Anda di halaman 1dari 11

Vol. 1, No. 1, pp.

12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

METODE PELAKSANAAN LAPIS TAMBAHAN


(OVERLAY)
PERKERASAN LENTUR PADA PEKERJAAN PAKET
PENGAWASAN
Rojikin1, Titin Sundari 2, Rahma Ramadhani 3
1, 2, 3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang, 61411, Indonesia
1
rrojikin19@gmail.com, 2titinsundari1273@gmail.com, 3 rahmaunhasy@gmail.com

ABSTRAK
Proyek ialah bagian dari salah satu bentuk pengembangan aktivitas kaitannya dengan
infrastruktur yang sangatlah penting bagi negara, serta tidak bisa dipisahkan dari
pertumbuhan bangsa, sesuai dengan meningkatnya jumlah imfrastruktur yang dibutuhkan
sebagai penunjang kegiatan prasarana terlebih lagi proyek infrastruktur transportasi berupa
jalan yang sangat penting bagi kegiatan transportasi masyarakat. Peningkatan atau lapis
tambahan jalan (overlay) menggunakan perkerasan lentur yang terdiri dari Lapis Asphalt
Concrete Binder Course (AC-BC), Lapis Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui metode pelaksanaan lapis tambahan (overlay). Metode
Pelaksanaan ini mengacu pada pedoman spesifikasi umum pada edisi bina marga 2018 dalam
metode pelaksanaanya sebelum dilakukan penghamparan harus mensesuaikan suhu sesuai
pada acuan speksifikasi yang menjadi sumber utama pelaksanaanya, alat yang digunakan
dalam pelaksanaan penghamparan adalah asphalt finisher, serta pemadatan yang dilakukan
pada lapis tambahan overlay yang dilakukan sebanyak tiga fase pemadatan dengan alat
Tandem Roller dan Pneumetic Tired Roller memiliki perbedaan dalam setiap passing pada
setiap fase pemadatan tujuannya adalah mendapatkan hasil kepadatan yang baik dan tidak
berongga dengan memperhatikan setiap penurunan suhu setiap fase pemadatan yang
berlangsung. Dari hasil didapat tebal Laston Lapis Antara (AC-BC) dengan acuan break
down 1,2 cm sebelum dipadatkan adalah 7,2 cm, tebal Laston Lapis Antara (AC-WC) dengan
acuan break down 1,2 cm sebelum dipadatkan adalah 5,2 cm.

Kata kunci: Overlay;AC-BC;metode pelaksanaan

1. Pendahuluan
Seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan dan pembangunan infrastruktur didalam
suatu daerah yang kaitannya untuk meningkatkan aspek dalam taraf hidup serta memajukan terhadap
perekonomian negara khususnya, sangatlah penting diperlukan penambahan prasarana perhubungan
pada daerah tertinggal khussunya, yang fungsinya begitu penting terhadap masyarakat, baik
perhubungan darat maupun laut. Sarana perhubungan bisa berupa jaringan jalan menjadi sesuatu
yang sangat penting dengan manfaatnya yang berdampak besar untuk menunjang dalam
pembangunan dan kemajuan di sektor-sektor lainnya [1].
Jalan raya ialah salah satu bagian terpenting dalam prasarana transportasi yang bisa sangat
berpengaruh dalam sektor perhubungan darat, serta memperlancar pendistribusian arus barang, orang
dan jasa lainnya dari suatu wilayah ke berbagai wilayah lainnya. Langkah-langkah tersebut untuk
meningkatkan dan berdampak pada mudahnya jalur akses bagi suatu daerah tertinggal khusunya serta
wilayah dengan melakukan pembangunan jalan baru. Pada pembangunan jalan baru pada suatu
wilayah atau daerah pastinya sangatlah berdampak penting pada kemajuan transportasi dan
pertumbuhan perekonomian yang semakin pesat dan maju, karena dalam sebuah sistem mobilisasi
yang menyangkut barang dan jasa dapat berjalan dengan sangat lancar dan efisien, serta berguna
untuk membuka wilayah atau daerah-daerah perlu penanganan khusus dan yang terisolir sekaligus
berkaitan dengan pengembangan diwilayah tersebut. Pembangunan jalan yang di lakukan pada

12
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

proyek ini terdiri dari beberapa pekerjaan, yaitu preservasi rekonstruksi, rehabilitasi jalan sepanjang
16,10 km, preservasi pemeliharaan rutin jalan sepanjang 53,37 km, penanganan drainase, trotoar, dan
bangunan pelengkap sepanjang 2,87 km, preservasi rutin jembatan total panjang 1.218,90 m dalam
pemaparan tersebut bahwa penulis melaksanakan kerja praktek pada proyek terserbut.
Mengacu pada penjelasan diatas, terdapat beberapa rumusan permasalahan yang hendak kita
bahas dalam riset ini merupakan selaku berikut :
1. Bagaimana bahan dan poses percampuranya pada AC-BC dan AC-WC pada perkerasan lentur
?
2. Bagaimana Metode pelaksanaan pekerjaan AC-BC dan AC-WC pada perkerasan lentur ?
3. Bagaimana Metode pelaksanaan pekerjaan lapis tambahan Overlay pada perkerasan lentur ?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pelaksanaan lapis tambahan (overlay) dari
pekerjaan, percampuran agregat, penghamparan, sampai pekerjaan lapis pondasi atas sesuai uraian
diatas berdasarakan atau pengamatan yang kita peroleh dilapangan.
. Penulis dan melakukan pengamatan secara langsung pekerjaan yang ada di lapangan dan juga
bisa menjadi perbandingan antara teori dengan pekerjaan sesungguhnya yang dikerjakan di lapangan,
mengingat adanya permasalahan di lapangan yang tidak selalu sama dengan teori yang diakibatkan
oleh kondisi tertentu dilapangan.

2. Bahan dan Metode


Bahan sebagai penyusun untuk bahan beton beraspal yang terdiri dari agregat agresif, agregat
halus, dan bahan pengisi serta aspal yang berfungsi sebagai bahan yang digunakan untuk pengikat,
di mana bahan yang bersangkutan tersebut pada saat sebelum penggunaannya haruslah wajib di cek
terlebih dahulu di laboratorium. Agregat yang hendak di pakai selaku material kombinasi perkerasan
jalur wajib penuhi persyaratan watak serta gradasi agregat semacam yang di tetapkan dalam novel
spesifikasi pekerjaan jalur atau juga bisa di tetapkan tubuh yang berwenang. Bagi spesifikasi
universal Rancangan Bidang Jalur serta Jembatan, Divisi VI untuk campuran beraspal panas, [2]
memberikan persyaratan-persyaratan untuk agregatnya seperti berikut :

2.1 Syarat Agregat Kasar


Syarat dari fraksi agregat kasar yang dijadikan sebagai rancangan ialah agregat yang termasuk
ke dalam tertahan ayakan No.4 (4,75 mm) yang semestinnya harus di lakukan dengan keadaan basah
serta haruslah bersih, keras, awet serta harus terbebas dari lempung ataupun bentuk bahan yang tidak
di kehendaki lainnya dan haruslah bisa memenuhi syarat ketentuan yang di berikan [2] pada Tabel 1
Syarat agregat kasar pelaksanaan dibawah ini [3]–[7]:

Tabel 1. Syarat agregat kasar pelaksanaan

Pengujian Standar Nilai

Kekekalan Bentuk agregat terhadap larutan Natrium sulfat SNI 3407:2008 Maks. 12%
Magnesium Sulfat SNI 3407:2008 Maks. 18%

Campuras AC Modifikasi 100 Putaran SNI 2417:2008 Maks. 6%


500 Putaran Maks. 30%
Semua Jenis campuran aspal dan jenis gradasi lainnya 100 Putaran Maks. 8%
500 Putaran Maks. 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95%


Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619:2012 95/90*’
Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791-10 Perbandingan 1 : 5 Maks. 5%
Material lolos ayakan no. 200 SNI ASTM CII7 2012 Maks. 10%
Maks. 4%

Sumber : Spesifikasi Umum Edisi 2018


2.2 Syarat Agregat Halus

13
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

Syarat untuk agregat halus sebagaian dari sumber atau bentuk agregat bahan manapun, haruslah
terdiri berupa pasir ataupun juga bentuk dari hasil pengayakan batu pecah yang biasannya terdiri
berupa bahan-bahan yang harus lolos pada ayakan No.4 (4,75 mm). Syarat untuk fraksi agregat
tersebut halus pada pecah mesin serta penemuan pasirnya juga tidak boleh bercampur terhadap
agregat kasar, agregat pecah yang cukup halus serta pasirnya di tumpuk dan dipisahkan dan juga
harus langsung distribusikan ke instalasi pada sebuah pencampuran aspal yang menggunakan
penampungan dingin (cold bin feeds) sebagai pendistribusiannya serta dipisahkan sehingga
menjadikan gradasi tersebut yang tergabung serta presentasi pasir di dalam sebuah percampuran
tersebut yang akibatnya dapat terkendali dengan sangat baik. Penggunaan pasir alam juga bisa
diaplikasikan dalam percampuran AC sampai dengan batas, yang tidak mungkin dapat melampaui
dari 15 % terhadap berat total sebagai percampuran [2]. Terdapat di Tabel 2 Ketentuan Agregat Halus
Pelaksanaan di bawah ini [3], [6], [8], [9]:

Tabel 2. Ketentuan Agregat Halus Pelaksanaan


Pengujian Standart Nilai

Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60%

Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45%

Gumpalan Lempung dan Butir-butir SNI 03-4141-1996 Maks 1%


Mudah Pecah dalam Agregat

Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10%

Sumber : Spesifikasi Umum Edisi 2018

2.3 Bahan Pengisi sebagai (filler) Campuran Beraspal


Yang merupakan (filter added) sebagai bahan pengisi yang bisa di tambahkan serta bisa juga
memiliki bentuk debu batu kapur magnesium ataupun dolomot yang cocok dengan AASHTO M303-
89( 2014), ataupun semen ataupun abu terbang jenis C serta F yang sumbernya tentu saja di setujui
oleh pengawas pekerjaan. Serta membuat bahan pengisi tipe semen cuma bisa di izinkan untuk
kombinasi beraspal panas dengan bahan tipe aspal keras Pen. 60- 70 sebagai pengikat, bahan yang
di tambahkan wajib kering serta leluasa dari segi gumpalan– gumpalan serta apabila dilakukan uji
dengan ketentuan pengayakan cocok SNI ASTM C136: 2012 wajib mempunyai bahan yang dapat
lolos pada ayakan Nomor. 200( 75 micron) serta tidak kurang memiliki prosentase 75% terhadap
beratnya. Bahan dari pengisian yang di tambahkan ( filler added), buat semen haruslah wajib dalam
memiliki rentang 1% hingga rentang 2% terhadap total berat agregat tersebut serta buat bahan pengisi
yang lain wajib dalam rentang 1% hingga dengan 3% terhadap berat total agregat, spesial buat SMA
tidak bisa di batasi, tidak di batasi kadarnya namun tidak boleh memakai semen [2], [10].

2.4 Metode Penelitian

14
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

Metode pelaksanaan perkerasan lentur pada paket pengawasan yang merupakan proyek lapis
tambahan atau peningkatan jalan (overlay) yang berada di Waru – Sidoarjo – Krian.
Diagram alir ini merupakan bagian dari penjabaran langkah – langkah penelitian yang dapat di
ambil dari berbagai pengamatan serta data – data yang terdapat di lapangan pada saat melakukan
kerja praktek baik itu berupa data primer dan juga data sekunder, sehingga di peroleh diagram alir
metode pelaksanaan lapis sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram alir penelitian

3. Hasil dan Pembahasan


Pada pembahasan dari metode pelaksanaan lapis tambahan didapatkan hasil yang diperoleh
dilapangan, dengan menggunakan pedoman spesifikasi Bina Marga 2018, seperti yang dijelaskan
dibawah ini :

3.1 Bahan Percampuran Agregat Untuk AC-BC dan AC-WC


Setelah semua bahan-bahan sudah siap, kemudian dilakukan kegiatan percampuran bahan sesuai
agregat, percampuran ini di lakukan dalam bentuk kesatuan unit, dan satuan pencampuran yang di
sebut sebagai Asphalt Mixing Plant (AMP). Aspal yang bisa digunakan penetrasi 60/70 dengan
temperatur 130ᵒ - 155ᵒC, proses metode pelaksanaan percampuran melalui beberpa tahap produksi
adalah sebagai berikut [2], [10], [11]:
1) Agregat yang disimpan masuk kedalam stockpile bisa langsung dimasukkan ke dalam stock bin
cocok dengan dimensi agregatnya.
2) Agregat yang terletak dalam tiap cold bin keluar dari pintu yang sebelumya sudah dilakukan
kalibrasi yang setelah itu agregat tersebut diambil terus terbawa oleh belt conveyor.
3) Setelah itu agregat tersebut di masukkan ke dalam dryer buat selajunya di keringkan serta
dipanaskan, ini di maksudkan buat melenyapkan air yang terdapat pada agregat. Agregat di panaskan
sampai temperatur 175ᵒ C. Dryer wajib sanggup mengeringkan agregat secara menyeluruh, sehingga
bisa menciptakan pengeringan agregat yang sempurna. Dryer wajib dicek apakah pengaturan bahan
bakar minyak serta hawa pada dryer telah benar, ketidak sesuaian pengaturan antara bahan bakar
serta hawa bisa menimbulkan pembakaran yang tidak sempurna, perihal ini bisa di tahu dengan
memandang asap bercorak gelap yang keluar dari cerobong.

15
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

4) Gas panas yang di hasilkan tersebut akibat terdapatnya pemanasan ini memiliki debu, yang
kemudian dikumpulkan dengan kolektor debu (dust collector) yang setelah itu di buang lewat
cerobong.
5) Agregat yang sudah di siapkan sebelumnya kemudian dikirim ke pengendali gradasi (hot
screening unit) buat di saring agregat di saring cocok dengan saringan yang telah di tentukan, setelah
itu dicampurkan dengan emngunakan filler yang di ditaruh dalam sebuah wadah yang bernama solo.
6) Setelah itu di jalani penimbangan buat seluruh material di dalam penimbangan (weight hopper)
7) Agregat serta aspal dicampurkan kedalam mesin pencampuran (pugmill)
8) Hasil pencampuran tersebut lalu keproses terakhir hotmix bersuhu 155ᵒC, di masukkan ke dalam
dump truck setelah itu ditimbang pada saat sebelum diambil ke posisi proyek tersebut. Aspal yang
dibuat ialah aspal Jenis 1. Proses tersebut sudah cocok dengan Spesifikasi Universal Divisi VI
Perkerasan Beraspal, Dep. PU Edisi 2018 Tabel 6. 3. 5 (1) kalau syarat terhadap temperatur beraspal
Jenis I pada proses pencampuran memili temperatur antara 130ᵒ- 150ᵒC.

3.2 Metode pelaksanaan AC-BC dan AC-WC


a. Penghamparan
Saat sebelum mulai sepatu (screed) perlengkapan penghamparan yang wajib dipanaskan
terlebih dahulu, kombinasi aspal wajib di hampar serta di ratakan cocok kelandaian, elevasi, dan
wujud penampang yang melintang di syaratkan apabila dalam sebuah penghamparan di laksanakan
pada waktu malam hari sehingga wajib di sajikan dalam penerangan seperlunnya. Ketebalan
hamparan di atur sedemikian rupa pada perlengkapan asphalt finisher yang cocok terhadap ketebalan
yang ditetukan apabila tebal hamparan yang disyaratkan melebihi dari satu lapis sehingga
persyaratan serta spesifikasi toleransi ketebalan wajib penuhi. Pada mesin vibrasi perlengkapan
sebuah penghampar wajib sepanjang penghamparan dijalankan serta pembuatannya. Temperatur
suhu penghamparan pada hopper wajib di cek suhunya oleh pengawas saat sebelum penghamparan±
135ᵒ- 150ᵒC supaya cocok dengan spek yang di idamkan, perlengkapan penghampar di operasikan
dengan kecepatan yang senantiasa supaya tidak menimbulkan retak pada permukaanya, koyakan
ataupun wujud ketidak rataan yang lainnya[2].
Hasil dan pembahasan harus ditulis di bagian yang sama. Presentasi tersebut harus dilakukan
secara terus menerus mulai dari hasil utama hingga hasil pendukung dan dilengkapi dengan diskusi.
Satuan ukur yang digunakan harus mengikuti sistem internasional yang berlaku. Hindari kutipan dan
diskusi ekstensif tentang literatur yang diterbitkan.
Gambar 2 dibawah ini merupakan alat pengecek suhu yang biasa disebut dengan termometer
suhu digunakan pada saat pengecekan suhu pada saat penghamparan atau pemadatan aspal sesuai
suhu yang di tentukan. Gambarnya sebagai berikut :

Gambar 2. Alat pengecek suhu


Berikut ini adalah metode pelaksanaan penghamparan AC-WC dan AC-BC [2], [12]–[14]:
1) Asphalt finisher ditempatkan terlebih dahulu pada jalan di titik awal pada pelaksanaan pekerjaan,
didahulukan penyetelan pada asphalt finisher, sehingga sanggup menghamparkan serta dapat
membentuk sebuah kombinasi aspal yang sangat cocok dengan garis, kelandaian dan penampang
melintang yang di perlukan.
2) Tempatkan dump truck diletakkan didepan perlengkapan penadah atau biasa disebut dengan
(hopper), kemudian dari asphalt finisher dituangkan aspal ke dalam hopper tersebut..

16
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

3) Sehabis hotmix terletak di dalam hopper serta siap dibuat untuk menghamparkan, lekas
dioperasikan asphalt finisher. Sehingga mesin fibrasi di nyalakan sepanjang penghamparan supaya
bisa dikombinasikan dengan aspal yang terdistribusi secara menyeluruh.
4) Para pekerja meratakan dari kombinasi aspal yang harus di keluarkan dari asphalt finisher dengan
memakai alat berupa sekop serta lacker, supaya kombinasi aspalnya dapat menyeluruh dengan baik
dan merata..

Gambar 3 dibawah ini pemerataan aspal yang telah dihamparakan dengan menggunakan alat
asphalt finisher diratakan oleh para pekerja dengan menggunakan alat secara manual. Gambarnya
sebagai berikut :

Gambar 3. Peralatan aspal


5) Ketebalan akibat hasil penghamparan kembali dicek dengan memakai perlengkapan pengukur
simpel yang cukup sederhana yang dibuat dari tulangan yang sudah di tandai, sehabis dikombinasi
lalu di ratakan.
Gambar 4 dibawah ini pengecekan aspal yang telah dihamparakan dengan menggunakan alat
sederhana oleh para pekerja dengan menggunakan alat secara manual. Gambarnya sebagai berikut :

Gambar 4. Pengecekan ketebalan aspal

b. Pemadatan
Sehabis pekerjaan penghampar berakhir setelah itu dicoba pekerjaan pemadatan, ini merupakan
pekerjaan sesi akhir dari berbagai jenis pekerjaan lapis perkerasan lentur, dalam pelaksanaan
pekerjaan ini dilakukan percobaan secara kesekian kali tujuannya memperoleh sebuah hasil yang
optimal dan memuaskan. Pemadatan di jalani dengan 3, tahapan dengan memakai perlengkapan
ialah:[2], [12], [15], [16]:
1) Tandem roller Sakai SW70
Perlengkapan yang digunakan merupakan tandem roller, dengan kecepatan 4 kilometer / jam. Pada
pekerjaan AC- WC 4 centimeter, tebal gembur 5, 2 centimeter dengan break down 1, 3 serta pada
pekerjaan AC- BC 6cm, tebal gembur 10, 4cm dengan break down 1, 3 centimeter, Pemadatan di
jalani dari tepi luar ruas penghamparan ke tepi yang lain setelah itu dibagian tengah lintasan, pada
temperature 125ᵒ- 145ᵒC. Proses ini proses ini dicoba dengan tujuan supaya permukaan jalur
memperoleh kemiringan yang sempurna serta tidak hadapi penyusutan, proses kombinasi aspal panas
supaya tidak menempel pada roda., maka tandem roller di basahi (disemprot) secukupnya dengan
menggunakan campuran solar dan detergent, agar material awal tidak menempel pada roda, proses

17
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

pemadatan awal dilapangan sebanyak 2 passing (lintasan) untuk lapis AC-WC 4 cm dan 4 passing
(lintasan) untuk lapis AC-BC dengan berat tandem roller 8 Ton.

Gambar 5. Pemadatan dengan Tandem Roller Sakai SW70

2) Pneumetic Tirred Roller Sakai TS200


Setelah pemadatan awal dengan tandem roller selesai, pada temperatur sekitar 100ᵒ - 125ᵒC alat
peneumetic roller masuk dengan kecepatan 6 kilometer / jam. Alat ini mampu di operasikan dengan
ban pompa tekanan 6,0 - 6,5 kilogramg/centimeter 2 (90-100psi) pemadatan ini bertujuan supaya
hasil dari pemadatan aspal dini tidak hadapi penyusutan (settle down) proses serta arah dari
pemadatan ini adalah 14 passing untuk lapis AC – BC 6 centimeter untuk satu lebar pada jalan, selain
itu juga penggilas harus dibasahi (disemprot) secukupnya dengan menggunakan campuran solar dan
detergent, sebagai pencegahan hotmix yang menempel pada bagian ban. Gambarnya sebagai berikut

Gambar 6. Pemadatan dengan pneumatic Tired Roller Sakai SW200

Gambar 7. Penyemprotan ban pneumatic Tired Roller Sakai SW 500

3) Pemadatan akhir Tandem Roller Sakai SW70


Pemadatan terkhir ini menggunakan alat tandem roller, menggunakan suhu pada temperatur 95ᵒC,
proses passing dilakukan sebanyak 2 kali dengan bobot tadem roller 8 ton.

18
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Tahapan 2 (Overlay)


. Dengan melakukan sebuah pemeliharaan, maka dapat menekan laju kerusakan jalan
tersebut. Sehingga pada pembangunan jalan dapat dengan maksimal serta melayani lalu lintas
dengan baik sesuai dengan fungsi umur yang direncanakan tersebut. Penyelenggara terhadap
perawatan jalan sangat berkepentingan terhadap kondisi jalan sesuai umur pelayanan dengan umur
rencananya.
Pekerjaan Tahapan dua penambahan lapis tambah atau overlay pada jalan bertujuan untuk
meningkatkan atau levelling pada perkerasan lentur sehingga kestabilan struktur jalan menjadi stabil
dan nyaman untuk masyarakat sebagai pengguna jalan itu sendiri. Berikut ini adalah tahapan
peningkatan lapisan tambahan pada perkerasan lentur (flexible pavement) dibawah ini [4], [12], [15],
[17]–[23]:

a. Pembongkaran
Wilayah pekerjaan pembongkaran berupa (perbaikan weakspot) ataupun pada tapering
(pelapisan tambah) serta dipergunakannya mesin pekerjaan yang sangat penting adannya,
yang bernama Cold Milling Machine.
1) Menentukan sebuah titik serta penentuan luasan yang akan digali lalu demarking.
2) Dengan alat Cold Milling Machine melakukan sebuah pengerukan sedalam 3 cm
3) Dump Truck ditaruh didepan Cold Milling Machine agar ketika proses berjalannya Cold
Milling Machine bisa langsung diangkut oleh Dump Truck dengan kapasitas 6 - 8 m³
4) Laju dari Dump Truck menggunakan kecepatan rata – rata 6 km/jam
5) Hasil pembongkaran mesin Cold Milling Machine dilakukan pengangkutan
menggunakan alat atau kendaraan bermotor bernama Dump Truck ke area pada
pelaksanaan yang sebelumnya sudah ditentukan terlebih dahulu.

b. Proses pembersihan terhadap wilayah pekerjaan di lapangan yang sebelumnya telah


dilakukan pembongkaran meliputi:
1) Pertama dilakukan pengeringan area pekerjaan yang telah dilakukan pembongkaran
menggunakan alat gas torch.
2) Sisa-sisa hasil dari pekerjaan cold milling yang tidak terangkut menggunakan alat air
jet compressor 4000 - 6500 liter / menit yang dilakukan oleh para pekerja dilapangan.
3) Penyemprotan tack coat pada wilayah pekerjaan yang sudah mengering dan sudah
bersih.

c. Penghamparan untuk lapis tambahan


1) Asphalt finisher ditempatkan pada sebuah jalan yang terletak disebuah titik dini
pekerjaan, yang tadinya dilakukan penyetelan pada asphalt finisher terlebih dahulu,
supaya sanggup menghamparkan serta membentuk kombinasi yang pas sehingga aspal
cocok dengan garis, dengan kelandaian dan sebuah penampang melintang yang kaitanya
sangat di perlukan.
2) Dump Truck dengan kapasitas 3- 4 m³ ditempatkan perlengkapan penadah yakni
(hopper) dari alat berat asphalt finisher kemudian dituangkan aspal tersebut ke dalam
sebuah hopper tersebut.
3) Ketebalan hamparan aspal dengan tebal gembur 7 cm
4) Sehabis hotmix terletak di dalam hopper serta siap buat di hamparkan, lekas operasikan
asphalt finisher. Mesin fibrasi di nyalakan sepanjang penghamparan supaya kombinasi
aspal terdistribusi secara menyeluruh.
5) Para pekerja di lapangan melakukan pemerataan campuran aspal tersebut yang di
keluarkan dari mesin alat berat asphalt finisher dengan memakai sekop dan lacker,
sehingga pada campuran aspal tersebut mampu merata dengan baik.
6) Pengecekan penghamparan dilakukan secara rutin dengan alat sederhana yang dibuat
oleh besi tulangan.

19
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

d. Pemadatan lapis tambahan


1) Pemadatan pertama dilakukan sedekat mungkin dan tepat setelah penghamparan
dilaksanakan dengan alat berat bernama tandem roller Sakai SW70 8 ton sebanyak 2x
lintasan.
2) Pemadatan kedua atau yang biasa di sebut intermediate dilaksanakan tepat setelah
penyelesaian dari pemadatan pertama, bergerak menggunakan alat berat bernama
Pneumetic Tirred Roller Sakai TS200 sebanyak 18x lintasan.
3) Pemadatan akhir dipergunakan alat berat bernama Tandem roller Sakai SW70 12 ton
dengan akumulasi sebanyak 2x lintasan, pemadatan ini dilaksanakan setelah seluruh
semua rangkaian pemadatan pada tahap awal dan akhir yang sudah terselesaikan.
Skema pemadatan pelapisan ulang dengan menggunakan metode bina marga spesifikasi
umum 2018. Gambar 8. menunjukan proses pemadatan yang terbagi kedalam 3 sesi pemadatan
dengan menggunakan tiga alat sesuai kebutuhan dalam pemadatan yang di lakukan pada saat
melakukan pemadatan untuk memperoleh hasil yang maskismal, inilah skema gambarnya
dibawah ini :

Gambar 8. Skema Pemadatan


e. Pengujian
Sampel yang di peroleh dari hasil pengujian uji (core drill) atau yang biasa kita sebut dengan
corring ini memiliki bentuk silinder. Sampel tersebut berfungsi untuk mengetahui secara
akurat dan tepat tentang kebenaran susunan pada struktur jalan dari suatu kontruksi jalan,
jenis pekerasan, tebal perkerasan, tebal perkerasan, komposisi, presentase susunan dan untuk
pemeriksaan dalam perubahan dari bagian struktur jalan. Sampel itu kemudian akan dibawa
ke laboratorium untuk dicek ulang secara menyeluruh, misalnya dengan menggunakan uji
marshal, data yang telah diperoleh sebelumnya misalnya stability, bulk density, flow,
marshall quotient, kemudian setelah adanya data – data tersebut, dengan hasil uji tersebut
semua akan dijadikan acuan dalam pekerjaan atau pelaksanaan perkerasan lentur untuk
desain serta dapat dibandingkan dengan bentuk desain yang sudah dibuat oleh para konsultan
perencana sebagai acuan ukuran gambar pelaksanaan dilapangan dalam pengerjaan proyek
jalan khususnya. Mesin Core drill ini juga menggunakan mata bor sebagai bagian alat uji
yang disebut dengan diamond drill bit ini yang memiliki ukuran 2”.

20
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

4. Kesimpulan dan Saran.


Dari hasil pembahasan didapatkan sebuah kesimpulan dan saran oleh penulis sebagai bahan
pertimbangan untuk mempelajari kaitanya isi dari pembahasan yang disampaikan oleh penulis
sebagai berikut :
Hasil pembahasan dari metode pelaksanaan diatas bisa diambil kesimpulan berikut ini:
Aspal menggunakan penetrasi 60/70 dengan temperatur 130ᵒ - 155ᵒC dengan hasil
a.
pencampuran terakhir hotmix bersuhu 155ᵒC, di masukkan ke dalam dump truck kemudian
ditimbang sebelum di bawa ke lokasi proyek.
b. Penghamparan Latson Lapis Antara AC-BC dan AC-WC dihamparakan pada suhu yang
sama yakni 135ᵒ - 150ᵒC menggunakan alat asphalt finisher, sementara pemadatanya
dilakukan sebanyak tiga fase pemadatan, pemadatan pertama AC-BC dan AC-WC dengan
suhu sekitar 125ᵒ - 145ᵒC dengan menggunakan Tandem roller berat 8 ton yang masing-
masing dilakukan sebanyak 4 kali passing. Pemadatan kedua dengan suhu sekitar 100ᵒ -
125ᵒC menggunakan menggunakan Pneumatic tired roller dengan berat 12 ton dengan 10
kali pasing untuk AC-BC sementara untuk AC-WC menggunakan 10 kali passing.
Pemadatan akhir menggunkan Tandem roller disuhu 95ᵒC sebanyak 2 kali passing.
c. Pelaksanaan pekerjaan tahapan 2 Overlay memiliki beberapa proses dengan yakni
pembongkaran dengan alat Cold Milling Machine dan Dump Truck sebagai pengangkut aspal
yang dikeruk berkapasitas 6 - 8 m³ dengan kecepatan rata – rata 6 km/jam, pembersihan area
Dilakukan dengan mengunakan air jet compressor 4000 - 6500 ltr/mnt. Penghamparan lapis
tambahan memiliki tebal gembur 7 cm , semenatara pemadatannya dilakukan tiga sesi
pemadatan sesi pertama menggunakan alat berat bernama tandem roller 8 ton dengan
akumulasi sebanyak 2 kali lintasan, serta dilanjutkan dengan pemadatan lapis tambahan
intermediet Pneumetic Tirred Roller sebanyak 18 kali lintasan, Pemadatan akhir
menggunakan alat berat bernama Tandem roller 12 ton dengan banyak 2 kali didalam
lintasan.
Dari hasil diatas yang telah dilakukan pengamatan di lokasi pekerjaan proyek yang
disampaikan oleh penulis kepada pembaca diperoleh beberapa saran yang berkaitan dalam
pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut :
a. Untuk perkerjaan AC-BC , AC-WC, dan Overlay setiap perkerjaanya harus sesuai pedoman
baik itu trial mix dan inspection yang terjadi pada saat proyek sesuai dengan acuan bina
marga yang jadi pedoman.
b. Suhu hotmix dilapangan mulai dari penghamparan, pemadatan hingga proses selesai harus
selalu dikontrol secara teratur agar kondisinya tetap baik.
c. Kerusakan alat berat, Koordinasi antara pihak Pelaksana dan PDAM ataupun Telkom yang
terjadi dilapangan harus segera bisa diatasi dengan cepat agar tidak mengganggu pekerjaan
di lapangan agar bisa dikerjakan sesuai jadwal.

Ucapan Terima Kasih


Dalam penyusunan artikel ini, penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan dosen
penguji Universitas Hasyim Asy’ari. Penulis berharap agar artikel ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Referensi
[1] G. Soerjatmodjo and D. Supriyanto, “Pemindahan Tanah Mekanis.” Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya, 2004.
[2] D. J. B. Marga, Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan. 2018.

21
Vol. 1, No. 1, pp. 12-22, 2021
Jurnal Ilmiah REAKTIP Kirim: 17 Feb 2021 | Diterima: 10 Mar 2021 | Publikasikan: 3 Juli 2021|

[3] S. N. Indonesia, “Spesifikasi stone matrix asphalt (SMA),” 2015.


[4] B. S. Nasional, “SNI 2417: 2008, Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles.” Bandung, 2008.
[5] S. N. Indonesia, “Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan Pada Campuran Agregat-Aspal,”
Badan Stand. Nas., 2011.
[6] S. N. Indonesia, “Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS),” 2015.
[7] P. K. JALAN, “PEMANFAATAN LGA SEBAGAI FILLER,” Sumber, vol. 2432, p. 50,
2011.
[8] S. N. Indonesia, “Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal,” 2015.
[9] B. S. Nasional, “Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir yang Mengandung Bahan Plastik
dengan Cara Setara Pasir,” SNI 03-4428-1997, 1997.
[10] K. P. Umum, “Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/2013, Pedoman Bahan
Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil.” Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum, 2014.
[11] B. Marga, Spesifikasi Umum (2018). 2010.
[12] S. F. Rostiyanti, “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi,” Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
[13] S. Sukirman, Perkerasan Jalan Raya. 2003.
[14] S. Sukirman, “Perkerasan lentur jalan raya,” Nova, Bandung, vol. 2, 1999.
[15] S. Siswoyo and F. R. Yamali, “PEMADATAN LAPANGAN ASPHALT CONCRETE
BINDER COURSE (AC-BC) PADA PEMBANGUNAN JALAN SIMPANG KARYA
MUKTI KABUPATEN BATANGHARI,” J. Talent. Sipil, vol. 1, no. 1, pp. 30–40, 2018.
[16] S. L. Hendarsin, Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung, 2000.
[17] S. Stefanus and E. Ahyudanari, “Perencanaan Tahapan Pekerjaan Pelapisan Ulang Perkerasan
Landasan Pacu Yang Dipengaruhi Waktu Operasional Bandara (Studi Kasus: Bandar Udara
Internasional,” J. Tek. ITS, vol. 8, no. 1, pp. E105–E109, 2019.
[18] P. Johnson, Inspector’s Manual for Hot-Mixed Asphalt and Portland Cement Concrete
Pavement Construction. California, USA: Army Corps of Engineer, 2013.
[19] F. X. S. S. B. F. E. Horonjeff, Robert. Mc Kelvey and W. J. Young, Planning and Design of
Aiports. New York: Mc Graw – Hill Inc, 2010.
[20] “SNI 03-1737-1989, 1989 ‘Tata cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan
Raya’ Badan Standardisasi Nasional (BSN).”
[21] “SNI 03-1970-1990, 1990 ‘Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
dan Kasar’ Badan Standardisasi Nasional (BSN).”
[22] “SNI 03-1968-1990, 1990 ‘Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan
Kasar’ Badan Standardisasi Nasional (BSN).”
[23] “SNI 03-2417-2008, 2008 ‘Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles’
Badan Standardisasi Nasional (BSN).”

22

Anda mungkin juga menyukai