Anda di halaman 1dari 15

PRAKTEK MONOPOLI DALAM PENENTUAN HARGA GAS INDUSTRI

DI WILAYAH MEDAN, SUMATERA UTARA OLEH PT. PERUSAHAAN


GAS NEGARA TBK. BERDASARKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA

Zarah Zertia
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti)
(Email: zertia.zarah@gmail.com)

Anna Maria Tri Anggaraini


(Dosen Fakultas Hukum Trisakti)
(Email: anna.mta@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Persaingan usaha yang sehat dapat diukur dari kebebasan para pembeli untuk
memilih pemasok barang, kebebasan pemasok barang untuk memilih para
pembelinya, pasar yang memungkinkan para pelaku usaha bergerak bebas, dan
pasar yang bisa dimasuki dengan bebas oleh pendatang baru. Adapun pokok
permasalahan: (1) Apakah penentuan gas industri di wilayah Medan, Sumatera
Utara oleh PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. Termasuk pelanggaran Pasal 17
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat? (2) Bagaimana pandangan hukum Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan Mahkamah
Agung terhadap tindakan PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. dalam menentukan
harga gas industri di wilayah Medan, Sumatera Utara? Metode penilitian dilakukan
secara yuridis normatif, tipe penelitian adalah deskriptif. Data yang digunakan
adalah data sekunder dengan cara studi kepustakaan. Analisa data secara kualitatif
dan pengambilan kesimpulan dengan metode deduktif. Kesimpulan: Penentuan
harga gas industri di wilayah Medan, Sumatera Utara oleh PT. Perusahaan Gas
Negara Tbk. tidak memenuhi unsur Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Saran:
Dalam memeriksa dan memutus perkara terkait dengan kasus persaingan usaha,
Komisi Pengawas Persaingan Usaha seharusnya lebih memperhatikan peraturan
perundang-undangan dan peraturan pelaksana lainnya yang berhubungan dengan
kasus tersebut.

Kata Kunci: Hukum Persaingan Usaha, Praktek Monopoli


(a) Pendahuluan
Pada era globalisasi terhadap perdagangan bebas yang terjadi saat ini,
persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin ketat karena para pelaku usaha
dapat bersaing dengan pelaku usaha dalam negeri maupun luar negeri.
Persaingan usaha melahirkan keuntungan dan juga kerugian bagi pelaku usaha.
Bagi Indonesia, prinsip perdagangan bebas (free market), serta tindakan
persaingan usaha yang bebas dan sehat (free and fair business competition
practices) harus bisa diterima, walau banyak dirasakan berpengaruh kurang
baik terhadap perekonomian Indonesia belakangan ini. Dengan adanya pesaing,
pelaku usaha dapat mengukur kinerja dengan membandingkan kinerja
pesaingnya. 1 Secara teori, persaingan usaha dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
persaingan usaha sehat (fair competition) dan persaingan usaha tidak sehat
(unfair competition).
Dewasa ini, sudah lebih dari 80 negara di dunia telah memiliki Undang-
Undang Persaingan Usaha dan Anti Monopoli dan lebih dari 20 negara lainnya
sedang berupaya menyusun aturan perundang-undangan yang sama. Langkah
negara-negara tersebut sementara mengarah pada satu tujuan, yaitu meletakkan
dasar bagi suatu aturan hukum untuk melakukan regulasi guna menciptakan
iklim persaingan usaha yang sehat. 2
Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia membentuk Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat yang diundangkan pada tanggal 5 Maret 1999, dan mulai
berlaku satu tahun semenjak diundangkan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
dibentuk untuk menegakan aturan hukum persaingan usaha serta memberi
perlindungan bagi setiap pelaku usaha dalam upaya menciptakan persaingan
usaha yang sehat.

1
Rhido Jusmadi, Konsep Hukum Persaingan Usaha (Malang: Setara Press, 2014) hal. 35.
2
Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di
Indonesia (Jakarta: Bayu Media, 2009), hal. 1.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dibentuklah suatu
lembaga untuk mengawasi keberlakuan undang-undang tersebut, yakni Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). KPPU adalah sebuah lembaga
independen yang berdiri tanpa pengaruh pemerintah ataupun pihak lainnya,
yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan pengawasan dalam dunia
persaingan usaha. Selain itu, KPPU memiliki wewenang menyusun peraturan
pelaksanaan, melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga melakukan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, membuat putusan
dan mengenakan sanksi hukum yang mengikat bagi pelaku pelanggaran
undang-undang tersebut. Sanksi yang dikenakan oleh KPPU adalah sanksi
administratif.
Berdasarkan laporan yang diterima, KPPU telah melakukan penelitian,
pemeriksaan, dan memutus perkara pelanggaran Hukum Persaingan Usaha
dalam kasus dugaan praktek monopoli dalam penentuan harga gas industri di
wilayah Medan, Sumatera Utara oleh PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk.
Laporan tersebut bermula dari terjadinya kenaikan harga gas industri di wilayah
Medan, Sumatera Utara pada bulan Agustus hingga November tahun 2015 yang
dianggap tidak wajar dan merugikan. PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. adalah
sebuah Badan Usaha Milik Negara, yaitu perusahaan nasional Indonesia
terbesar di bidang transportasi dan distribusi gas bumi yang berperan penting
dalam pemenuhan gas bumi domestik.

(d) Metode Penelitian


Metode penelitian adalah sebuah sarana atau cara bagaimana mengelola
pemikiran dengan prosedur tertentu untuk kemudian dituangkan ke dalam
sebuah karya ilmiah. 3 Dalam penulisan penyusunan karya tulis ini, metode
penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tipe Penelitian

3
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 99.
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis normatif,
yaitu sebuah metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari
segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan
peraturan-peraturan yang berlaku berdasarkan bahan hukum primer dan
sekunder, sehingga dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data-data yang
diperoleh selama penelitian.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
memberikan data secara terperinci dengan menggambarkan suatu gejala
tertentu. Penelitian deskriptif merupakan sebuah metode dalam meneliti
suatu sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, ataupun suatu kelas
peristiwa. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diteliti oleh penulis.
3. Sumber Data
Data merupakan fakta yang aktual dan relevan, yang diperoleh
penilis untuk membuktikan dan menguji kebenaran atau ketidakbenaran
suatu masalah yang dijadikan objek penelitian. Berdasarkan bentuk dan
jenisnya, data yang digunakan sebagai bahan untuk menganalisis objek
penelitian ini berasal dari:
a. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan 4 . Data
sekunder terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum mengikat yang
terdiri dari peraturan perundang–undangan yang berkaitan dengan
tema penilitian, yaitu praktek monopoli dalam penetapan harga gas
industri.
2) Bahan Hukum Sekunder, merupakan bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer, dapat memberikan penjelasan

4
Ibid., hal. 51.
mengenai bahan hukum primer, serta dapat membantu menganalisis
dan memahami bahan hukum primer.
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder.
4. Cara Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengumpulan data
melalui studi kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan akan
dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti dan
mengakses data-data yang diperlukan melalui internet.
5. Analisis Data
Terdapat dua macam metode dalam menganalisis suatu data, yaitu
secara kualitatif dan kuantitatif. Agar mendapatkan hasil yang bisa di
pertanggung jawabkan secara ilmiah, penulis menggunakan metode
analisis secara kualitatif dalam penelitian ini. Data-data yang berhasil
diperoleh disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau penjelasan
untuk menggambarkan hasil penelitian, sehingga mudah dipahami dan
dapat diinformasikan kepada orang lain. 5
6. Cara Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan pola
pikir deduktif, yang berarti menggunakan metode penarikan kesimpulan
khusus dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Metode ini
dilakukan dengan cara menganalisis konsep-konsep Hukum Persaingan
Usaha yang sifatnya umum, dianalisis secara khusus dugaan praktek
monopoli berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

