Laporan Pendahuluan Icu
Laporan Pendahuluan Icu
Disusun Oleh :
Dede Tatang Kurniawan (4338114401210056)
2. Faktor predisposisi :
a. faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1) usia lebih dari 40 tahun
2) jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
3) hereditas
4) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Mayor :
a) hiperlipidemia
b) hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes
e) Obesitas
f) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2) Minor:
a) Inaktifitas fisik
b) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
c) Stress psikologis berlebihan.
C. PATHOFISIOLOGI
Proses terjadinya infark
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke
bagian distal terhambat., sel oto jantung bagian distal mengalami hipoksia iskhemik
infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin
menjadi teroduksi secara total dan menjadi berwarna birui gelap, dinding arteri menjadi
permeable, terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.
Mekanisme nyeri pada OMI
Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk melakukan
metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga
merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim
proteolitik sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls
nyeri dihantarkan melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus,
korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri. Perangsangan syaraf simpatis
yang berlebihan akan menyebabkan :
1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan
frekuensi denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan
di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsangf rasa mual /
muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah ferifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium kanan
meningkat, dan akhirnya yekanan darah meningkat.
D. PATHWAY
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Gangguan perfusi
Gagal jantung
jaringan
2. Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24
jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian
ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0 = tidak mengalami nyeri
1 = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
F. KOMPLIKASI
1. Edema paru akut
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan vena
pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic yang mengakibatkan cairan
merembes keluar.
2. Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas, sehingga
jantung tidak mampu memompa darah dengan adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi.
3. Syok kardiogenik
Karena adanya kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, sehingga
menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ vital. Adapun tand-tandanya tekanan
darah rendah, nadi cepat dan lemah, hypoxia, kulit dingin dan lembab.
4. Tromboemboli
Murangnya mobilitas pasien dengan sakit jantung dan adanya gangguan sirkulasi
yang menyertai kelainan ini berleran dalam pembentukan thrombus intracardial dan
intravesikular
5. Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
6. Rupture miokardium
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan disfungsi miokadium
lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
7. Efusi pericardial / tamponade jantung
Masuknya cairan kedalam kantung perikardium karena adanya perikarditis dan gagal
jantung.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal
lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner : Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI
kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
2. Tirah baring, posisi semi fowler.
3. Monitor EKG
4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
Pemberian dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat dan
antiloagulan, analgetik pilihan adalah morvin sulfat secara IV
7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan: Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja
memperpanjang waktu pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus Trombolitik.
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil
penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa digunakan adalah
streptokinase, aktifasi plasminogen jaringan dan amistropletase
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
12. Vasodilatator
Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah nitroglycerin, baik
secara intra vena maupun sublingual, efek sampingnya yaitu dapat mengurangi
preload, beban kerja jantung dan after load.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PRIMER
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
PENGKAJIAN SEKUNDER.
1. Aktifitas
Gejala :
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Tidak dapat tidur
d. Pola hidup menetap
e. Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
a. Takikardi
b. Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
a. Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
b. Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c. Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
d. Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e. Friksi ; dicurigai Perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g. Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel
h. Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang
keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
6. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral)
b. Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
c. Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
d. Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami.
e. Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
a. dispnea tanpa atau dengan kerja
b. dispnea nocturnal
c. batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
a. peningkatan frekuensi pernafasan
b. nafas sesak / kuat
c. pucat, sianosis
d. bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
a. Stress
b. Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
a. Kesulitan istirahat dengan tenang
b. Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
c. Menarik diri
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan peningkatan asam laktat
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,irama jantung
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
9. Sindrome perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
10. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
11. Kurang pengetahuan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Tujuan : Nyeri berkurang setelah 1. Pantau atau catat 1. Variasi penampilan dan perilaku px
dengan iskemia dilakukan tindakan perawatan selama karakteristik nyeri, catat karena nyeri terjadi sebagai temuan
jaringan sekunder di RS laporan verbal, petunjuk pengkajian. Kebanyakan px dengan IM
terhadap sumbatan Kriteria Hasil: nonverbal, dan respon akut tampak sakit, distraksi, dan
arteri ditandai 1. Nyeri dada berkurang misalnya hemodinamik (meringis, berfokus pada nyeri. Riwayat verbal dan
dengan : dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1 menangis, gelisah, penyelidikan lebih dalam terhadap
1. nyeri dada 2. ekpresi wajah rileks / tenang, tak berkeringat, faktor pencetus harus ditunda sampai
dengan / tanpa tegang mencengkeram dada, nyeri hilang. Pernapasan mungkin
penyebaran 3. tidak gelisah napas cepat, meningkat senagai akibat nyeri dan
2. wajah meringis 4. nadi 60-100 x / menit, TD/frekwensi jantung berhubungan dengan cemas, sementara
3. gelisah 5. TD 120/ 80 mmHg berubah). hilangnya stres menimbulkan
4. delirium katekolamin akan meningkatkan
5. perubahan nadi, kecepatan jantung dan TD.
tekanan darah. 2. Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan
harus digambarkan oleh px. Bantu px
2. Ambil gambaran lengkap untuk menilai nyeri dengan
terhadap nyeri dari pasien membandingkannya dengan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
kerja miokard.
Efek vasodilatasi dapat
meningkatkan aliran darah koroner,
sirkulasi kolateral dan menurunkan
preload dan kebutuhan oksigen
Analgesik, seperti
miokardia. Beberapa diantaranya
morfin, meperidin
mempunyai properti antidisritmia.
(demerol)
Penyekat saluran
kalsium, seperti
verapamil (calan);
diltiazem (prokardia).
Resiko penurunan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Auskultasi TD. 1. Hipotensi dapat terjadi sehubungan
curah jantung diharapkan resiko tinggi penurunan Bandingkan kedua tangan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi
berhubungan curah jantung tidak terjadi dengan KH dan ukur dengan posisi miokardia dan rangsang vagal. Namun,
dengan perubahan : tidur, duduk, dan berdiri hipertensi juga fenomena umum,
factor-faktor mempertahankan stabilitas kemungkinan berhubungan dengan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
listrik, penurunan hemodinamik, contoh TD, curah bila bisa. nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin,
karakteristik jantung dalam rentang normal, dan/atau masalah vaskular sebelumnya.
miokard haluaran urine adekuat, Hipotensi ortostatik(postural) mungkin
penurunan/takadanya disritmia. berhubungan dengan komplikasi infark,
Melaporkan penurunan episode contoh GJK.
dispnea, angina. 2. Penurunan curah jantung
Mendemostrasikan peningkatan mengakibatkan menurunnya
toleransi terhadap aktivitas. 2. Evaluasi kualitas dan kelemahan/kekuatan nadi.
kesamaan nadi sesuai Ketidakteraturan diduga disritmia, yang
indikasi memerlukan evaluasi lanjut.
3. S3 biasanya dihubungkan GJK tetapi
juga terlihat pada adanya gagal mitral
3. Catat terjadinya S3, S4. (regurgitasi) dan kelebihan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark berat.
S4 mungkin berhubungan dengan
iskemia miokardia, kekakuan ventrikel,
dan hipertensi pulmonal atau sistemik.
4. Krekels menunjukkan kongesti paru
mungkin terjadi karena penurunan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
fungsi miokardia.
5. Frekuaensi dan irama jantung berespon
4. Auskultasi bunyi napas. terhadap obat dan aktivitas sesuai
dengan terjadinya komplikasi/disritmia
yang mempengaruhi fungsi jantung atau
5. Pantau frekuensi jantung meningkatkan kerusakan iskemik.
dan irama. Catat disritmia Denyutan/fibrilasi akut atau kronis
melalui telemetri. mungkin terlihat pada arteri koroner
atau keterlibatan katup dan mungkin
atau tidak mungkin merupakan kondisi
patologi.
6. Kelebihan latihan meningkatkan
konsumsi/kebutuhan oksigen dan
mempengaruhi fungsi miokardia.
7. Sumbatan koroner tiba-tiba, disritmia
letal, perluasan infark, atau nyeri hádala
6. Catat respon terhadap situasi yang dapat mencetuskan henti
aktivitas dan peningkatan jantung, memerlukan terapi
istirahat dengan tepat penyelamatan hidup
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
7. Bantu pemasangan /
mempertahankan pacu
jantung bila digunakan.
Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Selidiki perubahan tiba- 1. Perfusi serebral secara langsung
jaringan diharapkan resiko tinggi perubahan tiba atau gangguan sehubungan dengan curah jantung dan
berhubungan perfusi jaringan tidak terjadi dengan mental kontinu, contoh: juga dipengaruhi oleh elektrolit/variasi
dengan , iskemik, KH: cemas, bingung, latergi, asam-basa, hipoksia, atau emboli
kerusakan otot mendemonstrasikan perfusi adekuat pingsan. sistemik.
jantung, secara individual, mis,, kulit hangat 2. vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh
penyempitan / dan kering, ada nadi perifer/kuat, TTV 2. Lihat pucat, sianosis, penurunan curah jantung mungkin
penyumbatan dalam batas normal, pasien belang, kulit dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit
pembuluh darah sadar/berorientasi, keseimbangan dingin/lembab. Catat dan penurunan nadi
arteri koronaria pemasukan/pengeluaran, tak ada kekuatan nadi perifer. 3. Indikator trombosis vena dalam.
ditandai dengan : edema, bebas nyeri/ketidaknyamanan. 3. Observasi tanda Homan
1. Daerah perifer (nyeri pada betis dengan
dingin posisi dorsofleksi),
2. EKG elevasi eritema, edema. 4. Menurunkan stasis vena. Meningkatkan
segmen ST & Q 4. Dorong latihan kaki aliran balik vena dan menurunkan
patologis pada aktif/pasif, hindari latihan resiko tromboflebitis. Namun, latihan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Kolaborasi
1. Pantau data laboratorium 2. Kolaborasi obat :
contoh, GDA, BUN,
kreatinin, elektrolit. Dosis rendah heparin diberikan
Resiko kelebihan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Auskultasi bunyi napas 1. Dapat mengindikasikan edema paru
volume cairan diharapkan resiko tinggi kelebihan untuk adanya krekels. sekunder akibat dekompensasi jantung.
ekstravaskuler volume cairan tidak terjadi dengan 2. Dicurigai adanya gagal
berhubungan KH : 2. Catat DVJ, adanya edema kongestif/kelebihan volume cairan.
dengan penurunan Mempertahankan keseimbangan dependen. 3. Penurunan curah jantung yang
perfusi ginjal, cairan seperti dibuktikan oleh TD 3. Ukur masukan/haluaran, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
peningkatan dalam batas normal. catat pengeluaran, sifat retensi natrium/air, dan penurunan
natrium / retensi Tak ada distensi vena perifer/vena konsntrasi. Hitung haluaran urine. Keseimbangan cairan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
air , peningkatan dan edema dependen. keseimbangan cairan. positif berulang pada adanya gejala lain
tekanan · Paru bersih dan berat badan menunjukkan kelebihan volume/gagal
hidrostatik, stabil. jantung.
penurunan protein 4. Perubahan tiba-tiba pada berat
plasma 4. Timbang berat badan tiap menunjukkan gangguan keseimbangan
hari. cairan.
5. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
5. Pertahankan pemasukan orang dewasa tetapi memerlukan
total cairan 2000 ml/24 pembatasan adanya dekompensasi
jam dalam toleransi jantung.
kardiovaskuler. Kolaborasi :
Kolaborasi 1. Natrium meningkatkan retensi cairan
1. Berikan diet natrium dan harus dibatasi.
rendah. 2. Mungkin perlu untuk memperbaiki
2. Berikan diuretik, contoh kelebihan cairan. Obat pilihan biasanya
furosemid (lazix); tergantung gejala asli akut/kronis.
hidralazin (apresoline);
spironolakton dengan
hidronolakton (aldactone)
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Buat tujuan berat badan 1. Malnutrisi adalah kondisi gangguan
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan nutrisi minimum dan kebutuhan minat yang menyebabkan depresi,
berhubungan terpenuhi dengan KH : nutrisi harian. agitasi dan mempengaruhi fungsi
dengan intake Menunjukkan peningkatan berat kognitif/pengambilan keputusan.
tidak adekuat badan, mencapai rentang yang Perbaikan status nutrisi meningkatkan
diharapkan individu. kemampuan berpikir dan kerja
· Klien menyatakan pemahaman psikologis.
tentang kebutuhan nutrisi. 2. Beri makan sedikit tapi 2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila
sering. pemberian makan terlalu cepat.
3. Pertahankan jadwal 3. Memberikan catatan lanjut penurunan
penimbangan berat badan dan/atau peningkatan berat badan yang
teratur seperti minggu, akurat. Juga menurunkan obsesi tentang
rabu, dan jumat sebelum peningkatan dan/atau penurunan.
makan pagi pada pakaian
yang sama, dan
gambarkan hasilnya. 4. Makan besar dapat meningkatkan kerja
4. Berikan makanan miokardia dan menyebabkan rangsang
kecil/mudah dikunyah. vagal mengakibatkan
Batasi asupan kafein, bradikardia/denyut ektopik. Kafein
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
5. Jelaskan pola
peningkatan bertahap dari 6. Palpitasi, nadi tak beratur, adanya nyeri
tingkat aktifitas, mis,, dada, atau dispnea dapat
bangun dari kursi bila tak mengindikasikan kebutuhan perubahan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Kolaborasi
Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
Sindrome Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi kemampuan 1. Membantu dalam
perawatan diri diharapkan terdapat perilaku dan tingkat kekurangan mengantisipasi/merencanakan
berhubungan peningkatan dalam pemenuhan (dengan menggunakan pemenuhan kebutuhan secara
dengan kelemahan perawatan diri dengan kriteria hasil : skala 0-4) untuk individual.
fisik klien tampak bersih dan segar melakukan kebutuhan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari 2. Pasien akan memerlukan empati tetapi
nutrisi sesuai dengan batas 2. Pertahankan perlu untuk mengetahui pemberi asuhan
kemampuan dukungan,sikap yang yang akan membantu pasien secara
klien dapat memenuhi kebutuhan tegas. Beri pasien waktu konsisten.
toileting sesuai toleransi yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya. 3. Meningkatkan perasaan makna diri.
3. Berikan umpan balik Meningkatkan kemandirian, dan
yang positif untuk setiap mendorong pasien untuk berusaha
usaha yang dilakukan secara kontinu
atau keberhasilannya 4. Mengupayakan menggunakan bedpan
4. Berikan pispot di dapat melelahkan dan secara fisiologis
samping tempat tidur penuh stres, juga meningkatkan
bila tak mampu ke kamar kebutuhan oksigen dan kerja jantung.
mandi. 5. Memudahkan pasien menjangkau alat-
alat tersebut
5. Letakkan alat-alat makan
dan alat-alat mandi dekat 6. Untuk membantu pasien memenuhi
pasien kebutuhan perawatan dirinya.
6. Bantu pasien melakukan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
masalah.
9. Berikan periode
istirahat/waktu tidur tidak
10. Dapat memberikan keyakinan bahwa
terputus, lingkungan
perasaannya merupakan respon normal
tenang, dengan tipe
terhadap situasi/perubahan yang di
kontrol pasien, jumlah
terima.
rangsang eksternal
11. Memungkinkan waktu untuk
10. Dukung kenormalan
mengekspresikan perasaan,
proses kehilangan,
menghilangkan cemas, dan perilaku
melibatkan waktu yang
adaptasi.
perlu untuk penyelesaian
12. Membantu pasien/orang terdekat untuk
11. Berikan privasi untuk
mengidentifikasi tujuan nyata, juga
pasien dan orang
menurunkan resiko kegagalan
terdekat.
menghadapi kenyataan adanya
keterbatasan kondisi/memacu
penyembuhan
12. Dorong keputusan
Kolaborasi :
tentang harapan setelah
Meningkatkan relaksasi/istirahat dan
pulang.
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Kolaborasi
Berikan anticemas/hipnotik
sesuai indikasi contoh,
diazepam (valium);
fluarazepam (dalmane);
lorazepam (ativan).
Kurang Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Observasi tingkat 1. Perlu untuk pembuatan rencana instruksi
pengetahuan diharapkan pengetahuan pasien pengetahuan individu. Menguatkan harapan bahwa
berhubungan bertambah dengan KH : pasien/orang terdekat dan ini akan menjadi ’pengalaman belajar.’
dengan kurang menyatakan pemahaman penyakit kemampuan /keinginan Mengidentifikasi secara verbal
informasi tentang jantung sendiri, rencana pengobatan, untuk belajar. kesalahpahaman dan memberikan
fungsi jantung / tujuan pengobatan, dan efek penjelasan.
implikasi penyakit samping/reaksi merugikan. 2. Mekanisme pertahanan alamiah seperti
jantung dan status Menyebutkan gejela yang, marah, menolak pentingnya situasi,
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
kesehatan yang memerlukan perhatian cepat. 2. Waspada terhadap tanda dapat menghambat belajar,
akan datang , · Mengidentifikasi/merencanakan penghindaran, contoh mempengaruhi respon pasien dan
kebutuhan perubahan pola hidup yang perlu. mengubah subjek dari kemampuan mengasimilasi informasi.
perubahan pola informasi yang ada Perubahan untuk mengurangi
hidup ditandai perilaku ekstrem pola/struktur formal mungkin menjadi
dengan pernyataan (menolak/eurofia). lebih efektif sampai pasien/orang
masalah, kesalahan terdekat siap untuk
konsep, menerima/memahami situasi tersebut.
pertanyaan, 3. Penggunaan metode belajar yang
terjadinya bermacam-macam meningkatkan
kompliksi yang 3. Berikan informasi dalam penyerapan materi.
dapat dicegah bentuk belajar yang
bervariasi, contoh buku
program, tip audio/visual,
pertanyaan/jawaban, 4. Memberikan kesempatan pada pasien
aktivitas kelompok. untuk mencakup informasi dan
4. Beri penguatan mengasumsi kontrol/partisipasi dalam
penjelasan faktor resiko, program rehabilitasi.
pembatasan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
program rehabilitasi
jantung, ’kelompok 8. Evaluasi berkala/intervensi dapat
koroner,’ klinik mencegah komplikasi.
penghentian merokok
8. Beri tekanan pentingnya
menghubungi dokter bila
nyeri dada, perubahan
pola angina atau terjadi
gejala lain.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC;
1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001