Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pembangunan Gedung Baru instalasi Farmasi Kota Mataram ini dipilih

sebagai tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) karena tempatnya


yang strategis dan mudah dijangkau dari tempat tinggal serta tempat perkuliahan
kami. Proyek ini juga memenuhi syarat sebagai tempat PKL karena dari segi
anggaran/nilai proyeknya bernilai Rp. 3.300.000.000,00 (lebih dari Rp.
1.000.000.000,00). Selain itu,dari segi tahap bangunan, proyek ini baru memulai
tahap pengerjaan pondasi sehingga bisa dipastikan banyak ilmu yang bisa kami
dapatkan dilapangan dengan tahap pembangunan yang masih memerlukan
tahapan lebih lanjut.
1.2.
Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
a. Merupakan persyaratan kurikulum perkuliahan yang harus dipenuhi setiap
mahasiswa S1 Teknik Sipil, Universitas Mataram.
b. Memperkenalkan kepada mahasiswa mengenai sistem pelaksanaan proyek di
lapangan,sehingga

mahasiswa

mendapatkan

gambaran

jelas

mengenai

penanganan suatu pekerjaan di lapangan serta dapat membandingkan dengan


materi perkuliahan yang telah diterima.
1.2.2. Manfaat
a. Agar mahasiswa mendapatkan bentuk pengalaman nyata serta gambaran
permasalahan yang akan dihadapi di dunia kerja.
b. Untuk memperluas wawasan berpikir mahasiswa sehingga dapat dimanfaatkan
kemampuannya baik berupa pemikiran maupun gagasan tertentu dalam bidang
yang terkait dengan dunia konstruksi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

1.3.

Lingkup Pembahasan
Adapun materi Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang akan dibahas dan

dilaporkan adalah sebagai berikut :


a. Bahan konstruksi
b. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi
c. Manajemen konstruksi
1.4.

Sistematika Penulisan
Adapun rencana isi laporan PKL secara garis besar pada setiap BAB

meliputi:
1. BAB I PENDAHULUAN merupakan bagian pembuka dari laporan yang
didalamnya memuat latar belakang praktek kerja lapangan, tujuan praktek
kerja lapangan, manfaat praktek kerja lapangan, lingkup pembahasan
praktek kerja lapangan, sistematika penulisan praktek kerja lapangan serta
waktu & tempat praktek kerja lapangan.
2. BAB II DASAR TEORI memuat uraian sistematis tentang hasil studi
terdahulu yang diperoleh dari pustaka dan yang berhubungan dengan topik
PKL yang sedang dilakukan.
3. BAB III PELAKSANAAN PKL menguraikan mengenai pelaksanaan PKL,
tugas dan tanggung jawab mahasiswa di lokasi PKL, detail kegiatan yang
dilaksanakan pada saat PKL, dan data-data yang meliputi data umum dan
data teknis.
4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN sebagai akhir dari laporan Kerja
Praktek, penulis membahas tentang kesimpulan secara menyeluruh dari
hasil analisa dan pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek dan
8saran kepada mahasiswa Teknik Sipil yang akan melakukan kerja praktek
setelah ini.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

1.5.
Waktu dan Tempat
1.5.1. Waktu
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 3 bulan terhitung mulai
tanggal 1 September 2016 dan berakhir pada tanggal 30 November 2016. Yang
dilaksanakan oleh kontraktor PT. PANJI ELEKTRIK.
1.5.2. Tempat
Tempat pelaksanaan PKL yaitu Proyek Pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi Kota Mataram yang berlokasi di Jln. Dr. Soedjono Lingkar
Selatan Kota Mataram.
Berikut adalah peta lokasi tempat dilaksanakannya proyek pembangunan
Gdung Baru Instalasi Farmasi.

Gambar 1.1 Lokasi pelaksanaan PKL

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Bahan Konstruksi
2.1.1 Beton
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang diperoleh dengan cara
mencampurkan agregat halus, agregat kasar, air dan semen.
Penting untuk mengetahui spesifikasi beton sebelum menggunakannya
dalam konstruksi. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
menggunakan beton dalam konstruksi.
2.1.1.1 Unsur pembentuk beton
Unsur utama pembentuk beton adalah semen, air dan agregat. Agregat
disini terdiri dari agregat halus yang menggunakan pasir dan agregat kasar yang
menggunakan batu kerikil. Selain itu terkadang juga ditambahkan material
campuran (admixture). Semen dan air membentuk pasta pengikat yang akan
mengisi rongga dan mengeras di antara butir-butir pasir dan agregat, sedangkan
agregat akan menentukan kekuatan dan kualitas beton.
a) Semen
Semen merupakan suatu bahan yang memiliki sifat adesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu masa
yang padat. Dalam hal ini bahan semen akan menjadi keras karena adanya
faktor air, yang kemudian dinamakan semen hidraulis.
Semen hidraulis yang biasa digunakan pada beton adalah semen portland
yang umumnya membutuhkan waktu 14 hari untuk mencapai kekuatan yang
cukup dan membutuhkan 28 hari untuk mencapai kekuatan rencana.
b) Agregat
Pada material beton, agregat memenuhi sekitar 75% dari isi total beton,
sehingga perilaku beton sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya agregat terdiri dari 2 macam yaitu
agregat halus yang berupa pasir dan agregat kasar yang berupa kerikil.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

Agregat halus adalah bahan yang lolos dari saringan no. 4 (lebih kecil dari
3/16 inci, berdasarkan ASTM) dan agregat kasar adalah bahan-bahan yang
berukuran lebih besar.
1. Persyaratan Agregat
Berdasarkan SNI 03 2847 2002 agregat yang terdiri dari agregat
halus dan kasar memiliki persyaratannya masing-masing yaitu sebagai
berikut :
1) Persyaratan agregat halus
Agregat halus berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari
kedua pasir tersebut. Sesuai dengan SNI 03 2847 2002, bahwa
agregat halus merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir
maksimum sebesar 5,00 mm. Adapun syarat-syarat agregat halus
(pasir) untuk campuran beton adalah sebagai berikut:
a. Kadar lumpur Atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron
(ayakan no 200) dalam % berat maksimum:
Untuk beton yang mengalami abrasi, 3 %.
Untuk beton jenis lainnya, 5.0 %.
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan
(Friable partikel), maksimum 0,5 %.
c. Bebas dari zat organik yang merugikan beton.
d. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika
agregat halus digunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan
berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap
alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar
alkalinya dihitung setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O)
tidak lebih dari 0,6 %, atau dengan menambahkan bahan yang
dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat membahayakan
oleh karena reaksi alkali-agregat tersebut.
e. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat:
1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian hancur maksimum 10 %.
2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian hancur maksimum 15 %.
f. Susunan besar butir

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batasbatas berikut :
Tabel 2.1 Persentase lolos agregat pada ayakan

Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari
45 % pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan
berikutnya. Modulus kehalusan tidak boleh kurang dari 2,3 dan
lebih dari 3,1.
2) Persyaratan agregat kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah atau
beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03 2847
2002, bahwa agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai
ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. Agregat kasar
(kerikil/batu pecah) yang akan dipakai untuk membuat campuran
beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a) Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan
tidak berpori serta mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan). Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat
agregat seluruhnya.
b) Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika
agregat kasar digunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap


alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar
alkalinya dihitung setara Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %,
atau dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah terjadinya
pemuaian yang dapat membahayakan oleh karena reaksi alkaliagregat tersebut.
c) Sifat kekal dari agregat kasar dapat diuji dengan larutan jenuh
garam sulfat sebagai berikut :
1) Jika dipakai natrium sulfat (Na2SO4), bagian yang hancur
maksimum 12% berat agregat.
2) Jika dipakai magnesium sulfat (MgSO4), bagian yang hancur
maksimum 12% berat agregat.
d) Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat
merusak beton seperti bahan-bahan yang reaktif terhadap alkali dan
harus dibuktikan dengan percobaan warna dengan larutan NaOH.
e) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(terhadap berat kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%,
agregat kasar tersebut harus dicuci.
f) Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloff dengan beban uji 20 ton dan harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :
1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari
24% berat.
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari
22% berat.
g) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya, dan apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus
memenuhi syarat sebagai berikut
Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada
1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3
dari tebal pelat atau dari jarak bersih minimum antara batangbatang atau berkas tulangan.
2. Mutu agregat

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

Agregat dalam campuran beton merupakan bagian yang jumlahnya


terbesar, maka sebelum dipakai untuk campuran beton kualitas (mutu)
agregat harus diutamakan. Persyaratan mutu agregat dapat dilihat pada
tabel di bawah:
Tabel 2.2 Syarat mutu agregat menurut SII 0052-80

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

Tabel 2.3 Syarat kekerasan agregat

c) Air
Air merupakan bahan utama dalam campuran beton karena air yang
mengakibatkan partikel-partikel semen saling mengikat baik mengikat antar
partikel maupun dengan tulangan baja. Air yang digunakan untuk semua
pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak berwarna, tidak
mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), minyak atau lemak dan
memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih dahulu
oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/ Pengawas
Ahli. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak
diperkenankan untuk dipakai. Tidak mengandung garam-garam yang dapat
larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organic, dan sebagainya)
lebih dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm
dan senyawa sulfat (sebagai SO)) tidak lebih dari 100 ppm.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

2.1.1.2 Mutu beton


Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa
material sehingga mutunya akan banyak tergantung dari kondisi material
pembentuk ataupun pada proses pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan
proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal. Mutu
beton ditunjukkan dengan fc dan mutu beton karakteristik.
1) Mutu beton fc
Artinya misalnya diambil contoh beton dengan mutu fc 20 menyatakan
kekuatan tekan minimum adalah 20 MPa pada umur beton 28 hari, dengan
menggunakan silinder beton diamater 15 cm, tinggi 30 cm. Mengacu pada
standar SNI 03 2847 2002 yang merujuk pada ACI (American concrete
institute).
2) Mutu beton karakteristik
Artinya misalnya diambil contoh beton dengan mutu K-250 menyatakan
kekuatan karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari
dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15cm. Mengacu pada PBI
71 yang merujuk pada standar eropa lama.
3) Konversi mutu beton
Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI dengan faktor
konversi benda uji kubus ke silinder 0,83 dengan konversi satuan MPa ke
kg/cm2 ; 1 Mpa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Misalkan

20 10 200
2
=
=240,964 kg/cm
0,83
0,83

fc 20 Mpa setara dengan

K 250 kg/cm2 setara dengan

250
0,83=20,75 MPa
10

Tabel dibawah ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan mutu
beton dalam pelaksanaan terkait dengan pemahaman antara Kualitas Beton
dengan fc (MPa) dan K ( kg/cm2 ).

