Anda di halaman 1dari 3

EGOIS

Di suatu pagi dengan wajah tersenyum seorang pemudah berumur 17 tahun menyatakan perasaannya
Van : Hei.. Bilang padaku bahwa kau mencintaiku
Fenny : TIDAK. [Aku langsung menolaknya]

Van Nur Arsyad. Rambut sedikit diwarnai, menggunakan tindik di kuping kiri, pemalas dan masuk
kedalam blacklist para guru.
Dia adalah pria tipikal dirimu.

Aku tidak pernah mengira dia akan mengatakan hal semacam itu padaku kemarin.
“FEN-” terdengar seseorang memanggilku
Fenny : Apa ?
Ira : Umm.. kau tidak apa?
Yura : Tidak… Itu…. [melihat kearah bangku dengan vase bunga kecil diatasnya]
Fenny melamun cukup lama dan pandangannya tertuju pada meja tersebut, itulah kenapa mereka
berdua memanggil Fenny, mereka sedikit khawatir kalau Fenny sedang tidak baik-baik saja.
Fenny : Maaf membuat kalian khawatir. Guru baru saja memanggilku, aku pergi dulu!

Fenny keluar kelas dan malah bertemu dengan Van.


Fenny : !
Van : Hey.
Mereka berdua pergi keatap, entah hal apa yang ingin mereka bicarakan.
Fenny : Apa yang kau mau?
Sambil tersenyum malu-malu Van menjawab pertanyaan Fenny.
Van : Aku berpikir untuk menembakmu lagi.
Fenny : Aku tidak akan mengatakan IYA seberapa banyak kau mencoba.
Van : Ehhh~

Fenny : Daripada itu.. Rambut diwarnai, tindik telinga, dan sifat malasmu itu. Bukankah sudah
kubilang untuk memperbaiki sikapmu itu ?
Van : Oh~ Seperti yang diharapkan dari komite disiplin!. Masih ada yang ingin kau katakan?
Fenny : Dengarkan aku dengan serius.
Van : Yah, kau tau… Aku senang. Kau benar-benar memperhatikanku, bukankah begitu, Mays
Fenny Ainuna?. Sampai saat ini, aku tidak punya seseorang seperti dirimu sebelumnya. Kupikir
itulah kenapa aku menyukaimu.

[Van yang tersenyum sangat tulus membuat Fenny sedikit menurunkan nada bicaranya]
Fenny : Maaf…Aku tidak bisa membalasnya. Tidak peduli berapa kalipun kau mengatakannya
padaku, perasaanku tidak akan berubah. Tapi,
Van : … Aku mengerti.
[Fenny beranjak pergi meninggalkan atap karna dia ingat ada tugas yang harus ia selesaikan.]
Van : Aku tidak akan menyerah. Sampai kau bilang padaku bahwa kau mencintaiku. Aku tidak
akan berhenti menembakmu.
Sejak hari itu, Hari-hari dimana Van terus mengejarku dimulai.

Dihari berikutnya saat aku sedang melihat-lihat bangku dengan vase bunga diatasnya tiba-tiba van
datang, saat akan berangkat sekolah, bahkan ketika pulang sekolah, Hari- hariku dipenuhi olehnya.
Sampai suatu ketika ketika aku sedang menaruh bunga didekat trotoar jalan arah menuju pulang,
tiba-tiba Van datang.

Van : Kau masih tidak bisa melupakannya?


Fenny : Tentu saja.
Van : Hey, kau harusnya lupakan saja orang itu. Carilah cinta yang baru, dan teruslah maju…
[Mendengar hal itu tiba-tiba Fenny seakan menjadi orang yang sangat berbeda, tiba-tiba amarahnya
meledak]
Fenny : Jangan main-main denganku! Tidak mungkin aku dapat melupakannya begitu saja!
[Fenny meninggalkan van, dan pulang begitu saja tanpa sepatah katapun]

Keesokan paginya, Van tidak datang menjemput Fenny seperti biasa. Sebelumnya Van selalu datang
dan menunggu didepan rumah Fenny untuk berangkat kesekolah bersama, diperjalanan Van selalu
berusaha dan terus menyatakan cintanya, namun dipagi hari ini Van tidak ada didepan rumah.

….…….
Fenny : Apakah ini. Karena hal kemarin… Tidak mungkin…

Fenny mencari Van dikelas, Uks, di atap, tidak ada Van disana. Fenny kembali ke trotoar kemarin
mencari Van.

[sambil berlari Fenny merasa]


Fenny : Kenapa… Setelah mengejar seseorang sebegitunya, kenapa dia tiba-tiba menghilang?!
Jangan seenaknya menghilang!
Dan benar saja Fenny melihat Van sedang berdiri disana.

[Dengan senyum yang tulus]


Van : Hey, Apakah akhirnya kau akan mengatakannya?
[Tanpa Fenny sadari air mata mulai mengalir begitu saja]
Fenny : TIDAK, Karena… Jika aku mengatakannya, kau akan pergi ke kehidupan selanjutnya,kan?
Van hanya tersenyum dengan mata sedikit berkaca-kaca

Fenny mengingat kenangan bersama Van, lalu dia teringat


“Mereka bilang dia ditabrak oleh mobil saat sedang menunggu dilampu lalu lintas… Dan mati
seketika”
“Dia masih sangat muda… Kasihan sekali”

Lalu dihari itu, DIA KEMBALI


“Fenny.”
Van : Kurasa penyesalanku adalah karena aku tidak bisa menembakmu sebelum aku mati. Jika
aku bisa membuatmu mengatakan kau suka padaku, aku bisa pergi kesana. Karena itulah, tolong.
Katakan kau suka padaku.
Fenny : ….. Tapi aku masih ingin berada disampingmu.
~Tidak. Dan begitulah, aku langsung menolaknya~
Fenny : Itu tidak adil, Memanggilku seperti ini dan mati sebelum kau menembakku…
Van : …. Maaf.
Fenny : Apakah kau pikir aku akan mengatakannya hanya karena kau ingin pergi kekehidupan
selanjutnya…? Semua itu begitu mudah untukmu…!
Van : … Maaf.
Fenny : Jika kau ingin meminta maaf!! jika kau ingin meminta maaf… Tetaplah disisiku mulai saat
ini… Jangan pergi kemanapun…!!
Van : … Aku tidak bisa. Hari ini adalah hari ke 49 setelah kematianku. Jika aku tidak pergi
kekehidupan selanjutnya setelah 49 hari, maka jiwaku… akan terus berada disini selamanya.
Fenny : Tunggu… soal itu… meskipun kau mengatakan itu… Bukan itu. Bukan itu. Aku tahu apa
yang sebenarnya terjadi. Aku tahu semua itu, tapi… Aku tidak ingin mengatakannya. Meskipun aku
tahu kau tersiksa karena ingin pergi kekehidupan selanjutnya…. Tapi aku dan keegoisanku tetap
menahanmu untuk pergi. Maafkan aku, yang tidak adil… adalah aku. Aku benar-benar minta maaf!
Van : Fen, kujungilah aku saat ulang tahunku! Selama kau tidak melupakanku, kau harus
mengunjungiku tiap tahun. … Jadi tolong, bisakah kau mengatakan kau mencintaiku?
Fenny : … Aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu! Dan mulai saat ini, aku akan… Tetap
mencintaimu…!
Van : Terimakasih, Fenny
Van memeluk Fenny dan Van mulai hilang perlahan-lahan

20 tahun kemudian
Ibu Van ~“Oh, Kau datang lagi tahun ini”
Fenny~ “Aku menantikan ini setiap tahun.
Karena saat ulang tahunnya… Aku harus menemuinya”

Fenny selalu datang kerumah Van setiap hari ulang tahunnya untuk ikut mendoaakan Van bersama
keluarga Van,

End

Anda mungkin juga menyukai