Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MELIANA

KELAS : XII IPS 1


MONOKROM ITU INDAH

Affandi dikenal sebagai pelukis yang terkenal, karya karya nya dapat membuat orang
merasa seakan akan terjerat dalam lukisannya. Salah satu karya terkenalnya bernama
“cahaya”, lukisan itu dapat membuat orang merasakan cahaya hanya dengan melihat
nya.
Affandi juga mempunyai seorang kekasih yang selalu berada disisinya. Selalu
menyemangati Affandi, dan selalu ada untuk Affandi dari titik awal ia merintis
karirnya hingga pada saat ini ia menjadi pelukis terkenal
Pada suatu pagi yang tenang, Affandi mendapat surat undangan dari lobert.
“Athi, coba kamu lihat ini” ucapnya kepada sang kekasih dengan panggilan
sayangnya. “aku mendapat undangan dari seorang pelukis terkenal yang berada di
pusat kota!!!” ucap Affandi antusias kepada sang kekasih.
“wahhhhh!! Benarkah?? E-ehh? Tungguu, bukankah ini yang kamu nantikan selama
inii?!?”
Ucap sang kekasih dengan rasa tak kalah antusias setelah mengetahui kabar yang
diberikan Affandi.
“iyaaa Athi, ini yang selalu aku nantikan dari awal, dan aku sangat bahagia pada saat
ini, jantungku benar’ berdegup kencang, aku tidak sabar untuk bertemu dengannya!!”
Dada Affandi saat ini benar’ berdegup tak karuan dikarenakan undangan saat ini yang
baru ia terima.
“Kalau begitu, kamu harus mempersiapkan semuanya dari sekarang Andi, Kamu
harus membeli baju yang bagus untuk bertemu dengannya nanti!!”
Seru Athena kepada Affandi
Lalu Affandi yang sedikit bingung mendengar perkataan yang baru saja diucapkan
oleh kekasihnya itu berkata, “Hah?? Bukankah pakaian biasa saja sudah cukup?
Mengapa aku harus membeli baju baru?” Jawab Affandi kepada sang kekasih
Lalu Athena pun langsung menggeleng kan kepalanya dan membantah sang kekasih
dengan cepat “tidakk tidak, kamu ini akan bertemu dengan seseorang yang sangat
terkenal lho, tidak mungkin kamu hanya tampil apa adanya Andi” Ucapnya
menjelaskan kepada Affandi.
“Tapikan aku juga seorang pelukis, mau gimanapun penampilanku seharusnya tidak
ada pengaruh bukan?? Rasanya seperti ini saja sudah cukup, athi” Affandi bingung,
mengapa ia harus berpenampilan seformal itu sampai harus membeli pakaian baru
hanya untuk bertemu dengan sang pelukis, padahal mereka sama-sama pelukis, hanya
saja Affandi belum seterkenal tuan Lobert
Setelah mendengar penjelasan dari Affandi, Athena pun memegang bahu Affandi
sembari berkata “iya Andi, kamu .memang seorang pelukis juga. Tapi, ini adalah
undangan dari tuang Lobert. Kamu tau sendiri kan, bahwa tuan Lobert sangat jarang
mengundang orang untuk datang ketempat kediamannya. Selain kamu harus tampil
lebih keren, kamu juga harus menciptakan kesan yang baik di matanya saat pertama
kali kalian bertemu”
Mendengar akan hal itu Affandi merasa bahwa itu benar, dengan raut wajah sedih
Affandi berkata “baiklah, bagaimanapun ini adalah hal penting”
Athena merasa senang karena Affandi setuju untuk mencari pakaian bersamanya.
Lalu Athi melihat ke arah Affandi yang sedang melukis kanvas yang berukuran sangat
besar bahkan melebihi tubuh manusia dewasa dan bertanya “bukankah itu kanvas
dengan ukuran 200x200cm?
Affandi tersenyum sejenak dan berkata “iyaa, ini adalah kanvas dengan ukuran
200x200cm atau bisa dibilang kanvas terbesar di dunia.”
Athena terdiam dan tersenyum sembari melihat ke arah Affandi yang sedang melukis,
rasa kagumnya membuat athena jatuh cinta lagi kepada Affandi.