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

10

Tabel 2.4 Tabel konversi beton


MUTU BETON
K = fc/0,083
Mpa
Kg/cm
fc
5.00
K
60.24
fc
10.00
K
120.48
fc
12.00
K
144.58
fc
15.00
K
180.72
fc = K x 0.083
fc
16.00 MUTU BETON
K
192.77
Kg/cm
fc
20.00
K
240.96 Mpa
K
100
fc
8.30
fc
22.50
K
271.08
K
125
10.38
fc
25.00
K fc
301.20
K
150
fc
12.35
fc
30.00
K
361.45
K
175
14.53
fc
35.00
K fc
421.69
K
200
fc
16.60
fc
40.00
K
481.93
K
225
fc
18.68
K
250
fc
20.75
K
275
fc
22.83
K
300
fc
24.90
2.1.1.3
K
325
fc
26.98
K
350
fc
29.05
Pencampuran beton
Berikut adalah aturan aturan dalam pencampuran beton berdasarkan SNI
03 2847 -2002.
1) Semua bahan beton harus diaduk secara seksama dan harus dituangkan
seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali.
2) Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 034433-1997, Spesifikasi beton siap pakai atau Spesifikasi untuk beton yang
dibuat melalui penakaran volume dan pencampuran menerus (ASTM C
685).
3) Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut:
a) Pencampuran harus dilakukan dengan menggunakan jenis pencampur
yang telah disetujui.
b) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh
pabrik pembuat.
c) Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama sekurangkurangnya 1 menit setelah semua bahan berada dalam wadah
pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih
singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 034433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

11

d) Pengolahan, penakaran, dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan


yang berlaku pada SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai.
e) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:
jumlah adukan yang dihasilkan.
proporsi bahan yang digunakan.
perkiraan lokasi pengecoran pada struktur.
tanggal dan waktu pencampuran dan pengecoran.
2.1.1.4 Perawatan beton
a) Aturan aturan dalam perawatan beton
Berdasarkan SNI 03 2847 2002 ketentuan ketentuan perawatan beton
adalah sebagai berikut :
1) Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10
C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari
setelah pengecoran, kecuali jika dirawat dengan perawatan dipercepat.
2) Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 C dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama, kecuali
jika dirawat dengan perawatan dipercepat.
3) Perawatan dipercepat
a) Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan
atmosfir, panas dan lembab, atau proses lainnya yang dapat diterima,
dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan kekuatan dan
mengurangi waktu perawatan.
b) Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada
tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan
kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
c) Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan
mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang
dihasilkan oleh metode perawatan pada a) dan b).
4) Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan
penambahan uji kuat tekan beton untuk menjamin bahwa proses perawatan
yang dilakukan telah memenuhi persyaratan.
b) Macam perawatan di lapangan
Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan pembasahan atau penguapan
(steam) serta dengan menggunakan membran. Pemilihan cara mana yang
digunakan semata-mata mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

12

1) Perawatan dengan pembasahan


Pembahasan dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan. Pekerjaan
perawatan dengan pembahasan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Meletakkan beton segar dalam ruangan yang lembab.


Meletakkan beton segar dalam genangan air.
Meletakkan beton segar dalam air.
Menyelimuti permukaan beton dengan air.
Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.

Cara a, b, dan c digunakan untuk contoh uji. Cara d, e, f digunakan untuk


beton di lapangan yang permukaannya mendatar, sedangkan cara f dan g
digunakan untuk yang permukaannya vertikal.
Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghindarkan beton
dari :
1. Kehilangan air-semen yang banyak pada saat-saat setting time concrete.
2. Kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama.
3. Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat dilakukan
langkah-langkah

perbaikan

dengan

perawatan.

Pelaksanaan Curing

Compound, sesuai dengan ASTM C.309, dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Tipe I, Curing Compound tanpa Dye, biasanya terdiri dari paraffin
sebagai selaput lilin yang dicampur dengan air.
2. Tipe I-D, Curing Compound dengan Fugitive Dye (warna akan hilang
selama beberapa minggu).
3. Tipe II, Curing Compound dengan zat berwarna putih.
Di

pasaran,

kita

dapat

menjumpai

beberapa

merek

sikament,

misalnya Antisol Red (termasuk tipe I-D), Antisol White (termasuk tipe II)
dan Antisol E

(termasuk

Tipe

I, Non

Pigmented

Curing

Compound). Curing compound ini selain berguna untuk perawatan pada


daerah vertikal juga berguna untuk daerah yang mempunyai temperature
yang tinggi, karena bersifat memantulkan cahaya (terutama Tipe I).

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

13

2) Perawatan dengan penguapan


Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan
tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan
rendah berlangsung selama 10-12 jam pada suhu 40-55C, sedangkan
penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu
65-95C, dengan suhu akhir 40-55C. Sebelum perawatan dengan
penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 10-30C
selama beberapa jam.
Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai
musim dingin. Perawatan ini harus diikuti dengan perawatan dengan
pembasahan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar
kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada umur 28 hari.
3) Perawatan dengan membran
Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik
untuk menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering
dalam waktu 4 jam (sesuai final setting time), dan membentuk selembar
film yang kontinyu, melekat dan tidak bergabung, tidak beracun, tidak
selip, bebas dari lubang-lubang halus dan tidak membahayakan beton.
Lembaran plastik atau lembaran lain yang dapat digunakan dengan sangat
efisien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna untuk
perawatan pada lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton.
Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum
perawatan dengan pembahasan.
4) Perawatan Lainnya
Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan
dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan
penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90C, hal tersebut dilakukan untuk
mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi. Selain itu ada pula
perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan untuk beton-beton

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

14

pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65C) dan perawatan dengan


karbonisasi.
Proses curing (perawatan) pada beton memainkan peran penting pada
pengembangan kekuatan dan daya tahan beton , proses curing dilaksanakan segera
setelah proses pencetakan selesai. Proses curing ini meliputi pemeliharaan
kelembapan dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun di permukaan beton
dalam periode waktu tertentu . Proses curing pada beton bertujuan memberikan
kelembapan yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan
kekuatan, stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta
abrasi .
Lamanya proses curing tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)

Jenis semen yang digunakan


Proporsi dari campuran
Ukuran dan bentuk daripada beton
Kondisi cuaca disekitarnya
Kondisi cuaca setelahnya

Beton di tanah (misalnya trotoar, tempat parkir, jalanan, lantai, pelapis


saluran) dan beton struktur (misalnya deck jembatan, dermaga, kolom, balok,
lempengan) membutuhkan waktu curing minimal 7 hari dengan suhu sekitar 5
C diatas suhu sekitarnya.
Institut

Beton

Amerika

(American

Concrete

Institute-ACI)

merekomendasikan jangka waktu minimum curing, proses curing dilakukan


minimum hingga mencapai kekuatan 70 % dari kekuatan yang direncanakan.
70 % kekuatan dapat dicapai dengan cepat apabila curing dilakukan pada
temperatur yang tinggi dan atau dengan penggunaan bahan kimia tambahan yang
digunakan untuk mempercepat perkembangan kuat tekan.
Komite Institut Beton Amerika merekomendasikan waktu minimum curing sbb :
1)
2)
3)
4)
5)

ASTM C 150 semen tipe I, waktu minimum curing 7 hari


ASTM C 150 semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
ASTM C 150 semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
ASTM C 150 semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari
ASTM C 595, C 845, C 1157 waktu curing bervariasi

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

15

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

16

2.1.2

Baja
Baja struktur adalah suatu jenis baja yang berdasarkan pertimbangan

ekonomi, kekuatan dan sifatnya, cocok untuk pemikul beban. Baja struktur
banyak dipakai untuk kolom serta balok bangunan bertingkat, sistem penyangga
atap, jembatan, menara antena, penahan tanah, pondasi tiang pancang, dan lain
lain.
Beberapa keuntungan dari baja sebagai bahan struktur adalah sebagai berikut :

Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi serta merata, menurut Kozai Club
(1983) kekuatan baja terhadap tarik ataupun tekan tidak banyak berbeda dan
bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja pada umumnya mempunyai
ukuran tampang yang relatif kecil jika dibandingkan dengan struktur dari bahan
lain. Oleh karena itu struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja tinggi.
Akibat lebih lanjut adalah pemakaian pondasi yang lebih hemat.

Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup
canggih dengan jumlah tenaga manusia relatif tidak banyak, sehingga
pengawasan

mudah

dilaksanakan

dengan

saksama

dan

mutu

dapat

dipertanggung jawabkan.

Pada umumnya struktur baja dapat dibongkar untuk kemudian dapat dipasang
lagi, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam
berbagai bentuk struktur.
Sudah barang tentu baja sebagai bahan struktur juga mempunyai beberapa

kelemahan atau kekurangan, antara lain :

Struktur dari baja memerlukan pemeliharaan secara tetap yang membutuhkan


pembiayaan yang tidak sedikit

Kekuatan baja dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur tinggi kekuatan


baja sangat berkurang sehingga pada saat kebakaran bangunan dapat runtuh
sekalipun tegangan yang terjadi mungkin saja masih rendah.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

17

Karena kekuatan baja cukup tinggi maka banyak dijumpai batang-batang


struktur yang langsing, oleh karena itu bahaya tekuk (Buckling) mudah terjadi.

2.1.2.1 Jenis baja


Berdasarkan unsur-unsur penyusunnya, baja bisa dibedakan menjadi dua
jenis yaitu baja karbon (carbon steel) dan baja paduan (alloy steel). Berikut ini
penjelasan dari masing-masing jenis baja tersebut.
a) Baja karbon
Baja karbon bisa dibedakan menjadi baja karbon rendah, baja karbon
menengah, dan baja karbon tinggi.
1) Baja Karbon Rendah
Baja karbon rendah mengandung unsur karbon dengan kadar sekitar 0,050,3 persen. Karakteristik utama baja ini ialah gampang ditempa dan mudah
diolah menggunakan mesin. Baja karbon rendah dengan kadar antara 0,050,2 persen biasanya dipakai untuk membuat bodi mobil, struktur bangunan,
pipa, rantai, sekrup, paku. Sementara baja karbon rendah yang memiliki
kadar di kisaran 0,2-0,3 persen umumnya digunakan untuk membuat gigi
kendaraan, baut, dan jembatan.
2.

Baja Karbon Menengah


Baja karbon menengah bersifat lebih kuat daripada baja karbon rendah
sehingga lebih sulit dipotong, dibengkokkan, atau dilas. Baja karbon
menengah yang berkadar 0,3-0,4 persen dipakai untuk membuat batang
penghubung, pin engkol, dan as roda. Sedangkan baja karbon menengah
dengan kadar 0,4-0,5 persen digunakan sebagai bahan pembuatan as roda
mobil, poros engkol, rel, boiler, dan obeng. Serta baja karbon menengah
sekitar 0,5-0,6 persen merupakan bahan baku palu dan kereta luncur.

3.

Baja Karbon Tinggi

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

18

Baja karbon tinggi mengandung unsur karbon berkisar antara 0,6-1,5


persen. Baja jenis ini mempunyai sifat sangat sulit dibengkokkan, dipotong,
maupun dilas. Kegunaan baja karbon tinggi antara lain sebagai bahan baku
pemutar sekrup, palu, pisau, gergaji, kawat, dan alat-alat pertukangan yang
lain.
b) Baja Paduan
Baja paduan tidak hanya terbuat dari besi dan karbon, tetapi juga diberikan
tambahan berupa unsur-unsur lainnya. Adapun tujuan dari dilakukan
penambahan unsur-unsur tersebut antara lain meningkatkan sifat mekanik baja,
menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah, meningkatkan daya tahan
terhadap reaksi kimia, dan menciptakan baja dengan sifat-sifat khusus.
Menurut kadar karbonnya, ada tiga jenis baja paduan yaitu baja paduan rendah
(kurang dari atau sama dengan 2,5%), baja paduan menengah (2,5-10%), dan
baja paduan tinggi (lebih dari atau sama dengan 10%).
2.1.2.2 Karakteristik baja
Agar perencanaan struktur dapat optimal, sehingga hasil rancangan cukup
aman dan ekonomis, maka sifat-sifat mekanis bahan struktur perlu diketahui
dengan baik. Untuk memahami sifat-sifat baja struktur perlu dipelajari diagram
tegangan-regangan. Diagram ini menyajikan informasi yang penting pada baja
dalam berbagai tegangan. Perencanaan struktur baja yang memuaskan baru dapat
dikembangkan setelah hubungan tegangan regangan diketahui dengan baik.
Untuk pembuatan diagram tegangan regangan perlu diadakan pengujian bahan.
Pengujian tarik spesimen baja dapat dilakukan memakai Universal Testing
Machine (UTM). Dengan mesin ini spesimen ditarik dengan gaya yang berubahubah, dari nol diperbesar sedikit demi sedikit sampai batang putus. Pada saat
spesimen ditarik, besar gaya atau tegangan dan perubahan panjang batang atau
regangan dimonitor. Pada UTM yang mutakhir hasil monitor ini dapat disimpan
dalam disk atau disajikan dalam bentuk diagram tegangan regangan lewat plotter.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

19

Grafik 2.1 Diagram tegangan-regangan baja


Tampak bahwa hubungan tegangan regangan pada 0-A linier, sedang di
atas A diagram tidak linier lagi, sehingga titik A disebut sebagai batas sebanding
(Proporsional Limit). Tegangan yang terjadi pada titik A ini disebut tegangan
batas sebanding p. Sedikit di atas A terjadi titik batas elastis bahan. Hal ini berarti
bahwa batang yang dibebani sedemikian sehingga tegangan yang timbul tidak
melampaui e, Panjangnya akan kembali ke panjang semula jika beban
dihilangkan. Pada umumnya tegangan p dan e relatif cukup dekat sehingga
seringkali

kedua

tegangan

tersebut

dianggap

sama

yaitu

sebesar

e.

Regangan yang timbul saat spesimen putus, pada umumnya berkisar sekitar 150
200 kali regangan elastis e. Di atas tegangan elastis e, pada titik B baja mulai
leleh tegangan di titik B baja disebut sebagai tegangan leleh l. Pada saat leleh ini
baja masih mempunyai kekuatan. Hal ini berati bahwa pada saat leleh, baja masih
mampu menghasilkan gaya perlawanan. Bentuk kurva pada bagian leleh ini,
mula-mula mendekati datar, berarti tidak ada tambahan tegangan sekalipun
regangan

tambahan.

Hal

ini

berakhir

pada

saat

terjadi

pergeseran

regangan (Strain Hardening) di titik C kurva naik ke atas lagi sampai dicapai kuat
tarik (Tensile Strength) di titik D. Setelah itu, kurva turun dan spesimen retak
(Fracture) di titik E. Diagram tegangan regangan ini dibuat berdasarkan data
yang diperoleh dari pengujian bahan, dengan anggapan luas tampang spesimen

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

20

tidak mengalami perubahan selama pembebanan. Menurut hukum Hooke suatu


batang yang dibebani tarikan secara uniaksial, luas tampangnya akan mengecil.
Sebelum titik C perubahan luas tampang itu cukup kecil, maka pengaruhnya dapat
diabaikan tetapi setelah sampai pada fase pengerasan regangan, tetapi hukum
Hooke tidak berlaku lagi, tampang mengalami penyempitan yang cukup besar.
Kalau penyempitan itu diperhitungkan dalam penggambaran diagram, akan
diperoleh kurva dengan garis putus putus. Besar regangan pada titik A, B, C, D, E,
dipengaruhi oleh jenis baja yang diuji.

Grafik 2.2 Diagram tegangan-regangan berbagai baja struktur


Berdasarkan besar tegangan leleh ASTM membagi baja dalam empat kelompok,
dengan kisaran tegangan sebagai berikut :
1. Carbon steels, tegangan leleh 210 280 Mpa.
2. High Strength low alloy steels, tegangan leleh 280 490 Mpa.
3. Heat treated carbon and high strength low alloy steels, tegangan leleh 322
700 Mpa.
4. Heat treated constructional alloy steels, tegangan leleh 630 700 Mpa
Setelah mengetahui mekanisme tegangan-regangan baja maka akan mudah
dalam memahami berbagai karakteristik baja sebagai berikut :
1. Sifat Mekanis Baja

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

21

Sifat mekanis baja struktural yang

digunakan

dalam

perencanaan

harus

memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada tabel dibawah.


Tabel 2.5 Tabel sifat mekanis baja

2. Tegangan leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan (fy) tidak boleh diambil kurang dari nilai
yang diberikan Tabel 2.5.
3. Tegangan putus
Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidak boleh diambil kurang dari nilai
yang diberikan Tabel 2.5.
4. Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat

mekanis

lainnya baja struktural

untuk

maksud

perencanaan

ditetapkan sebagai berikut :

Modulus elastisitas

: E = 200.000 Mpa

Modulus geser

: G = 80.000 Mpa

Nisbah poisson

: = 0,3

Koefisien pemuaian : = 12 x 10-6 C

5. Baja yang tidak teridentifikasi


Baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama memenuhi ketentuan
berikut ini:

bebas dari cacat permukaan


sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak mengurangi
kekuatan dan kemampuan layan strukturnya

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

22

ditest

sesuai

ketentuan

yang

berlaku. Tegangan

leleh (fy)

untuk

perencanaan tidak boleh diambil kurang dari 170 MPa sedangkan tegangan
putusnya (fu) tidak boleh diambil kurang dari 300 MPa.

2.1.2.3 Macam profil baja


Kebutuhan konstruksi yang kokoh, dan stabil secara kualitas menjadi
prioritas utama, salah satu aspek penting tercapainya kualitas yang diinginkan
adalah pemilihan profil baja dan dimensinya. Berikut merupakan jenis profil baja
utama yang biasa dipakai di Indonesia sesuai kebutuhan konstruksi.
1. Wide Flange ( WF )
WF biasa digunakan untuk : balok, kolom, tiang pancang, top & bottom chord
member pada truss, composite beam atau column, kantilever kanopi, dll.
Istilah lain: IWF, WF, H-Beam, UB, UC, balok H, balok I, balok W.

Gambar 2.1 Profil baja WF


2. Equal Angle
Equal Angle ini biasanya digunakan untuk struktur rangka atap baja ringan,
struktur pada jembatan rel kereta, kolom maupun balok. Selain itu
profil equal angle ini juga dapat digunakan untuk mengganti tulangan pada
kolom beton apabila dirasa dengan tulangan biasa kurang. Istilah lain: Profil
L, Profil Siku.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

23

Gambar 2.2 Profil baja L

3. Lipped Channel (CNP)


Biasa digunakan untuk : purlin (balok dudukan penutup atap), girts (elemen
yang memegang penutup dinding misalnya metal sheet, dll), member pada
truss, rangka komponen arsitektural. Istilah lain : balok purlin, kanal C, Cchannel, profil C.

Gambar 2.3 Profil Baja C

4. Double Angle

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

24

Double Angle biasanya digunakan untuk struktur rangka kuda - kuda suatu
bangunan. Selain itu sering juga digunakan sebagai balok. Istilah lain: Profil
Double L.

Gambar 2.4 Profil Double Angle

5. Double Channel / Double C

Gambar 2.5 Profil Double C

6.

I Beam
Profil I Beam biasanya digunakan sebagai struktur rangka atap suatu bangunan
maupun pabrik, usuk dan bisa sebagai kolom maupun balok.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

25

Gambar 2.6 Profil I

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

26

2.2 Pekerjaan Struktur


2.2.1 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok dan meneruskannya ke pondasi.
Berdasarkan SNI 0328472002 pengertian kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak 3 kali dimensi lateral
terkecil.
Menurut SNI 03 2847 2002 hal-hal yang harus diperhatikan untuk
kolom yaitu :
1) Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang
bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari
beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau.
Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen
terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2) Pada konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari adanya beban
yang tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar ataupun dalam
harus diperhitungkan. Demikian pula pengaruh dari beban eksentris karena
sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
3) Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom,
ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama ujung-ujung
tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
4) Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan
kekakuan relatif kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekangan pada
ujung kolom.
2.2.1.1 Jenis kolom
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada
tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

27

jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.

