Anda di halaman 1dari 14

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Box Culvert

3.1.1 Pengertian Box Culvert

Box culvert atau gorong-gorong adalah bangunan yang dibangun dibawah jalan
atau jembatan yang dipergunakan sebagai jalur penghubung seperti jalan, saluran air
(drainase), pipa gas, pipa kabel listrik, dan lain sebagainya. Pada dasarnya box
culvert adalah sebuah konstruksi yang menyerupai “pipa” persegi atau persegi
panjang yang terbuat dari beton bertulang untuk memperkuat konstruksi memikul
beban yang diatasnya. Pengerjaannya dapat dilakukan dengan cor ditempat (cast in
site) dan banyak juga terbuat dari beton pra cetak (precast). Cast in situ adalah sistem
pengecoran beton cast in situ yang dilakukan ditempat. Sedangkan sistem pabrikasi
precast (Cor Pabrik) suatu sistem dimana pengecoran dilakukan di pabrik yang
bersifat permanen, dimana pembuatan komponen - komponen konstruksi di buat
secara masal terlebih dahulu di pabrik sehingga diperoleh komponen-komponen yang
bermutu tinggi atau sesuai dengan yang direncanakan menjadi bangunan utuh dengan
bantuan alat berat yaitu crane dan truck sebagai alat pengangkutan beton pracetak
dari lokasi pabrik ke lokasi proyek.

3.1.2 Fungsi Box Culvert

Box culvert memiliki fungsi utama sebagai struktur gorong-gorong beton yang
digunakan untuk mengalirkan air di bawah jalan, rel kereta api, atau saluran lainnya.
Box culvert juga dapat berfungsi sebagai jembatan ukuran kecil. Box culvert biasanya
terbuat dari beton pracetak atau dicor di tempat, dan dimensinya bervariasi tergantung
pada kebutuhan proyek. Box culvert juga dapat digunakan untuk pembuatan gorong-
gorong instan dan jembatan. Box culvert memiliki beberapa keuntungan utama
dibandingkan dengan jenis saluran air lainnya, seperti tahan lama dan memiliki
bentuk yang stabil dan kuat. Box culvert sangat berguna untuk membantu mengatasi
masalah aliran air dan juga sebagai jalan atau jembatan. Struktur ini bisa digunakan
untuk mengalirkan air dari daerah yang tergenang ke daerah yang lebih rendah. Box
culvert juga bisa digunakan sebagai jalan atau jembatan bagi pejalan kaki dan
kendaraan ringan, memungkinkan mereka untuk melintasi daerah yang tergenang
tanpa terhambat oleh air.

3.1.3 Jenis – jenis Box Culvert

Box culvert adalah suatu struktur saluran atau gorong – gorong berbentuk kotak
yang digunakan untuk mengalirkan air di bawah jalan, rel kereta api, atau
infrastruktur lainnya. Ada beberapa jenis box culvert yang umum digunakan, antara
lain:

1. Single Box Culvert (Kotak Tunggal)


Merupakan box culvert dengan satu ruang atau sel, biasanya digunakan
untuk saluran air kecil atau jalan kecil.

Gambar 3.1 Single Box Culvert

2. Double Box Culvert (Kotak Ganda)


Memiliki dua ruang atau sel. Cocok untuk mengatasi debit air yang lebih
besar dan digunakan pada jalan – jalan dengan lalu lintas yang lebih padat.
Gambar 3.2 Double Box Culvert

3. Triple Box Culvert (Kotak Tiga)


Memiliki tiga ruang atau sel. Digunakan ketika debit air sangat besar atau
pada lokasi yang memerlukan kapasitas yang lebih besar.

Gambar 3.3 Triple Box Culvert

4. Multi-cell Box Culvert (Kotak Multi-sel)


Lebih dari tiga ruang atau sel. Dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik
proyek dan digunakan pada lokasi dengan kondisi hidrologi yang kompleks.
Gambar 3.4 Multi-cell Box Culvert

5. Single Box with Apron (Kotak Tunggal dengan Apron)


Dilengkapi dengan apron di bagian depan untuk melindungi struktur dari
erosi atau abrasi air.

Apron

Gambar 3.5 Single Box with Apron

6. Arch Culvert (Gorong-gorong Busur)


Berbentuk melengkung seperti busur. Cocok untuk digunakan di tempat –
tempat dengan tekanan air yang tinggi atau di daerah dengan tanah yang
tidak stabil.
Gambar 3.6 Arch Culvert

7. Pipe Culvert (Gorong-gorong Pipa)


Berupa pipa besar yang digunakan untuk mengalirkan air di bawah jalan
atau struktur lainnya. Dapat terbuat dari beton, baja, atau material lainnya.

Gambar 3.7 Pipe Culvert

8. Flat Slab Culvert (Gorong-gorong Pelat)


Flat slab culvert, sejenis gorong-gorong, bisa berbentuk tiga sisi atau
sekadar pelat dek. Itu tertanam di tanah di kedua sisi. Lempengan itu
menyediakan jembatan di kejauhan. Flat slab culvert dapat menggantikan
box culvert jika tidak diperlukan lantai buatan.

Gambar 3.8 Flat Slab Culvert

Jenis – jenis box culvert tersebut digunakan berdasarkan kebutuhan dan


karakteristik proyek tertentu. Pemilihan jenis box culvert harus mempertimbangkan
faktor – faktor seperti debit air, beban lalu lintas, kondisi tanah, dan lingkungan
sekitar.

3.1.4 Bagian – bagian Struktur Konstruksi Box Culvert

Konstruksi box culvert melibatkan beberapa bagian utama yang bekerja


bersama untuk membentuk saluran air atau struktur jembatan pendek di bawah jalan
atau rel. Berikut adalah beberapa bagian utama dari konstruksi box culvert:
Gambar 3.9 Bagian Struktur Box Culvert

a. Pelat Atas (Top Slab)


Bagian paling atas dari box culvert yang berfungsi sebagai penutup atas.
Balok atas dirancang untuk menahan beban lalu lintas jika box culvert
digunakan di bawah jalan.
b. Dinding Samping (Side Wall)
Dinding vertical yang membentuk box culvert. Dinding ini mendukung
beban dari tanah di sekitarnya serta momen lentur dan menahan air agar
tetap dalam alur yang ditentukan.
c. Pelat Bawah (Bottom Slab)
Bagian bawah dari box culvert yang berfungsi untuk menahan tekanan
lentur dan geser yang disebabkan oleh beban yang diterima.
d. Dinding Bagian Dalam (Inner Wall)
Bagian dinding dalam box culvert yang terletak di antara dua side walls
(dinding samping) yang berperan dalam mendukung kestabilan dan
integritas struktural box culvert. Dinding dalam ini membantu menahan
beban lateral dan vertical yang bekerja pada struktur box culvert.
e. Fillet Plate
Bagian pelat yang ditempatkan pada sudut atau persimpangan tertentu di
dalam struktur untuk membentuk sudut yang melandai atau dibulatkan.
Fillet plate biasanya ditempatkan di sudut – sudut kritis, seperti
sambungan antara dinding dan dasar box culvert. Fungsi dari fillet adalah
untuk mengurangi ketegangan atau konsentrasi tekanan di sudut – sudut
tersebut, meningkatkan kekuatan struktural, dan mengurangi potensi retak
atau kegagalan. Dengan memberikan bentuk yang melandai atau
dibulatkan, Fillet Plate membantu dalam mendistribusikan beban dengan
lebih merata di sekitar sudut sudut tersebut.

Gambar 3.10 Fillet Plate

f. Headwall
Headwall pada box culvert berfungsi sebagai struktur penopang di bagian
ujung masuk (inlet) dan keluar (outlet) dari box culvert. Headwall ini
membantu dalam mengarahkan aliran air ke dalam dan keluar dari box
culvert, serta melindungi tepi – tepi box culvert dari erosi akibat aliran air.
Selain itu, headwall juga dapat mempengaruhi efisiensi hidrolik dan
kestabilan struktur box culvert. Headwall umumnya didesain untuk
mengoptimalkan aliran air dan mencegah kerusakan pada bagian ujung
box culvert.

Gambar 3.11 Headwall Box Culvert

g. Sayap (Wing Wall)


Wing wall pada box culvert adalah dinding diagonal atau sayap yang
terletak di luar bagian ujung box culvert dan terhubung dengan dinding
samping (side wall) box culvert. Wing wall dirancang untuk mengarahkan
aliran air masuk (inlet) dan keluar (outlet) dari box culvert, serta
mengarahkan aliran air dengan baik tanpa menimbulkan erosi atau
penumpukan sedimentasi.
Gambar 3.12 Wing Wall Box Culvert

h. Apron
Apron pada box culvert adalah bagian dari struktur yang dirancang untuk
melindungi tanah di sekitar mulu atau ujung inlet dan outlet dari erosi
akibat aliran air. Apron berfungsi untk mengurangi kecepatan aliran air
agar lebih terkendali dan mencegah terbentuknya erosi yang dapat
merusak tanah di sekitarnya.

Apron

Gambar 3.13 Apron Box Culvert


3.2 Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah suatu manajemen yang menangani proyek secara


menyeluruh. Proyek dapat terdiri dari beberapa kegiatan yang saling terkait, dimulai
dari pengembangan ide atau gagasan awal, perencanaan pembiayaan proyek,
perencanaan kualitas proyek, mengendalikan seluruh kegiatan yang terlibat dalam
proyek.

3.2.1 Manajemen Biaya

Manajemen biaya merupakan proses pengendalian dan pengelolaan biaya dalam


suatu proyek konstruksi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa proyek dapat
diselesaikan sesuai dengan anggaran yang disediakan. Manajemen biaya meliputi
beberapa tahapan, seperti estimasi biaya, pengendalian biaya, pengawasan biaya,
laporan biaya, manajemen risiko, dan koordinasi antara berbagai pihak terkait.
Beberapa konsep dasar manajemen biaya meliputi Critical Path Method (CPM),
Earned Value Management (EVM), dan Risk Management. Dengan menerapkan
prinsip – prinsip manajemen biaya ini, proyek konstruksi dapat dijalankan dengan
lebih efisien dan efektif, serta dapat mengurangi risiko keterlambatan dan biaya yang
tidak terduga.

3.2.2 Manajemen Mutu

Manajemen mutu merupakan proses untuk memberikan jaminan bahwa hasil –


hasil dari suatu proyek sesuai dengan standar atau sasaran yang telah ditetapkan.
Proses manajemen mutu proyek terdiri dari perencanaan mutu, jaminan mutu, dan
pengendalian mutu. Perencanaan mutu meliputi identifikasi standar mutu yang
berkaitan dengan proyek dan bagaimana cara pencapaiannya. Jaminan mutu meliputi
evaluasi keseluruhan pencapaian proyek untuk memastikan proyek tersebut sesuai
dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Pengendalian mutu meliputi monitoring
proyek secara khusus untuk memastikan bahwa pelaksanaan proyek telah memenuhi
standar mutu serta untuk mengidentifikasi cara meningkatkan mutu secara
keseluruhan. Manajemen mutu proyek sangat penting dalam memastikan bahwa
proyek dapat diselesaikan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

3.2.3 Manajemen Waktu

Manajemen waktu adalah tahapan mendefinisikan proses – proses yang perlu


dilakukan selama proyek berlangsung berkaitan dengan penjaminan agar proyek
dapat berjalan tepat waktu dengan tetap memperhatikan keterbatasan biaya serta
penjagaan kualitaas proyek. Tujuan utama manajemen waktu pada proyek adalah agar
pelaksanaan proyek sesuai lingkupnya dapat memenuhi target waktu proyek yang
telah ditentukan. Fokus manajemen waktu adalah membuat perencanaan jadwal
proyek yang handal dan optimum atas sumber daya dan biaya serta pengendalian
jadwal yang mampu mengidentifikasi dini keterlambatan untuk penanganan yang
efektif dan efisien.

Dari penjelasan di atas didapatkan bahwa keterkaitan antara biaya, mutu, dan
waktu dalam proyek konstruksi sangat erat. Pada kondisi optimal, faktor – faktor
biaya, waktu, dan kualitas saling bergantung dan berpengaruh kuat. Perubahan atau
pergeseran kecil dalam salah satu faktor ini akan langsung berdampak pada faktor
lainnya. Ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat. Misalnya,
keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat menyebabkan kenaikan biaya, baik
akibat inflasi, kenaikan biaya peralatan dan upah tenaga kerja, maupun akibat
kesulitan modal kerja. Sebaliknya, keterbatasan biaya dapat mengakibatkan
keterlambatan waktu pelaksanaan proyek, karena tidak dapat memenuhi kebutuhan
bahan material, tenaga kerja, atau peralatan. Selain itu, pengendalian mutu proyek
juga berdampak pada biaya dan waktu, karena ketidaksesuaian antara kondisi standar
dan kondisi aktual di lapangan dapat mempengaruhi biaya dan waktu pelaksanaan
proyek. Oleh karena itu, manajemen proyek yang baik harus mampu mengelola
secara seimbang ketiga faktor ini guna mencapai kesuksesan proyek.

3.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kumpulan kegiatan yang


dilakukan untuk memastikan keamanan dan kesehatan para pekerja di industri
konstruksi. K3 Konstruksi sangat penting karena pekerjaan di industri konstruksi
melibatkan berbagai risiko dan bahaya yang dapat membahayakan keselamatan dan
kesehatan para pekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting dalam
setiap sektor, termasuk dalam bidang konstruksi. Dalam proyek konstruksi, risiko
kecelakaan dan cedera sangat tinggi karena pekerja seringkali berurusan dengan alat
berat dan bahan-bahan berbahaya.

Oleh karena itu, para pihak terkait harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi K3 Konstruksi, seperti kesadaran akan pentingnya K3, pelatihan dan
sosialisasi K3, penggunaan peralatan pelindung diri (APD), inspeksi dan pengujian
alat berat dan peralatan lainnya, serta koordinasi antara pihak pengelola proyek dan
para pekerja.

3.4 Aspek Quality

Quality dalam proyek konstruksi meliputi beberapa elemen penting yang perlu
diperhatikan untuk memastikan kualitas produk atau layanan yang dihasilkan proyek.
Aspek quality dalam proyek konstruksi meliputi penentuan kebijakan mutu,
penentuan penanggung jawab kebijakan mutu, penentuan arah pencapaian mutu,
penentuan strategi pencapaian mutu, pengendalian mutu, pengawalan mutu,
pengujian produk, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu. Quality Plan
diharapkan memenuhi aspek-aspek tersebut untuk mencapai tingkat kualitas yang
ditetapkan oleh pelanggan dan menjelaskan bagaimana proyek akan berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai