Disusun oleh:
a. Dalam suatu survey sumberdaya lahan di wilayah Kota Batu yang tergambar
di peta Gambar 1. diperoleh data masing-masing unit lahan pengelolaan
yang tersaji di Tabel 1. Tentukan klas kemampuan lahan di unit lahan
yang saudara pilih dengan menggunakan matrik lampiran 1 dan 2 di
masing-masing SPL tersebut dan tentukan arahan penggunaan lahan
(LEMBAR KERJA 1) sehingga pemanfaatan lahan sesuai dengan daya
dukungnya dan tidak mengalami degradasi lahan.
Tentukan klas kemampuan lahan data di Tabel 1 dengan menggunakan matrik lampiran 1 dan 2 di masing-masing SPL tersebut dan tentukan arahan
penggunaan lahan menggunakan matrik lampiran 3) dikerjakan di tabel berikut:
Tetapkan Rencana Penggunaan lahan untuk pengembangan agroekowisata Kota Batu, Badan Perencaan Kota (BAPEKO) Batu
merencanakan dilokasi tersebut untuk (1) Kawasan penginapan wisatawan, (2) Kawasan petik apel dan jeruk keprok siem, (3) Kawasan
tanaman sayuran organik (kentang, wortel dan sayuran lainnya), (4) Kawasan wanawisata, (5) Kawasan hutan campuran untuk resapan air,
(6) Kawasan Kebun Campuran berbasis buah kesemek, (7) Kawasan pemukiman warga setempat, (8) Kawasan penyedia pakan ternak
(rumput) dan peternakan sapi perah, (9) Kawasan hutan produksi Pinus dan rumput gajah, (10) Kawasan pendidikan agroforestry di Kolom
4. Berdasarkan rencana penggunaan lahan di kolom 4, tetapkan macam vegetasi / pohon/ tanaman yang benar dan tepat sasaran sesuai dengan
Rencana Penggunaan Lahan. Tetapkan Tindakan Konservasi Tanah secara Vegetatif (kolom 6) dan Tindakan konservasi tanah secara
mekanis (kolom 7).
Kode Satuan Sub Penggunaan Rencana Macam Tanaman Tindakan Konservasi Tindakan Konservasi
SPL KPL Lahan Saat Ini Penggunaan Yang Tanah Vegetatif Tanah Mekanis
Lahan Direkomendasikan
1 2 3 4 5 6 7
1 VII I5 Agroforestri Kawasan hutan Pohon pinus, Penanaman tanaman Pembuatan teras
produksi pinus rumput gajah, cover penutup tanah, bangku, teras individu
dan rumput gajah crop penanaman strip
rumput, penanaman
sesuai kontur lahan
2 VI I4 Hutan produksi Kawasan Pohon pinus, pohon Penanaman tanaman Pembuatan teras
terdegradasi wanawisata cemara, kasemek, penutup tanah, rotasi bangku
pohon alpukat, tanaman, penanaman
tanaman perdu sesuai kontur lahan
3 VIII I6 Agroforestri Kawasan hutan Pohon pinus Penanaman tanaman Pembuatan teras
campuran untuk sengon, mahoni, penutup tanah, bangku, teras individu,
resapan air jati, cemara penanaman tanaman rorak
tegakan, penanaman
sesuai kontur lahan
4 IV I3 Tanaman Kawasan hutan Pohon pinus, pohon Penanaman tanaman Peembuatan teras
sayuran dengan campuran untuk kopi, tanaman penutup tanah, pola bangku, teras gulud
teras gulud resapan air, kasemek, mahoni tanam tumpang sari,
kebun campuran penambahan bahan
berbasis buah organik
kesemek,
kawasan
pendidikan
agroforestri
5 III I2 Tanaman Kawasan petik Pohon apel, jeruk Penanaman tanaman Penanaman
sayuran dengan apel dan jeruk keprok siem, penutup tanah, menyesuaikan lahan,
teras gulud keprok siem, cemara penanaman lorong, guludan searah garis
kawasan penambahan bahan kontur, teras bangku
penginapan organik, penggunaan dan saluran
wisatawan mulsa pembuangan (dainase)
6 III d3 Tanaman Kawasan Tanaman Penambahan bahan Saluran pembuangan
sayuran dengan tanaman sayuran hortikultura sayuran organik, pola tanam (drainase), bedengan
teras gulud organik (wortel, (wortel, kentang, tumpang sari, atau guludan searah
kentang dan kubis, pakcoy, penanaman strip kontur
sayuran lainnya), brokoli), rumput rumput
kawasan gajah
pemukiman
warga setempat,
kawasan
penyedia pakan
ternak (rumput)
Tindakan Konservasi Tanah secara Vegetatif dan Tindakan konservasi tanah
secara mekanis deskripsikan detail rancangannya untuk di :
1. Kawasan Penginapan Wisatawan