(e) Hasil Penelitian

5
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),
hal. 93.
Perkara praktek monopoli dalam penentuan harga gas industri di wilayah
Medan, Sumatera Utara yang dilakukan oleh PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.
(PGN) ini berawal dari adanya Laporan Hasil Penelitian yang di lakukan oleh
Sekretariat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Berdasarkan laporan
yang diterima, Sekretariat KPPU merekomendasikan agar dilakukan
penyelidikan terhadap kasus tersebut. Setelah dilakukan Pemeriksaan Pen
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh KPPU, perkara dalam kasus
ini dimulai dari adanya kenaikan harga gas industri pada kurun waktu Agustus-
November 2015 yang ditetapkan oleh terlapor, yang merupakan satu-satunya
pemasok gas melalui pipa pada konsumen industri di area Medan, Sumatera
Utara sejak tahun 1985. Kenaikan harga tersebut ditetapkan secara sepihak
tanpa mempertimbangkan kemampuan daya beli konsumen gas dalam negeri
dan tingkat perekonomian dengan margin yang wajar bagi terlapor selaku
Badan Usaha Niaga Gas Bumi melalui pipa. Kenaikan harga tersebut
merupakan bentuk penguasaan atas pemasaran gas melalui pipa di area Medan,
Sumatera Utara yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli. 6

(f) Pembahasan
KPPU melalui Putusan Nomor Perkara Nomor 09/KPPU-L/2016
menyatakan bahwa PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. telah terbukti melakukan
praktek monopoli dalam penentuan harga gas industri di wilayah Medan,
Sumatera Utara. PGN dinyatakan telah memenuhi unsur-unsur Pasal 17 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
1. Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999: “Pelaku usaha
dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.“
2. Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999: “Pelaku usaha
patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau

6
Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2016
pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
apabila:
a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau
c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu. 7
3. Bahwa untuk memenuhi unsur Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999, maka harus memperhatikan terlebih dahulu pemenuhan unsur
Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

a. Unsur Pasal 17 ayat (2) huruf a: ”Barang dan atau jasa yang
bersangkutan belum ada substitusinya”, dapat dianalisa sebagai
berikut: Bahwa barang atau produk yang dimaksudkan dalam perkara
ini adalah gas bumi yang disalurkan melalui pipa distribusi untuk
Pelanggan Industri Jasa dan Komersial serta Pelanggan Industri
Manufaktur di wilayah Medan. Bahwa telah dijelaskan sebelumnya
untuk wilayah Medan, jaringan pipa distribusi dikuasai seluruhnya oleh
PGN. Sebelumnya telah di jelaskan dalam pasar bersangkutan bahwa
penjualan dan penyaluran gas bumi yang disalurkan melalui pipa
distribusi untuk Pelanggan Industri Jasa dan Komersial serta Pelanggan
Industri Manufaktur di seluruh wilayah Medan dilakukan hanya oleh
PGN. Bahwa dengan demikian, unsur barang dan atau jasa yang
bersangkutan belum ada substitusinya, terpenuhi.
b. Unsur Pasal 17 ayat (2) huruf b: ”Mengakibatkan pelaku usaha lain
tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa
yang sama”, dapat di analisa sebagai berikut: PT Pertagas Niaga sudah
pernah mencoba memasuki pasar bersangkutan yang sama yaitu wilayah

