Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCEMARAN PERAIRAN

LAPORAN LENGKAP

MUHAMMAD ARIF FAUZAN MUSAKIR


L021201038
6 (ENAM)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

2
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM PENCEMARAN PERAIRAN

MUHAMMAD ARIF FAUZAN MUSAKIR


L021201077

Laporan lengkap telah diperiksa dan disetujui oleh:

Wakil Koordinator Asisten Asisten Pendamping

Syandi Saputra R, S.Pi Nu


r
Az
iza
h
Az
za
hr
a
A
L021191066

Koordinator Mata Kuliah Koordinator Asisten

Dr. Ir. Khusnul Yaqin, M.Sc Brayen Alfayeth, S.Pi


NIP. 19680726 199403 1 002

i
Tanggal Pengesahan:

ii
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Muhammad Arif Fauzan


Musakir lahir di Makassar pada tanggal 28 Juli 2002
merupakan anak pertama dari pasangan suami istri,
Musakir dan Faisah. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SDN Melayu Makassar
pada tahun 2014, menyelesaikan Pendidikan
Menengah Pertama di SMPN 5 Makassar pada tahun
2017 dan menyeselesaikan Pendidikan Menengah
Atas di SMAN 4 Makassar pada tahun 2020. Penulis
melanjutkan pendidikan hingga sekarang ini masih
berstatus sebagai Mahasiswa semester 5 disalah
satu Universitas di Makassar Sulawesi Selatan
tepatnya dalam program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan, kesempatan serta kemudahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
laporan lengkap praktikum Pencemaran Perairan.
Dimana Laporan ini membahas tentang pemberian
logam berat Timbal (Pb) pada embrio ikan Medaka
(Oryzias celebensis) yang dilaksanakan sesuai
jadwalnya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari zaman kejahiliaan sampai ke
zaman kecerdasan sampai sekarang ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat
diharapkan untuk menyempurnakan Laporan ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan Laporan ini, Penulis
harapkan Laporan ini dapat bermanfaat dan mampu
menambah wawasan bagi semua orang.

Makassar, 8 November 2022

Muhammad Arif Fauzan M.

iv
v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................i
BIODATA...........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan dan Kegunaan.....................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Medaka (Oryzias celebensis).................................................3
B. Morfologi Ikan Medaka (Oryzias celebensis)..................................................3
C. Habitat dan Distribusi Ikan Medaka (Oryzias celebensis)...............................4
D. Embriogenesis dan Penetasan.......................................................................4
E. Ikan Medaka (Oryzias celebensis) sebagai Hewan Uji...................................5
F. Logam Berat Timbal (Pb)................................................................................6
G. Abnormalitas pada Embrio Ikan Medaka (Oryzias celebensis).......................6
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat..........................................................................................8
B. Alat dan Bahan................................................................................................8
C. Prosedur Kerja................................................................................................8
D. Analisis Data...................................................................................................11
IV. HASIL
A. Diameter Telur................................................................................................12
B. Laju Penyerapan Kuning Telur........................................................................12
C. Denyut Jantung...............................................................................................13
D. Somit...............................................................................................................13
E. Panjang Larva Awal Menetas.........................................................................14
V. PEMBAHASAN
A. Diameter Telur................................................................................................15
B. Laju Penyerapan Kuning Telur........................................................................15
C. Denyut Jantung...............................................................................................16
D. Somit...............................................................................................................16
E. Panjang Larva Awal Menetas.........................................................................17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan medaka (Oryzias celebensis) (Risnawati et al., 2015)............................3


Gambar 2. Grafik Diameter Telur Ikan Oryzias celebensis...............................................11
Gambar 3. Grafik Penyerapan Kuning Telur Ikan Oryzias celebensis..............................11

Gambar 4. Grafik Denyut Jantung Ikan Oryzias celebensis.............................................12

Gambar 5. Grafik Somit Ikan Oryzias celebensis.............................................................12

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel panjang larva awal menetas ikan Oryzias celebensis...............................14

viii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran perairan adalah suatu perubahan yang tidak memiliki maksud


tertentu tetapi dapat menyebabkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi
kehidupan, juga proses industri. Pencemaran perairan dapat berupa perubahan baik
secara fisika, kimia, maupun biologi (Ainuddin & Widyawati, 2017).
Pencemaran perairan dengan bahan pencemar berwujud logam dapat
membahayakan kehidupan organisme dan memberi dampak tidak langsung terhadap
kesehatan manusia. Hal tersebut dikarenakan logam bersifat toksik dan akan
terakumulasi dalam sedimen dan biota air melalui proses biokonsentrasi, bioakumulasi
dan biomagnifikasi. Salah satu indikator pencemaran logam di perairan yang berasal
dari aktivitas manusia yaitu timbal (Pb) (Simbolon, 2018).
Logam Pb merupakan salah satu logam berat dalam air dan cukup berbahaya,
dan banyak digunakan dalam industri seperti baterai, industri percetakan (tinta), kabel,
penyepuhan, pestisida, zat antiletup pada bensin, zat penyusun patri, dan sebagai
formulasi penyambung pipa (Simbolon, 2018).. Lingkungan perairan yang
terkontaminasi timbal mempengaruhi organisme yang hidup di perairan tersebut. Logam
timbal masuk ke dalam tubuh organisme dengan cara berdifusi melalui rantai makanan,
insang, atau permukaan kulit. Dengan demikian, logam dapat diserap ke dalam jaringan,
terkubur dalam jaringan (bioakumulasi), dan merusak organ dalam ikan pada
konsentrasi tertentu (Saba, 2021).Pencemaran logam Pb di perairan juga memengaruhi
biota di perairan, salah satunya yaitu ikan medaka (Oryzias celebensis).
Ikan medaka (Oryzias celebensis) adalah ikan endemik Sulawesi Selatan yang
berasal dari kelas Actinopterygii. Ikan ini biasa juga disebut ikan padi (Ricefish) karena
menempati perairan tawar hingga payau dan banyak didapat di daerah persawahan
(Risnawati et al., 2015). Selain ikan nya, embrio ikan medaka juga dapat digunakan
sebagai spesies uji karena kerentanannya yang tinggi terhadap pencemaran lingkungan,
terutama kontaminan di lingkungan perairan. Korion dan embrio medaka yang sedang
berkembang transparan, menjadikan medaka salah satu ikan yang paling menarik untuk
digunakan sebagai biota uji (Lalombo, 2022).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum pencemaran
perairan sehingga dapat diketahui mengenai pengaruh logam berat Timbal (Pb)
terhadap fase pembentukan awal embrio ikan medaka (Oryzias celebensis) serta dapat
mengetahui mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dari embrio ikan medaka
(Oryzias celebensis) setelah pemberian bahan pencemar berupa Timbal (Pb).

1
B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk menganalisis dampak logam berat Timbal
(Pb) terhadap perkembangan embrio Oryzias celebensis.
Adapun kegunaan praktikum ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai
tahapan perkembangan embrio ikan Oryzias celebensis dan efek yang didapatkan
embrio dari pemaparan Timbal (Pb).

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi ikan Oryzias celebensis

Gambar 1. Ikan medaka (Oryzias celebensis) (Risnawati et al., 2015)

Adapun klasifikasi ikan medaka (Oryzias celebensis) menurut Risnawati et al.


(2015) yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Pisces
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Beloniformes
Famili : Adrianichtydae
Genus : Oryzias
Spesies : Oryzias celebensis

B. Morfologi

Ikan Medaka (Oryzias celebensis) memiliki panjang badan sekitar 2-4,5 cm. ikan
ini memiliki mulut yang berbentuk terminal, memiliki sepasang sirip perut (Pinnae
abdominalis) yang pendek, sepasang sirip dada (Pinnae pectoralis), juga sirip punggung
(Pinna dorsalis) yang ukurannya lebih pendek dari pada sirip dubur (Pinna analis) yang
terdapat di dekat sirip ekor (Pinna caudalis). Pada bagian sirip dubur (Pinna caudalis)
terdapat warna kuning oranye dan terdapat garis hitam pada bagian ekor ikan tersebut
(Risnawati et al., 2015).
Ikan medaka memiliki panjang kepala 4,0 mm dan kepalanya lebih sedikit
terkompresi daripada tubuh serta bagian depan kepala tertekan, Panjang moncong ikan
medaka yaitu 5,4mm dan lebih pendek dari diameter mata. Ikana medaka mempunyai
diameter mata 2,3 mm (Putri, 2020). Ikan medaka betina memiliki warna yang lebih

3
gelap dibandingkan dengan jantan (Dahruddin, 2012).

C. Habitat & Distribusi Oryzias celebensis

Habitat dari Oryzias bervariasi mulai dari sungai kecil, sungai besar, kolam, air
terjun, tambak, danau, sawah hingga muara sungai. suhu di habitat alami ikan medaka
sekitar 20-300C dengan pH sekitar 7-9 (Sari et al., 2020). Ikan medaka dapat ditemukan
di sungai kecil yang mengalir deras dengan substrat berupa batu. Selain itu, ikan ini juga
dapat ditemukan di sungai yang tenang dengan substrat berlumpur dan mengandung
banyak serasah tumbuhan yang tenggelam di dasar perairan. Ikan medaka bisa juga
ditemui di saluran air atau kolam yang banyak ditumbuhi rumput dan tumbuhan air
lainnya (Sari et al., 2020).
Distribusi dari ikan medaka terdapat di Sulawesi Selatan, tepatnya di Danau
Sidenreng, Danau Tempe, sekitar Danau Matano, Tambak Kampung Mangambang,
Sinjai, juga di sungai kars yang berarus lemah di kawasan Maros (Said & Hidayat,
2015). Penyebaran ikan medaka dari India ke Jepang dan sepanjang kepulauan Indo-
Australia di garis Wallacea (Sari et al., 2020).