Gambar 2.7 Jenis jenis kolom

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

28

2.2.2 Balok
Balok adalah komponen struktur yang bertugas meneruskan beban yang
disangga sendiri maupun dari pelat kepada kolom penyangga. Balok menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang
mengakibatkan terjadinya lenturan (Dipohusodo, 1994).
Menurut Nawy (1990), berdasarkan jenis keruntuhan yang dialami apakah
terjadi leleh tulangan tarik ataukah hancurnya beton balok dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok :
1. Penampang Balanced
Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai regangan
batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada saat awal terjadinya keruntuhan,
regangan tekan yang di ijinkan pada saat serat tepi yang tertekan adalah 0,03
sedangkan regangan baja sama dengan regangan lelehnya, yaitu y=fy/Ec ..
2. Penampang over-reinforced
Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan. Pada awal
keruntuhan, regangan baja s yang terjadi masih lebih kecil daripada regangan
lelehnya y. Dengan demikian tegangan baja fs juga lebih kecil daripada
tegangan lelehnya fy. Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih
banyak daripada yang diperbolehkan dalam keadaan balanced.
3. Penampang Under-reinforced
Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan baja. Kondisi
penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik yang dipakai
pada balok kurang dari yang diperlukan untuk kondisi balanced.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

29

Gambar 2.8 Distribusi regangan penampang balok


(Sumber Nawy, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar,1990)
2.2.3 Pelat Lantai
Pelat lantai adalah elemen horizontal utama yang menyalurkan beban
hidup maupun beban mati ke kerangka pendukung vertikal dari suatu sistem
struktur. Elemen-elemen tersebut dapat di buat sehingga bekerja dalam satu arah
atau bekerja dalam dua arah (Nawy, 1990).
Pelat menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat.
Berdasarkan kemampuan untuk menyalurkan gaya akibat beban. Pelat lantai
dibedakan menjadi pelat satu arah dan dua arah. Pelat satu arah adalah pelat yang
ditumpu hanya pada kedua sisi yang berlawanan, sedangkan pelat dua arah adalah
pelat yang ditumpu kedua sisinya sehingga terdapat aksi dari pelat dua arah
(Winter dan Nilson, 1993).
Apabila Lx 0,4 Ly seperti gambar dibawah , pelat dianggap sebagai
menumpu pada balok B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang
menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

30

pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang
besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di bawah, pelat tersebut dapat
dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4
hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat
dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x
dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.

Gamabr 2.9 pelat dua arah (a) dan pelat satu arah (b)
2.2.4 Penulangan Struktur
SNI 03 2847 2002 mengatur sistem penulangan diantaranya sebagai
berikut :
1)

Penempatan tulangan
a) Tulangan, tendon prategang, dan selongsong prategang harus ditempatkan
secara akurat dan ditumpu secukupnya sebelum beton dicor, dan harus
dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diizinkan dalam 1.b).

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

31

b) Bila tidak ditentukan lain oleh pengawas lapangan, tulangan, tendon


prategang, dan selongsong prategang harus ditempatkan dengan toleransi
berikut:
1) Toleransi untuk tinggi d dan selimut beton minimum dalam komponen
struktur lentur, dinding dan komponen struktur tekan harus memenuhi
ketentuan berikut:
Tabel 2.6 Toleransi tinggi d dan selimut beton

kecuali bahwa ketentuan toleransi untuk jarak bersih terhadap sisidalam cetakan harus sebesar minus 6 mm dan toleransi untuk selimut
beton tidak boleh melampaui minus 1/3 kali selimut beton minimum
yang diperlukan dalam gambar rencana atau spesifikasi.
2) Toleransi letak longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan
harus sebesar 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari
komponen struktur dimana toleransinya harus sebesar 13 mm.
3) Jaring kawat las (dengan ukuran kawat yang tidak melampaui P6 atau
D6) yang digunakan dalam pelat dengan bentang yang tidak
melampaui 3 m boleh dilengkungkan mulai dari titik dekat sisi atas
pelat di atas tumpuan hingga suatu titik dekat sisi bawah pelat pada
tengah bentang, asalkan tulangan tersebut menerus atau diangkur
4)

dengan baik di daerah tumpuan.


Penyatuan atau penyambungan batang tulangan yang bersilangan
dengan menggunakan las tidak diperkenankan kecuali bila diizinkan
oleh pengawas lapangan.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

32

2) Batasan spasi tulangan


a. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh
kurang dari db ataupun 25 mm.
b. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25
mm.
c. Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau
sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh
kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
d. Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk
jarak bersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan
lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang berdekatan.
e. Pada dinding dan pelat lantai yang bukan berupa konstruksi pelat rusuk,
tulangan lentur utama harus berjarak tidak lebih dari tiga kali tebal
dinding atau pelat lantai, ataupun 500 mm.
3) Pelindung beton untuk tulangan
1) Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

33

Tabel 2.7 tebal selimut beton

2) Lingkungan korosif.
Di dalam lingkungan yang korosif atau lingkungan lain yang merusak,
tebal selimut beton harus ditingkatkan secukupnya, dan kepadatan
serta kekedapan selimut beton harus diperhatikan, atau harus diadakan
bentuk perlindungan yang lain.
3) Perluasan di kemudian hari.
Untuk tulangan dan bagian sambungan yang terbuka, yang khusus
disediakan untuk penyambungan dengan struktur tambahan di
kemudian hari, harus dilindungi terhadap kemungkinan korosi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

34

2.3 Manajemen Pelaksanaan Konstruksi


Dalam pelaksanaan suatu proyek terdapat unsur-unsur pelaksanaan dan
masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan kedudukannya.
Struktur organisasi dalam suatu proyek perlu diketahui untuk menjelaskan
hubungan tugas, tanggung jawab, serta wewenang dari perorangan maupun
kelompok. Dalam penanganan suatu proyek terlibat beberapa unsur proyek, yaitu
1. Pemberi Tugas (Owner)
2. Konsultan (Tim Supervisi)
3. Kontraktor (Pelaksana)
Keberhasilan suatu proyek tergantung dari kerja sama semua unsur proyek yang
terlibat didalamnya serta adanya pembagian kerja yang baik dan teratur untuk
mencapai kesatuan tindakan dalam mencapai tujuan proyek.
Hubungan kerja unsur-unsur proyek digambarkan dalam suatu diagram
seperti Gambar 2.10

K
P
oe
m
n
tb
re
ar
i
k
tT
ou
rg
a
s

Gambar 2.10 Hubungan Kerja Unsur-unsur Proyek

Penjelasan gambar :
1. Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dengan Konsultan (dalam hal ini Tim
Supervisi) adalah hubungan kontraktual yang dituangkan dalam surat

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

35

perjanjian kerja dimana Konsultan bertanggung jawab langsung kepada


pemberi tugas.
2. Hubungan kerja antara Pemberi Tugas dengan Kontraktor adalah hubungan
kontraktual yang dituangkan dalam surat perjanjian kerja dimana kontraktor
langsung berkerja atas perintah pemberi tugas.
3. Hubungan kerja antara Konsultan dengan Kontraktor adalah hubungan
fungsional dalam menjalankan ketentuan tugas dan tanggung jawab masingmasing sebagaimana telah tertuang dalam dokumen pelaksanaan.
a. Pemberi tugas
Pemberi tugas adalah badan atau pejabat yang memberikan suatu
pekerjaan dan menanggung semua biaya dari pekerjaan tersebut. Pemberi
tugas dapat berupa perorangan maupun instansi baik pemerintah maupun
swasta.
a) Kewajiban pemberi tugas :
1. Bertanggung jawab atas tercapainya seluruh sarana proyek yang
dikelolanya.
2. Memimpin seluruh staf proyek dan bersama-sama melaksanakan
kegiatan yang tercantum di dalam Daftar Isian Proyek (DIP) sesuai
dengan ketentuan, prosedur dan jadwal yang ditetapkan.
3. Bersama bendahara menyediakan, mengelola dan bertanggungjawab
terhadap keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Menyetujui berita acara supervisi dan berita acara lain yang dibuat
oleh konsultan pengawas.
5. Mengadakan koordinasi dan memberikan pengarahan terhadap
pelaksanaan proyek dalam kegiatan sehari-hari.
6. Menyampaikan infomasi mengenai hambatan yang dihadapi melalui
jalur utusan langsung guna mendapatkan petunjuk penyelesaian
masalah.
b) Wewenang pemberi tugas :
1. Mengambil tindakan-tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan untuk masing-masing tolak
ukur dan batas-batas sesuai dengan jenis pengeluaran yang tercantum
dalam Daftar Isian Proyek dan pedoman pelaksanaan.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

36

2. Mengadakan hubungan kerjasama dengan instansi lainnya baik pusat


maupun daerah menurut keperluannya, termasuk pembuatan kontrak
kerja.
3. Mengatur tata kerja proyek yang terperinci dalam memperhatikan
petunjuk yang ditetapkan Departemen atau Lembaga yang berada
diatasnya.
c) Hak pemberi tugas :
1. Sebagai pemilik proyek yang memberikan pekerjaan kepada
kontraktor.
2. Menilai pekerjaan dan pengawasan secara berkala.
b. Konsultan perencana
Konsultan adalah badan hukum yang diserahkan tugas oleh
pimpinan pelaksana kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan
maka dibentuk Tim Pengawas atau Tim Supervisi.
Konsultan perencana adalah suatu badan hukum yang diserahi tugas
oleh pimpinan proyek untuk melaksanakan perencanaan pekerjaan.
Konsultan perencana berfungsi untuk membantu mengelola proyek dalam
pelaksanaan pengadaan dokumen, konstruksi dan memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan perencanaan yang timbul pada saat
konstruksi.
a) Kewajiban konsultan perencana adalah :
1. Menyusun uraian, maksud dan tujuan perencanaan.
2. Mengumpulkan data-data lapangan, penyelidikan

tanah

dan

lingkungan.
3. Membuat perencanaan dan pengurusan untuk mendapatkan izin
pendirian bangunan serta hasil penelitian dan pengujian anggaran
untuk pelaksanaan konstruksi fisik.
4. Membuat gambar-gambar kerja dan perhitungan konstruksi, listrik,
tata udara serta plumbing.
5. Membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
rencana volume dan biaya, jadwal pelaksanaan dan pelelangan.
6. Memberi penjelasan pekerjaan dan melakukan pengawasan secara
berkala dari segi arsitektur.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

37

b) Hak konsultan perencana adalah:


1. Berhak mendapatkan imbalan jasa atas kerja yang telah dilakukan.
2. Berhak mendapatkan peninjauan dan dokumentasi terhadap
pelaksanaan pekerjaan.
3. Berhak menolak pekerjaan dari kontraktor berdasarkan penilaianpenilaian yang diberikan.
c. Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah badan hukum yang diserahi tugas oleh
pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan proyek. Kegiatan
pengawasan bertujuan agar hasil pekerjaan bangunan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan. Tugas utama pengawas sangat penting
dalam pengarahan di lapangan.
Konsultan pengawas merupakan perusahaan yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan tugas-tugas konsultasi
dalam bidang pengawasan pekerjaan konstruksi. Konsultan pengawas
bertugas mengawasi seluruh kegiatan pekerjaan konstruksi mulai dari
penyiapan, penggunaan dan mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta
pelaksanaan hasil atas hasil pekerjaan sebelum penyerahan.
a) Kewajiban konsultan pengawas adalah :
1. Mengawasi pelaksanan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas dan laju pencapaian volume/realisasifisik.
2. Menilai hasil pelaksanaan pekerjaan dan membuat berita acara
penyerahan pekerjaan.
3. Mengadakan pemeriksaan terhadap semua bahan yang dipakai dan
berhak menolak jika tidak memenuhi persyaratan teknis.
4. Mengambil kebijaksanaan lapangan apabila terdapat kesulitan teknis
di lapangan, misalnya:
1) Mengadakan perubahan-perubahan kecil pada gambar-gambar
untuk penyesuaian pelaksanaan yang tidak mempengaruhi harga
pekerjaan.
2) Perubahan-perubahan pekerjaan yang membawa akibat pada
perubahan harga pekerjaan/kontrak, harus diajukan terlebih dahulu

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

38

kepada Pemimpin Pelaksana Kegiatan untuk

mendapatkan

persetujuan.
3) Menyelesaikan masalah-masalah yang menyebabkan keterlambatan
pelaksanaan.
b) Hak konsultan pengawas adalah :
1. Merupakan wakil pemberi tugas dalam hal pengawasan pelaksanaan
pekerjaan.
2. Berhak menolak pekerjaan dari kontraktor berdasarkan penilaianpenilaian yang diberikan.
d. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan hukum yang berbentuk perusahaan
baik umum maupun perorangan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pembangunan fisik dari suatu konstruksi. Dalam melaksanakan tugasnya
kontraktor selaku pelaksana fisik harus mendapatkan persetujuan dari Tim
Supervisi dan berkewajiban membuat laporan harian, mingguan, bulanan,
guna dapat mengetahui kemajuan fisik konstruksi dan digunakan sebagai
evaluasi baik oleh Tim Supervisi maupun oleh Pemberi Tugas.
a) Kewajiban Kontraktor adalah sebagai berikut :
1. Memahami dan mentaati seluruh ketentuan yang tercantum dalam
surat kontrak kerja.
2. Melaksanakan pekerjaan

sesuai

dengan

gambar-gambar

serta

persyaratan yang telah ditentukan.


3. Menyerahkan pekerjaan bila telah selesai dan disetujui oleh pengawas.
4. Mengadakan pengujian untuk contoh-contoh bahan konstruksi yang
akan dipakai.
5. Melaksanakan seluruh perintah dari pemberi tugas selama tidak
menyimpang dari persyaratan yang telah ditetapkan dalam kontrak
kerja.
b) Hak Kontraktor adalah :
1. Mengikuti proses pelelangan setelah mendapatkan undangan dari
pimpinan proyek melalui pengumuman atau edaran.
2. Berhak mendapatkan imbalan jasa yang besarnya sesuai dengan bobot
atau prestasi pekerjaan yang telah dicapai di lapangan.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

39

3. Mengadakan perhitungan ulang apabila terjadi penyimpangan atas


gambar kerja dengan pelaksanaan yang dilakukan atas perintah
pemberi tugas.
4. Mendapatkan penambahan biaya berdasarkan harga yang telah
disepakati apabila terjadi penambahan pekerjan atas perintah pemberi
tugas.
c) Tanggung jawab Kontraktor adalah :
1. Bertanggungjawab

terhadap

keselamatan

pekerjaan

selama

pelaksanaan.
2. Bertanggungjawab atas kekeliruan yang terjadi karena kelalaian
pelaksana.
3. Bertanggungjawab atas kekuatan dan kekokohan hasil pekerjaan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
4. Bertanggungjawab atas keselamatan bangunan

selama

masa

pemeliharaan.

BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1.Data Proyek
3.1.1 Struktur Organisasi Proyek
Hubungan kerja unsur-unsur proyek digambarkan dalam suatu diagram
seperti Gambar 3.1

K
P
oe
m
n
tb
re
ar
i
k
tT
ou
rgPembangunan Instalasi Gedung Farmasi
a
s

40

Gambar 3.1 Hubungan Kerja Unsur-unsur Proyek


Unsur-unsur yang terlibat di dalam Proyek Pembangunan Gedung Instalasi
Farmasi ini yaitu
1.
2.
3.
4.

Pemilik proyek/pemberi tugas


Konsultan perencana
Konsultan pengawas
Kontraktor pelaksana

: Pemerintah Provinsi NTB


: CV. Anugrah Rancar Selaras
: CV. Graha Adhi Sentosa
: PT. Panji Elektrik

3.1.2 Data Teknis Proyek


Nama Proyek

Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi

Lokasi Proyek
Jenis Pekerjaan

:
:

Jalan dr. Soedjono Lingkar Selatan Lota Mataram


Struktur, Arsitektur, Mekanikal dan Elektrika

Luas Bangunan
Jumlah Lantai
Tinggi Bangunan
Floor to floor
Jangka Waktu
Beton Struktur
Struktur Bangunan
Struktur Atap
Struktur Tangga
Tipe Pondasi
Produsen Beton
Produsen Besi

97,5 m2
2 (dua) lantai
8,4 m
4,40 m
120 hari (4 bulan)
Readymix (K-250)
Beton bertulang
Rangka baja IWF 300 x 150 x 5.5 x 8
Tangga Beton Bertulang
Telapak (Foot Plat)
PT. Eka Praya
PT. Bisa

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

3.1.3 Data Administrasi dan Pendanaan Proyek


Nama Proyek
: Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi
Lokasi proyek
: Jalan dr. Soedjono Lingkar Selatan Lota
Owner/ Pemilik Proyek
Management konstruksi
Perencanaan Struktur
Perencanaan Arsitektur
Pelaksana Konstruksi
Sistem Pelelangan
Sumber Dana

:
:
:
:
:
:
:

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

Mataram
Pemerintah Provinsi NTB
CV. Anugrah Rancar Selaras
CV. Anugrah Rancar Selaras
CV. Anugrah Rancar Selaras
PT. Panji Elektrik
LPSE Kota Mataram
APBD

41

3.2 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan adalah suatu kegiatan awal ( pra konstruksi ) termasuk
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan

persiapan

sangat

diperlukan

sebelum

memulai

pelaksanaan

pembangunan karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap


kelancaran proyek.
3.2.1 Persiapan Lokasi
a. Pembersihan lokasi
Sebelum kegiatan pelaksanaan pekerjaan lokasi harus dalam kondisi
bersih dari tumbuhan.
b. Pembuatan gudang dan barak kerja
Pembuatan Direksi Kit menggunakan bangunan semi permanen
berbahan rangka kayu dengan penutup atap asbes, atau menggunakan
material lain yang pada prinsipnya bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan kegiatan pekerjaan direksi kit
dilengkapi dengan peralatan mebeler, papan tulis, dan penerangan.
Penempatan direksi kit harus mendapat ijin dari pihak Pemberi Tugas.
a. Pengukuran dan pemasangan bowplank
Untuk penentuan titik as, elevasi, dan sudut menggunakan alat ukur
Theodolit dengan tenaga ahli dalam bidangnya. Titik As ditulis dengan cat
warna merah, titik ini harus tetap terjaga sampai dengan pekerjaan Struktur
selesai apabila mengganggu pekerjaan bisa dipindahkan ke pagar proyek
atau diganti dengan papan petunjuk. Pemasangan Bowplank mengelilingi
Bangunan / tidak dipasang hanya pada as-as saja, Elevasi dan notasi as
harus tertulis jelas dengan huruf balok warna merah pada papan bowplank.
b. Pengadaan air Kerja dan Listrik
Penyediaan jasa wajib menyediakan fasilitas air kerja dan listrik
sendiri.
3.2.2

Persiapan Bahan

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

42

Pemilihan bahan konstruksi harus memperhatikan kualitas sehingga akan


didapatkan hasil yang sesuai dengan standar perencanaannya. Selain itu perlu
diperhatikan juga penyimpanan dan penumpukan di gudang agar tidak terjadi
penurunan kualitas material baik disebabkan karena faktor cuaca maupun lamanya
waktu penumpukan di gudang. Adapun bahan-bahan yang dipersiapkan dalam
pembangunan gedung baru instalasi farmasi adalah sebagai berikut :
a) Agregat
Agregat yang digunakan pada proyek ini di datangkan dari daerah Selojan
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
1) Agregat halus
Adapun Agregat Halus yang digunakan dalam pembangunan Gedung
Baru Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Agregat Halus (Pasir)


Pada saat pelaksanaan dilapangan tidak dilakukan pengujian
material agregat terlebih dahulu hal ini di karenakan material yang

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

43

digunakan sudah tertentu dan sudah memenuhi spesifikasi dari RKS


berdasarkan proyek-proyek yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Seperti yang telah diinformasikan sebelumnya agregat halus
didatangkan dari daerah Selojan Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat dengan menggunakan dam truck.

2) Agregat kasar
Adapun Agregat Kasar yang digunakan pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Agregat Kasar ( Kerikil )


Pada saat pelaksanaan dilapangan tidak dilakukan pengujian
material agregat terlebih dahulu hal ini di karenakan Material yang
digunakan sudah tertentu dan sudah memenuhi spesifikasi dari RKS
berdasarkan proyek-proyek yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Seperti yang telah diinformasikan sebelumnya agergat halus
didatangkan dari daerah Selojan Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat dengan menggunakan dam truck.
b) Semen
Semen yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung Baru Instalasi
Farmasi ini adalah semen yang telah melewati syarat dibawah ini :

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

44

l. Mempunyai sertifikat uji (test sertifcate) dari laboratorium yang


disetujui secara tertulis dari Direksi / Pengawas Ahli.
2. Semua yang akan dipakai dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen
untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan
asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan
tidak pecah.
3. Saat pengangkutan semen terlindung dari hujan. Semen diterima dalam
sak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan
disimpan digudang yang cukup. Sak-sak semen tersebut tidak ditumpuk
sampai tingginya melampaui 2 m atau maximum 10 sak. Setiap
pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar
pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
4. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat
salah penyimpanan, dianggap sudah rusak, sudah mulai membantu,
dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah
ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam
waktu 2x24 jam atas biaya Pemborong.
Adapun semen yang digunakan dalam pembangunan Gedung
Baru Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Gambar 3.2

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

45

Gambar 3.4 Semen Gresik


Pada pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi digunakan semen
portland , yaitu semen untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
lain. Kontraktor menggunakan satu jenis dan merk yang sama untuk
seluruh pekerjaan beton pada proyek ini yaitu semen gresik.
c) Tulangan (Besi Beton)
Mutu baja tulangan yang dipergunakan pada pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi adalah BJTP U24 untuk 10mm ( tulangan polos) dan
BJTD U40 untuk 10mm mm ( tulangan ulir ). Dalam perencanaan
struktur baja, SNI 03-1729-2002 nilai Modulus Elastisitas baja tulangan, E
200.000 MPa dan Modulus Geser, G -80.000 MPa.
Adapun Tulangan yang digunakan dalam pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.5

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

46

Gambar 3.5 Tulangan ( Besi beton baja tulangan )


Baja yang digunakan merupakan hasil produksi dari PT. BISA yang
dibawa menuju lokasi dengan menggunakan mobil pickup.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

47

d) Kawat Pengikat
Adapun yang digunakan dalam pembangunan Gedung Baru Instalasi
Farmasi dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Kawat Pengikat


Kawat ( K ) pengikat adalah kawat lunak untuk mengikat baja tulangan,
kawat yang digunakan :
a. Terbuat dari baja lunak dengan diameter 1,0 mm yang telah dipijarkan
terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
b. Untuk keperluan pengikatan berkas tulangan, terdiri dari > 2 tulangan
batang sejajar, diameter kawat pengikatnya 2,5 mm dan jarak
pengikatan harus 24 x diameter batang yang diikat terkecil.
e) Air Kerja
Berikut Air Kerja yang digunakan dalam pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

48

Gambar 3.7 Air Kerja


Air kerja yang digunakan diambil dari instalasi air kantor dinas kesehatan
yang berlokasi tepat disamping proyek.
3.2.3 Persipaan Alat-alat Kerja
Alat kerja merupakan sarana yang amat penting artinya dalam suatu
proyek konstruksi. Dengan alat kerja yang lengkap maka dihasilkan kualitas
pelaksanaan yang baik, waktu penyelesaian yang singkat dan biaya yang efisien.
Alat kerja dapat berupa alat kerja mekanik atau alat kerja elektrik. Tenaga
manusia relatif lebih murah dibandingkan tenaga mesin, maka dari segi ekonomis
pemakaian alat harus dipertimbangkan dengan efektif. Alat-alat kerja yang

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

49

dipergunakan dalam pelaksanaan proyek dalam pembangunan Gedung Baru


Instalasi Farmasi berupa :
l. Alat ukur
Ada beberapa alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan proyek ini
yaitu:
a. Rollmeter
Fungsi dari rollmeter yaitu untuk mengukur panjang benda yang akan
dijadikan objek pengukuran.
b. Benang
Fungsi dari benang yaitu untuk membantu ketepatan penyetelan
bekisting agar posisinya lurus dan sejajar.
2. Molen
Agar mencapai adukan beton yang baik dan merata digunakan mesin
pengaduk. Alat yang dimaksud adalah molen (ditunjukkan pada Gambar
3.8) dengan kapasitas yang tergantung dari volume yang telah
direncanakan.

Gambar 3.8. Pengadukan campuran dengan menggunakan molen


3. Concrete pump truck

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

50

Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan
lengan (boom) untuk memompa campuran beton readymix ke tempattempat yang sulit dijangkau.
Adapun Concrete pump truck yang digunakan dalam pembangunan
Gedung Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Concrete Pump Truck


Pada proyek pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi,
pengadaan concrete pump truck menjadi tanggungjawab penyedia
readymix, dalam hal ini PT Eka Praya, Concrete pump mempunyai
kapasitas pengecoran 10 s/d 100 m3 per jam.
3. Alat pembengkok tulangan
Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu
a. Meja kerja

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

51

Meja kerja terdiri dari pelat baja, dimana diatasnya ditempatkan


potongan baja setinggi 5 cm sebanyak dua buah dan masing-masing
potongan baja membentuk sudut 450 terhadap yang lainnya.
Adapun Meja Kerja yang digunakan dalam pembangunan Gedung
Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Meja Kerja Untuk Membengkokan Tulangan

b. Gunting Besi
Gunting Besi merupakan alat sederhana yang terbuat dari besi yang
besar dan panjangnya bervariasi sesuai dengan besar tulangan yang akan
dipotong.
Adapun gunting besi yang digunakan dalam pembangunan Gedung
Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.11.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

52

Gambar 3.11 Gunting Besi


4. Concrete Vibrator
Untuk mempermudah pada saat pelaksanaan pengecoran agar ronggarongga terisi oleh campuran beton maka di gunakan Concrete Vibrator,
dimana alat ini berfungsi memadatkan beton yang dituangkan ke dalam
bekisting. Dengan penggunaan yang benar Concrete Vibrator dapat
mengeluarkan udara yang terjebak dalam air campuran beton. Hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan concrete vibrator yaitu pada saat
alat bergetar memadatkan campuran beton sebisa mungkin tidak mengenai
tulangan karena dapat menyebabkan bergesernya posisi tulangan.
Adapun Concrete Vibrator yang digunakan dalam pembangunan
Gedung Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.12

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

53

Gambar 3.12 Concrete Vibrator


Jumlah minimal Vibrator dua buah untuk kecepatan pengecoran
sampai dengan 4 m3/jam per lokasi. Vibrator yang digunkan di lokasi
proyek berfrekuensi 250 Hz dengan estimasi waktu penggetaran selama
15-20 detik. Pemberhentian penggetaran juga dapat dihentikan jika sudah
tidak ada gelembung udara keluar dari adukan beton yang dipadatkan.
5. Cangkul, sekop, dan cepang
Cangkul, sekop, dan cepang digunakan meratakan beton readymix
yang dituangkan pada saat proses pengecoran.
6. Gerobak tuang dorong
Gerobak tuang dorong adalah alat angkut yang didorong oleh tenaga
manusia yang digunakan untuk mengangkut sample beton readymix ke
lokasi tertentu guna dilakukan pengujian slump digunakan pula
mengangkut material-material lainnya untuk mempermudah pekerjaan.
Adapun

Gerobak

Tuang

Dororng

yang

digunakan

dalam

pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.13

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

54

Gambar 3.13 Gerobak Tuang Dororng


7. Mixer truck
Adapun Mixer Truck yang digunakan dalam pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.14

Gambar 3.14 Mixer Truck


Mixer truck berfungsi untuk mengangkut beton readymix yang telah
dipesan oleh kontraktor ke lokasi proyek. Pengadaan mixer truck menjadi
tanggung jawab penyedia beton readymix, dalam hal ini PT Eka Praya.
Didalam proyek ini dipakai Mixer truck dengan kapasitas 5 m3, 6 m3, dan 7
m3.
8. Skaffolding/sokongan

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

55

Adapun Skaffolding yang digunakan dalam pembangunan Gedung


Baru Instalasi Farmasi dilihat pada Gambar 3.15 berikut.

Gambar 3.15 Skaffolding


Skaffolding berfungsi untuk menyokong bekisting agar tidak terjadi
pergeseran posisi bekisting. Selain itu, alat ini juga berguna sebagai
tempat bertumpu tukang pada proses pemasangan tulangan.
3.3 Pelaksanaan PKL
3.3.1 Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur yang dilaksanakan pada proyek pembangunan Gedung
Baru Instalasi Farmasi ini antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Pekerjaan kolom lantai satu.


Pekerjaan balok lantai satu.
Pekerjaan pelat lantai dua.
Pekerjaan kolom lantai dua.
Pekerjaan balok lantai dua.
Pekerjaan dinding.
Pelaksanaan curing.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

56

3.3.1.1 Pekerjaan kolom lantai satu


Kolom adalah suatu bagian dari struktur bangunan yang berfungsi
meneruskan beban konstruksi dari balok, pelat lantai, konstruksi atap, dan
bagian konstruksi lainnya ke pondasi serta sebagai pengikat dinding bangunan.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan kolom beton struktur lantai satu
dilakukan, beberapa tahap pekerjaan persiapan antara lain:
a. Perencanaan campuran adukan beton
b. Penulangan kolom lantai satu
c. Pemasangan Bekisting
d. Pengecoran kolom
e. Pembongkaran bekisting kolom lantai satu
Berikut uraian dari tahap-tahap pekerjaan tersebut
a. Perencanaan campuran adukan beton
Pada tahap awal persiapan, disediakan material semen, pasir, agregat
halus agregat kasar, dan air. Agar tercapainya mutu beton yang dikehendaki
maka perbandingan campuran beton harus sesuai dengan perencanaan.
Pelaksanaan pembuatan campuran beton harus berdasarkan readymix yang
telah dilakukan melalui suatu percobaan dan tes kubus beton (pengujian
kuat tekan beton dan pengujian slump) sehingga dihasilkan mutu beton
sesuai dengan rencana.
Berikut merupakan gambar pengujian slump dilapangan.

Gambar 3.16 Pengujian slump


b. Penulangan kolom lantai satu
Berikut adalah gambar penulangan kolom lantai satu pada proyek
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

57

Gambar 3.17 Penulangan kolom lantai satu


l) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
a. Cutter (alat pemotong tulangan)
b. Alat pembengkok tulangan
c. Tang
Bahan yang digunakan :
a. Besi Ulir D 16 mm
b. Besi polos 10 mm
c. Kawat pengikat

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

58

2) Teknis pelaksanaan :
1. Satu lonjor besi ulir Dl6 dipotong menjadi beberapa bagian dengan
menggunakan cutter (pemotong besi). Satu lonjor panjangnya 12 m.
2. Untuk kolom lantai pertama, tulangan utama kolom bagian bawahnya
dibengkokkan dan dimasukkan kedalam rangkaian tulangan pondasi.
3. Pemasangan tulangan utama kolom dilakukan dengan bantuan
perancah untuk menyangga tulangan agar tetap tegak.
4. Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom, pasang
tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar tulangan utama
kolom tidak bergeser atau berubah posisinya. Kemudian satu lonjor
besi tulangan polos 10 mm dipotong menjadi beberapa bagian.
5. Besi tulangan polos 10 mm tersebut kemudian dibengkokkan
sehingga

membentuk

tulangan

sengkang.

Selanjutnya

adalah

pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan


sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.
6. Jarak tulangan sengkang 10 mm untuk tumpuan dan 20 mm untuk
lapangan.
c. Pemasangan bekisting kolom
Berikut adalah gambar pemasangan bekisting kolom pada proyek
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

59

Gambar 3.18 Pemasangan bekisting kolom lantai satu


l) Alat yang digunakan:
a. Kayu bekisting
b. Meteran
c. Paku dan palu
d. Besi penyangga
2) Pemasangan bekisting kolom :
a. Setelah tulangan kolom dipasang, kemudian dipasang bekisting pada
setiap sisi kolom.
b. Setiap sisi disokong dengan menggunakan kayu penyangga.
d. Pengecoran kolom
Berikut adalah gambar pengecoran kolom pada proyek Pembangunan
Gedung Baru Instalasi Farmasi

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

60

.
Gambar 3.19 Pengecoran kolom lantai satu
Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu harus dipastikan bahwa
kedudukan kolom telah benar sesuai dengan gambar kerja dan
kedudukannya tidak akan berubah selama pengecoran berlangsung.
Setelah bekisting dipasang, kemudian dilakukan proses pengecoran
dengan mutu beton K250.
l) Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
a. Ember Kerja
b. Mixer Truck
c. Besi Pengrojok
Bahan yang digunakan :
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

61

2) Teknik Pelaksanaan
Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
a) Persiapan pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus
benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi
dan menghindari kerusakan beton.
b) Pelaksanaan pengecoran
Dalam pengecoran kolom digunakan readymix beton dengan mutu K250, adapun urutan pelaksanaan pengecoran adalah :
1. Beton readymix tiba di lokasi proyek dengan menggunakan mixer
car.
2. Melakukan uji slump terhadap beton ready mix serta mengambil
benda uji kubus (15 x 15 x 15 cm3).
3. Beton ready mix dari mixer car disalurkan ke dalam bekisting
kolom yang dilakukan secara manual atau menggunakan tenaga
manusia berupa ember kerja.
4. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga, maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan besi, dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi/
rangkaian tulangan.
e. Pembongkaran bekisting kolom lantai satu
Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton berumur 24 jam
atau 48 jam setelah mengeras dengan sempurna.
Berikut

adalah

gambar

pembongkaran

Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

62

kolom

pada

proyek

Gambar 3.20 Pembongkaran kolom lantai satu


3.3.1.2 Pekerjaan balok lantai satu
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi menahan
beban lantai dan beban-beban lainnya yang bekerja di atasnya, kemudian
menyalurkan beban tersebut ke kolom.
Berkaitan dengan pemasangan dan pengikatan tulangan harus dilakukan
seakurat mungkin sesuai dengan gambar kerja agar sebelum dan sesudah
pengecoran, tulangan tidak bergeser, beberapa tahap pekerjaan persiapan antara
lain:
a. Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Balok
b. Penulangan Balok
c. Pengecoran Balok
Berikut uraian dari tahap-tahap pekerjaan tersebut :
a. Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Balok
Pembuatan Begisting balok menggunakan multiplek tebal 6 mm dan
usuk ukuran 4/6. Ukuran dan bentuk bekisting disesuaikan dengan ukuran dan
bentuk balok yang terdapat dalam gambar kerja.
Berikut adalah gambar pengerjaan pemasangan bekisting balok lantai
satu pada Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

63

Gambar 3.21 Pemasangan bekisting balok lantai satu


1) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
a. Mesin pemotong kayu
b. Meteran
c. Palu
Bahan yang digunakan:
a. Kayu / plywood
b. Triplek
c. Paku
d. Scaffolding (penyangga)
2) Teknis Pelaksanaan
Proses pembuatan dan pemasangan Bekisting balok :
a. Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan pekerjaan,
karena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan panel bekisting
balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan harus
cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau
balok yang akan dibuat. Pekerjaan balok dilakukan langsung di lokasi
dengan mempersiapkan material utama antara lain: multiplek 6 mm,
usuk 4/6, dan papan plywood.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

64

b. Scaffolding disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik


untuk bekisting balok maupun pelat.
c. Papan triplek dipotong menggunakan mesin pemotong kayu papan yang
digunakan adalah multiplek 6 mm.
d. Papan-papan tersebut kemudian dirangkai menjadi sebuah bekisting
balok dengan cara dipaku.
e. Kemudian masing-masing bekisting tersebut dipasang langsung diposisi
masing-masing.
b. Penulangan balok lantai satu
Berikut adalah gambar pengerjaan penulangan balok lantai satu pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Gambar 3.22 Penulangan balok lantai satu


l) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
a. Cutter (alat pemotong tulangan)

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

65

b. Alat pembengkok tulangan


c. Tang
Bahan yang digunakan:
a. Kawat banderat
b. Besi Ulir D16
c. Besi polos 10 mm
2) Teknis pelaksanaan
Proses pembuatan tulangan balok :
a. Satu lonjor besi ulir D16 dipotong menjadi beberapa bagian dengan
menggunakan cutter (pemotong besi).
b. Kedua ujung tulangan besi ulir D16 dibengkokkan menggunakan
pembengkok tulangan dan pengunci, dengan panjang 8 cm.
c. Satu lonjor besi tulangan polos 10 mm dipotong menjadi beberapa
bagian.
d. Besi tulangan polos 10 mm tersebut kemudian dibengkokkan dan
pengunci sehingga membentuk tulangan sengkang.
e. Tulangan-tulangan tersebut kemudian dirangkai langsung di lokasi
menjadi tulangan balok . Masing-masing tulangan sengkang diikatkan
pada tulangan pokok menggunakan kawat benderat. Jarak tulangan
sengkang 10 mm untuk tumpuan dan 20 mm untuk lapangan.
c. Pengecoran balok
Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu harus dipastikan bahwa
kedudukan balok telah benar sesuai dengan gambar kerja dan kedudukannya
tidak akan berubah selama pengecoran berlangsung.
Setelah bekisting selesai dipasang, kemudian dilakukan proses
pengecoran dengan mutu beton K-250.
Berikut adalah gambar pengerjaan pengecoran balok lantai satu pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

66

Gambar 3.23 Pengecoran balok lantai satu


3) Alat dan bahan
Alat yang digunakan:
a. Concrete pump
b. Mixer truck
c. Besi pengrojok
d. Vibrator
Bahan yang digunakan:
a.
b.
c.
d.

Semen
Pasir
Kerikil
Addition

4) Teknis pelaksanaan

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

67

Dalam pengecoran balok digunakan readymix beton dengan mutu K-250,


adapun urutan pelaksanaan pengecoran adalah:
1. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor
terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran
(potongan kayu,batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air
semen.
2. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, digunakan
concrete pump yang menyalurkan beton readymix dari truck mixer ke
lokasi pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang di
sambung-sambung.
3. Melakukan uji slump terhadap beton readymix serta mengambil benda
uji kubus (151515 cm

). Beton readymix dari mixer car

disalurkan ke bekisting balok dengan menggunakan concrete pump.


4. Mencampurkan Additon ke campuran beton guna mempercepat proses
pengeringan. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu
ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan pengendapan/
pemisahan agregat.
5. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue / tanpa
berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih
dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan
yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk
dipakai lagi.
6. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga, maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator.
7. Setelah campuran dalam bekisting penuh, kemudian bagian atasnya
diratakan.
3.3.1.3 Pekerjaan pelat lantai dua
Pelat adalah bagian dari struktur bangunan yang menahan beban yang
bekerja pada lantai sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
a. Pembuatan dan pemasangan bekisting pelat lantai dua

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

68

Pembuatan bekisting balok menggunakan multiplek tebal 6 mm dan


usuk ukuran 4/6. Ukuran dan bentuk bekisting disesuaikan dengan ukuran dan
bentuk balok yang terdapat dalam gambar kerja.

Gambar 3.24 Pembuatan dan pemasangan bekisting plat lantai dua


1) Alat dan bahan
Alat yang digunakan:
a. Mesin pemotong kayu
b. Meteran
c. Palu
Bahan yang digunakan:
a.
b.
c.
d.

Kayu / plywood
Triplek
Paku
Penyangga (Scaffolding)
2) Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :
a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk
pelat lebih tinggi daripada balok.
b. Atur posisi perancah dengan baik dengan jarak yang sama, Letakkan balok
kayu 4/6 dengan posisi memanjang dan sejajar dengan bekisting balok.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

69

c. Setelah peletakkan semua selesai, maka baru proses perletakan multiplek


diatas balok kayu tersebut.
b. Penulangan pelat lantai dua
Berikut adalah gambar pengerjaan penulangan pelat lantai dua pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Gambar 3.25 Pemasangan tulangan pelat lantai dua


1) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
1. Gunting Baja
2. Cutter (pemotong baja)
3. Tang
Bahan yang digunakan:
1. Besi 10
2. Kawat pengikat 1 mm

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

70

2)Teknis pelaksanaan
Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah tahap pembesian
pelat lantai, antara Iain :
a. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah
siap.
b. Merakit besi 10 dengan membuat tulangan bawah terlebih dahulu,
secara menyilang dan diikat menggunakan kawat pengingkat.
c. Kemudian merakit juga tulangan atas pelat.
d. Membuat tulangan pemisah antara tulangan bawah dan tulangan atas
yang disebut tulangan susut yang berfungsi tulangan yang dipasang
untuk melawan penyusutan/pemuaian dan pemasangannya berhadapan
dan tegak lurus dengan tulangan pokok.
e. Selanjutnya meletakan beton deking antara tulangan bawah pelat dan
bekisting alas pelat agar tidak menempel saat proses pengecoran.
c. Pengecoran pelat lantai dua
Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor
terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan
kayu,batu, tanah dan lain-lain).
Berikut adalah gambar pengerjaan pengecoran pelat lantai dua pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

71

Gambar 3.26 Pengecoran pelat lantai dua


l) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu:
a. Concrete pump
b. Vibrator
c. Cangkul/alat perata lainnya
Bahan yang digunakan adalah:
a. Beton Ready mix K-250
2) Teknis pelaksanaan :
1. Beton readymix tiba di lokasi proyek dengan menggunakan mixer car.
2. Melakukan uji slump terhadap beton ready mix serta mengambil benda
3
uji kubus (151515 cm ).

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

72

3. Beton ready mix dari mixer car disalurkan ke bekisting pelat lantai
dengan menggunakan concrete pump. Beton tidak boleh dijatuhkan
dari ketinggian lebih dari 1,50 m.
4. Mencampurkan Additon ke campuran beton guna mempercepat proses
Pengeringan. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu
ketinggian lebih dari 1,5 m Yang akan menyebabkan pengendapan/
pemisahan agregat.
5. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga,maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator.
6. Setelah dipastikan balok dan pelat telat terisi beton semua,permukaan
beton segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang
panjang dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah
ditentukan sebelumnya.
3.3.1.4 Pekerjaan kolom lantai dua
a. Penulangan kolom lantai dua
Berikut adalah gambar pengerjaan penulangan kolom lantai dua pada
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

73

Gambar 3.27 Pengerjaan penulangan kolom lantai dua


l) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
a. Cutter (alat pemotong tulangan)
b. Alat pembengkok tulangan
c. Tang
Bahan yang digunakan :
a. Besi Ulir D 16 mm
b. Besi polos 10 mm
c. Kawat pengikat
2) Teknis pelaksanaan :
1. Satu lonjor besi ulir Dl6 dipotong menjadi beberapa bagian dengan
menggunakan cutter (pemotong besi). Satu lonjor panjangnya 12 m.
2. Untuk kolom lantai kedua, tulangan utama kolom bagian bawahnya
dibengkokkan dan dimasukkan kedalam rangkaian tulangan kolom
lantai pertama.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

74

3. Pemasangan tulangan utama kolom dilakukan dengan bantuan


perancah untuk menyangga tulangan agar tetap tegak.
4. Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom, pasang
tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar tulangan utama
kolom tidak bergeser atau berubah posisinya. Kemudian satu lonjor
besi tulangan polos 10 mm dipotong menjadi beberapa bagian.
5. Besi tulangan polos 10 mm tersebut kemudian dibengkokkan
sehingga

membentuk

tulangan

sengkang.