Di keesokan harinya, Athena terbangun duluan, lebih pagi daripada biasanya. Athena
beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar kamar, kemudian ia melihat Affandi yang
ketiduran di ruang tengah
“AFFANDI!” teriak Athi kepada Affandi yang sedang tidur di kursi sembari
memegang kuas.
“athi....”
“sampai kapan kamu mau tidur??? Sudah jam 12 siang! Ayolah bangun kita harus
pergi mencari bajumu”
“lima menit lagi... kumohon..” ucap Affandi dengan suara beratnya itu yang
menandakan ia masih mengantuk.
Mendengar hal itu pun Athena mendekati Affandi, dan berbisik “apa kamu tidak ingat
bahwa besok adalah hari dimana kamu di undang oleh tuan lobert?” ucap Athena di
telinga Affandi
Setelah mendengar bisikan dari sang kekasih, Affandi pun tersentak dan segera
mengingat kembali jadwalnya hari ini. Akhirnya Affandi pun langsung beranjak dari
kasurnya menuju ke luar kamar untuk segera mandi dan bergegas.
Beberapa jam pun telah berlalu begitu cepat, sekarang Affandi dan Athena sudah tiba
di mall. Sesampainya mereka di sana, Athena langsung bergerak mengarahkan sang
kekasih kemana mereka akan bergerak. Karena Athena tau pasti dimana tempat
khusus yang menjual pakaian pria.
Disaat mereka sedang mengelilingi mall itu, Athena melihat bahwa Affandi tertarik
pada sebuah toko, sang kekasih yang mengetahui akan hal itu pun langsung mengajak
Affandi untuk langsung masuk kedalam toko tersebut, agar Affandi dapat melihat
pakaian yang akan digunakannya untuk bertemu dengan tuan Lobert.
“Andi, ayo kita ketoko ini” ucap athi basa-basi kepada Affandi, karena ia tau bahwa
tidak mungkin sang kekasih menolak ajakannya.
Affandi pun menyetujui ajakan Athena tersebut. Kemudian mereka berdua pun masuk
untuk melihat lihat satu persatu jas di toko itu. Setelah beberapa lama mereka
mengelilingi toko tersebut, ada sebuah jas yang menarik di mata Affandi
“waaahh... jas ini, sangat bagus sekali” ucap Affandi yang sedang bergumam sendiri
sambil melihat sebuah jas dengan kain berbahan wool, kain tersebut memiliki kualitas
yang tinggi, bahkan sudah sangat jarang di temukan.
Affandi yang sedang asik sendiri tersebut pun tidak sadar bahwa sang Athi
memperhatikan ia sejak tadi.
Athena yang mendengar gumaman sang kekasih pun langsung berkata “Andi, jika
kamu suka dengan jas itu, ambil saja. Jas itu sudah sangat langka, dan belum tentu
kamu akan menemukan jas yang seperti ini lagi dihidupmu”
Mendengar apa yang diucapkan oleh Athena pun Affandi sangat kaget “a-apa
maksudmu athi??? Bukankah ini terlalu mahal untuk sebuah jas” seru Affandi yang
tidak tahu bahwa itu merupakan jas dengan bahan terbaik!
Kemudian Athena pun melangkah sedikit lebih jauh untuk memperhatikan lagi sang
kekasih yang saat itu tampak sangat suka dan kebingungan disaat yang bersamaan
“kamu suka jas ini?” tanya Athi untuk memastikan lagi kepada Affandi, yang melihat
jas tersebut
“iya” ucap Affandi dengan cepat dan tanpa ragu “tapi harganya sangat mahal” jelas
Affandi melanjutkan ucapannya yang terdengar sangat ragu.
Setelah mendengar hal tersebut, Athena langsung mengambil jas tersebut tanpa ragu
dan berjalan menuju kasir untuk mengantri untuk membayar jas pilihan Affandi di
kasir. Tindakan Athena tersebut pun membuat Affandi terkejut sekali, bahkan ia
masih mencerna apa yang baru dilakukan oleh sang kekasih hatinya itu.
Setelah menyadari hal itu, Affandi pun berseru “hey Athiiii!! Kenapa kamu
mengambil jas itu?? Serunya bertanya karena melihat Athena membawa jasnya ke
kasir.
Athena menghela nafasnya, kemudian menjelaskan kepada Affandi “sudahlah, ini
bukan masalah besar bagiku. Lagipula sangat jarang kamu membeli barang seperti ini
bukan?? Tidak apa apa, anggap saja ini hadiah ku untuk mu atas pencapaian mu.
Yang dirasakan oleh Affandi saat ini adalah seperti tidak punya harga diri lagi,
dikarenakan seorang wanita membayar untuk dia.
Affandi tidak akan membiarkan wanitanya membayarkan pakaian itu untuk dia, maka
ia pun mengeluarkan kartunya dan memberikannya kepada Athena “pakai saja
kartuku ini untuk membayar, sisanya kamu saja yang pegang kartu ku seterusnya”
tegas Affandi kepada Athena.
Hari yang dinantikan oleh Affandi pun telah tiba, dimana ia akan bertemu dengan
tuan Lobert, seorang seniman yang sangat terkenal di seluruh penjuru kota itu.
Di pagi hari sebelum ia menemui tuan lobert, Affandi merasa ada sesuatu yang
mengganjal. Ternyata pagi hari ini terasa sepi, karena biasanya setiap pagi athi selalu
melayaninya, namun tidak dengan pagi ini.
Affandi yang merasa bahwa suasana pagi ini sepi dan sangat berbeda, ia segera
berjalan memasuki kamar dan melihat bahwa Athena masih terbaring di tempat
tidurnya. Setelah ia melihat Athena, ia menyadari bahwa kondisi athi tidak yang baik
baik saja.
Affandi pun menunduk dan meletakkan tangannya dan meraba dahi Athena “kenapa
kamu ngga panggil aku?” tanya Affandi kepada Athena sembari memegang leher dan
tangan Athena.
“badan mu sangat panas athi, wajahmu juga sangat pucat. Seharusnya kamu memberi
tahu ku lebih awal agar aku bisa memberikan obat kepadmu agar kamu tidak tersiksa
seperti ini” ucap Affandi yang sedang khawatir melihat kondisi sang kekasih.
“Andi, aku tidak apa-apa, lagipula aku hanya demam saja, aku tidur sebentar juga
udah sembuh kok. Kamu tidak perlu khawatir melihatku seperti ini” jelas Athena
kepada Affandi. Sungguh Athena tidak ingin merepotkan Affandi akan kondisinya
saat ini. Dia tidak ingin sang kekasih kepikiran dan tidak fokus dengan kegiatannya
hanya karena demamnya.
“apa yang kamu maksud tidak apa-apa?” tanya Affandi dengan nada khawatir.
“Demam mu sangat tinggi, aku sangat khawatir Athi, sepertinya aku tidak akan bisa
meninggalkanmu sendirian dengan kondisi seperti ini.” Ucapan Affandi itu pun
membuat Athena kaget dam sedikit tersentak.
Athena pun langsung menjawab dengan cepat “Tidak Andi, kumohon jangan batalkan
rencanamu. Aku tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan, tolong percaya padaku kali ini.
Kamu pergi saja menemui tuan lobert, waktumu tidak banyak Andi.” Kata athi
kepada Affandi dengan suara yang sangat lemah, sembari memegang tangan Affandi
dengan tujuan untuk menghentikan kegiatan Affandi yang sedang mengompres
kepalanya.
Affandi yang mendengar ucapan Athena pun kaget, kemudian ia berkata “bagaimana
mungkin aku meninggalkan dirimu sendirian yang sedang dalam kondisi tidak sehat
seperti ini??” jelas Affandi bertanya tanya.
Affandi sedih, ia ingin menjaga sang kekasih disaat sedang sakit seperti ini. Tetapi,
Athena sendiri menyuruhnya untuk meninggalkannya dan pergi menemui tuan
Lobert. Ini adalah pilihan yang benar-benar berat bagi Affandi. Ia harus
mengorbankan salah satunya pada saat ini.
“Ahhh Athi.. Kumohon, biarkan aku menjagamu kali ini. Aku tidak ingin mengambil
risiko. Aku takut kamu akan kenapa-kenapa disaat aku tidak ada dirumah” Athena
dapat mengetahui bahwa Affandi sangat frustasi saat mengatakan hal itu. Bagaimana
tidak, ia sedang dihadapkan oleh dua pilihan saat ini.
Athena yang sangat mengerti atas kondisi saat ini pun langsung berkata “sudah Andi
tidak apa-apa, sungguh. Ini adalah kesempatan emas bagimu, dimana kamu akan
bertemu dengan tuan lobert. Tolong, jangan sia sia kan kesempatan mu kali ini.
Percayalah kepadaku, aku hanya butuh istirahat saja untuk beberapa waktu, jangan
terlalu menghawatirkan diriku.” Athena menghela nafasnya setelah mengatakan hal
ini. Sebenarnya Athena juga sangat ingin Affandi berada di sisinya disaat seperti ini,
disaat ia sedang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi di sisi lain, Athena
sangat tau bahwa Affandi selalu ingin bertemu dengan tuan Lobert juga. Athena tidak
ingin egois kali ini. Ia tidak mau hanya karena sakitnya, sang kekasih harus
menguburkan impiannya dalam dalam.
Affandi sangat tidak tega meninggalkan Athena. Kemudian ia terpikirkan sebuah ide,
yaitu memanggil teman Athena untuk menjaga Athena untuk sementara waktu ini,
sampai Affandi pulang kembali dari perjalanannya menemui tuan Lobert.
“baiklah, kalau begitu aku akan menghubungi rena untuk menjaga kamu sementara
waktu ini ya, aku tidak akan membiarkamu seorang diri dirumah dengan kondisi
seperti ini” ucap Affandi lembut kepada Athena. Athena pun mengangguk tersenyum
mendengar keputusan Affandi.
Disaat yang bersamaan pun Affandi pun segera menghubungi Rena agar sesegera
mungkin datang kerumahnya supaya Athena tidak sendiri saat Affandi pergi
meninggalkannya.
Beberapa saat kemudian setelah Affandi menghubungi Rena, Rena pun sampai
dirumah Affandi. Kemudian rena pun segera menghampiri Athena ke kamarnya.
“ya ampun Athi!! Kenapa kamu bisa sakit seperti inii??” seru Rena setelah melihat
kondisi Athena yang sedang lemah dan tak berdaya saat ini.
“ya namanya juga sakit Ren, tidak ada yang tau kapan bakal datangnya kan?” jawab
Athena sedikit memelas kepada rena, ia sama sekali tidak memiliki semangat hari ini.
Saat ini sudah tiba saatnya Affandi untuk pergi meninggalkan kekasihnya dan Rena.
Kemudian renapun berkata “sudah Affandi, pergi saja, biar aku saja yang menjaga
Athi sekarang. Serahkan dia padaku”
Affandi mengangguk mendengar perkataan rena dan ia menghampiri sang kekasih
untuk berpamitan terlebih dahulu. “Athi, aku akan pergi sekarang, kumohon cepatlah
pulih. Aku tidak suka melihatmu sakit seperti ini, aku sedih. Perbanyak istirahat mu
dan jangan lupa untuk makan buah dan vitamin mu ya, oke??” ucap Affandi kepada
Athena.
Rena tersenyum melihat interaksi keduanya. Mereka sangat beruntung karena
mendapatkan pasangan yang sangat menyayangi satu dengan yang lain.
Mendengar tutur Affandi barusan pun, Athena langsung menjawabnya “iya, baiklah
Andi, kamu pergi saja. Selalu berhati-hati lah dalam perjalananmu. Doaku selalu
menyertaimu.”
Affandi pun mengangguk dan segera pergi meninggalkan kekasihnya itu bersama
Rena. Ia segera bergegas pergi meninggalkan mereka dikarenakan mobil jemputan
dari tuan Lobert sebentar lagi akan tiba.
Dari kejauhan Affandi melihat bahwa mobil jemputannya itu sudah tiba. Jenis mobil
yang digunakan adalah Limousine car. Melihat akan hal itu, Affandi sudah berpikir
bahwa kekayaan tuan Lobert memang sudah tidak perlu diragukan lagi.
“silahkan masuk, tuan Affandi” ucap sopir tuan lobert dengan sopan, sembari
membuka pintu belakang mobil tersebut untuk Affandi.
Affandi pun membalasnya dengan anggukan dan segera masuk ke dalam mobil itu.
Saat berada dalam perjalanan, dari kursi belakang Affandi melihat bahwa didepan
mereka saat ini ada lubang agak dalam dan besar, maka dari itu Affandi pun
memperingati sopir tuan Lobert tersebut..
“pak, hati-hati ya. Di depan sana ada lubang!” seru Affandi memberikan peringatan.
“baik, tuan Affandi tidak perlu khawatir. Saya akan pelan-pelan saja membawanya.”
Sahut sang supir dari depan.

Tetapi beberapa saat kemudian..


“EHH?!!?” seru supir itu yang panik dan juga kebingungan.
“pak? Apakah ada yang bermasalah?” Affandi bertanya kepada supir, karena ia
bingung melihat supir itu sedang kalut mengotak atik bagian rem dan lainnya didepan
sana.

“Ahh, tuan.. maafkan saya. Ini remnya...”


BAMMMMM!!!

Belum sempat sang supir menjelaskan dengan rinci, mobil itu sudah melaju dan
menabrak sebuah pohon besar di samping jalan.
Benar saja, rem mobil itu sudah lost. Akibatnya pada saat ini sang supir dan Affandi
sama-sama terbaring tidak sadarkan diri didalam mobil Limousine itu.
Seorang lelaki terlihat terbaring lemah dan tidak berdaya di tempat tidur rumah sakit
dengan tangan yang sedang di infus dan berbagai selang menusuk memasuki
tubuhnya pada saat ini sebagai alat bantunya agar ia tetap hidup, walaupun
kondisinya sangat kritis. Ya, lelaki yang sedang terbaring tidak sadarkan diri itu
adalah Affandi. Setelah kecelakaan mobil tersebut Affandi langsung dilarikan ke
rumah sakit terdekat oleh warga sekitar.
Beberapa waktu berlalu, Saat ini Affandi hanya sendiri didalam ruangan itu,
dikarenakan Athena dan rena belum mengetahui bahwa Affandi kecelakaan.
Ruangan itu sangat sunyi, sunyi sekali. Hanya suara dari mesin elektrokardiograf lah
yang terdengar nyaring di ruangan itu.
Setelah tak sadarkan diri beberapa waktu, jari jemari Affandi pun bergerak satu
persatu. Hal ini menandakan bahwa Affandi telah siuman. Setelah perlahan lahan ia
menggerakkan jarinya, saat ini ia sedang mencoba untuk membuka kedua matanya.
Satu persatu juga ia mencoba membuka matanya, pelan-pelan tapi pasti.
Pertama mata kanannya telah terbuka, diikuti oleh mata kirinya juga. Tapi, ada
sesuatu yang janggal dirasakan oleh Affandi saat ini.
“ahh.. dimana aku ini...” ucap Affandi dengan lirih
Ia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali.
Bingung. Hanya ini lah yang dirasakan oleh Affandi saat ini.
“mengapa.. semua ini tidak berwarna?? Dimana aku.. ini pasti mimpi..” benar,
Affandi meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya mimpi. Ia tidak tau apa yang
terjadi. Affandi hanya mengingat terakhir kali ia berada didalam mobil, dan
setelahnya ia tidak mengingat apa-apa lagi.
Affandi sangat sangat frustasi, apakah maksud dari semua ini, sekelilingnya tidak
berwarna dan tidak ada seorangpun di sekitarnya.
Kemudian Affandi mulai berteriak pelan “Tolong!! Tolong aku!! Siapapun...” tetapi
usahanya sia-sia. Siapa yang akan menolongnya dengan suara pelan seperti itu?
Affandi pun diam sejenak mengumpulkan tenaganya. Ia masih sangat lemah saat ini.
Kemudian ia mulai berteriak lagi dengan nada suara lebih tinggi daripada yang tadi,
“Siapapun!! Tolong aku!!! Kumohon!!”
Tidak lama setelah Affandi selesai menyelesaikan perkataannya, ada suster yang
masuk ke dalam ruangannya. Suster itu kebetulan lewat, dan mendengar ada suara
teriakan dari dalam ruangan Affandi.
“Pak, saya mohon tenanglah” ucap suster itu menenangkan Affandi. Tetapi sepertinya
ucapan sang suster tidak berdampak apapun untuk Affandi.
“Ahhh!! Tolong aku!!” Teriak Affandi lagi.
Suster itu pun langsung mengelus tangan Affandi untuk menenangkannya lagi,
kemudian dia berkata “pak, tidak perlu berteriak seperti ini. Kondisi bapak sangat
lemah, bapak butuh banyak istirahat” Suster itu pun bergerak mengambil segelas air
putih dari atas nakas yang berada di samping Affandi, ia ingin memberikan air itu
kepada Affandi. Tetapi hal itu ditolak mentah-mentah oleh Affandi
“Pak, minumlah dulu air putih ini agar kamu sedikit lebih tenang.”
“Tidak!” bantah Affandi dengan cepat dan suara yang tegas. “Siapa kamu?!” Affandi
pun segera bertanya tanya karena ia tidak mengerti atas situasi saat ini.
“Tenang saja pak, saya bukan orang jahat. Saya adalah suster dirumah sakit ini.
Bapak sekarang sedang berada dirumah sakit. Bapak mengalami kecelakaan,
sehingga perlu mendapatkan perawatan intensif untuk beberapa saat ini” Suster itu
menjelaskan dengan sabar kepada Affandi. Untuk menjelaskan hal seperti ini
bukanlah hal besar dan sulit bagi suster ini, dikarenakan dia sudah sangat sering
menerima pasien seperti ini.
“hah.. j-jadi, saya dirumah sakit? K-kecelakan?? Apa maksudmu??” Affandi hanya
bisa bertanya dengan segala kebingungan yang berasal dari dalam kepalanya.
“Sudahlah pak, tidak perlu memikirkan banyak hal pada saat ini.” Ucap suster itu
menanggapi pertanyaan Affandi barusan.
“Jawab aku!!! Mengapa semuanya disekitar ku saat ini hanya berwarna hitam dan
putih?!! Apa maksudnya dari semua ini?? Tolong jawab aku!!!” Affandi kembali
marah dan berteriak. Dia tidak dapat menerima kondisi yang sedang dialaminya pada
saat ini. Benar-benar tidak masuk dia akalnya.
Dikarenakan oleh kondisi Affandi yang seperti itu, pihak rumah sakit segera
menelpon orang terdekatnya, siapa sangka kontak pertama yang muncul di hp Affandi
adalah athi.
Dring!!!! Dring!!! Dring!!!!!
Athi yang tertidurpun segera bangun karena mendengar suara deringan handphone.
“halo Affandi?” ucap Athi dengan suara lemah yang baru bangun
“benar ini dengan keluarga Affandi?” ucap pihak rumah sakit
Setelah mendengar hal tersebut athi langsung segera sadarkan diri dan menjawab “iya
ini saya kekasih Affandi, ada apa ya?”
“mohon maaf ya bu, menggangu waktunya sebentar, Affandi sedang berada di rumah
sakit dikarenakan kecelakaan mobil bu, mohon ibu untuk segera datang menenangkan
Tuan Affandi, dikarenakan kondisi yang tidak diterima oleh tuan Affandi.”
Mendengar hal tersebut secara tidak sadar Athi langsung meneteskan air matanya
keluar.
“.....baik saya akan datang, mohon beritahu dimana lokasinya.”
Mendengar suara tangisan athena yang sedang memasakpun segera datang ke kamar
untuk melihat, ternyata tidak diduga athi nangis tersedu sedu. Rena bertanya ada apa,
Athi pun menjelaskan semuanya sambil bergegas ke rumah sakit bersama Rena.
Setibanya di rumah sakit....
“maaf suster, saya kekasih Affandi, Affandinya dimana ya sus?” tanya Athi yang
penuh akan kekhawatiran.
Suster dirumah sakit tersebut pun langsung membawa Athi untuk menuju ke tempat
Affandi berada. Athi merasa sedih melihat Affandi yang sedang terpuruk dan putus
asa, suster dan dokter memberitahu kepada athi tentang kondisi yang dialami Affandi,
athi pun terkejut akan hal tersebut, namun athi tetap berusaha untuk semangat
dihadapan Affandi dan menyemangati Affandi.
“Affandi, aku tahu ini berat, aku akan terus menemani mu”
Affandi yang terhanyut dalam pikiran hampa tidak mendengar apapun yang dikatakan
oleh Athi.
Namun hal tersebut tidak membuat Athi menyerah. Hari demi hari Athi terus
mengajak Affandi berbicara dan bercerita sampai pada saat Affandi diperbolehkan
pulang oleh pihak rumah sakit.
Setelah dua bulan kemudian Athi merasa kesal dengan Affandi yang terus menerus
terpuruk dalam keadaannya yang seperti itu.
“Affandi, warna itu anugrah Tuhan, walaupun kamu tidak bisa melihat warna yang
seperti biasa kamu lihat, percaya lah dalam setiap hal yang kamu lakukan adalah seni,
seni tidak hanya tentang indahnya warna, namun seni berasal dari hati. Aku tahu
kamu kesulitan untuk melihat warna sekarang sebab dunia yang kamu lihat sekarang
adalah dunia yang hanya ada hitam dan putih, tetapi jangan biarkan hal tersebut
menghalangi lukisan yang biasa kamu lukiskan, kamy ingatkan ? lukisan yang besar
yang pernah kamu tunjukkan pada ku? Aku kagum tentang betapa indahnya lukisan
tersebut namun sayang bukan jika lukisan tersebut tidak di lanjutkan? Seni itu berasal
dari hati, aku yakin di hati terdalam mu masih ada keingin untuk melukis, warna tidak
menjadi halangan bagi mu untuk terus berkarya.” Ucap athi yang sedang menasehati
Affandi.
Affandi pun tersadar dan berpikir bahwa apa yang dikatakan athi itu adalah benar,
setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menikmati seni, aku hanya perlu
menemukan cara yang baru untuk berkarya seni.
setelah beberapa waktu, Affandi menerima keadaan nya yang sekarang, dia mencoba
untuk melukis kembali, imajinasi yang dipikirkannya tiada batas, dia langsung
mengambil kuas dan kanvas berserta warna warna yang dilihatnya, meskipun hanya
hitam dan putih dia tidak peduli dan tetap akan melukis.
Athi yang sedang memasak, memanggil Affandi untuk makan, akan tetapi Affandi
tidak mendengar akan panggilan tersebut. Athi merasa khawatir dan cemas sehingga
dia segera datang melihat keadaan Affandi.
.......
“Affandi? Kamu....” suara tangisan Athi sembari melihat kearah Affandi.
Lukisan yang dibuat Affandi sangat indah begitu athi melihatnya, athi seperti
terjerumus kedalam lukisan itu, warna yang digunakan pun sangat unik, athi tidak
pernah melihat lukisan yang seperti itu, dengan warna yang berbeda beda.
“athi, indah bukan?” Affandi bertanya sambil tersenyum puas akan hasil dari
imajinasinya
Athi segera memeluk Affandi dan berkata “Kamu hebat, aku bangga padamu.”
Selang beberapa bulan, Affandi telah berhasil menyelesaikan karya kanvasnya yang
berukuran 200cm x 200cm, karya tersebut pun tersebar luas didunia, bahkan banyak
pelukis pelukis terkenal yang mengakui bahwa ini adalah sebuah mahakarya yang
indah.
Sebentar... tidak lupa dong bahwa apa yang menyebabkan Affandi kecelakaan???
Tidak disangka ternyata Rena adalah seorang intel yang handal, dia mencari
penyebab yang menyebabkan Affandi mengalami kecelakaan, siapa yang akan
mengira bahwa itu adalah ulah tuan Lobert. Tuan lobert ditangkap oleh polisi, Rena
menyerahkan bukti bukti tentang bagaimana dia ditangkap, dan yang lebih
mengerikan... dibalik kesuksesan tuan Lobert ternyata dia menggunakan karya karya
orang dan imajinasi orang untuk mencapai kesuksesan, hal tersebut ketahuan dan
ditemukan oleh Rena. Rena segera menemui polisi untuk menangkap kejahatan yang
dilakukan Tuan Lobert.
Mendengar akan hal itu, Affandi merasa kecewa bahwa ternyata idolanya adalah
seseorang yang mencelakakannya sendiri. Affandi merasa kesal namun dia tidak akan
balas dendam karena Seni bukanlah hal yang digunakan untuk perbuatan yang keji
namun, seni digunakan untuk kedamaian hati.

Anda mungkin juga menyukai