 mm (Putri, 2020). Ikan medaka betina memiliki warna yang lebih
3
gelap dibandingkan dengan jantan (Dahruddin, 2012).
Habitat dari Oryzias bervariasi mulai dari sungai kecil, sungai besar, kolam, air
terjun, tambak, danau, sawah hingga muara sungai. suhu di habitat alami ikan medaka
sekitar 20-300C dengan pH sekitar 7-9 (Sari et al., 2020). Ikan medaka dapat ditemukan
di sungai kecil yang mengalir deras dengan substrat berupa batu. Selain itu, ikan ini juga
dapat ditemukan di sungai yang tenang dengan substrat berlumpur dan mengandung
banyak serasah tumbuhan yang tenggelam di dasar perairan. Ikan medaka bisa juga
ditemui di saluran air atau kolam yang banyak ditumbuhi rumput dan tumbuhan air
lainnya (Sari et al., 2020).
Distribusi dari ikan medaka terdapat di Sulawesi Selatan, tepatnya di Danau
Sidenreng, Danau Tempe, sekitar Danau Matano, Tambak Kampung Mangambang,
Sinjai, juga di sungai kars yang berarus lemah di kawasan Maros (Said & Hidayat,
2015). Penyebaran ikan medaka dari India ke Jepang dan sepanjang kepulauan Indo-
Australia di garis Wallacea (Sari et al., 2020).
4
membentuk blastomer-blastomer dengan ukuran yang makin kecil, sehingga tempat
pada stadia morula blastomer semula padat akan terbentuk ruangan kosong yang
disebut blastosul yang ditutupi oleh blastoderm dan pada sisi luar terdapat epiblast.
Antara blastosul dan blastoderm dipisahkan oleh hypoblast primer.
Tahap gastrulasi ditandai dengan terjadinya proses perluasan dan penutupan
kuning telur oleh blastoderm ke arah blastopora (blastopore closure, epiboly) hingga
seluruh bagian kuning telur telah tertutupi oleh blastoderm. Proses pada stadia
gastrulasi ini berlangsung sampai terjadi pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm
dan endoderm. Tahap perkembangan selanjutnya adalah terjadinya organogenesis,
diawali dengan terbentuknya bakal kepala dan ekor, ruas-ruas tulang belakang, bakal
mata, otolith, jantung, dan organ-organ lainnya, pigmentasi kantung kuning telur dan
penetasan menghasilkan larva (Ardhardiansyah et al., 2017).
Oryzias memiliki sebaran geografi yang luas, umur dan siklus hidupnya pendek
tetapi memiliki laju pertumbuhan yang cepat sehingga mempermudah dalam proses
identifikasi. Oleh karena itu, ikan ini dapat dikembangkan sebagai hewan uji. Selain itu,
keunggulan dari embrio Oryzias yaitu memiliki bentuk telur yang besar juga transparan
yang dapat mempermudah pengamatan pada penelitian fase-fase perkembangan
(Puspitasari & Suratno, 2017).
Ikan medaka sudah banyak dikenal dan dikembangkan sebagai hewan model.
Selain itu, keunggulan ikan ini sebagai hewan uji karena mudah pemijahannya, siklus
reproduksi singkat (maturasi awal 2 bulan), waktu generasi singkat, ukuran genom kecil
dan sudah memiliki konstruksi transgenik. Ikan medaka bersifat mudah beradaptasi,
mudah bereproduksi dan dapat dipelihara di wadah yang kecil serta dapat dikontrol
seperti di akuarium (Sari et al., 2020).
Timbal (Pb) adalah logam berbahaya dan beracun yang banyak ditemukan di
perairan sebagai pencemar yang memnggangu kehidupan organisme perairan. Timbal
(Pb) merupakan salah satu bahan pencemar akibat dari aktivitas manusia. Keberadaan
timbal di perairan berdampak negatif pada kehidupan organisme laut dan juga
mengontaminasi rantai makanan yang secara tidak langsung dapat berdampak terhadap
kesehatan manusia (Azizah et al., 2018).
Logam diketahui berbahaya untuk lingkungan perairan. Logam bersifat mudah
mengendap dan memiliki waktu tinggal pada sediman yang sangat lama hingga ribuan
5
tahun. Terdapat beberapa cara logam masuk ke dalam tubuh organisme perairan, yaitu
melalui saluran nafas, saluran makanan dan melalui kulit (Wicaksono et al., 2016).
