PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan Gedung Baru instalasi Farmasi Kota Mataram ini dipilih
mahasiswa
mendapatkan
gambaran
jelas
mengenai
1.3.
Lingkup Pembahasan
Adapun materi Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dibahas dan
Sistematika Penulisan
Adapun rencana isi laporan PKL secara garis besar pada setiap BAB
meliputi:
1. BAB I PENDAHULUAN merupakan bagian pembuka dari laporan yang
didalamnya memuat latar belakang praktek kerja lapangan, tujuan praktek
kerja lapangan, manfaat praktek kerja lapangan, lingkup pembahasan
praktek kerja lapangan, sistematika penulisan praktek kerja lapangan serta
waktu & tempat praktek kerja lapangan.
2. BAB II DASAR TEORI memuat uraian sistematis tentang hasil studi
terdahulu yang diperoleh dari pustaka dan yang berhubungan dengan topik
PKL yang sedang dilakukan.
3. BAB III PELAKSANAAN PKL menguraikan mengenai pelaksanaan PKL,
tugas dan tanggung jawab mahasiswa di lokasi PKL, detail kegiatan yang
dilaksanakan pada saat PKL, dan data-data yang meliputi data umum dan
data teknis.
4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN sebagai akhir dari laporan Kerja
Praktek, penulis membahas tentang kesimpulan secara menyeluruh dari
hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek dan
8saran kepada mahasiswa Teknik Sipil yang akan melakukan kerja praktek
setelah ini.
1.5.
Waktu dan Tempat
1.5.1. Waktu
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai
tanggal 1 September 2016 dan berakhir pada tanggal 30 November 2016. Yang
dilaksanakan oleh kontraktor PT. PANJI ELEKTRIK.
1.5.2. Tempat
Tempat pelaksanaan PKL yaitu Proyek Pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi Kota Mataram yang berlokasi di Jln. Dr. Soedjono Lingkar
Selatan Kota Mataram.
Berikut adalah peta lokasi tempat dilaksanakannya proyek pembangunan
Gdung Baru Instalasi Farmasi.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Bahan Konstruksi
2.1.1 Beton
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang diperoleh dengan cara
mencampurkan agregat halus, agregat kasar, air dan semen.
Penting untuk mengetahui spesifikasi beton sebelum menggunakannya
dalam konstruksi. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
menggunakan beton dalam konstruksi.
2.1.1.1 Unsur pembentuk beton
Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air dan agregat. Agregat
disini terdiri dari agregat halus yang menggunakan pasir dan agregat kasar yang
menggunakan batu kerikil. Selain itu terkadang juga ditambahkan material
campuran (admixture). Semen dan air membentuk pasta pengikat yang akan
mengisi rongga dan mengeras di antara butir-butir pasir dan agregat, sedangkan
agregat akan menentukan kekuatan dan kualitas beton.
a) Semen
Semen merupakan suatu bahan yang memiliki sifat adesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu masa
yang padat. Dalam hal ini bahan semen akan menjadi keras karena adanya
faktor air, yang kemudian dinamakan semen hidraulis.
Semen hidraulis yang biasa digunakan pada beton adalah semen portland
yang umumnya membutuhkan waktu 14 hari untuk mencapai kekuatan yang
cukup dan membutuhkan 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana.
b) Agregat
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75% dari isi total beton,
sehingga perilaku beton sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya agregat terdiri dari 2 macam yaitu
agregat halus yang berupa pasir dan agregat kasar yang berupa kerikil.
Agregat halus adalah bahan yang lolos dari saringan no. 4 (lebih kecil dari
3/16 inci, berdasarkan ASTM) dan agregat kasar adalah bahan-bahan yang
berukuran lebih besar.
1. Persyaratan Agregat
Berdasarkan SNI 03 2847 2002 agregat yang terdiri dari agregat
halus dan kasar memiliki persyaratannya masing-masing yaitu sebagai
berikut :
1) Persyaratan agregat halus
Agregat halus berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari
kedua pasir tersebut. Sesuai dengan SNI 03 2847 2002, bahwa
agregat halus merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir
maksimum sebesar 5,00 mm. Adapun syarat-syarat agregat halus
(pasir) untuk campuran beton adalah sebagai berikut:
a. Kadar lumpur Atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron
(ayakan no 200) dalam % berat maksimum:
Untuk beton yang mengalami abrasi, 3 %.
