Anda di halaman 1dari 8

SISTEM ALJABAR BOLEAN,

PRINSIP DUALITAS DAN


ATURAN LEBIH KECIL DARI

MATEMATIKA DISKRIT

Disusun oleh:

TENGKU FAJAR
RAHMADANI ADHA
SYAHPUTRA
2304141

PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER 1B

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS


PENDIDIKAN INDONESIA

2023
KATA
PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Matematika Diskrit. Dalam makalah
ini, penulis akan membahas tentang teori himpunan pada matematika diskrit.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini di masa
yang akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
bagi mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah Matematika Diskrit.
Definisi dan Aksioma Aljabar Boolean
1 Definisi
Definisi 1 :

Aljabar Boolean adalah seistem aljabar yang berisi set S dengan dua operasi penjumlahan (#)
dan perkalian (,) yang didefinisikan pada set itu sehingga memenuhi ketentuan berikut:
1. Aturan A1 sampai A5, M1 sampai M3, M5, D1, dan D2
2. Setisp elemen adalah ‘idempoten’ yaiut if a ∈ S, maka a,a = a

Definisi 2

Aljabar Boolean adalah system aljabar yang berisis set S dengan dua operasi + dan . yang
didefinisikan pada set, sehingga setiap elemen a, b, c dari S mempunyai sifat – sifat atau
aksioma-aksioma berikut:

A1 a+b∈S <closure>
M1 a.b ∈ S <cosure>
A2 a + (b + c) = (a + c) + c <asosiatif>
M2 a.(b.c) = (a.b).c <asosiatif>
A3 Jika 0 ∈ S maka untuk setiap a ∈ S, adalah a+0 = 0 + <identitas>
a=a
M3 Jika 1 ∈ S maka untuk setap a ∈ S, adalah a.1 = 1.a = <identitas>
a
A5 a + b = b + a <komutatif>
M5 a.b = b.a <komutatif>
D1 a.(b + c) = a.b + a.c <distributif>
D2 (a + b).c = a.c + a.b <distributif>
D3 a + (b.c) = (a + b).(a + c) <distributif>
D4 (a.b) + c = (a + c).(b + c) <distributif>
C1 Untuk setiap a ∈ S, dan a’ ∈ S, maka a + a’ = 1 dan <komplemen>
a.a’ = 0

2 Prinsip Dualitas

Teorema 1

Untuk setiap elemen a, berlaku :


a + a = a dan aa = a

Teorema 2

Untuk setiap elemen a, berlaku :


a + 1 = 1 dan a.0 = 0

Teorema 3

Untuk setiap elemen a dan b, berlaku :

Teorema 4
Untuk setiap elemen a dan b, berlaku :
(a.b)’ = a’ + b’ dan (a + b)’ = a’b’
(disebut dengan hkum de morgan)

Teorema 5
0’ = 1 dan 1’ = 0
Teorema 6

Jika suatu aljabar boolean berisi palin setikit dua elemen yang berbeda, maka 0 ≠ 1

Pembuktian rumus dualitas dilakukan berdasar aksioma dan sifat dari aljabar Boolean,
yaitu:
1a. Pernyataan : a + a = a

Bukti
a + a = (a + a) (1) identitas
= (a + a) (a + a’) komplemen
= a + (a.a’) distributif
=a+0 komplemen
=a identitas

1b. Pernyataan : a.a = a

Bukti
a.a = a.a + 0 identitas (dual dari 1.a)
= a.a + a.a’ komplemen
= a (a.a’) distributif
= a.1 komplemen
=a identitas

2a. Pernyataan a + 1 = a

Bukti
a + 1 = a + (a + a’) komplemen
= (a+a) + a’ asosiatif
= a + a’ teorema 1.a
=1 komplemen

2b. Pernyataan : a.0 = a

Bukti
a.0 = a.(a.a’) komplemen (dual dari 2.a)
= (a.a).a’ asosiatif
= a.a’ idempoten
=0 komplemen

3a. Pernyataan : a + ab = a

Bukti
a + ab = a.1 + a.b identitas
= a(1 + b) distributif
=a+1 teorema 2a)
=a identitas

3.b Pernyataan : a.(a + b) = a

Bukti
a.(a + b) = a.a + a.b distributif
= a + ab idempoten
= a.1 + ab identitas
= a(1+b) distributif
= a.1 teorema 2a)
=a identitas

4.a Pernyataan : (a.b)’ = a

Bukti
(a.b)’ = a’ + b’

diketahui : (ab)(ab)’ =0
diperlihatkan : (ab)(a’ + b’) =0

Bukti
(ab)(a’ + b’) = aba’ + abb’ distributif
= 0.b + a.0 komplemen
=0+0 teorema 2b)
=0 identitas

4.b Pernyataan : (a.b)’ = a

Bukti
(a + b)’ = a’b’

diketahui : (ab) + (ab)’ = 1


diperlihatkan : ab + a’ + b’ = 1

Bukti
ab + (a’ + b’) = (a + a’ + b’) (b + a’ + b’) distributif
= (1 + b’)(1 + a’) komplemen
= 1.1 teorema 2a)
=1 identitas

3 Aturan <= (Lebih Kecil Daripada)

Definisi 3
x dan y adalah elemen-elemen dari aljabar boolean. Dinyatakan bahwa :
x lebih kecil daripada y (x <= y) jika dan hanya jika x + y = y

Teorema 7
<= adalah suatu bagian dari urutan
Bukti
Dari teorema 1 : x + x = x, sehingga x <= x
Jika x <= y, maka x + y = y ;
Jika y <= x, maka x = y = y + x =x
Sehingga jika x <= y dan y <= x, maka x = y

Dapat disimpulkan :
x <= y dan y <= z, maka x + y = y dan y + z = z
x + z = x + (y + z) = (x + y) + z = y +z = z,
Sehingga x <= z

Teorema 2.8
Jika x, y, dan x adalah elemen-elemen dari aljabar boolean, maka <= mempunyai sifat – sifat
berikut ini :

(I) Jika x <= y dan x <= z, maka x <= yz


(II) Jika x <= y, maka x <= y + z untuk elemen z
(III) Jika x <= y, maka xz <= y untuk elemen z
(IV) x <= jika dan hanya jika y’ <= x’

Bukti
(I) x + y = y dn x + z = z, sehingga x + yz = (x + y)(x + z) =yz
(II) Jika x + y = y, maka x + (y + z) = (x + y) + z = y + z
(III) Dengan hukum penyerapan, xz + x = atau xz <= x
(IV) x <= y, maka x + y = y dan y’ = (x + y)’
Sehingga y’ + x’ = (x+y)’ + x’ = ((x+y)x)’ dengan hukum penyerapan
Konversi (x’)’ = x
Prinsip Dualitas

Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan namun

tetap memberikan jawaban yang benar.

Contoh 24 :

AS → kemudi mobil di kiri depan

Indonesia → kemudi mobil di kanan depan

Peraturan:

(a) di Amerika Serikat,

• mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,

• pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,

• bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung

(b) di Indonesia,

• mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,

• pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,

• bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Prinsip dualitas pada kasus diatas adalah:

Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga peraturan

yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris.

(Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang

melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti ∪, ∩, dan komplemen. Jika S* merupakan

kesamaan yang berupa dual dari S maka dengan mengganti ∪ → ∩, ∩ → ∪, ∅ → U, U → ∅,

sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka operasi-operasi tersebut pada

kesamaan S* juga benar.


Tabel 1.c Dualitas dari Hukum Aljabar Himpunan

1. Hukum identitas:A ∪ ∅ = A Dualnya:A ∩ U = A

2. Hukum null/dominasi:A ∩ ∅ = ∅ Dualnya:A ∪ U = U

3. Hukum komplemen :A ∪ A = U Dualnya:A ∩ A= ∅

4. Hukum idempoten :A ∪ A = A Dualnya:A ∩ A = A

5. Hukum penyerapan :A ∪ (A ∩ B) = A Dualnya:A ∩ (A ∪ B) = A

6. Hukum komutatif :A ∪ B = B ∪ A Dualnya:A ∩ B = B ∩ A

7. Hukum asosiatif :A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C Dualnya:A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C

8. Hukum distributif :A ∪ (B ∩ C)=(A ∪ B) ∩ Dualnya:A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)


(A ∪ C)

9. Hukum De Morgan:BA∪ = A ∩ B Dualnya:BA∩ = A ∪ B

10. Hukum 0/1∅= U Dualnya:U = ∅

Anda mungkin juga menyukai