Laporan Hasil Wawancara Fiqih Uas
Laporan Hasil Wawancara Fiqih Uas
Disusun oleh:
(2023)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat dan jual beli adalah dua hal yang erat kaitannya dengan kehidupan ekonomi
umat Islam. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim
yang memiliki harta yang mencapai nisab dan haul. Zakat memiliki fungsi sosial, ekonomi,
dan spiritual, yaitu membersihkan harta, menyeimbangkan distribusi kekayaan, dan
mendekatkan diri kepada Allah. Jual beli adalah salah satu aktivitas ekonomi yang paling
umum dilakukan oleh umat Islam. Jual beli memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh
para pelaku, yaitu adanya akad, barang, harga, dan ijab qabul. Jual beli juga memiliki
berbagai macam jenis, seperti jual beli tunai, kredit, salam, istishna, murabahah, dan lain-lain.
Namun, dalam praktiknya, masih banyak muslim yang belum memahami, menyikapi,
dan melaksanakan zakat dan jual beli dengan baik dan benar. Beberapa faktor yang
menyebabkan hal ini antara lain adalah kurangnya pengetahuan, kesadaran, dan motivasi
tentang zakat dan jual beli. Selain itu, juga ada faktor-faktor lain, seperti adanya praktik-
praktik yang tidak sesuai dengan syariat, seperti riba, gharar, maysir, dan ihtikar. Hal ini dapat
menimbulkan dampak negatif, seperti ketidakadilan, kemiskinan, ketidakstabilan, dan
kerusakan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana pemahaman, sikap,
dan praktik zakat dan jual beli di kalangan masyarakat, khususnya di daerah XYZ. Daerah
XYZ merupakan daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun juga memiliki
berbagai potensi dan tantangan dalam bidang ekonomi, seperti sumber daya alam, industri,
perdagangan, dan infrastruktur. Dengan mengetahui pemahaman, sikap, dan praktik zakat dan
jual beli di daerah ini, kita dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
mengembangkan ekonomi syariah di daerah tersebut.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan komprehensif mengenai
pemahaman, sikap, dan praktik zakat dan jual beli di kalangan masyarakat.
2. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
mengembangkan ekonomi syariah di daerah setempat.
3. Untuk memberikan gambaran yang actual dan relevan mengenai zakat dan dual
beli di kalangan masyarakat setempat yang dapat mmenjadi bahan masukan bagi
pengembangan Pendidikan dan dakwah fiqih di daerah tersebut.
C. Topik Wawancara
1. Zakat.
2. Jual beli.
D. Metode Penelitian
------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Orang yang menerima zakat (mustahiq) itu meliputi dhuafa, fakir, miskin,
dan janda.
b. Lebih mendominasi menggunakan beras daripada menggunakan uang.
c. Dipasrahkan kepada amil zakat, karena dia lebih tau banyak tentang
mustahiq.
KESIMPULAN
Mustahiq itu ada 8 dianntaranya: fakir dan miskin. Zakat wajib
kita pasrahkan kepada orang yang Amanah arau orang yang dapat
dipercayai. Serta materi zakat itu tidak harus berupa beras, uang
juga diperbolehkan oleh syari’at.
2) Narasumber II (AS)
1. “Janda, yatim, sama faqir miskin”.a
2. “kalua di sini pakai uang. Karena lebih praktis”.b
3. “Kalau di sini, setahu saya dari amil zakat semua. Dikumpulin, lalu
dibagi”.c
------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
Seperti pada umumnya, janda, yatim, faqir, dan miskin bisa
dijadikan mustahiq dikarenakan keadaannya. Bagi masyarakat, amil
zakat mempunya kefahaman tentang zakat tentang apa saja yang
boleh kita zakati seperti halnya beras dan uang. Sehingga amil zakat
dipercayai oleh masyarakat setempat.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
B. Jual beli
1. Narasumber I (MF)
1. “Yaa kaya makanan gitu kan. Beras, telur. Ada, si penjual dan si pembeli
tapi jarang. Kalo ibu langsung ke agennya saja. Beli langsung gitu. Kalo
harga misalkan dari sono Rp. 800,00 yaa ibu jual Rp. 1.000,00 gitu”.a
2. “Ada yang bayar dulu langsung makan. Ada yang makan dulu langsung
bayar. Itu perorangan”.b
3. “Pembelinya ya banyak, anak-anak kecil gitu kan. Namamya warung, anak
kecil, hehehe”.c
-------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
Jual beli sudah jelas harus ada si penjual dan pembeli. Diikuti
harga juga kesepakatan dari si penjual dan pembeli. Sehingga tidak
terjadi kesalahfahaman seperti hal nya masalah makan di tempat.