Untuk beton jenis lainnya, 5.0 %.
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan
(Friable partikel), maksimum 0,5 %.
c. Bebas dari zat organik yang merugikan beton.
d. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika
agregat halus digunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan
berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap
alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar
alkalinya dihitung setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O)
tidak lebih dari 0,6 %, atau dengan menambahkan bahan yang
dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat membahayakan
oleh karena reaksi alkali-agregat tersebut.
e. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat:
1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian hancur maksimum 10 %.
2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian hancur maksimum 15 %.
f. Susunan besar butir
Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batasbatas berikut :
Tabel 2.1 Persentase lolos agregat pada ayakan
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari
45 % pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan
berikutnya. Modulus kehalusan tidak boleh kurang dari 2,3 dan
lebih dari 3,1.
2) Persyaratan agregat kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah atau
beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03 2847
2002, bahwa agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai
ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. Agregat kasar
(kerikil/batu pecah) yang akan dipakai untuk membuat campuran
beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a) Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan
tidak berpori serta mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan). Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat
agregat seluruhnya.
b) Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika
agregat kasar digunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan
c) Air
Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena air yang
mengakibatkan partikel-partikel semen saling mengikat baik mengikat antar
partikel maupun dengan tulangan baja. Air yang digunakan untuk semua
pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak
mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), minyak atau lemak dan
memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih dahulu
oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/ Pengawas
Ahli. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak
diperkenankan untuk dipakai. Tidak mengandung garam-garam yang dapat
larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organic, dan sebagainya)
lebih dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm
dan senyawa sulfat (sebagai SO)) tidak lebih dari 100 ppm.
20 10 200
2
=
=240,964 kg/cm
0,83
0,83
250
0,83=20,75 MPa
10
Tabel dibawah ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan mutu
beton dalam pelaksanaan terkait dengan pemahaman antara Kualitas Beton
dengan fc (MPa) dan K ( kg/cm2 ).
10
11
12
perbaikan
dengan
perawatan.
Pelaksanaan Curing
pasaran,
kita
dapat
menjumpai
beberapa
merek
sikament,
misalnya Antisol Red (termasuk tipe I-D), Antisol White (termasuk tipe II)
dan Antisol E
(termasuk
Tipe
I, Non
Pigmented
Curing
13
14
Beton
Amerika
(American
Concrete
Institute-ACI)
15
16
2.1.2
Baja
Baja struktur adalah suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangan
ekonomi, kekuatan dan sifatnya, cocok untuk pemikul beban. Baja struktur
banyak dipakai untuk kolom serta balok bangunan bertingkat, sistem penyangga
atap, jembatan, menara antena, penahan tanah, pondasi tiang pancang, dan lain
lain.
Beberapa keuntungan dari baja sebagai bahan struktur adalah sebagai berikut :
Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi serta merata, menurut Kozai Club
(1983) kekuatan baja terhadap tarik ataupun tekan tidak banyak berbeda dan
bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja pada umumnya mempunyai
ukuran tampang yang relatif kecil jika dibandingkan dengan struktur dari bahan
lain. Oleh karena itu struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja tinggi.
Akibat lebih lanjut adalah pemakaian pondasi yang lebih hemat.
Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup
canggih dengan jumlah tenaga manusia relatif tidak banyak, sehingga
pengawasan
mudah
dilaksanakan
dengan
saksama
dan
mutu
dapat
dipertanggung jawabkan.
Pada umumnya struktur baja dapat dibongkar untuk kemudian dapat dipasang
lagi, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam
berbagai bentuk struktur.
Sudah barang tentu baja sebagai bahan struktur juga mempunyai beberapa
17
3.
18
19
kedua
tegangan
tersebut
dianggap
sama
yaitu
sebesar
e.
Regangan yang timbul saat spesimen putus, pada umumnya berkisar sekitar 150
200 kali regangan elastis e. Di atas tegangan elastis e, pada titik B baja mulai
leleh tegangan di titik B baja disebut sebagai tegangan leleh l. Pada saat leleh ini
baja masih mempunyai kekuatan. Hal ini berati bahwa pada saat leleh, baja masih
mampu menghasilkan gaya perlawanan. Bentuk kurva pada bagian leleh ini,
mula-mula mendekati datar, berarti tidak ada tambahan tegangan sekalipun
regangan
tambahan.
Hal
ini
berakhir
pada
saat
terjadi
pergeseran
regangan (Strain Hardening) di titik C kurva naik ke atas lagi sampai dicapai kuat
tarik (Tensile Strength) di titik D. Setelah itu, kurva turun dan spesimen retak
(Fracture) di titik E. Diagram tegangan regangan ini dibuat berdasarkan data
yang diperoleh dari pengujian bahan, dengan anggapan luas tampang spesimen
20
21
digunakan
dalam
perencanaan
harus
2. Tegangan leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan (fy) tidak boleh diambil kurang dari nilai
yang diberikan Tabel 2.5.
3. Tegangan putus
Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidak boleh diambil kurang dari nilai
yang diberikan Tabel 2.5.
4. Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat
mekanis
untuk
maksud
perencanaan
Modulus elastisitas
: E = 200.000 Mpa
Modulus geser
: G = 80.000 Mpa
Nisbah poisson
: = 0,3
22
ditest
sesuai
ketentuan
yang
berlaku. Tegangan
leleh (fy)
untuk
perencanaan tidak boleh diambil kurang dari 170 MPa sedangkan tegangan
putusnya (fu) tidak boleh diambil kurang dari 300 MPa.
23
4. Double Angle
24
Double Angle biasanya digunakan untuk struktur rangka kuda - kuda suatu
bangunan. Selain itu sering juga digunakan sebagai balok. Istilah lain: Profil
Double L.
6.
I Beam
Profil I Beam biasanya digunakan sebagai struktur rangka atap suatu bangunan
maupun pabrik, usuk dan bisa sebagai kolom maupun balok.
25
26
27
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
28
2.2.2 Balok
Balok adalah komponen struktur yang bertugas meneruskan beban yang
disangga sendiri maupun dari pelat kepada kolom penyangga. Balok menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang
mengakibatkan terjadinya lenturan (Dipohusodo, 1994).
Menurut Nawy (1990), berdasarkan jenis keruntuhan yang dialami apakah
terjadi leleh tulangan tarik ataukah hancurnya beton balok dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok :
1. Penampang Balanced
Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai regangan
batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada saat awal terjadinya keruntuhan,
regangan tekan yang di ijinkan pada saat serat tepi yang tertekan adalah 0,03
sedangkan regangan baja sama dengan regangan lelehnya, yaitu y=fy/Ec ..
2. Penampang over-reinforced
Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan. Pada awal
keruntuhan, regangan baja s yang terjadi masih lebih kecil daripada regangan
lelehnya y. Dengan demikian tegangan baja fs juga lebih kecil daripada
tegangan lelehnya fy. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih
banyak daripada yang diperbolehkan dalam keadaan balanced.
3. Penampang Under-reinforced
Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan baja. Kondisi
penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik yang dipakai
pada balok kurang dari yang diperlukan untuk kondisi balanced.
29
30
pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang
besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di bawah, pelat tersebut dapat
dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4
hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat
dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x
dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
Gamabr 2.9 pelat dua arah (a) dan pelat satu arah (b)
2.2.4 Penulangan Struktur
SNI 03 2847 2002 mengatur sistem penulangan diantaranya sebagai
berikut :
1)
Penempatan tulangan
a) Tulangan, tendon prategang, dan selongsong prategang harus ditempatkan
secara akurat dan ditumpu secukupnya sebelum beton dicor, dan harus
dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diizinkan dalam 1.b).
31
kecuali bahwa ketentuan toleransi untuk jarak bersih terhadap sisidalam cetakan harus sebesar minus 6 mm dan toleransi untuk selimut
beton tidak boleh melampaui minus 1/3 kali selimut beton minimum
yang diperlukan dalam gambar rencana atau spesifikasi.
2) Toleransi letak longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan
harus sebesar 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari
komponen struktur dimana toleransinya harus sebesar 13 mm.
3) Jaring kawat las (dengan ukuran kawat yang tidak melampaui P6 atau
D6) yang digunakan dalam pelat dengan bentang yang tidak
melampaui 3 m boleh dilengkungkan mulai dari titik dekat sisi atas
pelat di atas tumpuan hingga suatu titik dekat sisi bawah pelat pada
tengah bentang, asalkan tulangan tersebut menerus atau diangkur
4)
32
33
2) Lingkungan korosif.
Di dalam lingkungan yang korosif atau lingkungan lain yang merusak,
tebal selimut beton harus ditingkatkan secukupnya, dan kepadatan
serta kekedapan selimut beton harus diperhatikan, atau harus diadakan
bentuk perlindungan yang lain.
3) Perluasan di kemudian hari.
Untuk tulangan dan bagian sambungan yang terbuka, yang khusus
disediakan untuk penyambungan dengan struktur tambahan di
kemudian hari, harus dilindungi terhadap kemungkinan korosi.
34
K
P
oe
m
n
tb
re
ar
i
k
tT
ou
rg
a
s
Penjelasan gambar :
1. Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dengan Konsultan (dalam hal ini Tim
Supervisi) adalah hubungan kontraktual yang dituangkan dalam surat
35
36
tanah
dan
lingkungan.
3. Membuat perencanaan dan pengurusan untuk mendapatkan izin
pendirian bangunan serta hasil penelitian dan pengujian anggaran
untuk pelaksanaan konstruksi fisik.
4. Membuat gambar-gambar kerja dan perhitungan konstruksi, listrik,
tata udara serta plumbing.
5. Membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
rencana volume dan biaya, jadwal pelaksanaan dan pelelangan.
6. Memberi penjelasan pekerjaan dan melakukan pengawasan secara
berkala dari segi arsitektur.
37
38
mendapatkan
persetujuan.
3) Menyelesaikan masalah-masalah yang menyebabkan keterlambatan
pelaksanaan.
b) Hak konsultan pengawas adalah :
1. Merupakan wakil pemberi tugas dalam hal pengawasan pelaksanaan
pekerjaan.
2. Berhak menolak pekerjaan dari kontraktor berdasarkan penilaianpenilaian yang diberikan.
d. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan hukum yang berbentuk perusahaan
baik umum maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pembangunan fisik dari suatu konstruksi. Dalam melaksanakan tugasnya
kontraktor selaku pelaksana fisik harus mendapatkan persetujuan dari Tim
Supervisi dan berkewajiban membuat laporan harian, mingguan, bulanan,
guna dapat mengetahui kemajuan fisik konstruksi dan digunakan sebagai
evaluasi baik oleh Tim Supervisi maupun oleh Pemberi Tugas.
a) Kewajiban Kontraktor adalah sebagai berikut :
1. Memahami dan mentaati seluruh ketentuan yang tercantum dalam
surat kontrak kerja.
2. Melaksanakan pekerjaan
sesuai
dengan
gambar-gambar
serta
39
terhadap
keselamatan
pekerjaan
selama
pelaksanaan.
2. Bertanggungjawab atas kekeliruan yang terjadi karena kelalaian
pelaksana.
3. Bertanggungjawab atas kekuatan dan kekokohan hasil pekerjaan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
4. Bertanggungjawab atas keselamatan bangunan
selama
masa
pemeliharaan.
BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1.Data Proyek
3.1.1 Struktur Organisasi Proyek
Hubungan kerja unsur-unsur proyek digambarkan dalam suatu diagram
seperti Gambar 3.1
K
P
oe
m
n
tb
re
ar
i
k
tT
ou
rgPembangunan Instalasi Gedung Farmasi
a
s
40
Lokasi Proyek
Jenis Pekerjaan
:
:
Luas Bangunan
Jumlah Lantai
Tinggi Bangunan
Floor to floor
Jangka Waktu
Beton Struktur
Struktur Bangunan
Struktur Atap
Struktur Tangga
Tipe Pondasi
Produsen Beton
Produsen Besi
97,5 m2
2 (dua) lantai
8,4 m
4,40 m
120 hari (4 bulan)
Readymix (K-250)
Beton bertulang
Rangka baja IWF 300 x 150 x 5.5 x 8
Tangga Beton Bertulang
Telapak (Foot Plat)
PT. Eka Praya
PT. Bisa
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Mataram
Pemerintah Provinsi NTB
CV. Anugrah Rancar Selaras
CV. Anugrah Rancar Selaras
CV. Anugrah Rancar Selaras
PT. Panji Elektrik
LPSE Kota Mataram
APBD
41
persiapan
sangat
diperlukan
sebelum
memulai
pelaksanaan
Persiapan Bahan
42
43
2) Agregat kasar
Adapun Agregat Kasar yang digunakan pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Gambar 3.3
44
45
46
47
d) Kawat Pengikat
Adapun yang digunakan dalam pembangunan Gedung Baru Instalasi
Farmasi dilihat pada Gambar 3.6
48
49
50
Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan
lengan (boom) untuk memompa campuran beton readymix ke tempattempat yang sulit dijangkau.
Adapun Concrete pump truck yang digunakan dalam pembangunan
Gedung Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.9
51
b. Gunting Besi
Gunting Besi merupakan alat sederhana yang terbuat dari besi yang
besar dan panjangnya bervariasi sesuai dengan besar tulangan yang akan
dipotong.
Adapun gunting besi yang digunakan dalam pembangunan Gedung
Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.11.
52
53
Gerobak
Tuang
Dororng
yang
digunakan
dalam
54
55
56
57
58
2) Teknis pelaksanaan :
1. Satu lonjor besi ulir Dl6 dipotong menjadi beberapa bagian dengan
menggunakan cutter (pemotong besi). Satu lonjor panjangnya 12 m.
2. Untuk kolom lantai pertama, tulangan utama kolom bagian bawahnya
dibengkokkan dan dimasukkan kedalam rangkaian tulangan pondasi.
3. Pemasangan tulangan utama kolom dilakukan dengan bantuan
perancah untuk menyangga tulangan agar tetap tegak.
4. Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom, pasang
tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar tulangan utama
kolom tidak bergeser atau berubah posisinya. Kemudian satu lonjor
besi tulangan polos 10 mm dipotong menjadi beberapa bagian.
5. Besi tulangan polos 10 mm tersebut kemudian dibengkokkan
sehingga
membentuk
tulangan
sengkang.
Selanjutnya
adalah
59
60
.
Gambar 3.19 Pengecoran kolom lantai satu
Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu harus dipastikan bahwa
kedudukan kolom telah benar sesuai dengan gambar kerja dan
kedudukannya tidak akan berubah selama pengecoran berlangsung.
Setelah bekisting dipasang, kemudian dilakukan proses pengecoran
dengan mutu beton K250.
l) Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
a. Ember Kerja
b. Mixer Truck
c. Besi Pengrojok
Bahan yang digunakan :
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
61
2) Teknik Pelaksanaan
Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
a) Persiapan pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus
benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi
dan menghindari kerusakan beton.
b) Pelaksanaan pengecoran
Dalam pengecoran kolom digunakan readymix beton dengan mutu K250, adapun urutan pelaksanaan pengecoran adalah :
1. Beton readymix tiba di lokasi proyek dengan menggunakan mixer
car.
2. Melakukan uji slump terhadap beton ready mix serta mengambil
benda uji kubus (15 x 15 x 15 cm3).
3. Beton ready mix dari mixer car disalurkan ke dalam bekisting
kolom yang dilakukan secara manual atau menggunakan tenaga
manusia berupa ember kerja.
4. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga, maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan besi, dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi/
rangkaian tulangan.
e. Pembongkaran bekisting kolom lantai satu
Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton berumur 24 jam
atau 48 jam setelah mengeras dengan sempurna.