Kawasan penginapan wisatawan membutuhkan lahan dengan kemiringan
lereng yang rendah dikarenakan kemiringan lereng yang tinggi akan
memiliki tingkat erosi yang tinggi. Maka dari itu kawasan penginapan
wisatawan dapat diterapkan pada SPL ke-6 III d3, dimana memiliki
kemiringan lereng hanya 2%. Konservasi tanah yang dapat diterapkan pada
lahan yaitu konservasi secara vegetatif dengan penanaman tanaman
rekomendasi berupa tanaman hias sebagai kebun serta pekarangan yang
dapat menarik perhatian wisatawan. Salah satu teknik konservasi vegetatif
sumber daya lahan adalah melalui tanaman penutup tanah, yang dapat
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air, memperbaiki
kualitas struktur tanah, dan mengurangi risiko erosi. Selain itu, upaya
konservasi lainnya juga bisa dilakukan dengan cara mekanis, seperti
pembuatan saluran air atau drainase, yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya genangan air di area pemukiman. Pembuatan saluran drainase
perlu memperhatikan rancangan desain bangunan penginapan, jalur yang
akan menjadi saluran distribusi pembuangan air, penampangan, serta
kemiringan lahan agar efektifitas saluran air tersebut optimal. Sistem
drainase terdiri dari jaringan utama dan jaringan pengumpul yang terhubung
satu sama lain. Biasanya, saluran pembuangan air hujan menggunakan
saluran terbuka dan mengalir secara alami melalui gravitasi kecuali dalam
situasi di mana kondisi lingkungan tidak memungkinkan implementasi
teknik ini (Maizir, 2017).
4. Kawasan Wanawisata
Penggunaan lahan sebagai kawasan wanawisata cocok untuk diterapkan
pada SPL 2 yang memiliki kelas kemampuan lahan VI I4. Pada SPL 2
memiliki kelerengan 35% dimana dengan kelerangan tersebut dapat
menjadi daya tarik wisatawan karena akan memiliki pemandangan yang
indah dari atas lereng. Dalam pembangunan kawasan wanawisata harus
dibarengi penanaman pohon disekitar kawasan tersebut. Penanaman pohon-
pohon yang dipilih yaitu pohon yang memiliki estetika atau keindahan
seperti pohon pinus, cemara, pohon mahoni, dan tanaman perdu lainnya.
Tetap diperlukan usaha konservasi untuk mencegah kemungkinan
terjadinya tanah longsor di masa depan. Salah satu cara konservasi yang
sesuai untuk wilayah pariwisata ini adalah dengan membangun teras. Teras
tersebut akan mengalirkan aliran air, mencegah erosi, dan meningkatkan
daya tahan tanah. Pada kemiringan 20-40%, bisa menambahkan tanaman
penguat seperti rumput atau batu pada teras untuk menambah kestabilan
(Erfandi, 2016).
Gambar 4. Pembuatan teras dengan tampingan dari batu (Erfandi, 2016).
5. Kawasan Hutan Campuran untuk Resapan Air
Kawasan hutan campuran untuk resapan air sesuai diterapkan pada SPL 3
dengan kelas kemampuan lahan VIII I6. Kondisi kawasan tersebut memiliki
kemiringan lereng sebesar 90% (sangat curam). Kehadiran berbagai jenis
vegetasi dalam hutan campuran memastikan kandungan bahan organik yang
tinggi dalam tanah dan meningkatkan kemampuan penyerapan air. Untuk
melindungi hutan campuran sebagai area penyerapan air, diperlukan
manajemen hutan yang terencana dan efektif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wahyudi (2014) yang menyatakan bahwa pengelolaan hutan yang
baik dan terencana merupakan strategi konservasi yang baik bagi
pengelolaan hutan untuk kawasan resapan air agar optimal.
pada SPL 1 dengan kelas kemampuan lahan VII I5. Tindakan konservasi
vegetatif yang dapat dilakukan yaitu penanaman tanaman pinus, rumput
gajah, dan penanaman cover crop untuk menambah ketersediaan nitrogen
pada lahan yang terdegradasi. Tanaman pinus dapat memperkecil erosi.
Pohon pinus memiliki beragam tajuk, sehingga saat hujan turun, air hujan
tidak langsung meresap ke tanah dan mengalir di permukaan. Pembuatan
teras adalah teknik konservasi mekanis yang dapat diadopsi.
Gambar 10. Penanaman Pohon Pinus
Gambar 11. Pembuatan Teras Gulud (Karyati dan Sarminah, 2018)
10. Kawasan Pendidikan Agroforestri
Penggunaan lahan sebagai kawasan agroforestri cocok diterapkan pada SPL
4 dengan kelas kemampuan lahan IV I3. Terdapat beberapa upaya
konservasi vegetatif yang dapat diterapkan di daerah ini, di antaranya adalah
menanam tanaman penutup tanah atau cover crop, menanam tanaman
semusim atau tahunan, dan menerapkan sistem agroforestri. Sistem
agroforestri memiliki tujuan untuk menciptakan struktur pelapisan tajuk
yang padat, sehingga dapat mengurangi persaingan antar vegetasi dalam hal
nutrisi dan sinar matahari. Selain itu, keberhasilan sistem agroforestri dapat
dilihat dari penutupan tanah yang rapat, sehingga dapat memperkecil
tumbukan butiran hujan dan mencegah terjadinya erosi (Purnomo et al.,
2016). Metode konservasi mekanis yang digunakan, seperti pembuatan teras
gulud, untuk tanaman per tahun atau tanaman yang tidak ditanam di tanah
yang dikerjakan, juga efektif dalam mengurangi limpasan air permukaan
dan menghindari erosi (Santoso et al., 2017). Secara keseluruhan,
konservasi vegetatif dan mekanis memiliki peran penting dalam menjaga
kualitas tanah dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Pilihan
metode konservasi yang tepat dapat membantu petani untuk meningkatkan
produktivitas tanaman serta menjaga keberlanjutan lingkungan.
Gambar 12. Pola Agroforestri Trees Along Border (Leunufna et al., 2023
DAFTAR PUSTAKA
Erfandi, D. (2016). Teknik konservasi tanah lahan kering untuk mengatasi
degradasi lahan pada Desa Mojorejo, Lamongan. J. Bumi Lestari. 13(1): 91-
97.
Fadli, I. (2021). Evaluasi Kesesuaian Lahan Di Sub Das Pinang Lelah, Das
Indragiri (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Heryani, N., Kartiwa, B., Sugiarto, Y., Dan Handayani, T. 2013. Pemberian Mulsa
Dalam Budidaya Cabai Rawit Di Lahan Kering: Dampaknya Terhadap
Hasil Tanaman Dan Aliran Permukaan. Jurnal Agronomi Indonesia
(Indonesian Journal Of Agronomy). 41(2).
Karyati dan Sarminah, S. (2018). Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Samarinda:
Mulawarman University Press.
Leunufna, H.M., Wattimena Cornelia, M.A., Sahureka, M. (2023). Pola Tanam
Agroforestry Dusung di Negeri Leahari Kecamatan Leitimur Selatanan
Kota Ambon. AE Innovation Journal. 1(2) : 139 -149.
Maizir. (2017). Evaluasi Kegagalan Pembangunan Drainase dalam Lingkungan
Daerah Pemukiman. Jurnal Teknik Sipil ITP. 4 (2) : 24-28.
Manuputty, J., E.Y. Gaspersz, dan S.M. Talakua. (2014). Evaluasi Kemampuan
Lahan dan Arahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Aliran Sungai Wai Tina
Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku. Agrologi. 3(1): 62-74.
Osok, R. M., Talakua, S. M., dan Supriadi, D. (2018). Penetapan Kelas Kemampuan
Lahan dan Arahan Rehabilitasi Lahan Das Wai Batu Merah Kota Ambon
Provinsi Maluku. Agrologia. 7(1): 32-41.
Purnomo, D., Nurrochmat, D. R., & Hidayat, A. (2016). The Effect Of Agroforestry
System On Soil Erosion And Crop Yield On Ultisol In West Java,
Indonesia.
Roni, N. G. K. (2015). Konservasi tanah dan air. dalam Buku Ajar, Bali: Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.
Sahuri. (2019). Teknologi Tumpang Sari Karet Tanaman Pangan : Kendala dan
Peluang Pengembangan Keberlanjutan. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 38 (1) : 23-34.
Santoso, S. M., Yudi, I. G., & Sutrisno, C. I. (2017). The Effect Of Terrace System
On Soil Erosion Rate And Maize Yield At The Hill Slope Of Blimbingsari,
Jembrana, Bali, Indonesia. International Journal Of Agricultural
Technology. 13(4), 639-648
Simangunsong, E. M., Rizali dan Mukhlis. (2013). Penentuan Kelas Kemampuan
Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Toba Menggy Metode Scoring.
Medan: USU. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3).
Subagiono., Syarif, A., Syarif Z., Satria, B. (2019). Tumpangsari Berbasis Legum.
Jurnal Sains Agro. 4 (2).
Wahyudi. (2014). Teknik Konservasi Tanah serta Implementasinya pada Lahan
Terdegradasi dalam Kawasan Hutan. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan, 6(2): 71-85.
Zulkarnain, F., & Dewi, I. D. (2020). PKM Pembuatan Saluran Drainase Dusun Ii
Jln Inpres Desa Tanjung Gusta Untuk Mengatasi Banjir. JURNAL
PRODIKMAS Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. 5(2), 69-73.
Zulkarnain, I dan I.S. Banuwa. 2015. Klasifikasi Kemampuan Lahan Laboratorium
Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung. 4(3): 185-190.