Selanjutnya

adalah

pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan


sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.
6. Jarak tulangan sengkang 10 mm untuk tumpuan dan 20 mm untuk
lapangan.
b. Pemasangan bekisting kolom lantai dua
Berikut adalah gambar pemasangan bekisting kolom lantai dua pada
proyek Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi

Gambar 3.28 Pemasangan bekisting kolom lantai dua

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

75

l) Alat yang digunakan:


a. Bekisting
b. Meteran
c. Paku dan palu
d. Besi penyangga
2) Pemasangan bekisting kolom :
Setelah tulangan kolom dipasang, kemudian dipasang bekisting pada
setiap sisi kolom. Setiap sisi disokong dengan menggunakan kayu
penyangga.
c. Pengecoran kolom
Berikut adalah gambar pengecoran kolom lantai dua pada proyek
Pembangunan Gedung Baru Instalasi Farmasi

.
Gambar 3.28 Pengecoran kolom lantai dua

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

76

Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu harus dipastikan bahwa


kedudukan kolom telah benar sesuai dengan gambar kerja dan
kedudukannya tidak akan berubah selama pengecoran berlangsung.
Setelah bekisting dipasang, kemudian dilakukan proses pengecoran
dengan mutu beton K250.
l) Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
a

Ember Kerja
b. Mixer Truck
c. Besi Pengrojok
Bahan yang digunakan :
a.
Semen
b.
Pasir
c.
Kerikil
d.
Air
2) Teknik Pelaksanaan
Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :
a) Persiapan pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus
benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi
dan menghindari kerusakan beton.
b) Pelaksanaan pengecoran
Dalam pengecoran kolom digunakan readymix beton dengan mutu K250, adapun urutan pelaksanaan pengecoran adalah :
1. Beton readymix tiba di lokasi proyek dengan menggunakan mixer
car.
2. Melakukan uji slump terhadap beton ready mix serta mengambil
benda uji kubus (15 x 15 x 15 cm3).
3. Beton readymix dari mixer car disalurkan ke dalam bekisting
kolom yang dilakukan secara manual atau menggunakan tenaga
manusia berupa ember kerja.
4. Agar campuran pada bagian dalam bekisting tidak berongga, maka
campuran beton dipadatkan dengan menggunakan besi, dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi/
rangkaian tulangan.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

77

d. Pembongkaran bekisting kolom, balok dan pelat lantai dua


Berikut adalah gambar pengerjaan pembongkaran bekisting kolom,
balok dan pelat lantai dua pada Pembangunan Gedung Baru Instalasi
Farmasi.

Gambar 3.29 Pelepasan bekisting


Untuk pelat pembongkaran bekisting dilakukan setelah 14 hari
pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7
hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang sampai pelat benar-benar
mengeras.

3.3.1.5 Pekerjaan dinding


Berikut adalah gambar pengerjaan dinding pada Pembangunan
Gedung Baru Instalasi Farmasi.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

78

Gambar 3.30 Pengerjaan dinding


l) Alat dan bahan
Bahan yang digunakan :
a.
b. Semen
c. Pasir
d. Air

Bata

Alat yang digunakan :


a.
Waterpass
b.
Benang
c.
Unting-unting
2) Teknik Pelaksanaan
a. Lakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur dan waterpass.
b. Menentukan dan menandai (marking) lokasi yang akan dipasang batu
bata termasuk titik-titik as dinding, ketinggian pasangan, siku ruangan
dan ketebalan dinding.
c. Pasangan bata biasa dengan menggunakan adukan 1PC : 5Psr dan
pasangan bata transram menggunakan adukan 1PC : 3Psr.
d. Sebelum bata dipasang terlebih dahulu direndam dalam air jenuh, agar
air semen adukan tidak terserap dalam bata yang mana akan

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

79

mengakibatkan adukan mudah rontok dan pasangan batu bata cukup


kuat.
e. Buat adukan untuk pasangan dinding bata.
f. Pasang profil dan benang serta unting-unting untuk acuan pasangan
dinding bata.
g. Pasang dan susun bata pada area
h. Cek dan periksa kesikuan/kerataan pasangan bata pada setiap
ketinggian 1 m.
3.3.1.6 Pelaksanaan curing
Pada saat pembongkaran bekisting pada tiap tiap langkah pekerjaan
umumnya dilakukan curing (perawatan beton) namun pada proyek
Pembangunan Instalasi Farmasi ini curing tidak dilakukan secara langsung
oleh pekerja karena intensitas hujan yang terjadi hampir disetiap hari
pelaksanaan proyek, oleh sebab itu proses curing sudah otomatis terjadi
karena hujan.

3.4 Manajemen Konstruksi Dilapangan


3.4.1 Implementasi Manajemen konstruksi
Pada proyek pembangunan Gedung Baru Istalasi Farmasi ini manajemen
konstruksi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.

Pengawasan jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan metode


konstruksi yang benar atau tidak.

2.

Laporan progres dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara
tertulis.

3.

Diadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan mengundang


konsultan perencana, wakil owner, dan kontraktor.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

80

4.

Pengesahan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan


spesifikasi kontrak atau tidak.

5.

Pengelolaan, pengarahan, dan pengkoordinasian pelaksanaan pekerjaan


oleh kontraktor dalam aspek mutu dan waktu.

6.

Pengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh kontraktor

7.

Pemeriksa gambar

shop

drawing dari

kontraktor

sebelum

dimulai

pelaksanaan pekerjaan.
8.

Pemberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada pekerjaan yang


harus dikerjakan namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat schedule.

3.4.1.1 Tugas pengawas lapangan


Proyek gedung terdiri dari 4 sub pekerjaan besar antara lain pekerjaan
struktur, arsitektur, interior dan mechanical elekctrical plumbing. Oleh karena itu
peranan pengawas struktur sangat penting dalam melaksanakan tugasnya dengan
baik. Adapun tugas dari pengawas struktur dalam proyek ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengawasi proses pekerjaan pembesian apakah sesuai dengan gambar
shopdrawing atau tidak. Apabila ada besi yang kurang pengawas berhak
menunda pengecoran.
2. Mengawasi proses pekerjaan bekisting apakah sudah aman terhadap
lingkungan dan tidak membahayakan sekitarnya. Karena pembuatan perancah
yang tidak kuat akan meningkatkan resiko kecelakaan kerja.
3. Mengawasi proses pekerjaan pengecoran terutama penggunaan vibrator agar
hasil beton tidak ada yang keropos.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

81

4. Mengawasi pekerjaan finishing mulai dari pasangan dinding, lantai, plafond


dan fasade.
5. Mengawasi dan memeriksa penggunaan material apakah sesuai dengan
spesifikasi kontrak atau tidak.
6. Menegur pekerja apabila ada pekerjaan arsitektur dan interior yang kurang
rapi.

3.4.1.2 Penyelesaian masalah konstruksi


Dalam pelaksanaan proyek tidak selamanya apa yang telah direncanakan
berjalan mulus dilapangan seperti yang terjadi pada pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi ini, tentunya masalah-masalah ini menjadi tanggungjawab
seluruh unsur proyek untuk mengambil tindakan yang tepat agar masalah-masalah
tersebut teratasi, berbagai masalah yang terjadi pada proyek ini diantaranya :
a. Pekerjaan yang tidak sesuai time schedule
Pekerjaan yang tidak sesuai time schedule merupakan hal yang sering terjadi
pada pekerjaan konstruksi, misalnya pada proyek ini pekerjaan kolom dan
balok lantai dua, tangga, serta pekerjaan akhir lainnya mengalami
keterlambatan dikarenakan faktor cuaca serta kurangnya tenaga pekerja, dalam
hal ini seluruh unsur proyek meliputi kontraktor, konsultan dan PPK
melaksanakan rapat yang lebih intens dari sebelumnnya dan disimpulkan
dengan adanya penambahan pekerja yang didatangkan dari jawa, serta
penambahan jam kerja sampai petang.
b. Kesalahan hasil pekerjaan tukang
Beberapa kesalahan yang terjadi pada hasil pekerjaan tukang pada proyek ini
antaralain :

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

82

Kolom yang dibuat menjadi miring


Hal ini terjadi karena kurang telitinya tukang mengukur keseimbangan
pada saat pekerjaan bekisting kolom.

Kesalahan penulangan
Pada kolom lantai satu ada tulangan yang keluar.
Berbagai kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi antara
pengawas dilapangan dengan tukang.

c. Kegagalan bekisting
Terjadinya kegagalan bekisting disebabkan oleh massa air yang tertampung
didalam bekisting sebelum pengecoran selesai sepenuhnya, hal ini terjadi
akibat tingginya intensitas hujan yang juga menyebabkan kayu bekisting rusak.
Berikut adalah gambar ketika terjadinya kegagalan bekisting pada proyek.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

83

Gambar 3.31 Pecahnya bekisting


Dari berbagai kesalahan diatas penyelesaian diambil berdasarkan
keputusan kontraktor yang bertanggungjawab langsung terhadap PPK.

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

84

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada proyek Pembangunan

Gedung Baru Instalasi Farmasi Mataram ini, kami memperoleh banyak


pengetahuan khususnya aplikasi dari teori-teori struktur dan manajemen
konstruksi yang sebelumnya telah kami dapatkan dari bangku kuliah.
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan kami menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Semua unsur dalam suatu proyek antara lain pemilik, konsultan serta
kontraktor harus bekerjasama serta berkoordinasi dengan baik agar proyek
dapat diselesaikan dengan maksimal.
2. Tidak selamanya realisasi dilapangan sesuai dengan yang telah direncanakan,
berbagai faktor dapat menghambat penyelesaian proyek, misalnya faktor
cuaca dan sumber daya, pada Proyek Pembangunan Instalasi Farmasi ini cuaca
adalah faktor utama penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek,
sedangkan faktor lainnya adalah sumber daya manusia yaitu kurangnya jumlah
tenaga pekerja pada proyek.
3. Terkadang terjadi kesalahan-kesalahan yang membuat penyelesaian proyek
terhambat, pada proyek ini misalnya pecahnya bekisting kolom akibat air
hujan yang merusak kayu bekisting.
4.2 Saran
Dari Praktek Kerja Lapangan pada proyek Pembangunan Gedung Baru
Instalasi Farmasi Mataram ini, perlu diperhatikan berbagai hal sebagai berikut :
1. Perlunya koordinasi yang baik antara pengawas dengan para pekerja
dilapangan.
2. Perlu adanya penambahan pekerja serta pengaturan jam kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

85

Pembangunan Instalasi Gedung Farmasi

86

Anda mungkin juga menyukai