Berikut
adalah
gambar
pembongkaran
62
kolom
pada
proyek
63
64
65
66
Semen
Pasir
Kerikil
Addition
4) Teknis pelaksanaan
67
68
Kayu / plywood
Triplek
Paku
Penyangga (Scaffolding)
2) Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :
a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk
pelat lebih tinggi daripada balok.
b. Atur posisi perancah dengan baik dengan jarak yang sama, Letakkan balok
kayu 4/6 dengan posisi memanjang dan sejajar dengan bekisting balok.
69
70
2)Teknis pelaksanaan
Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah tahap pembesian
pelat lantai, antara Iain :
a. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah
siap.
b. Merakit besi 10 dengan membuat tulangan bawah terlebih dahulu,
secara menyilang dan diikat menggunakan kawat pengingkat.
c. Kemudian merakit juga tulangan atas pelat.
d. Membuat tulangan pemisah antara tulangan bawah dan tulangan atas
yang disebut tulangan susut yang berfungsi tulangan yang dipasang
untuk melawan penyusutan/pemuaian dan pemasangannya berhadapan
dan tegak lurus dengan tulangan pokok.
e. Selanjutnya meletakan beton deking antara tulangan bawah pelat dan
bekisting alas pelat agar tidak menempel saat proses pengecoran.
c. Pengecoran pelat lantai dua
Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor
terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan
kayu,batu, tanah dan lain-lain).
Berikut adalah gambar pengerjaan pengecoran pelat lantai dua pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.
71
72
3. Beton ready mix dari mixer car disalurkan ke bekisting pelat lantai
dengan menggunakan concrete pump. Beton tidak boleh dijatuhkan
dari ketinggian lebih dari 1,50 m.
4. Mencampurkan Additon ke campuran beton guna mempercepat proses
Pengeringan. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu
ketinggian lebih dari 1,5 m Yang akan menyebabkan pengendapan/
pemisahan agregat.
5. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga,maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator.
6. Setelah dipastikan balok dan pelat telat terisi beton semua,permukaan
beton segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang
panjang dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah
ditentukan sebelumnya.
3.3.1.4 Pekerjaan kolom lantai dua
a. Penulangan kolom lantai dua
Berikut adalah gambar pengerjaan penulangan kolom lantai dua pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.
73
74
membentuk
tulangan
sengkang.
Selanjutnya
adalah
75
.
Gambar 3.28 Pengecoran kolom lantai dua
76
Ember Kerja
b. Mixer Truck
c. Besi Pengrojok
Bahan yang digunakan :
a.
Semen
b.
Pasir
c.
Kerikil
d.
Air
2) Teknik Pelaksanaan
Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
a) Persiapan pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus
benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi
dan menghindari kerusakan beton.
b) Pelaksanaan pengecoran
Dalam pengecoran kolom digunakan readymix beton dengan mutu K250, adapun urutan pelaksanaan pengecoran adalah :
1. Beton readymix tiba di lokasi proyek dengan menggunakan mixer
car.
2. Melakukan uji slump terhadap beton ready mix serta mengambil
benda uji kubus (15 x 15 x 15 cm3).
3. Beton readymix dari mixer car disalurkan ke dalam bekisting
kolom yang dilakukan secara manual atau menggunakan tenaga
manusia berupa ember kerja.
4. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga, maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan besi, dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi/
rangkaian tulangan.
77
78
Bata
79
2.
Laporan progres dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara
tertulis.
3.
80
4.
5.
6.
7.
Pemeriksa gambar
shop
drawing dari
kontraktor
sebelum
dimulai
pelaksanaan pekerjaan.
8.
81
82
Kesalahan penulangan
Pada kolom lantai satu ada tulangan yang keluar.
Berbagai kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi antara
pengawas dilapangan dengan tukang.
c. Kegagalan bekisting
Terjadinya kegagalan bekisting disebabkan oleh massa air yang tertampung
didalam bekisting sebelum pengecoran selesai sepenuhnya, hal ini terjadi
akibat tingginya intensitas hujan yang juga menyebabkan kayu bekisting rusak.
Berikut adalah gambar ketika terjadinya kegagalan bekisting pada proyek.
83
84
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada proyek Pembangunan
DAFTAR PUSTAKA
85
86