7
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Medan untuk melayani calon pelanggan/konsumen gas, namun
dibatalkan karena terhambat permasalahan jaringan pipa distribusi yang
telah dikuasai oleh PGN sehingga bila dipaksakan maka akan
menimbulkan harga yang tidak dapat bersaing. Bahwa hambatan yang
dialami oleh PT Pertagas Niaga ini akhirnya diselesaikan dengan rapat
dengan PGN yang menghasilkan MoU berisi kesepakatan pembagian
tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha wilayah operasional
penyaluran gas bumi untuk wilayah Sumatera Utara. Bahwa dengan
demikian, unsur mengakibatkan pelaku usaha lain barang dan atau jasa
yang sama, terpenuhi.
c. Unsur Pasal 17 ayat (2) huruf c: ”Satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”, dapat dianalisa sebagai
berikut: Bahwa sebelum dilakukan MoU antara PGN dan PT. Pertagas
Niaga, PGN telah lebih dulu melakukan penguasaan jaringan pipa
distribusi gas alam di wilayah Medan. Dengan dibentuknya MoU antara
PGN dan PT. Pertagas Niaga yang berisi kesepakatan pembagian
wilayah operasional penyaluran gas bumi untuk wilayah Sumatera
Utara mengakibatkan PGN semakin menguasai sepenuhnya distribusi
gas bumi untuk Pelanggan Industri Jasa dan Komersial serta Pelanggan
Industri Manufaktur di area Medan, Sumatera Utara. Bahwa dengan
demikian, unsur satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis
barang atau jasa tertentu, terpenuhi. 8
Bedasarkan uraian di atas, Majelis KPPU berpendapat bahwa PGN
melakukan praktek monopoli karena telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat
dalam Pasal 17 Ayat (2) huruf a, b dan c. Bahwa berdasarkan uraian analisis
peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut di dalam Bab III, KPPU
mengambil kesimpulan bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh PGN pada

8
Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2016.
bulan Agustus-November 2015 dianggap terlalu tinggi, di luar batas daya beli
konsumen, sehingga sejak tahun 2016 pemerintah telah menerbitkan
serangkaian peraturan perundang-undangan sampai akhirnya melakukan
intervensi secara langsung berupa penetapan harga maksimum (ceiling price)
untuk melindungi konsumen industri di wilayah Medan Sumatera Utara.
Selanjutnya untuk menguji apakah penetapan harga gas bumi tersebut
memperhatikan tingkat keekonomian dengan margin yang wajar atau tidak,
maka perlu dilakukan analisis posisi monopoli PGN dan analisis praktek
monopoli terkait kenaikan harga yang dilakukan oleh PGN.
Analisis Pemenuhan Unsur Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999:
1. Suatu industri memiliki struktur monopoli jika hanya ada satu pelaku usaha
yang tidak memiliki pesaing langsung atau tidak langsung, pesaing nyata
maupun pesaing potensial, dimana produk pelaku usaha tersebut tidak
memiliki substitusi dekat (no close substitute) di pasar.
2. Sebagai satu-satunya produsen/pamasok di pasar, seluruh permintaan pasar
menjadi permintaan perusahaan monopoli tersebut. Dengan terbatasnya
barang dan jasa alternatif, maka permintaan pasar yang dihadapi oleh
perusahaan monopoli berbentuk miring dari kiri atas ke kanan bawah.
3. Melalui penguasaan permintaan pasar tersebut, maka produsen/pemasok
tersebut akan memiliki kemampuan untuk menentukan harga di pasar.
Sebagai penentu harga (price maker), perusahaan monopolis dapat
menaikkan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang
atau jasa yang akan diproduksi. Dengan permintaan pasar yang berbentuk
downward sloping, maka dengan mengurangi jumlah barang atau jasa yang
diproduksi, maka harga barang atau jasa tersebut meningkat.
4. Karena produsen/pemasok menguasai permintaan pasar, maka perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dibanding
produsen/pemasok lain yang akan masuk ke dalam pasar yang dikuasainya
tersebut. Dengan keunggulan tersebut, produsen/pemasok memiliki
kemampuan untuk dapat mempengaruhi peluang produsen/pemasok lain
untuk menjadi pesaing nyata (competitor).
5. Kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan monopoli untuk menentukan
dan mengendalikan harga di pasar serta membatasai/menghilangkan
persaingan (exclude competitor) disebut sebagai kekuatan monopoli
(monopoly power). Strategi-strategi perusahaan yang merupakan wujud dari
kekuatan monopli sebagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
posisi monopoli disebut sebagai praktek monopoli, yang dilakukan dengan
cara mengurangi atau menghilangkan tekanan persaingan dari pelaku usaha
pesaing, baik pesaing nyata (existing competitor) maupun pesaing potensial
(potential competitor);
6. Produsen/pemasok yang berada pada posisi monopoli tidak serta merta
melanggar Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, kecuali apabila
perusahaan tersebut menyalahgunakan posisi monopoli yang dimiliki
(abuse of monopoly) untuk melakukan praktek monopoli sebagai upayanya
mempertahankan dan meningkatkan posisi monopoli;
7. Praktek monopoli merupakan salah satu kegiatan yang dilarang oleh
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Dalam Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dinyatakan
bahwa:
“Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”
Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999: “Pelaku usaha
patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
1. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya:
Sebagaimana dalam Putusan KPPU Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-
L/2016, telah dijelaskan bahwa barang dan/atau jasa di dalam kasus dugaan
praktek monopoli oleh PGN memang belum ada substitusinya. Barang yang
dimaksud adalah gas bumi yang disalurkan melalui pipa untuk pelanggaran
industri. Penjualan dan penyaluran gas bumi yang disalurkan melalui pipa
distribusi untuk Pelanggan Industri Jasa dan Komersial serta Pelanggan
Industri Manufaktur di seluruh wilayah Medan dilakukan hanya oleh PGN,
maka barang yang dimaksud dalam kasus ini memang belum ada
penggantinya.
2. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama: KPPU menduga PGN menghambat
pelaku usaha lain untuk ke dalam persaingan usaha gas yang dialurkan
melalui pipa. Pada kenyataanya, PGN adalah perusahaan nasional terbesar
(BUMN) yang berperan penting dalam transportasi dan distribusi gas bumi
ke seluruh Indonesia. PGN meguasai penjualan dan pendistribusian gas
industri di wilayah Medan Sumatera Utara.
3. Cabang-cabang Produksi yang Penting bagi Negara
Pengertian cabang-cabang produksi yang penting bagi negara adalah ragam
usaha produksi atau penyediaan barang dan atau jasa yang memiliki sifat:
a. Strategis, yaitu cabang produksi atas barang dan/atau jasa yang secara
langsung melindungi kepentingan pertahanan negara dan menjaga
keamanan nasional; atau
b. Finansial, yaitu cabang produksi yang berkaitan erat dengan pembuatan
barang dan/atau jasa untuk kestabilan moneter dan jaminan perpajakan,
dan sektor jasa keuangan yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
9

Adapun pelaksanaan monopoli dan/atau pemusatan kegiatan oleh negara


terhadap kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang
produksi yang penting bagi negara, dapat diselenggarakan oleh badan usaha
milik negara dan/atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh
pemerintah.
4. Diatur dengan Undang-undang

9
Ibid.
Hal ini berarti monopoli dan/atau pemusatan kegiatan oleh negara tersebut
hanya dapat dilakukan setelah diatur terlebih dahulu dalam bentuk undang-
undang (bukan peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang). 10
PGN dalam kegiatannya dalam penjualan, pendistribusian dan penentuan
harga gas industri di wilayah Medan Sumatera Utara adalah melalui
peraturan perundang-undangan. Penentuan harga gas industri di wilayah
Medan, Sumatera Utara dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi;
5. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Dengan dibentuknya MoU antara PGN dan PT. Pertagas Niaga yang berisi
kesepakatan pembagian wilayah operasional penyaluran gas bumi untuk
wilayah Sumatera Utara mengakibatkan PGN semakin menguasai
sepenuhnya distribusi gas bumi untuk Pelanggan Industri Jasa dan
Komersial serta Pelanggan Industri Manufaktur di area Medan, Sumatera
Utara.
Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan:
”Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat
hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau
ditunjuk oleh Pemerintah.”
Berdasarkan Pasal 51 di atas, terdapat beberapa unsur yaitu:
a. Monopoli
Dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 5 Tahun 1999, definisi monopoli
adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau
atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok

10
Ibid.
11
pelaku usaha.” Dalam kasus di atas, PGN memang menguasai
penjualan dan pendistribusian gas bumi melalui pipa untuk industri di
wilayah Medan Sumatera Utara.
b. Pemusatan Kegiatan
Dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 5 Tahun 1999, pemusatan kegiatan
adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu
atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan
atau jasa.” 12 Dalam kasus di atas, PGN melakukan penguasaan yang
nyata atas suatu pasar bersangkutan yang dicerminkan dari
kemampuannya dalam menentukan harga yang dapat dicapai oleh satu
atau lebih pelaku usaha tanpa harus melakukan ataupun mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
c. Produksi Barang dan/atau Jasa Menguasai Hajat Hidup Orang Banyak
Berdasarkan teori hukum dan penafsiran sistematis terhadap unsur ini,
maksud barang dan/atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak
adalah yang memiliki fungsi:
1) Alokasi, yang ditujukan pada barang atau jasa yang berasal dari
sumber daya alam yang dikuasai negara untuk dimanfaatkan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
2) Distribusi, yang diarahkan pada barang dan/atau jasa yang
dibutuhkan secara pokok oleh masyarakat, tetapi pada suatu waktu
tertentu atau terus menerus tidak dapat dipenuhi pasar; dan atau
3) Stabilisasi, yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa yang harus
disediakan untuk kepentingan umum, seperti barang dan/atau jasa
dalam bidang pertahanan keamanan, moneter, dan fiskal, yang
mengharuskan pengaturan dan pengawasan bersifat khusus. 13

11
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
12
Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
13
Pedoman Pelaksanaan Pasal 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
(g) Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan dalam Bab IV, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Penetapan harga gas industri di wilayah Medan, Sumatera Utara oleh PT.
Perusahaan Gas Negara, Tbk. tidak terbukti melanggar Pasal 17 Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat karena tidak memenuhi unsur Pasal 17 Ayat
(2) Huruf B, dimana PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. tidak menghambat
pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar.
2. KPPU menyatakan bahwa PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. terbukti
memenuhi unsur dan melanggar Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat dalam kasus penentuan harga gas industri di wilayah Medan,
Sumatera Utara. Namun Pengadilan Negeri Jakarta Barat berpendapat
tbahwa PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. dalam menentukan harga tersebut
merupakan hal yang dikecualikan menurut Pasal 50 Huruf A Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Mahkamah Agung menyatakan bahwa
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tersebut telah sesuai.
B. Saran
Dalam memeriksa dan memutus perkara terkait dengan kasus persaingan
usaha, Komisi Pengawas Persaingan Usaha seharusnya lebih memperhatikan
peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksana lainnya yang
berhubungan dengan kasus tersebut. Selain itu, perlu diperhatiikan pasal-pasal
pengecualian dalam pasal 50 dan 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

(h) Daftar Pustaka

BUKU
Andi Fahmi Luibis and all, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks
Jakarta:KPPU, 2009.

Carl Kaysen and Donald F Turner, dikutip dari Anggraini, Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Jakarta: Pascasarjana UI 2003),
h. 92-93.

Chai Podhista, Theoritical Terminological and Philosofical Issue in Qualitative


Research, dalam Attig, et.al. A Field Manual on Selected Qualitative
Research Methods Thailand: Institute for Population and Social Research,
Mahidol University, 1991. dikutip oleh pedoman penulisan skripsi Fakultas
Hukum, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2016.

Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori dan Implikasi


Penerapannya di Indonesia Jakarta: Bayu Media, 2009.

Mustafa Kamal Rokan, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat di Indonesia Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, Teori dan Praktiknya di


Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai