Beni. Fendi termasuk anak yang aktif. Sedangkan Beni agak pemalu dan selalu ikut kemanapun
Fandi pergi. Fandi sering mengusili Beni dan menyuruh Beni membawakan barang-barangnya.
Suatu hari di jam istirahat, Rama dan Raya bermain di lapangan. Tiba-tiba, mereka
Elis : “Uang saku Fandi hilang. Tuh, lihat ! sekarang Fandi sedang menanyai anak-anak
Raya : “Sabar Fan, jangan marah-marah dulu. Belum tentu uangmu hilang di sekolah.
Fandi : “Tidak mungkin! Aku setiap hari diberi uang saku! Memangnya aku seperti Beni,
Anak-anak di kelas itu terkejut mendengar ejekan Fandi. Mereka melihat kea rah Beni
Rama : “tapi tidak baik, Fan, menuduh sembarang begitu. Lebih baik kita laporkan pada Bu
Guru
Fandi : “Ah, tidak usah! Uang segitu saja diributkan sampai ke guru. Aku Cuma tidak suka
Keesokan harinya, terjadi lagi keributan di kelas. Saat itu sedang pelajaran kesenian. Ada
anak yang melumuri kursi Fandi dengan cat kuning. Akibatnya, celana pendek Fandi belepotan
cat kuning. Seisi kelas tertawa melihat Fandi. Si kembar ikut-ikutan tertawa walau merasa iba
juga.
Rama : Rasanya tak mungkin Fandi dua kali berturut-turut tertimpa sial. Kemarin uangnya
Elis : “Huh, biar saja! Anak itu terlalu sombong. Aku tidak tega melihat cara dia
memperlakukan Beni!’
Ketiga anak itu lalu asyik menyedot es sirop sambil menunggu mobil jemputan. Di
kejauhan, tampak Fandi sedang marah-marah. Beni berjalan di belakngnya, sampai kerepotan
membawa tas dan botol minum Fandi. Elis melotot kesal melihat pemandangan itu
Raya : “Boleh-boleh saja kita kasihan. Tapi percaya deh, Beni tidak selugu itu, kok!
Keesokan harinya, Fandi kembali terlihat kesal. PR matematikanya mendapat nilai jelek.
Padahal ia yakin sudah mengerjakan semua soal dengan benar. Sepulang sekolah, Fandi dating
ke ruang guru untuk protes pada Bu Yaya, guru matematika. Seperti bisaa Beni menemaninya.
Fandi : “saya yakin bu, tidak menulis jawaban yang seperti ini!”
Raya : “Bu Yaya, saya ingin usul. Bagaimana kalau Fandi meneliti lagi baik-baik, tulisan
Dengan segan, Fandi meneliti lagi tulisan tangan di buku PR-nya. Dahinya tiba-tiba
Wajah Beni pucat pasi ketika mengeluarkan buku PR-nya. Fandi dan Bu Yaya terbelalak
Raya : “Mudah saja menemukan orang yang berbuat iseng padamu, Fan. Siapa orang
Rama : “Lalu, siapa orang yang duduk setia di sisimu, dan punya kesempatan untuk
Elis : “Dan siapa pula orang yang selalu kamu suruh-suruh membawakan tas sekolah dan
Beni terisak-isak”Sudahlah. Ayo, Beni minta maaf pada Fandi” suruh Bu Yaya. Beni
mngulurkan tangan.
Bu Yaya: “Fandi, Ibu sering ,elihat kamu bersikap semena-mena pada Beni. Lama-lama ia
jadi kesal padamu, dan menjadi musuh didalam selimut. Untuk itu kamu juga minta
maaf, Fan. Sahabat itu untuk disayang, bukan untuk dihina dan disuruh-suruh
Wajah Fandi bersemu merah. Tak lama kemudian ia menerima jabat tangan Beni.
Fandi : “Maafkan aku Ben. Aku sebenarnya sayang padamu”
Fandi dan Beni lalu mengajak si kembar dan elis bersalaman juga