Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH PAJAK TERHADAP

DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL

Studi mengenai kemiskinan dan distribusi pendapatan di Indonesia bukanlah merupakan


topik baru. Karena masalah tersebut sejak tahun 1970-an telah menjadi salah satu pusat
perhatian pemerintah maupun pakar bidang ekonomi dan sosial lainnya. Hal ini menjadi
sangat penting semenjak tahun 1997 yaitu saat Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Negara Indonesia sejak era 1960-an hingga 1990-an mengalami pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkesinambungan, namun mulai bergejolak tahun 1997 karena krisis
ekonomi. Dalam periode 1997 hingga saat ini mulai menampakkan perekonomian yang
membaik. Namun berdasarkan pengalaman negara-negara lain bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak selalu diikuti dengan distribusi pendapatan, telah disadari oleh negara
Indonesia maka pengambil kebijakan negeri ini telah lama mengatur strategi
pembangunan yang tidak melulu mengejar pertumbuhan ekonomi. Apalagi dewasa ini
era reformasi yang lebih mengedepankan ekonomi kerakyatan yang tidak lain demi
semakin membaiknya distribusi pendapatan atau pemerataan yang ada di Indonesia.

Distribusi pendapatan yang tidak merata memang bisa berakibat tidak hanya di bidang
ekonomi namun dapat memicu kesenjangan sosial dan politik. Sehingga upaya-upaya
untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan merupakan usaha dalam
membantu memperkuat stabilitas politik. Indikator yang sering digunakan untuk
mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan adalah koefisien gini dan kriteria Bank
Dunia (BPS,1994). Koefsien gini berkisar antara nol sampai dengan satu. Semakin tinggi
koefisien gini maka semakin timpang distribusi pendapatan suatu negara. Sebaliknya,
semakin rendah nilai koefisien gini berarti semakin merata distribusi pendapatannya.

Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang
diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah. Kesenjangan distribusi
pendapatan dikategorikan : (a) tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah
menerima kurang dari 12% bagian pendapatan ; (b) sedang, bila 40% penduduk
berpenghasilan terendah menerima 12% -17% bagian pendapatan; (c) rendah, bila 40%
penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17% bagian pendapatan.

Pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter merubah keadaan masyarakat sesuai
yang dinginkan. Berkaitan dengan itu terjadi pengalihan transfer sumberdaya dari
masyarakat yang berpendapatan tinggi kepada masyarakat yang berpendapatan rendah.
Pemerintah melalui manuver kebijakan fiskal, redistribusi pendapatan diimplementasikan
secara langsung melalui skema pembayaran pajak kepada pemerintah.

Efek redistribusi dicari untuk melihat bagaimana perubahan terhadap distribusi


pendapatan yang ditimbulkan akibat dari pajak yang telah dibayarkan oleh masyarakat
apakah distribusi pendapatan semakin merata atau justru distribusi pendapatan menjadi
semakin tidak merata karena pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat untuk pajak.
Berdasarkan hasil analisis, efek redistribusi yang dihitung menghasilkan nilai bertanda
positif sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi perbaikan distribusi pendapatan yang
ditimbulkan karena adanya pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Sehingga hipotesis
penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya bahwa terdapat perbedaan yang positip
terhadap distribusi pendapatan sebelum dan sesudah pembayaran pajak. Berdasarkan
analisis dengan kriteria yang digunakan oleh Bank Dunia dalam menentukan
kesenjangan distribusi pendapatan ditimbulkan bahwa distribusi pendapatan masyarakat
untuk 40% rumah tangga berpenghasilan terendah sebelum membayar pajak apabila
dibandingkan dengan distribusi pendapatan masyarakat untuk 40% rumah tangga
berpenghasilan terendah setelah membayar pajak terdapat kenaikan. Pada sisi lain
distribusi pendapatan masyarakat untuk 20% rumah tangga berpenghasilan teratas
sebelum membayar pajak apabila dibandingkan dengan distribusi pendapatan
masyarakat untuk 20% rumah tangga berpenghasilan teratas setelah membayar pajak
terdapat penurunan.

Implikasi ekonomi terhadap basil kesimpulan penelitian ini yang melihat bahwa terdapat
perbaikan distribusi pendapatan rumah tangga yang dipengaruhi oleh pajak yang mereka
bayarkan adalah bahwa perlu disadari baik itu oleh pemerintah maupun masyarakat
bahwa bagi sementara masyarakat sering melihat bahwa pajak terkadang selalu
memberatkan. Namun pada kenyataannya bahwa pajak yang mereka bayarkan telah
mampu membantu memperbaiki distribusi pendapatan. Bagi pemerintah tentunya
berupaya untuk lebih meningkatkan tingkat cakupan pajak baik itu dengan intensifikasi
dan ekstensifikasi pajak. Seperti yang diungkapkan oleh Suparmoko (2000: 238) bahwa
pajak hendaknya digunakan untuk mengurangi ketidakmerataan penghasilan. Ini tidak
berarti bahwa tujuan suatu perekonomian adalah memberikan penghasilan yang merata
atau yang sama besarnya bagi setiap angggota masyarakat.

Apa Itu Redistribusi Pendapatan?


Kompas.com - 07/04/2021, 14:12 WIB
KOMPAS.com - Dalam suatu negara baik maju maupun berkembang, kondisi ekonomi
masyarakat tidak akan selalu sama rata. Ada kelompok masyarakat berpendapatan
tinggi, kelompok masyarakat berpendapatan rata-rata, dan kelompok masyarakat
berpendapatan rendah. Jika kesejahteraan masyarakat dilihat dari tingkat
pendapatannya, berarti ada masyarakat yang sejahtera dan ada yang kurang sejahtera.
Pendistribusian kembali pendapatan masyarakat kelompok kaya kepada kelompok
masyarakat miskin, baik berasal dari pajak atau pungutan-pungutan lainnya disebut
redistribusi. Hal ini dilakukan pemerintah untuk meminimalkan terjadinya kesenjangan
sosial dan menyetarakan kesejahteraan rakyat dengan cepat serta efektif.
Dilansir dari BCcampus Open Publishing, pengertian lain redistribusi adalah distribusi
kembali pendapatan masyarakat berpenghasilan lebih tinggi ke masyarakat
berpenghasilan lebih rendah. Jenis redistribusi menurut aliran dananya dibedakan
menjadi dua yaitu:

Redistribusi vertikal, distribusi kembali dana dari masyarakat kaya ke masyarakat


miskin.
Redistribusi horizontal, distribusi kembali uang dari satu kelompok ke kelompok
lainnya.

Contoh Redistribusi
Berikut beberapa contoh redistribusi pendapatan nasional, yaitu:

Pajak
Pajak adalah contoh redistribusi yang dilakukan oleh seluruh pemerintah di dunia. Pajak
memiliki regulasi di mana masyarakat dengan penghasilan tinggi akan membayar pajak
lebih besar dan hasil pajak akan dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Pajak
berfungsi mendanai pengeluaran negara dan pembangunan fasilitas pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, pelayanan sosial, serta program bantuan pemerintah lainnya.
Dengan adanya pajak, masyarakat kelas bawah bisa mendapatkan pendidikan,
kesehatan, dan layanan sosial yang kemudian menaikan kualitas SDM negara di masa
depan.

Asuransi
Asuransi seperti Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) termasuk jenis
redistribusi horizontal. BPJS dibayarkan tergantung pada kemampuan masyarakat yang
kemudian dilakukan subsidi silang. Subsidi silang tersebut bertujuan agar masyarakat
kelas bawah visa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.

Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah redistribusi dari suatu perusahaan
terhadap masyarakat melalui pemerintah. Perusahaan swasta melalui program CSR
membantu menyejahterakan masyarakat, contohnya dengan cara meningkatkan
perekonomian, memberikan pendidikan, memberikan beasiswa, meningkatkan
kesehatan, memelihara lingkungan hidup, dan memberdayakan masyarakat sekitar.

Berbagi pada Sesama


Selain semua program yang dilakukan pemerintah, kita secara pribadi juga dapat
melakukan redistribusi pendapatan dengan cara berbagi.
Dimulai dari hal kecil seperti membeli barang dari pedagang kecil, memberikan bantuan
uang maupun makanan pada tetangga yang kesulitan, dan memberikan bantuan
finansial pada orang lain yang membutuhkan. Redistribusi dengan cara berbagi adalah
hal kecil yang bisa kita lakukan, namun memberikan efek sangat besar bagi mereka yang
dibantu.

Anda mungkin juga menyukai