Abnormalitas pada embrio diakibatkan oleh suhu air yang tinggi yang
menyebabkan proses metabolisme telur menjadi cepat. Selain itu, suhu air yang tinggi
juga dapat menyebabkan kematian pada telur dan larva. Sedangkan suhu air yang
rendah memengaruhi lambatnya proses metabolisme yang berpengaruh pada proses
penetasan (Nafiyanti et al., 2021).
Keberadaan logam Pb di perairan memengaruhi kondisi ikan mas yang
menyebabkan stress, sehingga respon yang terlihat menjadi berbeda tergantung pada
sensitifitas dan daya tahan ikan. Ketika diberi bahan pencemar, ikan berada di
permukaan air, sirip dan sisik mudah lepas, produksi lender banyak, insang pucat, ikan
tidak responsif, ikan lebih banyak mengeluarkan feses dan warna tubuh pucat.
Perubahan tingkah laku dan morfologi ikan mas selama penelitian adalah berbeda-beda,
yaitu dapat dilihat perbedaan ikan mas selama penelitian yaitu pada kondisi normal dan
setelah diberikan perlakuan (Siregar et al., 2012).
Abnormalitas dibagi menjadi abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas
primer merupakan ketidaknormalan morfologi spermatozoa yang terjadi ketika
spermatozoa masih di dalam tubuli seminiferi (spermatogenesis). Kelompok ini lebih
berbahaya karena sebagian bersifat genetik sebagai contoh knobbed acrosome defect
yang dapat menurunkan fertilitas sehingga memengaruhi keberhasilan inseminasi
buatan. Semen dengan persentase abnormalitas cukup tinggi cenderung memiliki
fertilitas yang rendah karena berkaitan dengan kemampuan mengawali fertilisasi.
Abnormalitas sekunder merupakan morfologi spermatozoa tidak normal yang terjadi
selama spermatozoa melewati saluran reproduksi (Ariantie et al., 2014).
6
III. METODOLOGI
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum pencemaran perairan yaitu siapkan alat dan
bahan. Kemudian melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Artemia sp. ditetaskan menggunakan alat yang telah dibuat sendiri (Gambar).
Alat tersebut berupa botol plastik ukuran 1,5 liter yang dipotong bagian bawahnya. Pada
bagian atasnya dibuat lubang kecil yang menjadi tempat selang sebagai saluran
keluarnya Artemia sp. yang telah menetas. Air sebanyak 1 liter dimasukkan ke dalam
botol tersebut. Lalu, ditambahkan garam sebanyak 75 gram dan dibiarkan larut dalam air
tersebut dengan bantuan aerator. Setelah itu, Artemia sp. dimasukkan dalam bentuk
kista sebanyak 7,5 gram ke dalam alat tersebut. Dua puluh empat jam berikutnya
7
Artemia sp. tersebut siap untuk dipanen yang ditandai dengan warna oranye dan terlihat
sebuah pergerakan.
2. Pembuatan Larutan
a. Larutan ERM
8
(Pb) 10 ppm, kemudian dicampurkan di dalam botol.
Apabila telah terjadi fertilisasi pada ikan Oryzias celebensis, telur akan terlihat
menempel pada media penempelan telur di akuarium. Media tersebut dikeluarkan dari
akuarium kemudian mengambil telurnya dengan hati-hati. Kemudian, telur tersebut
dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah diisi larutan ERM guna memutus serat
protein masing-masing telur.
4. Pemaparan Telur
Telur dimasukkan ke dalam microplate yang berisi larutan timbal (Pb) yang telah
dibuat dengan konsentrasi 0 (kontrol); 0,1 ppm; 0,25 ppm, 0,5 ppm dengan masing-
masing konsentrasi sebanyak 10 telur pada masing-masing konsentrasi larutan.
5. Pengamatan Embriogenesis
Letakkan objek yang akan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x
yang telah tersambung dengan kamera mikroskop optilab dan aplikasi pada laptop.
Kemudian amati karakteristik dan atur posisi objek agar terlihat jelas lalu ambil gambar
tampak depan dan tampak samping dari objek yang diamati. Selanjutnya untuk
menghitung detak jantung objek yang diamati, pembesaran diubah menjadi 100x lalu
merekam video selama 1 menit. Menyimpan data foto dan video objek yang diamati
dengan memilih lokasi penyimpanannya di laptop. Setelah itu, mengganti nama file objek
yang diamati agar memudahkan kita membedakan fase antar embrio
6. Pengukuran Parameter
Ds = √ Dh x Dv
Keterangan:
9
b. Volume kuning telur dihitung dengan menggunakan rumus:
π
VK = x (l x h2)
6
Keterangan:
(V 0 – Vt )
VE =
(t−t 0)
Keterangan:
D. Analisis Data
10
IV. HASIL
A. Diameter Telur
Diameter telur sebenarnya pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar
timbal (Pb) dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan anaisis ragam one way
ANOVA parametrik (Gambar 2) menunjukkan bahwa diameter telur pada setiap
konsentrasi berbeda nyata (P<0,05) dengan nilia signifikan <0,0001.
Laju penyerapan kuning telur pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar
timbal dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
11
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Gambar 3), menunjukkan bahwa laju penyerapan volume kuning telur di
setiap konsentrasi berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai signifikan <0,0014.
C. Denyut Jantung
Denyut jantung pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar timbal dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut:
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Gambar 4) menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung di setiap
konsentrasi berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai signifikan <0,0001.
D. Somit
Denyut jantung pada ikan Oryzias celebensi (Yulaipi, 2013)s yang telah terpapar
timbal dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
12
Gambar 5. Somit ikan Oryzias celebensis
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Gambar 5), menunjukkan bahwa jumlah somit di setiap konsentrasi berbeda
nyata (P<0,05) dengan nilai signifikan > 0,0037.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Tabel 1) menunjukkan bahwa panjang larva di setiap konsentrasi memiliki
panjang yang berbeda-beda serta kelangsungan hidup yang berbeda-beda. Panjang larva
awal menetas pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar timbal dapat dilihat pada
grafik sebagai berikut:
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Tabel 1) menunjukkan bahwa panjang larva di setiap konsentrasi memiliki
panjang yang berbeda-beda serta kelangsungan hidup yang berbeda-beda.
13
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menguji beberapa embrio
Oryzias celebensis dengan paparan logam cadmium diperoleh hasil pengamatan dari
respon yang diberikan masing-masing embrio pada setiap konsentrasi sebagai berikut:
A. Diameter Telur
Berdasarkan hasil analisis ragam one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan diameter telur sebenarnya pada ikan Oryzias celebensis yang terpapar timbal
(Pb) pada masing-masing konsentrasi. Pada konsentrasi 0, didapatkan nilai diameter telur
terbesar pada telur ke-8 dengan nilai 1,33 ml, sedangkan nilai diameter telur terkecil
terdapat pada telur ke-1 dengan nilai 1,23 ml. Pada konsentrasi 0,1 ppm, didapatkan nilai
diameter telur terbesar pada telur ke-8 dengan nilai 1,34 ml, sedangkan nilai diameter
telur terkecil terdapat pada telur ke-6 dengan nilai 1,27 ml. Pada konsentrasi 0,25 ppm,
didapatkan nilai diameter telur terbesar terdapat pada telur ke- 9 dengan nilai 1,27 ml,
sedangkan nilai diameter telur terkecil terdapat pada telur ke-1 dengan nilai 1,17 ml. Pada
konsentrasi 0,5 ppm, didapatkan nilai diameter telur terbesar pada telur ke-3 dengan nilai
1,33 ml, sedangkan nilai diameter telur terkecil terdapat pada telur ke-5 dengan nilai 1,27
mm.
Berdasarkan data yang didapatkan, menunjukkan bahwa paparan timbal pada
konsentrasi 0,25 ppm merupakan konsentrasi yang paling terdampak paparan timbal. Hal
ini disebabkan pada perlakuan 0,25 ppm terdapat lima telur yang ukuran diameter
telurnya lebih kecil dibandingkan diameter telur pada perlakuan normal. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulfahmi et al. (2014) menggunakan paparan
merkuri terhadap ikan nila. Paparan merkuri akan menyebabkan terganggunya proses
vitelogenesis sehingga mengecilkan ukuran diameter telur ikan uji. Pengaruh paparan
merkuri terhadap diameter telur ikan terjadi pada fase pembelahan mitosis khususnya
metafase. Fase metafase merupakan fase yang sangat sensitive terhadap bahan
toksisitas dan perubahan lingkungan.
Pada perlakuan 0,1 dan 0,5 ppm, menunjukkan perbedaan diameter telur
dengan perlakuan kontrol. Namun, perbedaan ini, menunjukkan bahwa terjadi
pembesaran diameter telur. Hal ini menujukkan bahwa pada paparan timbal sebesar 0,1
ppm tidak berpengaruh terhadap ikan Oryzias celebensis. Diduga, pembesaran diameter
telur disebabkan oleh pakan yang diterima oleh induk ikan. Hal ini diperkuat dengan Etika
et al. (2013) yang mengtakan bahwa besarnya diameter telur ikan dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan nutrient di dalam telur.
14
B. Laju Penyerapan Kuning Telur
Berdasarkan hasil analisis ragam one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata terhadap laju penyerapan kuning telur pada tiap konsentrasi. Pada
data menunjukkan perlakuan 0, laju penyerapan kuning telur terbesar terjadi pada telur
ke-3 sebesar 0,002880 mm3/jam, pada perlakuan 0,1 ppm terjadi laju penyerapan kuning
telur terbesar pada telur ke-8 sebesar 0,005150 mm3/jam, pada perlakuan 0,25 ppm
terjadi laju penyerapan kuning telur terbesar pada telur ke-10 sebesar 0,002928 mm 3/jam,
pada perlakuan 0,5 ppm terjadi laju penyerapan kuning telur terbesar pada telur ke-8
sebesar 0,005833 mm3/jam.
Pada data menunjukkan, bahwa semakin tinggi paparan timbal yang diberikan
maka semakin tinggi laju penyerapan kuning telur. Hal ini diduga karena embrio
membutuhkan energi yang lebih banyak untuk melakukan pertumbuhan pada kondisi
yang tidak stabil atau toksik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuswantoro et al. (2019)
yang mengatakan bahwa kuning telur sebagai cadangan digunakan untuk tumbuh dan
berkembang. Semakin toksik suatu lingkungan, maka energi yang dikeluarkan untuk
tumbuh akan semakin besar. Penyerapan kuning telur awalnya digunakan untuk
metabolisme dan perbaikan sel dan jaringan tubuh yang rusak, lalu sisa energi digunakan
untuk pertumbuhan pada larva.
C. Denyut Jantung
Berdasarkan hasil analisis ragam one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata terhadap denyut jantung pada tiap konsentrasi. Pada grafik
(Gambar 4) menunjukkan terdapat perbedaan denyut jantung pada perlakuan 0,1; 0,25;
0,5 dengan perlakuan kontrol. Perbedaan ini menunjukkan terjadinya penurunan detak
jantung pada setiap telur yang terpapar timbal (Pb). Hal ini diduga karena bahan
pencemar telah merusak organ jantung ikan dan menurunkan fungsi organ jantung
tersebut. Sesuai dengan pernyataan Damayani et al. (2022), semakin tinggi konsentrasi
timbal yang ada dalam wadah, maka semakin tinggi pula timbal yang dapat diakumulasi
ikan. Keberadaan logam pb di dalam ikan medaka didalam tubuh tidak dapat dikeluarkan
lagi sehingga makin lama jumlahnya semakin meningkat dan menumpuk di otak, saraf,
jantung, hati dan ginjal yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang
ditempatinya.
D. Somit
15
konsentrasi yang masing-masing dihitung pada fase 19 dan 20. Pada fase 19 somit pada
masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan. Pada konsentrasi 0, jumlah somit
pada telur 1-10 berkisar antara 5 sampai 6 pasang Konsentrasi 0,1 ppm, jumlah somit
pada telur 1-10 berkisar antara 2 sampai 6 pasang. Konsentrasi 0,25 ppm, jumlah somit
pada telur 1-10 berkisar antara 3 sampai 8 pasang. Konsentrasi 0,5 ppm, jumlah somit
pada telur 2, 4-10 berkisar antara 3 sampai 5 pasang.
16
oleh perbedaan konsentrasi yang diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Damayani et
al. (2022) bahwa semakin tinggi konsentrasi logam pb semakin rendah tingkat
kelangsungan hidup embrio ikan medaka.
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pencemaran perairan dapat disimpulkan bahwa
paparan timbal (Pb) mempengaruhi embrio ikan Oryzias celebensis. Pada keempat
perlakuan yang diberikan, konsentrasi 0,25 ppm dan 0,5 ppm merupakan paparan yang
paling mempengaruhi embrio ikan Oryzias celebensis. Pada parameter diameter telur
menunjukkan, bahwa semakin tinggi paparan timbal (Pb) menyebabkan terjadinya
penurunan ukuran diameter telur ikan. Pada parameter laju penyerapan kuning telur juga
menunjukkan, bahwa semakin tinggi paparan timbal (Pb) menyebabkan semakin
meningkatnya laju penyerapan kuning telur. Pada parameter denyut jantung, paparan
timbal dengan konsentrasi 0,1; 0,25; 0,5 ppm menunjukkan tidak terjadi peningkatan
detak jantung secara signifikkan. Sedangkan pada parameter somit, paparan timbal
menunjukkan pengaruh dengan adanya perbedaan jumlah somit pada fase 19 dan 20
pada semua perlakuan. Paparan timbal sangat berpengaruh terhadap parameter panjang
larva, dengan menunjukkan bahwa semakin tinggi paparan timbal, maka semakin rendah
panjang larva awal menetas. Begitupun dengan parameter kelangsungan hidup, semakin
tinggi paparan timbal, maka tingkat kelangsungan hidup akan semakin menurun.
B. Saran
1. Saran Praktikum
Saran untuk laboratorium yaitu tetap dijaga kebersihan dalam ruangan dan
sebaiknya sarana dan prasarana yang ada di dalam laboratorium dilengkapi khususnya
mikroskop agar saat pengamatan tidak saling rebutan dengan kelompok lain demi
kelancaran praktikum sehingga dapat berjalan maksimal tanpa kendala.
2. Saran Asisten
Saran untuk asisten yaitu tetap semangat dalam membimbing proses praktikum
ini dan tetap menjadi asisten yang ramah dan terbuka kepada praktikannya agar praktikan
tidak sungkan untuk bertanya sehingga ilmu saat praktikum, dapat diserap oleh praktikan
dan pelaksanaan asistensi dapat berjalan secara lancar.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Ainuddin, and Widyawati, 2017. Studi Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) di Perairan
Sungai Tabobo Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara: Jurnal
Ecosystem; 17(1), p. 653–659.
Ardhardiansyah, Subhan, U., & Yustiati, A. 2017. Embriogenesis dan Karakteristik Larva
Persilangan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Jnatan Dengan Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus) Betina. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 8(2), 17–27.
Ariantie, O. S., Yusuf, T. L., Sajuthi, D., & Arifiantini, R. I. 2014. Kualitas semen cair
kambing peranakan etawah dalam modifikasi pengencer tris dengan trehalosa dan
rafinosa. Jurnal Veteriner. 15(1): 11-22.
Azizah, R., Malau, R., Susanto, A. B., Santosa, G. W., Hartati, R., Irwani, I., & Suryono, S.
2018. Kandungan Timbal Pada Air, Sedimen, Dan Rumput laut Sargassum sp. Di
Perairan Jepara, Indonesia. Jurnal Kelautan Tropis, 21(2), 155-156.
Lalombo, Y. I. 2022. Kelangsungan Hidup Embrio Ikan Oryzias celebensis Yang
Dipelihara Pada Media Berbeda Dalam Upaya Menyediakan Embrio Uji
Ekotoksikologi. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nafiyanti, N., Mustahal, M., Syamsunarno, M. B., & Herjayanto, M. 2021. Incubation of
Oryzias woworae Eggs at Different Temperature on Embryo Development and
Hatching Performance. Jurnal Biologi Tropis, 21(2), 315.
Puspitasari, R., & Suratno, .2017. Preliminary Study of Larval Development Oryzias
javanicus in Indonesia. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), 105–112.
Risnawati, Umar, M. R., & Andriani, I. 2015. Distrbusi Populasi Dan Ekologi Ikan Medaka
Oryzias spp. di Perairan Sungai Maros, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.
Saba, N. 2021. Deteksi Logam Berat Timbel (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Insang Ikan
Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo.
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sari, D. K., Andriani, I., Yaqin, K., & Satya, A. M. 2018. The Use of Endemic Sulawesi
Medaka Fish (Oryzias celebensis) as an animal model candidate. Proceedings of
the 20th FAVA Congress & The 15th KIVNAS PDHI, 564–565.
Simbolon, A. R. 2018. Analisis risiko kesehatan pencemaran Timbal (Pb) pada kerang
hijau (Perna viridis) di Perairan Cilincing Pesisir DKI Jakarta.
Wicaksono, E. A., & Lili, W. 2016. Sebaran logam berat timbal (Pb) pada
makrozoobenthos di perairan Waduk Cirata, Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Perikanan Kelautan, 7(1).
19
LAMPIRAN
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31