Anda di halaman 1dari 64

UNISSULA

PRESS

MATEMATIKA
INTEGRAL
O L EH:
D UR R O T UL M UNA
XII
SE M E STE R GA NJIL
UNISSULA
PRESS

MATEMATIKA
INTEGRAL
O L EH:
D UR R O T UL M UNA
XII
SE M E STE R GA NJIL
IDENTITAS BUKU

Buku Teks

INTEGRAL
Pendekatan Discovery Learning
SMA/MA Kelas XII Semester Ganjil

Penyusun:
Durrotul Muna

Editor:
Durrotul Muna

Illustrator:
Durrotul Muna

Pembimbing:
Dr. Mochammad Abdul Basir, S. Pd, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
TAHUN AJARAN 2023/2024

Cetakan Pertama, Desember 2023

INTEGRAL i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT atas
semua petunjuk, kemudahan dan berbagai nikmatnya sehingga
penyusunan buku ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Semoga kita semua mendapatkan syafa‟at beliau nanti dihari
akhir, amin ya robbal „alamin.

Kami ucapkan juga terimakasih kepada pihak-pihak yang


telah mendukung kelancaran penyusunan buku ini , mulai dari
proses penulisan hingga pencetakan buku. Adapun tujuan dari
penyusunan buku ini adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah
pengembangan buku teks di program studi pendidikan
matematika fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
islam sultan agung.

Buku ini membahas tentang integral untuk kelas XII


SMA/MA, sehingga dapat membantu siswa dalam memahami
materi matematika bab Integral dengan pendekatan discovery
learning atau penemuan kembali konsep matematika dengan
serangkaian kegiatan yang dapat menjadikan siswa menemukan
konsep matematika sehingga dapat membangun pengetahuan
mereka sendiri.

Penulis menyadari bahwa di dalam buku ini masih terdapat


banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan karya yang akan datang. Penulis
mohon maaf apabila ada kesalahan kata yang kurang berkenan.
Semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi kami
semua.

Semarang, November 2023

Penyusun
Durrotul Muna

INTEGRAL ii
DAFTAR ISI

IDENTITAS BUKU………………………………………..................i
KATA PENGANTAR……….………………………………………ii
DAFTAR ISI ……………….……………………………………….iii
CAPAIAN PEMBELAJARAN……………………………………..1
PENGALAMAN BELAJAR ……………………………………….1
DISCOVERY LEARNING…………………………………………4
TOKOH MATEMATIKAWAN…………………………………….6
PETA KONSEP...……………………………………………………8
INSPIRASI KONTEKSTUAL……………………………………..9
BAB I…………………………………………...……………………10
Menentukan Jarak Yang Ditempuh Dari Kecepatan..…....10
Luas Area Dibawah Kurva Fungsi Kecepatan…………….12
2 Pendekatan: Area Dan Antiturunan…………....………..17
Ketika Kecepatan Negatif…………………………………..20
Ayo Berlatih…………………………………………….……25
BAB II…………………………………………………………….…31
Integral Tentu………………………………………………..31
Sifat Integral Tentu………………………………………….33
Teori Dasar Kalkulus ……………………………………….38
Integrasi Dengan Substitusi …………...……………………44
Integral Parsial……………………………….……………...51
Aplikasi Integral………..……………….………………...…54
GLOSARIUM………………………………………………………55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….....56
PROFIL PENULIS…………………………………………………57

INTEGRAL iii
CAPAIAN PEMBELAJARAN

KALKULUS
Di akhir fase F, peserta didik dapat memahami laju perubahan
dan laju perubahan rata-rata, serta laju perubahan sesaat sebagai
konsep kunci derivatif (turunan), baik secara geometris maupun
aljabar. Mereka dapat menentukan turunan dari fungsi
polinomial, eksponensial, dan trigonometri, dan menerapkan
derivatif (turunan) untuk membuat sketsa kurva, menghitung
gradien dan menentukan persamaan garis singgung, menentukan
kecepatan sesaat dan menyelesaikan soal optimasi. Mereka dapat
memahami integral, baik sebagai proses yang merupakan
kebalikan dari derivatif (turunan) dan juga sebagai cara
menghitung luas. Mereka memahami teorema dasar kalkulus
sebagai penghubung antara derivatif (turunan) dan integral.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari buku ini diharapkan:

 Peserta didik mampu menemukan konsep integral dengan


mengkonstruksi dari kehidupan sehari-hari dengan benar.
 Peserta didik mampu menyelidiki dan mengaplikasikan
konsep integral dalam menyelesaikan masalah

Kata Kunci

 Integral Tak Tentu  Fungsi Aljabar


 Integral Tentu  Derivative
 Integral Trigonometri  Antiderivatif

INTEGRAL 4
DISCOVERY LEARNING

PENGERTIAN
Model discovery learning pertama kali dikembangkan oleh
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang lahir di New York pada
tahun 1915. Bruner mengungkapkan bahwa belajar penemuan
(discovery learning) sesuai dengan proses pencarian pengetahuan
yang dilakukan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya akan
memberikan hasil yang paling baik. Bruner mengungkapkan bahwa
seharusnya peserta didik belajar berpartisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan terlibat langsung dalam
melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan siswa untuk
menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Discovery learning berasal dari dua kata yaitu discovery
(penemuan) dan learning (pengajaran). Menurut Sund kata discovery
(penemuan) merupakan proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut
meliputi mengamati, mencerna, memahami, mengolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya. Sedangkan menurut Bruner, discovery (penemuan)
adalah suatu proses atau cara mendekati permasalahan bukan suatu
produk atau item pengetahuan tertentu. Berdasarkan pandangan
Bruner mengungkapkan belajar dengan penemuan adalah belajar
untuk menemukan, dimana siswa dihadapkan pada suatu
permasalahan sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahannya.
Dalam model pembelajaran ini, guru berperan sebagi fasilitator
, artinya guru membimbing siswa dalam kegiatan penemuan. Dalam
model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk mandiri, yakni berpikir
sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat menemukan konsep atau
prinsip umum berdasarkan data yang telah dipersiapkan dan
disediakan oleh guru.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa discovery
learning adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk
menemukan sendiri pemahaman atau pengetahuan yang ingin dicapai
dengan bimbingan dan pengawasan guru.
Tujuan dari model discovery learning adalah untuk
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses dan
perolehan pengalaman belajar serta mendorong siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan mereka melaui lingkungan sekitarnya
sebagai sumber ilmu pengetahuan.

INTEGRAL 4
SINTAKS
Langkah-langkah penerapan model discovery learning di
kelas yaitu:

1. Simulation (pemberian rangsangan)


Simulasi bini bertujuan untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
bereksplorasi dengan bahan yang disediakan guru. Pada
tahap ini guru dapat memulai kegiatan pembelajarab dengan
memberikan pertanyaan pemantik atau aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem statement (identifikasi masalah)


Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi dan menganalisis sebanyak mungkin
permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini bertujuan untuk
membangun siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah.

3. Collection (pengumpulan data)


Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dengan
membaca literature, mengamati objek, wawancara
eksperimen sendiri atau yang lainya, sehingga siswa secara
aktif akan menemukan suatu yang berhubungan dengn
permasalahan yang dihadapi dan secara otomatis siswa akan
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah
mereka miliki.

4. Data Processing (pengolahan data)


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa adalah
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian
mentafsirkan dan mengeneralisasikan hasil yang
diperolahnya, sehingga siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru tentang alternative jawaban atau
penyelesaian masalah yang perlu dibuktikan secara logis.

5. Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

INTEGRAL 4
untuk membuktikan kebenaran hipotesis dari jawaban
alternative dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6. Generalization (menarik kesimpulan)


Pada tahap ini siswa melakukan generalisasi atau menarik
kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap
sebelumnya (verification).

INTEGRAL 4
INTEGRAL
Key word:
 Integral Tak Tentu
 Integral Tentu
 Integral Trigonometri
 Fungsi Aljabar
 Derivative
 Antiderivatif

Pengalaman Belajar
 Peserta didik mampu
Capaian Pembelajaran
menemukan konsep integral
Peserta didik dapat memahami laju perubahan dan laju dengan mengkonstruksi dari
perubahan rata-rata, serta laju perubahan sesaat sebagai kehidupan sehari-hari dengan
konsep kunci derivatif (turunan), baik secara geometris benar.
maupun aljabar. Mereka dapat menentukan turunan dari
fungsi polinomial, eksponensial, dan trigonometri, dan  Peserta didik mampu
menerapkan derivatif (turunan) untuk membuat sketsa menyelidiki dan
kurva, menghitung gradien dan menentukan persamaan mengaplikasikan konsep
garis singgung, menentukan kecepatan sesaat dan
menyelesaikan soal optimasi. Mereka dapat memahami
integral dalam menyelesaikan
integral, baik sebagai proses yang merupakan kebalikan masalah.
dari derivatif (turunan) dan juga sebagai cara
menghitung luas. Mereka memahami teorema dasar
kalkulus sebagai penghubung antara derivatif (turunan)
dan integral.
TOKOH MATEMATIKA

Augustin Louis Cauchy (1789 – 1857)

Nama:
Augustin Louis Cauchy

Tempat & tanggal lahir:


Paris, 21 Agustus 1789 M

Meninggal:
Sceanux, 23 Mei 1857 M

Augustin Louis Cauchy adalah seorang matematikawan dari


Paris yang dikenal dengan sebutan A. L. Cauchy. Beliau lahir pada
hari ke 38 setelah Bastille jatuh, tepatnya pada tanggal 21 Agustus
1789 M. Ayahnya adalah seorang pengacara parlemen, letnan polisi
dan royalitas yang bersemangat. Karena terjadinya konflik politik di
tempat kelahirannya, keluarganya berpindah ke Arcuell dan tinggal
disana selama 11 tahun. Di usia mudanya, Cauchy mendapatkan
pendidikan agama yang ketat dari ibunya dan pendidikan klasik dasar
dari ayahnya.

Setelah kondisi politik sudah stabil, Cauchy dan keluarganya


kembali ke Paris pada tahun 1800. Pada usia 16 tahun, Cauchy
menempuh pendidikan di Ecole Polytechnique, yang merupakan
sekolah terbaik di dunia bagi matematikawan pemula. Pada awalnya
sekolah ini dirancang untuk menghasilkan insinyur militer bagi
tentara revolusioner Perancis. Setelah bertahun-tahun kemudian,
Cauchy menjadi salah satu matematikawan paling berpengaruh di
dunia.

INTEGRAL
6
Dalam Dunia Matematika

Dari Polytechnique. Cauchy menerruskan studinya ke Ecole et


Chaussees. Disana dia belajar teknikselama 3 tahun. Setelah Cauchy
lulss pada tahun 1810, dia dikim ke Cherboug sebagai insinyur
militer. Karena ia tidak bisa lepas dari matematika murni, makanya ia
mulai meninjau semua matematika. dia menampilkan kekuatan dan
orisinalitas metodenya dalam serangkaian makalah yang sangat
menakjubkan di kalangan komunitas matematika canggih Perancis.
Salah satu penelitiannya adalah dalam polyhedron dan simetri fungsi.

Pada tahun 1815, Cauchy berhasil membuktikan dugaan Fermat


pada poligonal yang mengalahkan beberapa matematikawan terbaik
dunia. Pada tahun berikutnya, ia menunjukkan fleksibilitas dan
berhasil memenangkan hadiah utama dari Academic dalam ilmu
perawatan matematika propagasi gelombang pada permukaan cairan.

Di sisi lain, Cauchy memperoleh posisi mengajar pertama


kalinya di Polytechnique dan diangkat sebagai profesor di sana pada
tahun 1816. Tak lama kemudian, ia mengajar di College France dan
Sorborine. Pada usia 27 tahun, Cauchy terpilih sebagai Sciences
menggantikan posisi Gaspard Monge, seorang sciences sebelumnya
yang dituntut dan dikeluarkan dari Academie oleh Rezim Bourbon.
Pada tahun 1818 Cauchy menikahi Aloise de Bure dan kemudian
mereka memiliki dua anak perempuan. Cauchy meninggal pada
tanggal 23 Mei 1857 setelah sakit ringan. Kata-kata terakhirnya
adalah “pria mati namun karya mereka bertahan.”

INTEGRAL
7
PETA KONSEP

INTEGRAL

Integral Tak Tentu Integral Tentu

Rumus Dasar Integral


Luas
Aturan Integrasi Substitusi
Bidang
Aturan Integrasi Parsial

INTEGRAL
8
INSPIRASI KONTEKSTUAL
 Jembatan Tacoma
Jembatan Tacoma merupakan
salah satu jembatan yang berada
di kota Washington, Amerika
Serikat. Jembatan ini dibuka
pada tanggal 1 Juli 1940 dengan
panjang jembatan 1,8 km.
Dinding jembatan Tacoma
berbentuk pilar-pilar yang terbuat
dari tali baja. pilar jembatan
dibangun oleh ahli teknik dengan
menggunakan konsep integral.
Pilar-pilar tersebut berbentuk
seperti partisi-partisi, dimana
untuk menentukan luas pilar
tersebut digunakan konsep
integral.

 Menara Kembar Petronas


Menara kembar petronas adalah dua menara yang samamemiliki
bentuk dan tinggi yang sama, serta berdiri bersebelahan. Menara
ini berada di kota Kuala Lumpur, Malasia. Dalam proses
pembangunannya, ahli teknik harus memperkirakan ketinggian
menara dengan kondisi arus udara. Oleh karena itu, semakin
keatas bentuk bangunan ini semakin kecil dan meruncing,
sehingga menara kuat menahan arus angina diatas yang semakin
kencang. untuk itu, para ahli teknik yang membuatnya
menggunakan konsep integral untuk menentukan volume dan luas
ruang dalam menara.

9
INTEGRAL
LET’S REMEMBER!

Mari kita ingat kembali konsep aplikasi turunan pada


bidang fisika. Kecepatan adalah turunan pertama dari
BAB fungsi jarak dan percepatan adalah turunan pertama
dari fungsi kecepatan. Bila kita berpikir kembali
tentang aplikasi ini, bagaimana hubungan kecepatan

1 jika percepatan yang diketahui.


Hal ini mempunyai pemikiran terbalik dengan
turunan, bukan? Nah, konsep inilah yang akan kita
pelajari, yang disebut dengan integral. Kita akan
dibahas tentang arti dari ”antiturunan” atau
”integral”, dan beberapa hal dasar yang pada akhirnya
membantu kita untuk menemukan teknik yang
sistematik dalam menentukan suatu fungsi jika
turunannya diketahui.

Menentukan Jarak yang Ditempuh Dari


Kecepatan

Pada bab ini, kita akan memulai dengan membahas situasi


dimana suatu benda yang bergerak memiliki posisi yang telah
diketahui pada waktu t. Secara khusus, kita menetapkan bahwa bola

INTEGRAL
10
tenis yang dilempar ke udara memiliki ketinggian s (dalam meter)
pada waktu t (secon) dengan fungsi
( ) ( )
Dari titik awal ini kita menyelidiki kecepatan rata-rata bola pada
( ); ( )
interval [ ], yang dihitung dengan rumus sehingga kita
;
dapat menentukan kecepatan sesaat bola pada waktu t dengan
menggunakan fungsi turunan dari fungsi posisinya, ()
( : ); ( )
jadi dengan adanya fungsi posisi yang berbeda
tersebut, kita dapat mengetahui kecepatan suatu benda yang bergerak
pada suatu waktu tertentu.
Dengan demikian, dari permasalahan mendasar yang telah
melibatkan posisi (jarak) dan kecepatan ini, kita telah mendapatkan
ilmu yang berharga. Dengan adanya fungsi turunan f, kita dapat
menentukan laju perubahan atau kecepatan sesaat fungsi tersebut di
titik manapun pada domain, serta mencari dimana fungsi turun atau
naik, cekung ke atas atau ke bawah.

Biasanya kita diperintahkan untuk mencari fungsi turunan (f‟)


dari suatu fungsi (f) yang telah diketahui. Namun dalam bab ini, kita
akan menemukan situasi sebaliknya, dimana kita justru mengetahui
fungsi turunannya dan mencoba mencari fungsi asalnya. Jika kita
mengetahui kecepatan sesaat suatu fungsi, apakah kita dapat
menentuan fungi itu sendiri? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
kita mulai dengan pertanyaan mendasar. Jika kita mengetahui
kecepatan sesaat suatu benda yang bergerak sepanjang lintasan garis
lurus, dapatkah kita menentukan fungsi posisinya yang sesuai?

AKTIVITAS 1.1

Misalkan seseorang sedang berjalan di sepanjang jalan lurus dan


berjalan dengan kecepatan konstan 3km/jam.

a. Di bidang koordinat sebelah kiri pada gambar 1.3, Buatlah sketsa


grafik dari fungsi posisi ( ) .

INTEGRAL 11
mil mil

8 8

4 4

jam jam
1 2 1 2
Gambar 1.3 Bidang koordinat dengan Gambar 1.4 Bidang koordinat dengan
sumbu x dalam satuan jam dan sumbu sumbu x dalam satuan jam dan sumbu
y dalam satuan meter. y dalam satuan mil.

Perlu diperhatikan meskipun skala pada kedua bidang sama, namun


satuan pada bidang kiri dan bidang kanan berbeda. Sedangkan bidang
sebelah kanan akan digunakan pada pertanyaan berikutnya.

b. Berapa jarak yang ditempuh orang tersebut selama 2 jam?


Bagaimana hubungan jarak tersebut dengan luas suatu daerah
pada grafik ()

c. Temukan rumus aljabar, s(t) untuk posisi orang tersebut pada


waktu t dengan asumsi bahwa s(0) = 0. Jelaskan pemikiran anda!

d. Di bidang sebelah kanan pada gambar 1.4, Buatlah sketsa grafik


dari fungsi posisi () !

Luas Area Dibawah Kurva Fungsi Kecepatan

Pada aktivitas sebelumnya, kita menemukan fakta mendasar


bahwa ketika kecepatan suatu benda yang bergerak adalah konstan,
maka area di bawah kurva kecepatan pada interval tertentu
menunjukkan jarak yang ditempuh benda tersebut.

INTEGRAL
12
m Seperti yang terlihat
pada gambar
disamping, jika kita
misalkan sebuah benda
bergerak dengan
kecepatan 2 km/jam
3 selama interval waktu
[1, 1.5], maka luas A
v (t) = 2 yang merupakan daerah
yang diarsir dibawah
kurva y = v(t) pada
1 𝐴1 selang [1, 1.5] adalah
Jam
𝑘𝑚
𝐴1 2 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 2
1 2 3
𝑘𝑚
Gambar 1.5 luas area 𝐴 1 yang dibatasi oleh kurva v(t)
= 2 dan sumbu x.

Prinsip ini berlaku secara umum karena jarak sama dengan laju
perubahan/kecepatan dikali waktu,

asalkan lajunya/kecepatannya konstan. Jadi jika v(t) konstan pada


interval [a,b], maka jarak yang ditempuh pada [a,b] adalah luas A
yang dirumuskan dengan

( )( ) ( )

Dimana adalah selisih pada interval. Perhatikan juga bahwa kita


dapat menggunakan nilai v(t) berapapun pada interval [a,b], karena
kecepatannya konstan

sehingga kita cukup dengan mengambil nilai v(t) pada titik a diawal
interval. Situasi jelas akan berbeda dan menjadi lebih rumit ketika
fungsi kecepatan tidak konstan seperti grafik dibawah ini.

INTEGRAL
13
km

𝐴
1
Jam

1 2 3
Gambar 1.6 Luas area 𝐴 yang dibatasi oleh
fungsi v(t) dan sumbu x.

Misalkan fungsi kecepatan yang tidak konstan seperti gambar 1.6


disamping, kita dapat melihhat bahwa pada interval [1, 1.5],
kecepatannya bervariasi dari v(1) = 2,5 hingga v(1.5) = 2,1. Oleh
karena itu, salah satu perkiraan jarak yang ditempuh adalah luas
persegi panjang yang dirumuskan

( )
1
2

Karena v berkurang pada interval [1, 1.5] sehingga persegi panjang


yang melewati diatas kurva dengan luas 2 merupakan
perkiraan jarak tempuh sebenarnya.

Jika kita ingin memperkirakan luas area dibawah kurva fungsi


kecepatan pada interval yang lebih luas, misalnya [0,3]. Jelas bahwa
satu persegi panjang mungkin tidak akan memberikan perkiraan yang
tepat. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan enam persegi panjang
seperti yang digambarkan pada gambar 1.7 Kemudian mencari luas

INTEGRAL
14
masing- masing persegi dan menjumlahkan totalnya.

km

3 y = v(t)

1
Jam

1 2 3
Gambar 1.7 Luas area di bawah kurva yang
terdiri atas beberapa persegi panjang

Tentu saja terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: berapa


banyak persegi panjang yang harus kita gunakan? Dimana kita harus
menganalisis fungsi untuk menentukan tinggi persegi panjang? Apa
yang terjadi jika kecepatan terkadang negatif? Bisakah kita
mendapatkan luas tepat dibawah kurva yang tidak konstan?

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan kita kita pelajari


berikutnya, untuk saat ini kita telah mendapatkan pengetahuan
mendasar bahwa luas persegi panjang dapat kita gunakan sebagai alat
yang ampuh untuk memperkirakan jarak tempuh dari fungsi
kecepatan serta luas area dibawah kurva yang tidak konstan.

AKTIVITAS 1.2

Seseorang berjalan dengan kecepatan yang berubah-ubah sesuai


informasi yang terdapat pada tabel dibawah ini.

INTEGRAL
15
Tabel 1.1 Data kecepatan orang berjalan

t 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00


v(t) 1.500 1.789 1.938 1.992 2.000 2.008 2.063 2.211 2.500

A. Dengan menggunakan garis, grafik dan data yang telah diberikan,


cobalah perkirakan jarak yang ditempuh pejalan kaki selama 2
jam dengan interval dari 0 sampai 2. Anda harus menggunakan
selisih waktu dalam interval . Pilihlah cara yang
digunakan untuk menentukan fungsi konstan dalam menemukan
ketinggian masing-masing persegi panjang untuk menemukan
jarak yang ditempuh.

km B. Bagaimana anda bisa


y = v(t) mendapatkan
3 perkiraan yang tepat
tentang jarak yang
ditempuh pada
2 interval [0,2]?
Jelaskan kemudian
temukan perkiraan
1 jarak yang baru pada
grafik samping ini!
Jam

1 2
Gambar 1.8

B. Sekarang anggaplah anda mengetahui bahwa persamaan tersbut


diberikan oleh ( ) ingat bahwa
ini merupakan turunan fungsi posisi pejalan kaki (s). Temukan
rumus dari s sehingga s‟ = v!

C. Berdasarkan hasil pekerjaanmu pada (c), berapakah nilai s(2) –


s(0)? Apa arti dari kuantitas ini?

INTEGRAL
16
2 Pendekatan: Area Dan Antiturunan

Jika kecepatan suatu benda yang bergerak bernilai positif, maka


kedudukan benda akan semakin bertambah. Meskipun nantinya kita
akan menemui situasi dimana kecepatan benda tersebut bernilai
negatif, dan apa konsekuensi dari kondisi ini terhadap jarak yang
ditempuh.

Gambar 1.9 Sebuah benda yang bergerak di sepanjang jalur lurus dengan
kecepatan tertentu.

Untuk saat ini, kita akan berfokus pada fungsi kecepatan yang
bernilai positif. Dalam situasi ini, kita telah menetapkan bahwa setiap
kecepatan yang konstan, maka jarak yang ditempuh pada interval
tertentu adalah luas area dibawah kurva kecepatan. Sedangkan jika
kecepatan tidak konstan, kita dapat memperkirakan total jarak yang
ditempuh dengan mencari luas persegi panjang yang membantu
memperkirakan luas area dibawah kurva kecepatan pada interval
tertentu. Oleh karena itu, kita melihat pentingnya mencari luas antara
kurva dengan sumbu horizontal. Kita dapat memperkirakan luas
tersebut kapan pun selagi kita memiliki grafik fungsi atau tabel data
kecepatan yang memberitahu kita beberapa nilai fungsi yang relevan.

Setelah melakukan aktivitas 1.2, kita juga menemukan


pendekatan alternative untuk mendapatkan jarak yang ditempuh.
Secara khusus, jika kita mengetahui rumus kecepatan sesaat y = v(t)
dari benda yang bergerak pada waktu t, maka kita akan menyadari

INTEGRAL
17
bahwa fungsi tersebut pasti merupakan turunan dari fungsi posisi
yang relevan. Jika kita dapat menemukan rumus s (jarak) dari rumus
v (kecepatan), maka kita akan mengetahui posisi benda pada waktu t.

Untuk contoh sedehananya, perhatikan situasi dari aktivitas


sebelumnya, dimana seseorang berjalan sepanjang garis lurus dang
memiliki kecepatan v(t) = 3 km/jam. Seperti yang digambarkan pada
gambar 1.9, kita melihat hubungan antara luas dan jarak yang
ditempuh pada grafik fungsi kecepatan sebelah kiri. Selain itu, karena
kecepatannya konstan di 3, kita ketahui bahwa jika s(t) = 3t, maka
s‟(t) = 3, jadi s(t) = 3t adalah fungsi yang turunannya adalah v(t).
Selanjutnya kita akan mengamati bahwa s(1.5) = 4.5 dan s(0.25) =
0.75 yang masing-masing menunjukkan kedudukan orang tersebut
pada waktu 0.25 dan 1.5 , oleh karena itu ( ) ( 2 )
Ini bukan hanya perubahan posisi pada [0.25 , 1.5],
tetapi juga jarak yang ditempuh pada [0.25 , 1.5] yang juga dapat
dihitung dengan mencari luas area dibawah kurva kecepatan pada
interval yang sama.

km km
8 8
𝑠 (𝑡 ) 𝑡

4
4 y = v(t)
A=3∙ 2 𝑠( )
𝑠( 2 )

1 2 Jam 1 2
Jam
Gambar 1.9 kecepatan konstan (kiri) dan kecepatan tidak konstan (kanan)

Untuk saat ini, hal yang perlu kita perhatikan adalah jika kita
mengetahui rumus fungsi kecepatan v, itu akan sangat membantu kita
mencari fungsi yang memenuhi s‟ = v. Dalam konteks ini, kita
katakan bahwa s merupakan antiturunan dari v. Secara umum,
dikatakan bahwa f‟ adalah turunan dari fungsi tertentu F. Jika G
adalah suatu fungsi, sehingga G‟ = g, maka G merupakan anti
turunan dari g. Misalnya jika ( ) 2 maka
antiturunannya adalah G(x) + x, karena G‟(x) = g(x).

INTEGRAL
18
AKTIVITAS 1.3

Sebuah bola dilempar vertikal dengan kecepatan v(t) = 32 – 32t,


dengan waktu dalam sekon (s) dan v dalam meter/sekon (m/s).
Dimisalkan interval waktunya adalah 2

Gambar 1.10 Bola dilempar secara vertikal ke atas dengan kecepatan


tertentu pada selang waktu tertentu.

m/s
24 a. Berapa nilai t saat kecepatan
bernilai positif? Apa yang terjadi
12 v(t) = 32 – 32t
s dengan bola yang bergerak pada
saat interval waktu tertentu?
1 2
-12 b. Tentukan antiturunan s dari v
-24 yang memenuhi s(0) = 0!

Gambar 1.11

1
a. Hitung nilai s(1) – s( ) dan apa arti dari nilai yang anda temukan?

b. Dengan menggunakan grafik y = v(t) pada gambar 1.11, tentukan


1
luas area dibawah kurva kecepatan pada interval t = dan t = 1.

19
Jelaskan hasil pemenuanmu!

c. Jawablah pertanyaan yang sama seperti pada (c) dan (d) namun
pada interval [0,1]!

d. Berapa nilai s(2) – s(0)? Apa yang anda ketahui dari hasil ini
tentang geraknya bola? Bagaimana hubungan nilai ini dengan
grafik y = v(t) yang tersedia? Jelaskan!

Ketika Kecepatan Negatif

Pada aktivitas sebelumnya, sebagian besar kita mengulas


kecepatan yang bernilai positif dengan dugaan bahwa hal ini
menjamin setiap pergerakan benda yang diteliti berada dalam satu
arah, karena perubahan posisi benda yang bergerak sama dengan
jarak yang ditempuhnya pada interval tertentu. Namun dimungkinkan
kita akan menemui kondisi dimana kecepatan benda bergerak negatif.

CONTOH

Seseorang berjalan-jalan di pantai sepanjang gasris pantai yang


lurus dan membentang dari timur ke barat. Kita berasumsi bahwa
posisi awal orang tersebut adalah s(0) = 0. Fungsi posisinya akan
meningkat seiring dengan pergerakannya ke timur dari lokasi
awalnya. Misalnya s = 1 mil menyatakan posisi seseorang tersebut
berada satu mil di sebelah timur dari lokasi awal, sedangkan s = -1
menunjukkan bahwa orang itu berada 1 mil di sebelah barat dari
tempat mereka mulai berjalan di pantai.

Sekarang jika dimisalkan sejak awal pada t = 0, orang tersebut


berjalan kea rah timur dengan kecepatan konstan 3 mil/jam selama
1.5 jam. Setelah 1.5 jam , orang itu berhenti dan mulai berjalan ke
arah barat dengan kecepatan konstan 4 mil/jam dan melakukannya
selama 0.5 jam. Kemudian berhenti lagi dan tiba-tiba melanjutkan
berjalan dengan kecepatan konstan 3 mil/jam ke arah timur selama 1
jam. Berapa jarak total yang ditempuh orang tersebut pada selang
waktu (t) 0 sampai 3? Berapa total perubahan posisi orang tersebut
selama selang waktu tersebut?

INTEGRAL
20
Kecepatan yang terlibat adalah konstan pada setiap interval
waktu dari 0 sampai 1.5, orang tersebut melakukan perjalanan

[ 1 ] ∙

Demikian pula pada saat t = 1.5 sampai t = 2 mempunyai kecepatan


yang berbeda, maka jarak yang ditempuh adalah

[1 ] ∙ 2

Terakhir perhitungan jarak yang ditempuh pada waktu terakhir adalah

[ ] ∙

Jadi total jarak yang ditempuh adalah

[ 1 ] [1 ] [ ] 2
Karena kecepatan pada selang waktu 1.5 sampai 2 jam
sebenarnya adalah -4, bernilai negative karena menunjukkan gerakan
ke arah barat, maka hal ini menunjukkan bahwa orang itu mula-mula
berjalan 7.5 mil ke arah timur, lalu 2 mil ke arah barat, kemudian
dilanjut lagi berjalan 3 mil ke arah timur. Jadi perubahan posisi orang
itu adalah
2
Meskipun kita menjawab pertanyaan ini dengan mudah , perlu
diperhatikan pula penyelesaian masalah ini secara grafis sehingga kita
dapat mengeneralisasi solusi yang lebih baik lagi ketika kecepatan
tidak konstan, serta memperhatikan dampak dari kecepatan yang
bernilai negatif.

Gambar 1.12 grafik dengan persegi (kiri) dan grafik garis (kanan)

INTEGRAL
21
Pada gambar diatas, kita dapat melihat bagaimana jarak yang
kita hitung dapat dipandang sebagai luas: 1 yang diperoleh
dari perhitungan jarak yang telah dibahas diatas ( [ 1 ] ), begitu
pula dengan dan . Suatu masalah baru yang muncul adalah
karena merupakan luas dengan kecepatan negative, maka luasnya

pun bertanda negative. Hal ini membantu kita untuk membedakan


antara jarak yang ditempuh dan perubahan posisi. Jadi jarak yang
ditempuh adalah jumlah luas area:
1 2

Namun perubahan posisinya harus mempertimbangkan tanda


yang berhubungan dengan daerah dimana tanda yang berada diatas
sumbu x dianggap positif dan yang berada dibawah sumbu x
dianggap negatif sehingga
( ) ( ) ( ) ( 2) ( )
Dengan menetapkan -2 pada arean di interval [1.5 , 2] karena
kecepatannya negative dan orang tersebut berjalan dengan arah
negative. Dengan kata lain orang tersebut berjalan sejauh 4.5 mil kea
rah positif, kemudian berjalan 2 mil kea rah negative, dan terakhir
berjalan 3 mil lagi ke arah positif. Pengaruh tanda negative juga
terlihat pada grafik y = s(t), yang mempunyai kemiringan negative
(gradient = -4) pada interval [1.5 , 2] karena kecepatannya -4 pada
interval tersebut, yang menunjukkan fungsi posisi seseorang menurun
karena dia ia berjalan ke arah barat.

Singkatnya jika kecepatan benda yang bergerak bernilai


negative, menyebabkan perubahan posisi benda berbeda dengan jarak
yang ditempuhnya. Dengan melihat interval yang kecepatannya
positif dan negative secara terpisah, kita dapat menghitung jarak yang
ditempuh setiap interval tersebut. jika kita menginginkan total jarak
yang ditempuh atau perubahan posisi, kita dapat memperhitungkan
kecepatan negatif yang memperhitungkan perubahan negative pada
posisi, sedangkan masih memberikan nilai positif terhadap total
perubahan jarak yang ditempuh.

INTEGRAL
22
Aktivitas

Suatu benda yang bergerak sepanjang lintasan garis lurus


mempunyai kecepatan yang diberikan oleh fungsi linier pada grafik di
gambar 1.13. Kita memandang pergerakan ke arah kanan bernilai
positif dan pergerakan ke kiri bernilai negative.

Gambar 1.14
Gambar 1.13

Misalkan posisi awal benda pada waktu t = 0 adalah s(0) = 1.

a. Tentukan total jarak yang ditempuh dan total perubahan posisi


pada interval waktu 2 !. Berapa posisi benda pada saat t
=2?

b. Pada selang waktu berapa fungsi posisi benda yang bergerak


bertambah? Mengapa ? pada interval berapa posisi benda
menurun? Mengapa?

c. Dimanakah posisi benda pada saat t = 8? Berapa meter total jarak


yang ditempuh sampai di titik tersebut (termasuk jarak kedua
arah)? Apakah berbeda dengan total perubahan posisi benda pada
interval t = 0 sampai t = 8?

INTEGRAL
23
d. Tentukan posisi benda pada waktu t = 1, 2, 3, ….., 8 dan buatlah
grafiknya di sumbu koordinat pada gambar 1. . bagaimana anda
menggunakan informasi yang telah diberikan mengenai y = v(t)
untuk menentukan kecekungan s pada setiap interval yang
bersesuaian?

RINGKASAN

 Jika kita mengetahui kecepatan suatu benda yang bergerak di


setiap titik dalam interval tertentu dan kecepatannya bernilai
positif sepanjang waktu, kita dapat memperkirakan jarak yang
ditempuh benda tersebut dan perubahan posisinya dalam
interval yang relevan.

 Jika kecepatan bernilai positif pada interval tertentu, kita


dapat mencari total jarak yang ditempuh dengan mencari luas
area dibawah kurva kecepatan dan diatas sumbu horizontal
pada interval tertentu. Mungkin kita hanya dapat
memperkirakan luas ini bergantung pada kurva kecepatannya.

 Antiturunan suatu fungsi f adalah fungsi baru F yang


turunannya adalah f. artinya F merupakan antiturunan dari f
asalkan F‟ = f. dalam konteks kecepatan dan jarak, jika
diketahui fungsi kecepatan v, maka antiturunan v adalah
fungsi posisi s yang memenuhi s‟ = v. jika v bernilai positif
pada interval tertentu, misalnya [a,b], maka perubahan
posisinya adalah s(b) – s(a).

 Ketika menemukan keadaan dimana kecepatan bernilai


negatif, hal ini berarti benda tersebut bergerak kea rah yang
berlawanan (tergantung pada apakah kecepatannya bernilai
positif atau negative), dengan demikian menyebabkan benda
bergerak mundur. Untuk menentukan jarak yang ditempuh,
kita harus menghitungnya secara terpisah pada interval
dimana kecepatan positif atau negative dan memperhitungkan
perubahan posisi setiap interval tersebut.

INTEGRAL
24
AYO BERLATIH!

A. STIMULUS

Di sepanjang pantai Marina, terdapat toko-toko yang menjual


berbagai hasil laut seperti ikan, kerang dan lainnya. Tempat ini
dikenal dengan sebutan pasar ikan. Pasar ini membentang hampir
tepat dari timur ke barat. Misal diasumsikan jalannya benar-benar
lurus, dan fungsi s(t) menunjukkan posisi pengendara motor di
sepanjang jalur ini dalam jarak beberapa mil. Pengendara motor
berada tepat di tengah tengah jalur pasar. Pengendara tersebut
mulai bergerak ke arah timur, kemudian berbalik melaju ke arah
barat dan terakhir melaju lagi ke arah timur (sebagaimana yang
terdapat pada grafik kecepatan dibawah) di sepanjang jalur pasar.
Misalkan fungsi kecepatan pengendara motor diberikan oleh
grafik pada gambar 1. Pada interval waktu (dalam
jam) dan s(0) = 1.

Gambar 1.15 Grafik kecepatan pengendara motor (y = v(t)) di sebelah kiri, dan bidang
koordinat untuk membuat sketsa perkiraan y = s(t) di sebelah kanan.

Tentukanlah total perubahan posisi pengendara motor dan total


jarak yang ditempuh pengendara motor pada selang waktu
!

INTEGRAL 25
B. AYO MENGIDENTIFIKASI !

Berdasarkan grafik fungsi kecepatan pada gambar 1.15,


gunakanlah informasi tersebut untuk melengkapi tabel berikut ini.
(gunakan selisih waktu 1.0 di setiap interval)

Interval waktu (t) [0,1] [1,3] [3,4]


Kecepatan v(t) … … …

Catatan:
- t = waktu (jam)
- v = kecepatan (mil/jam)
- s = jarak

C. AYO MENGOLEKSI !

Jika kita ingin mencari posisi pengendara kita perlu


mempertimbangkan tanda kecepatan pengendara motor. Oleh
karena itu, untuk membantu memahami masalah, buatlah arah
kecepatan pengendara dalam garis bilangan dengan menggunakan
arah kecepatan pengendara.

Barat Timur

- 30 - 20 - 10 0 10 20 30 M il/jam

Keterangan:
- Perubahan arah kecepatan dinyatakan dalam satuan mil/jam.
- Gunakan anak panah berwarna biru untuk
menunjukkan arah kecepatan positif (ke
arah timur)

- Gunakan anak panah berwarna merah untuk


menunjukkan arah kecepatan negative (ke
- Gunakan titik 0 arah
untukbarat)
menunjukkan posisi awal pengendara
motor sebelum bergerak.

INTEGRAL
26
D. AYO BERPIKIR !

Dalam menyelesaian masalah kita perlu mencari jarak yang


ditempuh oleh pengendara di setiap intervalnya. Untuk itu,
dengan memanfaatkan konsep perhitungan kecepatan yang
dinyatakan,

Dimana v adalah kecepatan, s adalah jarak dan t adalah waktu.


Karena grafik kecepatan berbeda tiap intervalnya, maka kita
gunakan selisih waktu ( ), sehingga diperoleh, rumus kecepatan
rumus kecepatan

Dimana ;1 . dengan demikian kita dapatkan rumus


jarak (s) adalah

Oleh karena itu, lengkapilah uraian berikut ini.

 interval waktu [0,1]:

∙ ∙( ) (a)

 interval waktu [1,3]


∙ ∙( ) (b)

 interval waktu [3,4]


∙ ∙( ) (c)

Setelah mendapatkan jarak setiap intervalnya, buatlah grafik y =


s(t) di bidang koordinat pada gambar 1.15!
Setelah mendapatkan jarak pengendara di setiap interval waktu,
kita dapat menentukan total jarak yang ditempuh pengendara
motor dengan menjumlahkan ketiga jarak pada poin (a), (b) dan
(c).

INTEGRAL
27
Total jarak yang ditempuh = ….. +….. +….. = ….. mil

Perlu diperhatikan jika mencari jarak yang ditempuh kita tidak


perlu melihat tanda kecepatannya, sedangkan dalam menentukan
perubahan posisi kita perlu mempertimbangkan tanda
kecepatannya. Karena perhitungan perubahan posisi dan jarak
sama yang membedakan hanya tandanya saja. Misalkan kita
anggap arah kecepatan ke timur dianggap positif dan arah
kecepatan ke barat dianggap negative maka diperoleh

Total perubahan posisi pengendara = jarak pada interval [0,1] –


jarak pada interval [1,3] +
jarak pada interval [3,4]
= ….. - …… + …...
= ….. mil

E. AYO MEMBUKTIKAN !

Berdasarkan penjelasan materi sebelumnya, kita ketahui bahwa


jika kita mengetahui grafik fungsi kecepatan suatu benda, kita
dapat menentukan jarak yang ditempuh benda dengan mencari
luas area yang dibatasi oleh kurva fungsi kecepatan dan sumbu x.
oleh karena itu tentukanlah luas persegi panjang ssesuai gambar
1.15!
 Luas area pada interval [0,1]
Panjang = ….. dan lebar = …..
1 ( ) ( )
 Luas area pada interval [1,3]
Panjang = ….. dan lebar = …..
( ) ( )
 Luas area pada interval [3,4]
Panjang = ….. dan lebar = …..
( ) ( )

Total jarak = 1
Total perubahan posisi = 1

INTEGRAL
28
F. AYO MENYIMPULKAN !

Setelah melakukan serangkaian aktivitas diatas, tuliskanlah poin


penting apa saja yang anda dapatkan berdasarkan hasil penemuan
anda dengan bahasa anda sendiri!

………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

SOAL HOTS

Filter di instalasi pengelolaan menjadi semakin kotor seiring


berjalannya waktu, sehingga menjadi kurang efektif dan diganti setiap
30 hari. Selama periode 30 hari, laju polusi yng melewati filter ke
danau terdekat (dalam satuan partikel/hari) diukur setiap 6 hari dan
disajikan dalam tabel berikut. waktu t diukur dalam hari sejak filter
diganti.

t 0 6 12 18 24 30
p(t) 7 8 10 13 18 35

Tabel. Data polusi untuk filter air

Keterangan:
t = hari

INTEGRAL
29
p(t) = laju polusi dalam satuan partikel/hari

Berapa perkiraan totalpencemaran polusi yang masuk ke danau


selama periode 30 hari ?

jawab:…………………………………………………………………
……………………………………........................................................

EVALUASI DIRI

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur dan


bertanggungjawab!

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah ananda dapat menentukan Ya Tidak


fungsi jarak dari fungsi kecepatan
suatu benda bergerak?

2. Apakah Ananda dapat menentukan Ya Tidak


total jarak yang ditempuh benda
bergerak selama selang waktu
tertentu?

3. Apakah Ananda dapat menentukan Ya Tidak


total perubahan benda yang
bergerak pada selang waktu
tertentu?

Bila ada jawaban "Tidak", maka segera lakukan riview pembelajaran,


terutama pada bagian yang masih "Tidak".

INTEGRAL
30
INTEGRAL TENTU

INTEGRAL TENTU

Perhatikan gambar dibawah ini!

BAB
2
Gambar 2.1

Kita melihat bahwa semakin menambah jumlah


persegi panjang dalam jumlah Riemann akan
meningkatkan keakuratan perkiraan luas area yang
dibatasi oleh fungsi tertentu pada interval tertentu.

Dengan demikian, kita dapat bereksplorasi yang memungkinkan


kita untuk menambahkan jumlah persegi panjang tanpa batas dalam
upaya menghitung luas area dibawah suatu fungsi pada interval
tertentu. Selain itu, penting untuk memperhatikan perbedaan antara
jumlah Riemann kiri, kana, dan tengah serta perbedaan hasil yang
dihasilkan seiring meningkatnya nilai n.

Pengertian Integral Tentu

Berdasarkan uraian sebelumnya, kita melihat bahwa semakin


bertambahnya jumlah persegi panjang akan semakin mendekati nilai
sebenarnya. Khususnya hal ini terjadi untuk setiap fungsi kontinu
pada interval [a, b], dan secara umum berlaku dalam jumlah Riemann
yang menggunakan beberapa titik :1 pada interval [ :1 ].
Dengan kata lain, jika kita menambahkan maka hal ini tidak
berlaku, namun jika kita memilih unrtuk memperbaiki fungsi dengan
memberikan a sebagai subinterval. Batasan ini selalu ada (memiliki
nilai yang sama) untuk fungsi kontinu, sehingga kita dapat membuat
definisi berikut.

31
DEFINISI Integral tentu adalah suatu fungsi kontinu f pada interval
[a,b], yang dinyatakan dengan ∫ ( ) , untuk setiap
bilangan real dinyatakan dengan:

∫ ( ) ∑ ( )
<1
;
Dimana , ( ) dan
Simbol merupakan tanda integral, a dan b adalah batas integraldan
fungsi f adalah integran. Hal penting yang kita ketahui adalah
∫ ( ) menghitung luas area

dibawah fungsi y = f (x) dan sumbu x pada interval tertentu.

CONTOH

Jika f adalah fungsi yang


digambarkan pada gambar 2.2 Dan
𝐴1 𝐴 dan 𝐴 adalah luas yang
dibatasi oleh f dan sumbu x pada
masing-masing interval [a,b], [b,c],
[c, d] maka
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 𝐴1
𝑐
∫𝑏 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 𝐴
𝑑
∫𝑐 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 𝐴
Gambar 2.2 𝑑
dan ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 𝐴1 𝐴 𝐴 .

Integral tentu juga digunakan untuk menyatakam perubahan


posisi dan jarak yang ditempuh suatu benda yang bergerak. Dalam
konteks fungsi kecepatan pada interval [a,b], perubahan posisi s(b) –
s(a) diberikan

( ) ( ) ∫ ( )

jika fungsi kecepatan bernilai positif, maka ∫ ( ) menyatakan


jarak yang ditempuh benda. Sedangkan jika fungsi kecepatan

32
terkadang bernilai negatif pada interval [a,b], maka luas area yang
dibatasi oleh fungsi pada interval dimana v tidak berubah tanda dapat
dicari dengan menggunakan integral , dan jumlah dari nilai-nilai ini
akan memberikan total jarak yang ditempuh.

CONTOH

Jika kita ingin mencari integral tentu


4
∫1 (2𝑥 )𝑑𝑥 seperti yang terdapat
pada gambar 2.3. Daerah tersebut
dibatasi oleh fungsi dan sumbu x
membentuk area berupa trapezium.
Dengan menggunakan rumus luas
trapesium, maka luas areanya adalah
1
𝐴 ( ) ∙ 8 Jadi
Gambar 2.3: Area yang dibatasi oleh 4
fungsi y =2x+1 dan sumbu x pada ∫1 (2𝑥 )𝑑𝑥 8.
interval [1,4]

Sifat Integral Tentu

Integral tentu suatu fungsi pada interval [a,b] dapat dihitung


dengan luas area yang dibatasi oleh fungsi f dan sumbu x pada
interval tersebut. Secara alamiah, kita akan sampai pada pembahasan
sifat-sifat yang berbeda dari integral tentu. Perlu diingat bahwa
integral tentu didefinisikan sebagai bentuk jumlah Riemann yang
pada terdiri dari luas persegi panjang.

Jika kita perhatikan integral ∫ ( ) untuk sembarng


bilangan real a, jelas tidak ada luas yang dibatasi karena intervalnya
dimulai dan diakhiri di titik yang sama. Oleh karena itu,

Jika f adalah fungsi kontinu, dan a adalah bilangan real, maka


𝑎
∫𝑎 𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑥

33
Selanjutnya kita akan
mempertimbangkan hasil
pembagian interval
tertentu. Pada gambar 2.4
kita melihat bahwa

∫ ( ) 1 ,
∫ ( ) dan
∫ ( ) 1

dimana hal ini


menunjukkan aturan Gambar 2.4: Luas area yang dibatasi oleh fungsi
y = f(x) pada interval [a,c]
umum berikut.

Jika f adalah fungsi kontinu, dan a,b dan c adalah bilangan


real, maka
𝑐 𝑏 𝑐
∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 ∫ 𝑓 (𝑥) 𝑑𝑥 ∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝑏

Meskipun aturan ini jelas terlihat pada situasi ketika a < b < c,
namun sebenarnya secara umum berlaku untuk setiap a, b, dan c.
Ketika hasil ini dihubungkan dengan sifat lain dari integral tertentu,
yang menyatakan bahwa jika kita membalik urutan batas integrasi,
maka kita mengubah tanda nilai integral tersebut.

Jika f adalah fungsi kontinu, dan a dan b adalah bilangan real,


maka
𝑎 𝑏
∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 ∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥
𝑏 𝑎

Hasil ini masuk akal karena jika kita mengintegrasikan dari a ke


;
b, maka jumlah Riemann akan mendefinisikan jumlah ,
;
sedangkan jika kita mengintegrasikan dari b ke a makan
;
.

34
ATURAN KELIPATAN KONSTAN

Mari perhatikan gambar berikut ini!

Gambar 2.5: luas area yang dibatasi oleh y = f(x) (kiri) dan y = 2 f(x) (kanan) pada interval
[a,b]

Disini kita akan menguji pengaruh mengalikan suatu fungsi


dengan faktor 2 pada luas yang dibatasi oleh sumbu x. Karena
mengalikan fungsi menjadi 2 kali lipat akan menggandakan tinggi
fungsi pada setiap nilai x. berdasarkan konsep jumlah Riemann,
selisih luas area berasal dari perubahan tinggi persegi panjang.

Pada gambar 2.5 sebelah kiri adalah fungsi sebenarnya f(x),


sedangkan gambar sebelah kanan adalah 2 f(x) yang merupakan
fungsi ganda. Oleh karena itu, kita melihat gambar persegi panjang
dengan luas A dan B, dimana B = 2A. hal ini terjadi karena luas
daerah berwarna merah yang dibatasi oleh y = 2 f(x) akan menjadi 2
kali lipat dari luas daerah berwarna biru yang dibatasi oleh y = f(x),
sehingga pada setiap persegi panjang di daerah berwarna merah pada
gambar 2.5 sebelah kanan luasnya juga akan menjadi 2 kali lipat dari
luas persegi panjang di daerah berwarna biru pada gambar 2.5
sebelah kiri. Dengan demikian berlaku sifat mendasar berikut.

35
Aturan Kelipatan

Jika f adalah fungsi kontinu, dan k adalah bilangan real, maka


𝑏 𝑏
∫ 𝑘 ∙ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 𝑘 ∫ 𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎

Terakhir kita akan melihat secara geometri penjumlahan dua


fungsi f dan g.

Gambar 2.6: Luas area yang dibatasi oleh y = f(x) dan y = g(x) pada [a,b], serta luas
area yang dibatasi oleh y = f(x) + g(x)

Jika kita menjumlahkan dua fungsi f dan g pada setiap titik


dalam interval, maka tinggi fungsi f + g akan ditunjukkan oleh
(f+g)( ) = f( ) + g( ) yang merupakan jumlah nilai dari fungsi f
dan g. Oleh kartena itu, luas persegi panjang A, B dan C
menunjukkan hasil C = A + B, di setiap persegi panjang tersebut,
maka luas daerah berwarna abu-abu adalah jumlah luas dari area
berwarna biru dan area berwarna merah. Dengan demikian kita dapat
menyatakan:

Aturan Penjumlahan
Jika f dan g adalah fungsi kontinu, maka
𝑏 𝑏 𝑏
∫ [ 𝑓( 𝑥 ) 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 ∫ 𝑓 (𝑥) 𝑑𝑥 ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝑎

36
Secara lebih umum, aturan perkalian konstan dan penjumlahan dapat
dikombinasikan untuk setiap fungsi kontinu f dan g serta setiap
konstanta c dan k,

∫ [ ( ) ( )] ∫ ( ) ∫ ( )

AYO BERLATIH!

Jika diketahui fungsi f, g, 𝑥 𝑥 :


 ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 ; ∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 2

 ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 ; ∫ 𝑔 (𝑥) 𝑑𝑥
8 117
 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 ; ∫ 𝑥 𝑑𝑥
6 9
 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 ; ∫ 𝑥 𝑑𝑥
4

Gunakan informasi yang tersedia dan aturan yang dibahas


pada bagian sebelumnya untuk menentukan integral tentu
berikut:
a) ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

b) ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

c) ∫ (𝑓(𝑥 ) 𝑔(𝑥 )) 𝑑𝑥

d) ∫ ( 𝑥 𝑥 ) 𝑑𝑥

e) ∫ (2𝑥 𝑔(𝑥)) 𝑑𝑥

37
Teori Dasar Kalkulus

Perhatikan gambar disamping!


Kita ketahui fungsi posisi
s(t) dari benda yang bergerak
sepanjang sumbu x,serta fungsi
kecepatan v(t) yang bersesuaian
bernilai positif pada interval [a,b]
seperti yang terlihat pada gambar
2.7.
Kita ketahui dua sudut
pandang yang berbeda mengenai
jarak (D) yang ditempuh benda:
Pertama, D = s(b) – s(a) yang
menyatakan perubahan posisi
benda. Gambar 2.7 M encari jarak yang
ditempuh jika diketahui fungsi
kecepatan

Kedua, jarak yang ditempuh adalah luas area dibawah kurva kecepatan,
yang dinyatakan dengan integral tentu, jadi

∫ ()

Tentu saja kedua sudut pandang tersebut sama-sama menunjukkan


jarak yang ditempuh, sehingga diperoleh,

( ) ( ) ∫ ( )

Selain itu, persamaan diatas juga berlaku untuk menentukan jarak


yang ditempuh jika kecepatannya bernilai negatif.
Ingat bahwa s dan v berhubungan erat, karena v adalah turunan
dari s, dan secara ekuivalen, maka s adalah antiturunan dari v.
Misalnya suatu benda bergerak dengan kecepatan ( )
m/s, jika kita ingin mengetahui jarak yang ditempuh benda tersebut
pada selang waktu [1,5], maka kita dapat menghitung

38
∫ () ∫ ( ) ( )
1 1

Dimana s adalah antiturunan dari v. Kita mengetahui bahwa turunan


adalah , dan turunan adalah , maka s merupakan suatu
fungsi yang turunannya adalah () () . Dengan
demikian kita dapatkan antiturunan dari v. oleh karena itu,

∫1 ( ) ∫1 ( ) ( )
|1 (( ) ∙ ) ( ) ∙ )
28

Untuk mencari jarak


yang ditempuh, kita perlu
menghitung luas area bibawah
kurva yang dinyatakan
dengan integral. Namun untuk
menentukan integral, kita
perlu menemukan antiturunan
(s) dari fungsi kecepatan (v),
dan kemudian menghitung
perubahan total dalam s pada
interval tertentu.
Gambar 2.8 Luas area yang dibatasi pleh
fungsi 𝑣 (𝑡) 𝑡

Sekarang dalam keadaan umum, kita akan menentukan integral


tentu ∫ ( ) untuk fungsi kontinu sembarang f kita menganggap
f mewakili kecepatan suatu benda yang bergerak, dan x sebagai
variable yang mewakili waktu, sehingga didapatkan

Teorema Dasar Kalkulus

Jika f adalah fungsi kontinu pada [a,b], maka F adalah


antiturunan dari f sehingga
𝑏
∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 𝐹 (𝑏) 𝐹(𝑎)
𝑎

39
LATIHAN

I. STIMULUS

Pada suatu hari, terjadi kebocoran tangki di salah satu pabrik kota
Semarang. Gas keluar dari tangki penyimpanan bawah tanah dengan
laju ( ) , dimana t menunjukkan waktu dalam satuan
hari. Diperkirakan laju gas yang keluar dinyatakan dengan fungsi
() 2 selama periode 12 hari.
Tentukanlah banyaknya gas yang keluar dan rata-rata laju keluarnya
polutan dari tangki pada selang waktu ?

II. AYO MENGIDENTIFIKASI !

Kita mengetahui bahwa telah terjadi kebocoran tangki gas. Gas yang
keluar dari tangki memiliki laju r (t) =…………… selama
………hari.

III. AYO MENGUMPULKAN !

Untuk menentukan banyak polutan yang keluar, kita menggunakan


konsep integral tentu dalam menghitung luas area yang dibatasi oleh
kurva dan sumbu x. sedangkan untuk menentukan rata-rata laju
polutan, ingat kembali kita ketahui bahwa konsep integral muncul
dari penjumlahan Riemann, dimana kita menjumlahkan seluruh nilai
suatu fungsi, sehingga ketika kita menentukan suatu integral seakan-
akan kita mencari rata-rata nilai fungsi tersebut.
Jumlah Riemann

( 1) ( ) ( )
( ( 1) ( ) ( ))

;
Karena , maka diperoleh
( ( 1) ( ) ( ))
( ( 1) ( ) ( )) ∙

40
( ( 1) ( ) ( ))
( )∙

Dengan menggunakan ( ) 2 , kita


tentukan dulu y = r(t) selama selang [0,12].

t ( ) 2
0 11.079
1










12

IV. AYO MENGOLAH !

Setelah mendapatkan nilai y = r(t) pada aktivitas sebelumnya (AYO


MENGUMPULKAN), sekarang kita buat sketsa grafik berdasarkan
data yang diperoleh sebelumnya pada bidang koordinat dibawah ini.

Gallon/hari
12
10
8
6
4
2
hari

2 4 6 8 10 12
Gambar 2.9 bidang koordinat untuk grafik dengan kecepatan y = r(t)

41
Setelah kita mendapatkan gambar grafik dari laju polutan, kita
dapat memperkirakan banyak polutan yang keluar sama dengan luas
area dibawah kurva y = r(t) pada selang waktu [4,10] menggunakan
konsep integral tentu, sehingga diperoleh
1 1
∫ () ∫ ( 2 )
4 4
( )|14
( )
dari perhitungan integral diatas, maka diperoleh banyak polutan yang
keluar adalah … gallon.

Kemudian untuk menentukan rata-rata laju polutan adalah kita


tentukan jumlah Riemann dari data yang telah diperoleh dari poin
(III), diperoleh
( ( 1) ( ) ( ))
( )∙
( ( ) ( ) ( ))
( )∙

V. AYO MENYIMPULKAN!

Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh kesimpulan


bahwa :

………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

42
SOAL HOTS

Diperkirakan t hari dari sekarang, hasil panen petani akan meningkat


dengan laju kwintal/hari. Berapakah pendapatan
yang diperoleh petani selama 5 hari ke depan jika harga pasar tetap
pada Rp1.150.000?

Jawab:…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

EVALUASI DIRI

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur dan


bertanggungjawab!

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah ananda dapat menentukan Ya Tidak


integrasi suatu fungsi dengan
menggunakan aturan kelipatan?

2. Apakah Ananda dapat menentukan Ya Tidak


integral suatu fungsi dengan
menggunakan aturan penjumlahan?

3. Apakah Ananda dapat menentukan Ya Tidak


luas area dibawah kurva
menggunakan teori dasar kalkulus
dalam melakukan integrasi?

Bila ada jawaban "Tidak", maka segera lakukan riview pembelajaran,


terutama pada bagian yang masih "Tidak".

43
INTEGRASI DENGAN SUBSTITUSI

Berdasarkan teorema dasar kalkulus memberitahu kita bahwa


jika Fadalah antiturunan dari f, maka
∫ ( ) ( ) ( )
CONTOH

Jika kita ingin mengintegralkan suatu fungsi, kita dapat


melakukannya dengan mudah seperti berikut.
1
∫ √

Selanjutnya kita dapat dengan mudah mengintegralkan


1
∫ √

Secara khusus, karena F yang turunannya f yang diberikan oleh


4
2 ⁄
( )
( )
Berdasarkan teorema kalkulus kita dapatkan bahwa
1 1
4
2 ⁄
∫ √ |
( )

1 ⁄ 1 1
(4 ( ) 4 ( ) ( )
1
) ( )
4
1

Pada contoh diatas, kita melihat bahwa rumus antiturunan


fungsi aljabar f akan memungkinkan kita dalam menentukan integral
tentu ∫ ( ) dengan tepat. Untuk itu, pada bab berikutnya kita
akan membahas lebih mendalam mengenai antiturunan fungsi aljabar.

44
AKIVITAS 2.2

Pada bab turunan, kita mempelajari aturan rantai dan cara


menerapkannya untuk menentukan turunan fungsi komposit. Jika u
adalah fungsi terdiferensiasi dari x, dan f adalah fungsi terdiferensiasi
dari u(x), maka

[ ( ( ))] ( ( )) ∙ ( )

Kita melihat bahwa turunan fungsi komposit c(x) = f(u(x)), dimana


kita menganggap f adalah fungsi luar dan u adalah fungsi dalam.

a. Dengan menggunakan aturan rantai, tentukanlah turunan dari


fungsi-fungsi berikut inidan berilah label pada setiap turunan
sesuai namanya (misalkan turunan dari g(x) diberi label g’(x)):

1) ( )

2) ( ) (2 )7

3) ( ) ( )

( ) 4;11
4)

5) ( ) 2

b. Gunakan hasil pekerjaan anda pada poin (a) untuk menentukan


antiturunan dari fungsi-fungsi berikut dan berilah label pada
setiap antiturunan sesuai namanya (misalkan antiturunan dari m
dapat diberikan label M). kemudian periksalah hasil pekerjaan
anda dengan mencari turunan dari setiap fungsi- fungsi tersebut.

1) ( )

2) ( ) ( )
1
3) ( )
1:4

45
4) ( ) (2 )7

( ) 4;11
5)

c. Berdasarkan pengalaman yang anda lakukan pada poin (a) dan


(b), tebaklah turunan dari fungsi-fungsi berikut. Kemudian ujilah
dugaan anda dengan mencari turunan dari antiturunan yang
diusulkan.

1) ( ) ( )11

2) ( )

MEMBALIKKAN ATURAN RANTAI: CARA


PERTAMA

Berdasarkan aktivitas 2.2, Kita dapat dengan mudah melakukan


antiturunan dari fungsi yang berbentu:

( ) ( ( )),

dimana f adalah fungsi yang turunannya diketahui dan u(x) adalah


fungsi linear. Misalkan kita menganggap,

( ) ( )6
6
dimana fungsi luarnya ( ) dan fungsi dalamnya (
1 7
). Karena antiturunan dari f adalah ( ) 7 , jadi kita
mendapatkan antiturunan dari h adalah

( ) ( )7 ∙ ( )7

1
Memasukkan konstanta sangatlah penting, karena turunan dari
fungsi dalamnya ( ) . Sekarang kita menghitung H’(x), dengan
menggunakan aturan rantai, diperoleh:

( ) ∙ ( )7 ∙ ( )6 ( )

46
Jadi H merupakan antiturunan dari h.

Oleh karena itu, dalam kasusu ini dimana fungsi luar sudah
diketahui dan fungsi dalam berupa fungsi linear. Maka kita dapat
melakukan antiturunan fungsi gabungan sesuai aturan berikut.

Jika (𝑥 ) 𝑓(𝑎𝑥 𝑏) dan diketahui F adalah antiturunan


fungsi aljabar f , maka bentuk antiturunan dari h adalah
𝐻(𝑥 ) (𝑎𝑥 𝑏) 𝐶
𝑎

Selanjutnya, kita akan sering kali menemukan sebuah notasi


yang menunjukkan perintah untuk mencari antiturunan. Sebagaimana
dengan notasi

[ ( )]

yang mempresentasikan turunan f(x) terhadap x. kita akan


menggunakan notasi integral tentu

∫ ( )

Untuk mempresentasikan antiturunan f terhadap x. Seperti


contoh sebelumnya
( ) ( 6
) , kita dapat menuliskan hubungan antara h yang
antiturunannya adalah H dengan notasi

∫( )6 ( )7

Ketika kita diperintahkan untuk menentukan integral tak tentu,


hal ini berarti kita hanya menentukan bentuk umum dari integral
tersebut. Seperti halnya notasi [ ] yang berarti “tentukan turunan
terhadap x dari fungsi ( ), maka notasi ∫ berarti “tentukan

47
fungsi dari x yang turunannya adalah ( ).

MEMBALIKKAN ATURAN RANTAI:


SUBSTITUSI (u)

Kita telah mempelajari ketika fungsi dalamnya berupa fungsi


linear pada pembahasan sebelumnya. Lantas bagaimana jika fungsi
dalam bukan berupa fungsi linear?. Misalkan kita diminta mencari
integral dari fungsi berikut

( ) ( )

Perlu diingat kembali bahwa turunan dan antiturunan adalah proses


yang berkebalikan. Namun tidak sepenuhnya prosestersebut
berkebalikan karena adanya + C pada saat melakukan antiturunan.
Hubungan erat ini memungkinkan kita untuk mengambil aturan
turunan apa pun yang diketahui dan menerjemahkannya ke aturan
yang bersesuaian untuk integral, misalnya

[ ] 4

Kita dapat menuliskan kembali dalam bentuk integral yang setara


dengan turunan tersebut sebagai berikut.

4

Ingat bahwa aturan rantai mengatakan

[ ( ( ))] ( ( )) ∙ ( )

Menyatakan kembali hubungan ini dalam integral sebagai berikut:

∫ ( ( )) ∙ ( ) ( ( ))

48
Dengan melihat persamaan diatas menunjukkan bahwa kita dapat
mengambil fungsi tertentu dan memandang struktur aljabarnya
sebagai ( ( )) ∙ ( ), sehingga kita dapat melakukan antiturunan
dari fungsi tersebut dengan membalikkan atura rantai.

Misalkan kita mempunyai ( ) dan notasi ( ),


sehingga kita ubah bentunya menjadi ( ) . Sekarang kita
akan mengubah bentuk integral dengan menggunakan bentuk baru
dari u, sehingga diperoleh:

∫ ( ( )) ∙ ( ) ∫ ( )

Dimana f’ adalah fungsi yang antiturunanya dikatahui dan ( ( )) ∙


( ) digantikan oleh u. oleh karena itu, kita menyebutnya substitusi
u.

CONTOH

Subsitusi u dapat juga digunakan untuk menentukan integral


tentu dari fungsi-fungsi tertentu, namun kita perlu memperhatikan
batas integran yang sesuai. Misalnya integral tentu dari:

Setiap kita menuliskan integral tentu, secara impilit, limit integrasiny


disesuaikan dengan variable integralnya. Untuk itu, dinyatakan:
<
∫ ∫
<

Saat menerapkan substitusi u, perlu diperhatikan bahwa ketika kita


merubah variable integrasi maka akan mengubah pula natas-batas
integrasinya. Misalkan dengan substitusi u, dimana dan
2 , maka ketika 2 2 , dan ketika
2 . Dengan perubahan variable integrsi dengan
substitusi u, kita dapatkan

49
< <
∫ ∫ ∙
< < 2

<
|
2 <4

4
2 2

AKTIVITAS 2.4

Tentukan integral tentu dari masing-masing fungsi berikut


dengan menggunakan substitusi u!
1
1) ∫1
1:4

1 ; ;
2) ∫ (2 )9

RINGKASAN

 Integral tak tentu dinotasikan dengan ∫ ( ) yang berarti


“bentuk umum antiturunan dari f “. Khususnya, kita
mempunyai f dan F dimana F’ = f yang dinyatakan dengan

[ ( )] ( ) ∫ ( ) ( )

Dengan f adalah turunan F dan F adalah antiturunan f.

 Teknik substitusi u membantu kita menentukan integral tak


tentu dengan bentuk ∫ ( ( )) ∙ ( ) melalui substitusi
( ) dan ( ) sehingga

∫ ( ( )) ∙ ( ) ∫ ( )

50
Dalam menerapkan teknik ini, perlu diperhatikan bahwa
fungsi dalam g(x) merupakan bagian dari fungsi komposit,
sementara g‟(x) sebagai perkalian faktor integral.

3)
INTEGRAL PARSIAL

Pada materi sebelumnya kita telah mempelajari teknik substitusi


u untuk menentukan antiturunan suatu fungsi komposit tertentu.
Misalnya ∫ ( 4) , kita dapat menerapkan teknik substitusi u
karena selain berupa fungsi komposit, juga terdapat turunan fungsi
dalam yang dikalikan dengan fungsi komposit.
Sekarang, kita akan membahas bagaimana jika fungsi yang
diintegralkan mempunyai struktur aljabar yang berbeda sehingga
teknik substitusi u tidak dapat diterapkan untuk melakukan integrasi
pada fungsi tersebut? Misalkan kita ingin menentukan integrasi
(antiturunan) dari fungsi

Di sini tidak terdapat fungsi komposit, melainkan hasil kali fungsi


dasar f(x) = x dan g(x) = sin x. Kita ketahui bahwa dalam melakukan
turunan hasil kali dua fungsi melibatkan aturan produk. Demikian
juga dengan melakukan antiturunan ini dimungkinkan juga
melibatkan aturan produk pada fungsi integran.

4)
MEMBALIKKAN ATURAN PRODUK:
INTEGRAL PARSIAL

Pada bagian ini, kita akan mengembangkan teknik integral


parsial yang berasal dari pembalikkan aturan produk. Ingat kembali
bahwa aturan hasil kali menyatakan
[ ( ) ( )] ( ) ( ) ( ) ( )

Integralkan kedua ruas terhadap x menjadi

51
∫ [ ( ) ( )] ∫ ( ) ( ) ∫ ( ) ( )

Pada ruas kiri kita punya integral tak tentu suatu fungsi yang
merupaan fungsi asal itu sendiri , dengan menghilangkan konstanta
sementara yang mungkin muncul, kita dapatkan
( ) ( ) ∫ ( ) ( ) ∫ ( ) ( )
Dengan persamaan diatas, sekarang kita mempunyai pilihan dari 2
integral yang harus diselesaikan.dalam keadaan ini,kita dapat
mengidentifikasi dua fungsi f dan g, jika kita mengintegralkan
f(x)g‟(x), maka kita akan mengetahui integral tak tentu g(x)f‟(x) dan
sebaliknya. Untuk itu kita memilih integral tak tentu pertama
disebelah kiri, sehingga diperoleh
∫ ( ) ( ) ( ) ( ) ∫ ( ) ( )

Sering kali kita menyatakan persamaan diatas dalam bentuk variable


u dan v, dimana u = f(x) dan v = g(x), serta bentuk turunan du = f‟(x)
dx dan dv = g‟(x) dx, dengan demikian kita dapat menyatakan aturan
integrasi parsial dalam bentuk umum:

∫ 𝑢 𝑑𝑣 𝑢𝑣 ∫ 𝑣 𝑑𝑢

Untuk menerapkan integral parsial, kita cari fungsi dasar yang


diketahui untuk kita klarifikasikan sebagai u dan dv. Jika kita dapat
menemukan antituturan dv menjadi v dan menentukan ∫
dianggap lebih mudah dibanding menentukan ∫ , sehingga cara
ini lebih cocok untuk dipilih.

CONTOH

Tentukan integral tentu dari fungsi berikut dengan teknik integral


parsial!

52
Solusi: Disini kita akan melalukan antiturunan dari fungsi tersebut
dengan teknik integral parsial, kita nyatakan fungsi tersebut
ke dalam bentuk u dan dv. Dalam kasusu ini, kita dapat
memilih antara u = t dan dv = sin (t) dt atau x = sin (t) dan dv
= t dx. Karena tidak ada aturan khusu untuk memilih mana
yang u dan dv, maka solusinya adalah: memilih u dan dv
disesuaikan dengan aturan integral parsial yang menyatakan

Dengan demikian kita pilih u = t dan dv = sin (t) dt, sehingga


didapatkan du = 1 dt dan v = - cos (t). Dengan
mensubstitusikannya ke dalam integral parsial, diperoleh

∫ ∙( ( )) ∫( ( )) ∙ |

( )) ( )|

( ( ) ( ))
2 2 2
( ( ) ( ))

Alternative lain, kita dapat menerapkan integral parsial untuk


menentukan integral tentu dengan bentuk perhitungan yang
sedikit berbeda, namun tetap sama mensubstitusikan u = t
dan dv = sin (t) dt, serta du = dt dan v = - cos (t), sehingga
diperoleh

∫ () ( )| ∫ ( ( ))

( )| ( )|

( ( ) ( ))
2 2 2
( ( ) ( ))

53
Perlu diingat, dalam menyelesaiakan suatu soal perlu
diperhatikan notasi yang sesuai dan lengkap, serta memeriksa
kembali hasil akhir untuk memastikan bahwa notasi tersebut
sudah sesuai dengan konteks soal yang dijawab.

APLIKASI INTEGRAL DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI

Penerapan integral dalam kehidupan sehari-hari sangatlah luas


cakupannya, diantaranya di bidang teknologi, biologi, fisika,
ekonomi, pertanian, binis, teknik, dan bidang-bidang lainnya.
A. Bidang Teknologi
Integral digunakan dalam penggunaan laju tetesan minyak dari
tangki untuk menentukan kebocoran selam selang waktu tertentu,
penggunaan kecepatan pesawat alik endeavor untuk menentukan
ketinggian maksimum yang dicapai pada waktu tertentu, untuk
memecahkan kasus yang berkaitan dengan perkiraan populasi,
gaya pada bendungan, dan masih banyak lainnya.
B. Bidang Ekonomi
Konsep integral digunakan untuk mencari fungsi asal dri fungsi
marginalnya, mencari fungsi biaya total, mencari fungsi konsumsi
darifungsi konsumsi tabungan marginal, mencari fungsi capital
dari fungsi investasi dan lain-lainnya.
C. Bidang fisika
Dalam bidang fisika, integral digunakan untuk menentukan luas
suatu bidang, menentukan volume benda putar, menentukan
panjang busur, dan sebagainya.
Demikian beberapa contoh penerapan integral dalam
berbagai bidang. Kita dapat menemukan contoh penerapan
integral dalam kehidupan sehari-hari yaitu dari kecepatan sebuah
motor pada waktu tertentu, kita dapat menentukan jarak dan
perpindahan yang ditempuh motor yang bergerak tersebut. Selain
itu, dalam merancang suatu bangunan yang semakin tinggi,
seorang insinyur menggunakan konsep integral.

54
GLOSARIUM

cosinus persamaan
cosinus suatu sudut dalam kalimat matematika yang
segitiga siku-siku adalah dihubungkan dengan
perbandingan antara sisi tanda sama dengan (=).
yang berseberangan
dengan sudut itu terhadap sinus
hipotenusa. sinus suatu sudut
merupakan perbandingan
fungsi aljabar antara sisi yang
fungsi yang terdiri dari berhadapan dengan sudut
fungsi polinomial,fungsi dengan hipotenusa pada
rasional, dan fungsi akar. segitiga siku-siku.

fungsi kontinu tangen


fungsi yang terdefinisi tangen suatu sudut
dalam domainnya dan merupakan perbandinga
mempunyai limit yang antara sisi yang
bernilai sama dengan nilai berhadapan dengan sudut
fungsinya. dengan sisi yang
berseberangan dengan
fungsi trigonometri sudut itu pada segitiga
fungsi yang terdiri dari siku-siku.
bentuk trigonometri
seperti sinus, cosinus, turunan
tangen dan sebagainya. laju perubahan nilai suatu
fungsi terhadap
integral variabelnya atau
anti turunan. peubahnya.

jumlahan reimann variabel


salah satu cara karakteristik yang
menentukan integral menunjukkan variasi atau
tentu. sesuatu yang nilainya
berubah-ubah.
limit
pendekatan.

55
DAFTAR PUSTAKA

Isna Silvia, S. E. (2014). materi integral. cirebon.

laurence D. hoffman, g. L. (2010). Calculus. higher education.

Matthew boelkins, d. a. (2017). active calculus. california.

Sudianto Manullang, A. K. (2017). matematika . jakarta: Pusat


Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Wikan Budi Utami, d. (2022). Matematika tingkat lanjut. jakarta


selatan : kementrian kemendikbudristek.

https://ernisusii.wordpress.com/2013/01/12/penerapan-integral-dalam-
bidang-ilmu-keteknikan/

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Augustin-
Louis_Cauchy?_x_tr_sl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

56
PROFIL PENULIS

Nama:
Durrotul Muna

Tempat, tanggal lahir:


Semarang, 13 Januari 2002

Alamat:
Jln. Abdurrosyid Bugen
Tlogosari Wetan RT 08/RW
03 Pedurungan Semarang.

Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara.


Sekarang penulis sedang menjalani masa kuliah semester 5 di salah
satu universitas islam di kota Semarang, yakni UNISSULA, singkatan
dari Universitas Islam Sultan Agung. Selama kuliah, penulis pernah
mengikuti organisasi mahasiswa, diantaranya HIMATIKA bagian
departemen kerohanian. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti
beberapa kompetisi di tingkat perkuliahan diantaranya:
 Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(ONMIPA) Bidang Matematika yang diselenggarakan oleh
Kemendikbudristek pada tahun 2022.
 Lomba Media Pembelajaran Matematika Digital Nasional
(LMPMD) yang diselenggarakan oleh Universitas Syiah
Kuala pada tahun 2023.
 Sciencelish Olympiad 1 GYPEM pada tahun 2023.

Penulis mempunyai kegemaran membaca buku fiksi dan juga


buku nonfiksi. Selain itu, penulis juga gemar menggambar, terutama
kaligrafi arab dan lukisan hitam putih. Suatu kegemaran yang
dilakukan disela-sela waktu luang penulis untuk menyegarkan
pikiran.

“Nikmatilah prosesnya dengan perasaan ridho, bisa jadi proses itu


menjadi awal kesuksesan dan kenangan tak terlupakan di masa
mendatang”

57

Anda mungkin juga menyukai