Serta tidak menutup kemungkin si penjual selalu orang baligh.
Nyatanya diwarung banyak juga pembeli yang berupa anak-anak.
2. Narasumber II (SF)
1. “Enngak tahu”.a
2. “Tergantung tempatnya, kalo di fastfood bayar dulu. Tapi kalo di warteg
atau rumah makan, makan dulu baru bayar”.b
3. “Pernah”.c
--------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Narasumber masih bingun mana rukun jual beli dengan syarat sah jual beli.
Sehingga beliau berkata tidak tahu.
b. Sudah ada peraturan jika makan di fatsfood seperti, KFC harus bayar dulu.
Sedangkan di rumah makan atau warteg pembeli boleh makan dulu atau
bayar dulu.
c. Pernah, karena bapak itu dekat dengan keponakan dan pernah meminta
tolong kepadanya.
KESIMPULAN
Beliau masih bingung membedakan mana rukun, mana syarat
sah. Tetapi beliau tahu apa saja yang terdapat pada jual beli. Bisa
tahu kapan kita harus bayar dulu atau makan dulu, serta faham nama
tempat yang tepat.
a. Aslinya beliau tahu apa saja yang harus ada pada jual beli, agar jual beli itu
dapak di lakukan. Mungkin sama seperti suaminya, masih bingung mana
yang rukun, mana yang syarat.
b. Setiap individu memilik perbedaan atau hak mau bayar dulu baru makan,
atau makan dulu baru bayar. Tapi konsep itu tidak berlaku di restoran
fastfood yang di mana kita wajib bayar dulu baru makan.
c. Diperbolehkan karena posisi keponakan itu sebagai pengganti dari ibu ini.
Dan si keponakan ini membeli apa yang disuruh oleh ibu ini.
KESIMPULAN
Pada asalnya masyarakat tahu ap aitu jual beli, dan apa saja
yang harus terdapat pada jual beli sehingga jual beli itu bisa
terlaksana dengan hukum yang telah ada. Tapi kebanyakan masih
belum tau perbedaan rukun dengan syarat. Seperti halnya masalah
makan. Makan dulu baru bayar, atau bayar dulu baru makan. Hal itu
haruss sesuai dengan tempat nya, tidak semua tempat itu sama. Jika
si pembeli ini memiliki halangan untuk melakukan transaksi maka
boleh di ganti seseorang, sekaliun orang itu belum baligh.
A. Zakat
1)Narasumber I (MD)
1. “Orang yang biasa menerima zakat (mustahiq) di kampung ini hanya
beberapa golongan dari semua syarat mustahiq zakat menurut imam
syafi'i, yaitu fakir, miskin, fii Sabilillah, dan Amil. Kalau gharim, muallaf,
ibn sabil, dll itu jarang”.a
2. “Kalau dikampung kami Biasanya bayar zakat fitrah itu pakai beras.
Karena, mazhab syafi'i yg kita anuti fitrahnya harus pakai beras
(makanan pokok) tidak ada yg menggunakan uang/ diuangkan seukuran 1
sha'nya (3,5 liter)”.b
3. ”Teknisnya pemberian/ pelaksanaan zakat itu sebagian ada yg langsung
kepada mustahiqnya dan sebagian ada yg diberikan kepada amil terlebih
dahulu, tetapi bukan Amil yg resmi dari pemerintah, hanya amil yg
ditunjuk DKM di masjid, jadi berasnya dikumpulkan di masjid, setelah itu
baru di bagikan ke mustahiqnya. Teknisnya pemberian/ pelaksanaan zakat
itu sebagian ada yg langsung kepada mustahiqnya dan sebagian ada yg
diberikan kepada amil terlebih dahulu, tetapi bukan Amil yg resmi dari
pemerintah, hanya amil yg ditunjuk DKM di masjid, jadi berasnya
dikumpulkan di masjid, setelah itu baru di bagikan ke mustahiqnya”.c
----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Sudah tau yang termasuk golongan mustahiq. Tapi di kampungnya beliau
hanya menemukan faqir, miskin, fii sabilillah, dan amil.
c. Kepada amil, yang di mana amil itu yang telah di tunjuk DKM masjid.
2)Narasumber II (DW)
1. “Sepengetahuan dan sepengalaman saya, orang yang biasa menerima
zakat di kampung ini fakir, miskin, dan Amil.”a
2. “Biasanya menggunakan beras, alasannya karena kita anut kepada imam
Syafi'i.”b
3. Di kampung ini biasanya diberikan kepada amil terlebih dahulu dan
“
----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Di kampung nya hanya ada faqir, miskin, dan amil.
----------------------------------------------------------------------------------------------
-
Persamaan
mustahiq yg biasa menerima zakat di kampungnya ada fakir dan miskin.
Sama-sama menggunakan beras dalam praktek zakat. Sama-sama
memberikan kepada mustahiqnya.
Perbedaan
pertama, tentang mustahiq yg biasa menerima zakat di
kampungnya, ada yg mengatakan fakir, miskin fii Sabilillah dan
Amil, ada yg mengatakan hanya fakir dan miskin, dan ada juga
yang mengatakan fakir, miskin dan Amil.
edua, masalah barang yang di zakatkan ada yg hanya menggunakan
beras dan ada juga yang membolehkan menggunakan uang tetapi
tetap di belikan ke beras.
ketiga, tentang pelaksanaan zakat ada yang memberikan langsung
kepada mustahiqnya dan ada juga yang memberikannya lewat amil
terlebih dahulu.
Kesimpulan
Yang termasuk mustahiq zakat itu fakir, miskin, fii Sabilillah, Amil, ibn
sabil, gharim, muallaf dll. Zakat fitrah itu wajib memakai beras bagi
mazhab syafi'i. Pelaksanaannya bisa langsung diberikan kepada
mustahiqnya, bisa juga di wakilkan oleh Amil, lalu diberikan kepada
mustahiqnya.
B. Jual beli
1)Narasumber I (S)
1. “Diantara rukun jual beli itu ada pembeli, penjual, barang yang dijual,
dan akad.”a
2. “Bayarnya setelah selesai makan, jadi sambil menghitung jumlah yang
dimakan.”b
3. “Tidak pernah, karena belum baligh.”
----------------------------------------------------------------------------------------------
2)Narasumber II (YK)
1. “Sepengetahuan saya rukun jual beli itu ada penjual, pembeli, akad, dan
barang yang dijual.”a
2. “Kadang-kadang bayar dulu, kadang juga bayarnya setelah makan
sambil menjumlahkan yg di makan.”b
3. “Pernah, tetapi paling juga meminta beli barang kecil, seperti garam,
gula, rokok dan sebagainya.”c
---------------------------------------------------------------------------------------------
a. Penjual, pembeli, akad, dan adanya barang merupakan rukun jual beli.
b. Konditional, tergantung dimana tempatnya.
c. Pernah, kalua hanya sekedar membeli kebutuhan rumah.
3)Narasumber III (MN)
1. “Rukun jual beli itu ada 4, yaitu pembeli, penjual, barang yang dijual
dan akad. Kalau salah satu tidak ada jual belinya tidak sah/batal.”
2. “Biasanya bayar setelah makan, karena sambil menghitung barang
yang kita makan.”
3. “Pernah, bahkan sering meminta anak kecil membeli sesuatu bila
barangnya kecil, karena tidak perlu tawar menawar.”
-------------------------------------------------------------------------------------------
Persamaan
Sama-sama mengatakan bahwa rukun jual beli yaitu pembeli, penjual
barang yang dijual dan akad.
Perbedaan
Dari segi pembayaran ada yang langsung membayar makanannya
di awal dan ada yang membayarnya diakhir, sekalian
menjumlahkan.
Ada yang pernah dan tidak pernah meminta anak kecil untuk
membeli sesuatu.
Kesimpulan
Rukun jual beli ada 4 yaitu pembeli, penjual, barang yang dijual dan akad. Bila
kita membeli makanan di warung makan, boleh membayar diawal atau di
akhir, tetapi lebih di utamakan membayar diawal. Sebetulnya meminta anak
kecil untuk membeli sesuatu itu tidak diperbolehkan, tetapi bila barangnya
kecil boleh-boleh saja.
Pewawancara III (Faizah Izatul Wafirah)
A. Zakat
1) Narasumber I (HM)
1. “Sepengetahuan saya yang menerima zakat fitrah dikampung kopo
lengkong atau desa gunung sugih adalah para guru ngaji yang ada
disini dia yang menerima zakat fitrah”.
2. ”Biasanya zakat fitrah itu berupa beras bukan uang karena sudah tradisi
pake beras, beras juga makanan pokok orang gunung sugih. Dalam
Lembaga Pendidikan ada yang zakat berupa uang”.
3. “Didaerah kami proses penyerahannya bukan dipanitia zakat, tetapi
langsung kepada mustahiq atau guru ngaji masing-masing. Biasanya
rame untuk membayar zakat itu satu atau dua hari menjelang hari raya
idhul fitri kadang juga pada malam takbiran”.
------------------------------------------------------------------------------------------------
2) Narasumber II (SD)
1. “Yang biasa menerima zakat fitrah dikampung yang pertama fakir miskin
dan yang kedua guru ngaji setempat yang keadaannya seperti biasa”.
2. ”Untuk pembayaran zakat fitrah dikampung saya dengan beras sesuai
deangan hukum agama islam yaitu 3 liter”.
3. “dikampung biasannya tidak ada amil karena pembayarann zakat
dikasih kan kepada mustahiq setempat”.
------------------------------------------------------------------------------------------------
a. Yang biasa menerima zakat fitrah adalah fakir miskin, guru ngaji setempat.
b. Pembayaran zakatr fitrah dengan beras 3 liter.
c. Tidak ada amil, dan dikasih kan kepada mustahiq setempat.
3) Narasumber III (MD)
1. “Yang menerima zakat fitrah dikampung sini itu biasanya fakir miskin”.
2. ”Biasanya zakat fitrah dikampung ini pakai beras atau uang, alasannya
beras itu makanan pokok”.
3. “Biasanya dikampung ini bayar zakat fitrah itu dikaish langsung kepada
mustahiq atau melalui amil zakat, dikampung sini langsung kepada
mustahiq”.
------------------------------------------------------------------------------------------------
B. Jual beli
1) Narasumber I (MD)
1. “Semacam makanan pokok, sembako, dll. Contohnya jual beli tanah”.
2. “Biasanya diwaryng itu makan dulu baru bayar”.
3. “Tidak pernah. Karena anak kecil itu hukumnya kalo jual beli belum bisa
untuk jual beli”.
----------------------------------------------------------------------------------------------
2) Narasumber II (SD)
1. “Untuk masalah rukun jual beli disini ada empat rukun jual beli, yang
pertama yaitu: penjual, yang kedua adalah pembeli dan yang ketiga
barang yang akan dibeli, dan yang keempat adalah ijab kobul”.
2. “Untuk ditempat saya kebiasaanya makan dulu baru kita bayar”.
3. “Untuk anak yang belum baligh dikampung saya biasanya saya tidak
pernah menyuruh anak yang belum baligh untuk teransaksi jual beli
yang nominalnya sangat besar kecuali untuk jual beli yang nominalnya
kecil”.
----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Empat rukun jual beli: penjual, pembeli, barang yang dibeli, ijab kobul.
b. Biasanya makan dulu baru bayar.
c. Tiadak pernah menyuruh anak yang belum baligh, dengan nominal yg
sangatb besar, kecuali untuk yang nominalnya kecil.
----------------------------------------------------------------------------------------------
PENUTUPAN
C. Kesimpulam
Dari hasil wawancara fiqih zakat dan jual beli, dapat disimpulkan bahwa kita
harus mengetahui ap aitu rukun zakat dan jual bali. Jika kita tdak tahu kita wajibkan
bertanya kepada orang yang sudah faham tentang itu. Setelah kita tahu ilmunya, apa
itu rukun, apa itu syarat. Maka kita harus langsung mempraktikannya, agar apa yang
kita ketahui itu dihitung ibadah dan tidak sia-sia. Jangan pernah malu belajar atau
bertanya tentang ilmu kepada siapapun. Berapun umur kita, kita wajib terus mencari
ilmu, apalagi tentang syari’at islam.