D. Embriogenesis dan Penetasan

Embriogenesis merupakan seluruh proses yang meliputi proses perkembangan


setelah pembuahan (fertilisasi) hingga organogenesis yang biasa juga disebut dengan
perkembangan embrio (Herjayanto et al., 2017). Fase perkembangan dari
embriogenesis dimulai dari fase cleavage (pembelahan sel), morula, blastula
(pembentukan blastoderm), gastrula (penutupan kantung kuning telur), organogenesis
sampai embrio menetas dan keluar dari cangkang telur.
Cleavage adalah suatu proses perkembangan zigot untuk menjadi morula
melalui pembelahan mitosis secara berangkai yang terjadi segera setelah pembuahan.
Selama fase cleavage berlangsung terdapat beberapa tahapan pembelahan
berdasarkan jumlah blastomer (sel) yaitu pembelahan tahap I (menjadi dua blastomer),
pembelahan tahap II (menjadi empat blastomer), pembelahan tahap III (menjadi 8
blastomer), pembelahan tahap IV (menjadi 16 blastomer), dan pembelahan tahap V
(menjadi 32 blastomer).
Stadia morula adalah stadia dimana blastomer-blastomer yang terbentuk akan
memadat sehingga menjadi blastodisk pada kutub anima yang membentuk dua lapisan
sel. Pada stadia morula, pembelahan zigot berlangsung cepat sehingga sel anak tidak
sempat tumbuh dan mengakibatkan sel anak makin lama makin kecil, sesuai dengan
tingkat pembelahan. Selama stadia blastula, blastomer membelah beberapa kali

4
membentuk blastomer-blastomer dengan ukuran yang makin kecil, sehingga tempat
pada stadia morula blastomer semula padat akan terbentuk ruangan kosong yang
disebut blastosul yang ditutupi oleh blastoderm dan pada sisi luar terdapat epiblast.
Antara blastosul dan blastoderm dipisahkan oleh hypoblast primer.
Tahap gastrulasi ditandai dengan terjadinya proses perluasan dan penutupan
kuning telur oleh blastoderm ke arah blastopora (blastopore closure, epiboly) hingga
seluruh bagian kuning telur telah tertutupi oleh blastoderm. Proses pada stadia
gastrulasi ini berlangsung sampai terjadi pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm
dan endoderm. Tahap perkembangan selanjutnya adalah terjadinya organogenesis,
diawali dengan terbentuknya bakal kepala dan ekor, ruas-ruas tulang belakang, bakal
mata, otolith, jantung, dan organ-organ lainnya, pigmentasi kantung kuning telur dan
penetasan menghasilkan larva (Ardhardiansyah et al., 2017).

E. Ikan Medaka Sebagai Hewan Uji

Oryzias memiliki sebaran geografi yang luas, umur dan siklus hidupnya pendek
tetapi memiliki laju pertumbuhan yang cepat sehingga mempermudah dalam proses
identifikasi. Oleh karena itu, ikan ini dapat dikembangkan sebagai hewan uji. Selain itu,
keunggulan dari embrio Oryzias yaitu memiliki bentuk telur yang besar juga transparan
yang dapat mempermudah pengamatan pada penelitian fase-fase perkembangan
(Puspitasari & Suratno, 2017).
Ikan medaka sudah banyak dikenal dan dikembangkan sebagai hewan model.
Selain itu, keunggulan ikan ini sebagai hewan uji karena mudah pemijahannya, siklus
reproduksi singkat (maturasi awal 2 bulan), waktu generasi singkat, ukuran genom kecil
dan sudah memiliki konstruksi transgenik. Ikan medaka bersifat mudah beradaptasi,
mudah bereproduksi dan dapat dipelihara di wadah yang kecil serta dapat dikontrol
seperti di akuarium (Sari et al., 2020).

F. Logam Berat Timbal (Pb)

Timbal (Pb) adalah logam berbahaya dan beracun yang banyak ditemukan di
perairan sebagai pencemar yang memnggangu kehidupan organisme perairan. Timbal
(Pb) merupakan salah satu bahan pencemar akibat dari aktivitas manusia. Keberadaan
timbal di perairan berdampak negatif pada kehidupan organisme laut dan juga
mengontaminasi rantai makanan yang secara tidak langsung dapat berdampak terhadap
kesehatan manusia (Azizah et al., 2018).
Logam diketahui berbahaya untuk lingkungan perairan. Logam bersifat mudah
mengendap dan memiliki waktu tinggal pada sediman yang sangat lama hingga ribuan

5
tahun. Terdapat beberapa cara logam masuk ke dalam tubuh organisme perairan, yaitu
melalui saluran nafas, saluran makanan dan melalui kulit (Wicaksono et al., 2016).

G. Abnormalitas Pada Embrio Ikan Medaka

Abnormalitas pada embrio diakibatkan oleh suhu air yang tinggi yang
menyebabkan proses metabolisme telur menjadi cepat. Selain itu, suhu air yang tinggi
juga dapat menyebabkan kematian pada telur dan larva. Sedangkan suhu air yang
rendah memengaruhi lambatnya proses metabolisme yang berpengaruh pada proses
penetasan (Nafiyanti et al., 2021).
Keberadaan logam Pb di perairan memengaruhi kondisi ikan mas yang
menyebabkan stress, sehingga respon yang terlihat menjadi berbeda tergantung pada
sensitifitas dan daya tahan ikan. Ketika diberi bahan pencemar, ikan berada di
permukaan air, sirip dan sisik mudah lepas, produksi lender banyak, insang pucat, ikan
tidak responsif, ikan lebih banyak mengeluarkan feses dan warna tubuh pucat.
Perubahan tingkah laku dan morfologi ikan mas selama penelitian adalah berbeda-beda,
yaitu dapat dilihat perbedaan ikan mas selama penelitian yaitu pada kondisi normal dan
setelah diberikan perlakuan (Siregar et al., 2012).
Abnormalitas dibagi menjadi abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas
primer merupakan ketidaknormalan morfologi spermatozoa yang terjadi ketika
spermatozoa masih di dalam tubuli seminiferi (spermatogenesis). Kelompok ini lebih
berbahaya karena sebagian bersifat genetik sebagai contoh knobbed acrosome defect
yang dapat menurunkan fertilitas sehingga memengaruhi keberhasilan inseminasi
buatan. Semen dengan persentase abnormalitas cukup tinggi cenderung memiliki
fertilitas yang rendah karena berkaitan dengan kemampuan mengawali fertilisasi.
Abnormalitas sekunder merupakan morfologi spermatozoa tidak normal yang terjadi
selama spermatozoa melewati saluran reproduksi (Ariantie et al., 2014).

6
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pencemaran Perairan dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Oktober 2022


– 17 Oktober 2022. Pelaksanaan praktikum Pencemaran Perairan dilaksanakan di
Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pencemaran perairan adalah akuarium


sebagai wadah pemeliharaan ikan, serok untuk mengambil ikan dari akuarium, cawan
petri sebagai wadah untuk memisahkan telur ikan, pipet tetes untuk mengambil sampel
embrio dan larutan yang digunakan, microplate digunakan untuk menyimpan sampel yang
akan diamati, object glass digunakan sebagai tempat objek pengamatan, deck glass
digunakan untuk menutup objek yang telah diletakkan di object glass, mikroskop
digunakan untuk mengamati objek pengamatan, kamera mikroskop Optilab digunakan
untuk menampilkan objek yang sedang diamati, laptop digunakan untuk menangkap dan
menyimpan gambar, serta botol sampel sebagai wadah untuk menyimpan larutan dan
ATK sebagai alat tulis menulis.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Oryzias
celebensis sebagai objek pengamatan, timbal (Pb) sebagai bahan pencemar, Embryo
Rearing Media (ERM) sebagai campuran pada larutan timbal (Pb), dan kertas label
sebagai penanda pada microplate.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum pencemaran perairan yaitu siapkan alat dan
bahan. Kemudian melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penetasan Artemia sp.

Artemia sp. ditetaskan menggunakan alat yang telah dibuat sendiri (Gambar).
Alat tersebut berupa botol plastik ukuran 1,5 liter yang dipotong bagian bawahnya. Pada
bagian atasnya dibuat lubang kecil yang menjadi tempat selang sebagai saluran
keluarnya Artemia sp. yang telah menetas. Air sebanyak 1 liter dimasukkan ke dalam
botol tersebut. Lalu, ditambahkan garam sebanyak 75 gram dan dibiarkan larut dalam air
tersebut dengan bantuan aerator. Setelah itu, Artemia sp. dimasukkan dalam bentuk
kista sebanyak 7,5 gram ke dalam alat tersebut. Dua puluh empat jam berikutnya

7
Artemia sp. tersebut siap untuk dipanen yang ditandai dengan warna oranye dan terlihat
sebuah pergerakan.

2. Pembuatan Larutan

Pembuatan larutan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


M1 V1 = M2 V2
Keterangan:
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

a. Larutan ERM

Pembuatan larutan ERM diawali dengan menyiapkan botol sampel sebagai


wadah untuk mencampur larutan, kemudian ditambahkan larutan Aquabidest 100ml dan
Stock Solution ERM sebanyak 10ml, kemudian dicampurkan di dalam botol.

b. Larutan Induk 1 ppm

Pembuatan larutan 100 ml dengan konsentrasi 0,1 ppm diawali dengan


menyiapkan botol sampel sebagai wadah untuk mencampur larutan, kemudian larutan
ERM sebanyak 99 ml dipindahkan ke wadah, lalu larutan ERM ditambahkan dengan 1 ml
larutan Timbal (Pb) 1000 ppm, kemudian dicampurkan kedalam botol.

c. Larutan 0,1 ppm

Pembuatan larutan dengan konsentrasi 10 ppm diawali dengan menyiapkan


botol sampel sebagai wadah untuk mencampur larutan, kemudian larutan ERM sebanyak
99 ml dipindahkan ke wadah, lalu larutan ERM ditambahkan dengan 1ml larutan Timbal
(Pb) 10 ppm, kemudian dicampurkan di dalam botol.

d. Larutan 0,25 ppm

Pembuatan larutan dengan konsentrasi 0,25 ppm diawali dengan menyiapkan


botol sampel sebagai wadah untuk mencampur larutan, kemudian larutan ERM sebanyak
97,5 ml dipindahkan ke wadah, lalu larutan ERM ditambahkan dengan 25 ml larutan
Timbal (Pb) 10 ppm, kemudian dicampurkan di dalam botol.

e. Larutan 0,5 ppm

Pembuatan larutan dengan konsentrasi 0,5 ppm diawali dengan menyiapkan


botol sampel sebagai wadah untuk mencampur larutan, kemudian larutan ERM sebanyak
95 ml dipindahkan ke wadah, lalu larutan ERM ditambahkan dengan 5 ml larutan Timbal

8
(Pb) 10 ppm, kemudian dicampurkan di dalam botol.

3. Pemanenan telur dan pemisahan telur

Apabila telah terjadi fertilisasi pada ikan Oryzias celebensis, telur akan terlihat
menempel pada media penempelan telur di akuarium. Media tersebut dikeluarkan dari
akuarium kemudian mengambil telurnya dengan hati-hati. Kemudian, telur tersebut
dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah diisi larutan ERM guna memutus serat
protein masing-masing telur.

4. Pemaparan Telur

Telur dimasukkan ke dalam microplate yang berisi larutan timbal (Pb) yang telah
dibuat dengan konsentrasi 0 (kontrol); 0,1 ppm; 0,25 ppm, 0,5 ppm dengan masing-
masing konsentrasi sebanyak 10 telur pada masing-masing konsentrasi larutan.

5. Pengamatan Embriogenesis

Letakkan objek yang akan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x
yang telah tersambung dengan kamera mikroskop optilab dan aplikasi pada laptop.
Kemudian amati karakteristik dan atur posisi objek agar terlihat jelas lalu ambil gambar
tampak depan dan tampak samping dari objek yang diamati. Selanjutnya untuk
menghitung detak jantung objek yang diamati, pembesaran diubah menjadi 100x lalu
merekam video selama 1 menit. Menyimpan data foto dan video objek yang diamati
dengan memilih lokasi penyimpanannya di laptop. Setelah itu, mengganti nama file objek
yang diamati agar memudahkan kita membedakan fase antar embrio

6. Pengukuran Parameter

Pengukuran parameter embrio o. celebensis dimulai dengan mengukur diamater


telur, volume kuning telur dan panjang larva menggunakan aplikasi image raster 3.0,
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Diameter telur dihitung dengan menggunakan rumus:

Ds = √ Dh x Dv

Keterangan:

Ds = Diameter Telur Sebenarnya (mm)

Dh = Diameter Telur Horizontal (mm)

Dv = Diamater Telur Vertikal (mm)

9
b. Volume kuning telur dihitung dengan menggunakan rumus:

π
VK = x (l x h2)
6

Keterangan:

VK = Volume Kuning Telur (mm3)

l = Lebar Kuning Telur (mm)

h = Tinggi Kuning Telur (mm)

c. Laju penyerapan kuning telur menggunakan rumus:

(V 0 – Vt )
VE =
(t−t 0)

Keterangan:

VE = Laju Penyerapan saat t jam (mm3/jam)

Vt = Volume Akhir (mm3)

V0 = Volume Awal (mm3)

t = Umur Embrio (jam)

D. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan menggunakan aplikasi GraphPad Prism. Adapun


parameter yang dianalisis yaitu diameter telur, diameter kuning telur, laju penyerapan
kuning telur, jumlah somit, denyut jantung, dan panjang awal larva menetas. Hasil dari
parameter tersebut akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel.

10
IV. HASIL

Berdasrkan pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum, data yang


diperoleh dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

A. Diameter Telur

Diameter telur sebenarnya pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar
timbal (Pb) dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik diameter telur ikan Oryzias celebensis

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan anaisis ragam one way
ANOVA parametrik (Gambar 2) menunjukkan bahwa diameter telur pada setiap
konsentrasi berbeda nyata (P<0,05) dengan nilia signifikan <0,0001.

B. Laju Penyerapan Kuning Telur

Laju penyerapan kuning telur pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar
timbal dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 3. Grafik laju penyerapan kuning telur ikan Oryzias celebensis

11
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Gambar 3), menunjukkan bahwa laju penyerapan volume kuning telur di
setiap konsentrasi berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai signifikan <0,0014.

C. Denyut Jantung

Denyut jantung pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar timbal dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4. Denyut jantung telur ikan Oryzias celebensis

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Gambar 4) menunjukkan bahwa frekuensi denyut jantung di setiap
konsentrasi berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai signifikan <0,0001.

D. Somit

Denyut jantung pada ikan Oryzias celebensi (Yulaipi, 2013)s yang telah terpapar
timbal dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

12
Gambar 5. Somit ikan Oryzias celebensis

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Gambar 5), menunjukkan bahwa jumlah somit di setiap konsentrasi berbeda
nyata (P<0,05) dengan nilai signifikan > 0,0037.

E. Panjang Larva Awal Menetas

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Tabel 1) menunjukkan bahwa panjang larva di setiap konsentrasi memiliki
panjang yang berbeda-beda serta kelangsungan hidup yang berbeda-beda. Panjang larva
awal menetas pada ikan Oryzias celebensis yang telah terpapar timbal dapat dilihat pada
grafik sebagai berikut:

Tabel 1. Panjang larva awal menetas ikan Oryzias celebensis


Panjang Larva (mm)
Telur Ke- Perlakuan (ppm)
0 0,1 0,25 0,5
1 5,57 5,13 4,33
2 5,52 4,69 4,19 5,47
3 5,13 4,79 4,72
4 5,19 4,52 4,61
5 3,32 5,5 4,22
6 5,23 4,56 4,53 2,46
7 5,12 5,56 4,75 2,6
8 5,32 5,48 3,43
9 5,27 5,5 4,60
10 5,53 5,21
Kelangsungan
100 100 90 30
Hidup (%)

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan analisis ragam one way ANOVA
parametrik (Tabel 1) menunjukkan bahwa panjang larva di setiap konsentrasi memiliki
panjang yang berbeda-beda serta kelangsungan hidup yang berbeda-beda.

13
V. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menguji beberapa embrio
Oryzias celebensis dengan paparan logam cadmium diperoleh hasil pengamatan dari
respon yang diberikan masing-masing embrio pada setiap konsentrasi sebagai berikut:

A. Diameter Telur

Berdasarkan hasil analisis ragam one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan diameter telur sebenarnya pada ikan Oryzias celebensis yang terpapar timbal
(Pb) pada masing-masing konsentrasi. Pada konsentrasi 0, didapatkan nilai diameter telur
terbesar pada telur ke-8 dengan nilai 1,33 ml, sedangkan nilai diameter telur terkecil
terdapat pada telur ke-1 dengan nilai 1,23 ml. Pada konsentrasi 0,1 ppm, didapatkan nilai
diameter telur terbesar pada telur ke-8 dengan nilai 1,34 ml, sedangkan nilai diameter
telur terkecil terdapat pada telur ke-6 dengan nilai 1,27 ml. Pada konsentrasi 0,25 ppm,
didapatkan nilai diameter telur terbesar terdapat pada telur ke- 9 dengan nilai 1,27 ml,
sedangkan nilai diameter telur terkecil terdapat pada telur ke-1 dengan nilai 1,17 ml. Pada
konsentrasi 0,5 ppm, didapatkan nilai diameter telur terbesar pada telur ke-3 dengan nilai
1,33 ml, sedangkan nilai diameter telur terkecil terdapat pada telur ke-5 dengan nilai 1,27
mm.
Berdasarkan data yang didapatkan, menunjukkan bahwa paparan timbal pada
konsentrasi 0,25 ppm merupakan konsentrasi yang paling terdampak paparan timbal. Hal
ini disebabkan pada perlakuan 0,25 ppm terdapat lima telur yang ukuran diameter
telurnya lebih kecil dibandingkan diameter telur pada perlakuan normal. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulfahmi et al. (2014) menggunakan paparan
merkuri terhadap ikan nila. Paparan merkuri akan menyebabkan terganggunya proses
vitelogenesis sehingga mengecilkan ukuran diameter telur ikan uji. Pengaruh paparan
merkuri terhadap diameter telur ikan terjadi pada fase pembelahan mitosis khususnya
metafase. Fase metafase merupakan fase yang sangat sensitive terhadap bahan
toksisitas dan perubahan lingkungan.
Pada perlakuan 0,1 dan 0,5 ppm, menunjukkan perbedaan diameter telur
dengan perlakuan kontrol. Namun, perbedaan ini, menunjukkan bahwa terjadi
pembesaran diameter telur. Hal ini menujukkan bahwa pada paparan timbal sebesar 0,1
ppm tidak berpengaruh terhadap ikan Oryzias celebensis. Diduga, pembesaran diameter
telur disebabkan oleh pakan yang diterima oleh induk ikan. Hal ini diperkuat dengan Etika
et al. (2013) yang mengtakan bahwa besarnya diameter telur ikan dipengaruhi oleh
perbedaan kandungan nutrient di dalam telur.

14
B. Laju Penyerapan Kuning Telur

Berdasarkan hasil analisis ragam one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata terhadap laju penyerapan kuning telur pada tiap konsentrasi. Pada
data menunjukkan perlakuan 0, laju penyerapan kuning telur terbesar terjadi pada telur
ke-3 sebesar 0,002880 mm3/jam, pada perlakuan 0,1 ppm terjadi laju penyerapan kuning
telur terbesar pada telur ke-8 sebesar 0,005150 mm3/jam, pada perlakuan 0,25 ppm
terjadi laju penyerapan kuning telur terbesar pada telur ke-10 sebesar 0,002928 mm 3/jam,
pada perlakuan 0,5 ppm terjadi laju penyerapan kuning telur terbesar pada telur ke-8
sebesar 0,005833 mm3/jam.
Pada data menunjukkan, bahwa semakin tinggi paparan timbal yang diberikan
maka semakin tinggi laju penyerapan kuning telur. Hal ini diduga karena embrio
membutuhkan energi yang lebih banyak untuk melakukan pertumbuhan pada kondisi
yang tidak stabil atau toksik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuswantoro et al. (2019)
yang mengatakan bahwa kuning telur sebagai cadangan digunakan untuk tumbuh dan
berkembang. Semakin toksik suatu lingkungan, maka energi yang dikeluarkan untuk
tumbuh akan semakin besar. Penyerapan kuning telur awalnya digunakan untuk
metabolisme dan perbaikan sel dan jaringan tubuh yang rusak, lalu sisa energi digunakan
untuk pertumbuhan pada larva.

C. Denyut Jantung

Berdasarkan hasil analisis ragam one way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata terhadap denyut jantung pada tiap konsentrasi. Pada grafik
(Gambar 4) menunjukkan terdapat perbedaan denyut jantung pada perlakuan 0,1; 0,25;
0,5 dengan perlakuan kontrol. Perbedaan ini menunjukkan terjadinya penurunan detak
jantung pada setiap telur yang terpapar timbal (Pb). Hal ini diduga karena bahan
pencemar telah merusak organ jantung ikan dan menurunkan fungsi organ jantung
tersebut. Sesuai dengan pernyataan Damayani et al. (2022), semakin tinggi konsentrasi
timbal yang ada dalam wadah, maka semakin tinggi pula timbal yang dapat diakumulasi
ikan. Keberadaan logam pb di dalam ikan medaka didalam tubuh tidak dapat dikeluarkan
lagi sehingga makin lama jumlahnya semakin meningkat dan menumpuk di otak, saraf,
jantung, hati dan ginjal yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang
ditempatinya.

D. Somit

Berdasarkan grafik (Gambar 5), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah


somit pada ikan Oryzias Celebensis yang terpapar oleh timbal (Pb) pada setiap

15
konsentrasi yang masing-masing dihitung pada fase 19 dan 20. Pada fase 19 somit pada
masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan. Pada konsentrasi 0, jumlah somit
pada telur 1-10 berkisar antara 5 sampai 6 pasang Konsentrasi 0,1 ppm, jumlah somit
pada telur 1-10 berkisar antara 2 sampai 6 pasang. Konsentrasi 0,25 ppm, jumlah somit
pada telur 1-10 berkisar antara 3 sampai 8 pasang. Konsentrasi 0,5 ppm, jumlah somit
pada telur 2, 4-10 berkisar antara 3 sampai 5 pasang.

Pada fase 20 somit, masing-masing perlakuan juga menunjukkan perbedaan. Pada


konsentrasi 0, jumlah somit pada telur 1-10 berkisar antara 7 sampai 9 pasang
Konsentrasi 0,1 ppm, jumlah somit pada telur 1-10 berkisar antara 5 sampai 8 pasang.
Konsentrasi 0,25 ppm, jumlah somit pada telur 1-10 berkisar antara 5 sampai 12 pasang.
Konsentrasi 0,5 ppm, jumlah somit pada telur 2, 4-10 berkisar antara 5 sampai 6 pasang.
Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi paparan
konsentrasi timbal (Pb) yang diberikan, maka akan berpengaruh pada jumlah somit
Oryzias celebensis, karena terdapat perbedaan yang signifikan terhadap semua
perlakuan.
Dari data diatas menunjukkan bahwa, somit mulai terlihat pada fase 19 setelah 29
jam setelah memijah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumayya (2019) bahwa secara
normal, pembentukan somit terlihat setelah 24 jam. Embrio yang tidak mengalami
pembentukan somit setelah 24 jam berarti mengalami keterlambatan pertumbuhan dan
embrio yang tidak terbentuk somitnya setelah 48 jam dinyatakan telah mati.

E. Panjang Larva Awal Menetas

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan panjang larva dan


kelangsungan hidup pada embrio ikan Oryzias Celebensis yang terpapar timbal (Pb) pada
konsentrasi yang berbeda-beda. Pada konsentrasi 0 ppm, diperoleh kelangsungan hidup
sebesar 100% dengan jumlah embrio yang masih hidup yaitu 10 embrio, masing-masing
berukuran 5,57 mm; 5,52 mm; 5,13 mm; 5,19 mm; 3,32 mm; 5,23 mm; 5,12 mm; 5,32
mm; 5,27 mm; 5,53 m. Konsentrasi 0,01 ppm memiliki nilai kelangsungan hidup sebesar
100% dengan jumlah embrio yang masih hidup yaitu 10 embrio, masing-masing
berukuran 5,13 mm; 4,69 mm; 4,79 mm; 4,52 mm; 5,50 mm; 4,56 mm; 5,56 mm; 5,48
mm; 5,50 mm; 5,21 mm. Konsentrasi 0,25 ppm memiliki nilai kelangsungan hidup sebesar
90% dengan jumlah embrio yang masih hidup yaitu 9 embrio, masing-masing berukuran
4,33 mm; 4,19 mm; 4,72 mm; 4,61 mm; 4,22 mm; 4,53 mm; 4,75 mm; 3,43 mm; 4,60 mm.
Konsentrasi 0,5 ppm nilai kelangsungan hidup yaitu 30%, dengan jumlah embrio yang
masih hidup yaitu 3 embrio dengan panjang larva yaitu 5,47 mm; 2,46 mm; 2,60 mm.
Perbedaan kelangsungan hidup yang terjadi pada tiap perlakuan tersebut dipengaruhi

16
oleh perbedaan konsentrasi yang diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian Damayani et
al. (2022) bahwa semakin tinggi konsentrasi logam pb semakin rendah tingkat
kelangsungan hidup embrio ikan medaka.

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pencemaran perairan dapat disimpulkan bahwa
paparan timbal (Pb) mempengaruhi embrio ikan Oryzias celebensis. Pada keempat
perlakuan yang diberikan, konsentrasi 0,25 ppm dan 0,5 ppm merupakan paparan yang
paling mempengaruhi embrio ikan Oryzias celebensis. Pada parameter diameter telur
menunjukkan, bahwa semakin tinggi paparan timbal (Pb) menyebabkan terjadinya
penurunan ukuran diameter telur ikan. Pada parameter laju penyerapan kuning telur juga
menunjukkan, bahwa semakin tinggi paparan timbal (Pb) menyebabkan semakin
meningkatnya laju penyerapan kuning telur. Pada parameter denyut jantung, paparan
timbal dengan konsentrasi 0,1; 0,25; 0,5 ppm menunjukkan tidak terjadi peningkatan
detak jantung secara signifikkan. Sedangkan pada parameter somit, paparan timbal
menunjukkan pengaruh dengan adanya perbedaan jumlah somit pada fase 19 dan 20
pada semua perlakuan. Paparan timbal sangat berpengaruh terhadap parameter panjang
larva, dengan menunjukkan bahwa semakin tinggi paparan timbal, maka semakin rendah
panjang larva awal menetas. Begitupun dengan parameter kelangsungan hidup, semakin
tinggi paparan timbal, maka tingkat kelangsungan hidup akan semakin menurun.

B. Saran

1. Saran Praktikum

Saran untuk laboratorium yaitu tetap dijaga kebersihan dalam ruangan dan
sebaiknya sarana dan prasarana yang ada di dalam laboratorium dilengkapi khususnya
mikroskop agar saat pengamatan tidak saling rebutan dengan kelompok lain demi
kelancaran praktikum sehingga dapat berjalan maksimal tanpa kendala.

2. Saran Asisten

Saran untuk asisten yaitu tetap semangat dalam membimbing proses praktikum
ini dan tetap menjadi asisten yang ramah dan terbuka kepada praktikannya agar praktikan
tidak sungkan untuk bertanya sehingga ilmu saat praktikum, dapat diserap oleh praktikan
dan pelaksanaan asistensi dapat berjalan secara lancar.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Ainuddin, and Widyawati, 2017. Studi Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) di Perairan
Sungai Tabobo Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara: Jurnal
Ecosystem; 17(1), p. 653–659.
Ardhardiansyah, Subhan, U., & Yustiati, A. 2017. Embriogenesis dan Karakteristik Larva
Persilangan Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Jnatan Dengan Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus) Betina. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 8(2), 17–27.
Ariantie, O. S., Yusuf, T. L., Sajuthi, D., & Arifiantini, R. I. 2014. Kualitas semen cair
kambing peranakan etawah dalam modifikasi pengencer tris dengan trehalosa dan
rafinosa. Jurnal Veteriner. 15(1): 11-22.
Azizah, R., Malau, R., Susanto, A. B., Santosa, G. W., Hartati, R., Irwani, I., & Suryono, S.
2018. Kandungan Timbal Pada Air, Sedimen, Dan Rumput laut Sargassum sp. Di
Perairan Jepara, Indonesia. Jurnal Kelautan Tropis, 21(2), 155-156.
Lalombo, Y. I. 2022. Kelangsungan Hidup Embrio Ikan Oryzias celebensis Yang
Dipelihara Pada Media Berbeda Dalam Upaya Menyediakan Embrio Uji
Ekotoksikologi. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nafiyanti, N., Mustahal, M., Syamsunarno, M. B., & Herjayanto, M. 2021. Incubation of
Oryzias woworae Eggs at Different Temperature on Embryo Development and
Hatching Performance. Jurnal Biologi Tropis, 21(2), 315.

Puspitasari, R., & Suratno, .2017. Preliminary Study of Larval Development Oryzias
javanicus in Indonesia. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), 105–112.

Risnawati, Umar, M. R., & Andriani, I. 2015. Distrbusi Populasi Dan Ekologi Ikan Medaka
Oryzias spp. di Perairan Sungai Maros, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.

Saba, N. 2021. Deteksi Logam Berat Timbel (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Insang Ikan
Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo.
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sari, D. K., Andriani, I., Yaqin, K., & Satya, A. M. 2018. The Use of Endemic Sulawesi
Medaka Fish (Oryzias celebensis) as an animal model candidate. Proceedings of
the 20th FAVA Congress & The 15th KIVNAS PDHI, 564–565.
Simbolon, A. R. 2018. Analisis risiko kesehatan pencemaran Timbal (Pb) pada kerang
hijau (Perna viridis) di Perairan Cilincing Pesisir DKI Jakarta.
Wicaksono, E. A., & Lili, W. 2016. Sebaran logam berat timbal (Pb) pada
makrozoobenthos di perairan Waduk Cirata, Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Perikanan Kelautan, 7(1).

19
LAMPIRAN

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai