Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL WAWANCARA FIQIH

ZAKAT, DAN JUAL BELI DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT

Disusun oleh:

 Faizah Izatul Wafirah (231310029)


 TB. Muhammad Ilham (231310044)
 Abdilllah I’mal Khoiron F (231310045)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

(2023)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat dan jual beli adalah dua hal yang erat kaitannya dengan kehidupan ekonomi
umat Islam. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim
yang memiliki harta yang mencapai nisab dan haul. Zakat memiliki fungsi sosial, ekonomi,
dan spiritual, yaitu membersihkan harta, menyeimbangkan distribusi kekayaan, dan
mendekatkan diri kepada Allah. Jual beli adalah salah satu aktivitas ekonomi yang paling
umum dilakukan oleh umat Islam. Jual beli memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh
para pelaku, yaitu adanya akad, barang, harga, dan ijab qabul. Jual beli juga memiliki
berbagai macam jenis, seperti jual beli tunai, kredit, salam, istishna, murabahah, dan lain-lain.

Namun, dalam praktiknya, masih banyak muslim yang belum memahami, menyikapi,
dan melaksanakan zakat dan jual beli dengan baik dan benar. Beberapa faktor yang
menyebabkan hal ini antara lain adalah kurangnya pengetahuan, kesadaran, dan motivasi
tentang zakat dan jual beli. Selain itu, juga ada faktor-faktor lain, seperti adanya praktik-
praktik yang tidak sesuai dengan syariat, seperti riba, gharar, maysir, dan ihtikar. Hal ini dapat
menimbulkan dampak negatif, seperti ketidakadilan, kemiskinan, ketidakstabilan, dan
kerusakan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana pemahaman, sikap,
dan praktik zakat dan jual beli di kalangan masyarakat, khususnya di daerah XYZ. Daerah
XYZ merupakan daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun juga memiliki
berbagai potensi dan tantangan dalam bidang ekonomi, seperti sumber daya alam, industri,
perdagangan, dan infrastruktur. Dengan mengetahui pemahaman, sikap, dan praktik zakat dan
jual beli di daerah ini, kita dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
mengembangkan ekonomi syariah di daerah tersebut.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan komprehensif mengenai
pemahaman, sikap, dan praktik zakat dan jual beli di kalangan masyarakat.
2. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam
mengembangkan ekonomi syariah di daerah setempat.
3. Untuk memberikan gambaran yang actual dan relevan mengenai zakat dan dual
beli di kalangan masyarakat setempat yang dapat mmenjadi bahan masukan bagi
pengembangan Pendidikan dan dakwah fiqih di daerah tersebut.

C. Topik Wawancara
1. Zakat.
2. Jual beli.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam wawancara ini adalah metode


penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berfokus pada pengumpulan dan analisis data yang bersifat
verbal, naratif, dan interpretatif. Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang
bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang diteliti secara rinci, sistematis, dan
objektif.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian ini adalah


sebagai berikut:

A. Menentukan topik dan tujuan penelitian, yaitu pemahaman, sikap, dan


praktik zakat dan jual beli di kalangan masyarakat setempat
B. Melakukan wawancara, yaitu proses pengumpulan data dengan cara
berdialog langsung dengan narasumber, baik secara tatap muka,
telepon, atau media lainnya. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan, serta merekam dan
mencatat jawaban narasumber secara akurat dan lengkap.
C. Mengolah dan menganalisis data, yaitu proses pengolahan dan analisis
data hasil wawancara dengan menggunakan teknik analisis isi. Teknik
analisis isi adalah teknik analisis data yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan tema-
tema yang muncul dari data.

Teknik analisis isi ini meliputi langkah-langkah berikut:

 Transkripsi, yaitu proses penulisan data hasil wawancara dari bentuk


audio atau video menjadi bentuk teks.
 Kode, yaitu proses pemberian label atau simbol pada bagian-bagian
data yang relevan dengan topik dan tujuan penelitian.
 Kategori, yaitu proses pengelompokan kode-kode yang memiliki
kesamaan atau keterkaitan menjadi kategori-kategori yang lebih umum
dan abstrak.
 Tema, yaitu proses penentuan tema-tema yang merepresentasikan
makna atau pesan utama dari kategori-kategori yang telah dibentuk.
 Interpretasi, yaitu proses penjelasan dan penafsiran tema-tema yang
telah ditemukan dengan menggunakan teori, konsep, atau referensi
yang relevan.

D. Menyajikan hasil dan pembahasan, yaitu proses penyajian hasil dan


pembahasan dari analisis data dengan menggunakan bahasa yang jelas,
logis, dan sistematis. Hasil dan pembahasan ini berisi uraian jawaban
dari masing-masing narasumber terkait dengan topik wawancara, serta
simpulan dari masing-masing jawaban narasumber dalam satu paragraf
dengan bahasa penulis sendiri.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Pewawancara I (Abdillah I’mal Khoiron Fathkhullatif)


A. Zakat
1) Narasumber I (LF)
1. “Sepengetahuan saya itu kalo orang yang bisa menerima zakat itu orang
orang dhuafa, fakir, miskin. Terutama untuk janda. Itu yang harus, layaklah
dikasih zakat”.a
2. ”yaa kebanyakan yang bayar zakat itu pake beras itu. Ada juga amplop.
Cuma amplop itu, uang itu buat janda langsung. Mau jandanya orang
punya apa tetap kita bagiin rata pokoknya”.b
3. “Biasanya bayar zakat itu melalui amil zakat. Soalnya dia lebih tau tuhh
dimana letaknya rumah-rumahnya orang-orang nya gitu, lebih faham. Iya
itu aja”.c

------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Orang yang menerima zakat (mustahiq) itu meliputi dhuafa, fakir, miskin,
dan janda.
b. Lebih mendominasi menggunakan beras daripada menggunakan uang.
c. Dipasrahkan kepada amil zakat, karena dia lebih tau banyak tentang
mustahiq.

 KESIMPULAN
Mustahiq itu ada 8 dianntaranya: fakir dan miskin. Zakat wajib
kita pasrahkan kepada orang yang Amanah arau orang yang dapat
dipercayai. Serta materi zakat itu tidak harus berupa beras, uang
juga diperbolehkan oleh syari’at.

2) Narasumber II (AS)
1. “Janda, yatim, sama faqir miskin”.a
2. “kalua di sini pakai uang. Karena lebih praktis”.b
3. “Kalau di sini, setahu saya dari amil zakat semua. Dikumpulin, lalu
dibagi”.c

------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Simpelnya ada empat, yaitu: Janda, yatim, faqir, dan miskin.


b. Lebih simple dan praktis menggunakan uang di zaman sekarang.
c. Disalurkan kepada amil zakat. Karena amil zakat telah dipercayai oleh
masyarakat setempat.

 KESIMPULAN
Seperti pada umumnya, janda, yatim, faqir, dan miskin bisa
dijadikan mustahiq dikarenakan keadaannya. Bagi masyarakat, amil
zakat mempunya kefahaman tentang zakat tentang apa saja yang
boleh kita zakati seperti halnya beras dan uang. Sehingga amil zakat
dipercayai oleh masyarakat setempat.

3) Narasumber III (AU)


1. “Faqir miskin, janda, anak yatim”.a
2. “Kemarin saya bayarnya pakai uang. Karena supaya lebih praktis. Jadi
maksudnya gak uah bawa-bawa beras. Lebih bebas, maksudnya
menyalurkan nya. Biarpun sebenarnya lebih bagus menggunakan beras. Jadi
lebih [raktis saja bayar zakat nya pakai uang”.b
3. “Kemarin waktu saya bayar zakat, saya lewat amil zakat. Jadi, pihak amil
zakat nya yang menyalurkan nya langsung kepada mustahiq. Tidak langsung
dari saya”.c

-------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Mustahiq yang dominan, yaitu: faqir, miskin, janda, dan yatim.


b. Uang merupakan benda yang lebih praktis di banding dengan harus
membawa beras.
c. Masyarakat membayar zakat melalui distributor atau penyalur yang lebih
faham tentang mustahiq, yaitu amil zakat.
 KESIMPULAN
Mustahiq umumnya sama aja, meliputi: faqir, miskin, janda dan
lain lain. Intinya kepada yang lebih membutuhkan. Karena ada
beberapa yang tidak tau apa itu mustahiq, siapa saja yang termasuk
mustahiq. Sehingga masyarakat memilih atau mempercayai kepada
amil zakat karena lebih tahu tentang zakat, termasuk mustahiq. Yang
di mana zakat itu bisa berupa beras atau nasi.

B. Jual beli
1. Narasumber I (MF)
1. “Yaa kaya makanan gitu kan. Beras, telur. Ada, si penjual dan si pembeli
tapi jarang. Kalo ibu langsung ke agennya saja. Beli langsung gitu. Kalo
harga misalkan dari sono Rp. 800,00 yaa ibu jual Rp. 1.000,00 gitu”.a
2. “Ada yang bayar dulu langsung makan. Ada yang makan dulu langsung
bayar. Itu perorangan”.b
3. “Pembelinya ya banyak, anak-anak kecil gitu kan. Namamya warung, anak
kecil, hehehe”.c

-------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Adanya barang, harga. Yang pasti kita berdagang sangat mengharap


keuntungan.
b. Kondisional, tergantung setiap individu masing-masing.
c. Namanya warung, pasti bukan tidak asing kalua pembelinya banyak anak
kecil.

 KESIMPULAN
Jual beli sudah jelas harus ada si penjual dan pembeli. Diikuti
harga juga kesepakatan dari si penjual dan pembeli. Sehingga tidak
terjadi kesalahfahaman seperti hal nya masalah makan di tempat.
Serta tidak menutup kemungkin si penjual selalu orang baligh.
Nyatanya diwarung banyak juga pembeli yang berupa anak-anak.
2. Narasumber II (SF)
1. “Enngak tahu”.a
2. “Tergantung tempatnya, kalo di fastfood bayar dulu. Tapi kalo di warteg
atau rumah makan, makan dulu baru bayar”.b
3. “Pernah”.c

--------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Narasumber masih bingun mana rukun jual beli dengan syarat sah jual beli.
Sehingga beliau berkata tidak tahu.
b. Sudah ada peraturan jika makan di fatsfood seperti, KFC harus bayar dulu.
Sedangkan di rumah makan atau warteg pembeli boleh makan dulu atau
bayar dulu.
c. Pernah, karena bapak itu dekat dengan keponakan dan pernah meminta
tolong kepadanya.

 KESIMPULAN
Beliau masih bingung membedakan mana rukun, mana syarat
sah. Tetapi beliau tahu apa saja yang terdapat pada jual beli. Bisa
tahu kapan kita harus bayar dulu atau makan dulu, serta faham nama
tempat yang tepat.

3) Narasumber III ( SL)


1. “Kurang tau saya mas”.a
2. “Tergantung, ada yang bayar dulu baru makan, ada yang makan dulu
baru bayar. Kalau saya makan nya di rumah makan padang, kan saya
makan dulu baru bayar. Tapi kalua saya makan di restoran cepat, model
kaya KFC, MC. Donald. Bayar dulu baru makan”.b
3. “Pernah, saya suka minta tolong ke keponakan saya belanja ke warung.
Kan itungannya belum baligh, dia masih SD. Dia belum ngerti hukum
jual beli. Tapi saya pernah minta tolong buat beli sesuatu karena saya
tidak bisa pergiPlangsung beli barang nya”.c
----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Aslinya beliau tahu apa saja yang harus ada pada jual beli, agar jual beli itu
dapak di lakukan. Mungkin sama seperti suaminya, masih bingung mana
yang rukun, mana yang syarat.
b. Setiap individu memilik perbedaan atau hak mau bayar dulu baru makan,
atau makan dulu baru bayar. Tapi konsep itu tidak berlaku di restoran
fastfood yang di mana kita wajib bayar dulu baru makan.
c. Diperbolehkan karena posisi keponakan itu sebagai pengganti dari ibu ini.
Dan si keponakan ini membeli apa yang disuruh oleh ibu ini.

 KESIMPULAN
Pada asalnya masyarakat tahu ap aitu jual beli, dan apa saja
yang harus terdapat pada jual beli sehingga jual beli itu bisa
terlaksana dengan hukum yang telah ada. Tapi kebanyakan masih
belum tau perbedaan rukun dengan syarat. Seperti halnya masalah
makan. Makan dulu baru bayar, atau bayar dulu baru makan. Hal itu
haruss sesuai dengan tempat nya, tidak semua tempat itu sama. Jika
si pembeli ini memiliki halangan untuk melakukan transaksi maka
boleh di ganti seseorang, sekaliun orang itu belum baligh.

 Pewawancara II (TB. Muhammad Ilham)

A. Zakat

1)Narasumber I (MD)
1. “Orang yang biasa menerima zakat (mustahiq) di kampung ini hanya
beberapa golongan dari semua syarat mustahiq zakat menurut imam
syafi'i, yaitu fakir, miskin, fii Sabilillah, dan Amil. Kalau gharim, muallaf,
ibn sabil, dll itu jarang”.a
2. “Kalau dikampung kami Biasanya bayar zakat fitrah itu pakai beras.
Karena, mazhab syafi'i yg kita anuti fitrahnya harus pakai beras
(makanan pokok) tidak ada yg menggunakan uang/ diuangkan seukuran 1
sha'nya (3,5 liter)”.b
3. ”Teknisnya pemberian/ pelaksanaan zakat itu sebagian ada yg langsung
kepada mustahiqnya dan sebagian ada yg diberikan kepada amil terlebih
dahulu, tetapi bukan Amil yg resmi dari pemerintah, hanya amil yg
ditunjuk DKM di masjid, jadi berasnya dikumpulkan di masjid, setelah itu
baru di bagikan ke mustahiqnya. Teknisnya pemberian/ pelaksanaan zakat
itu sebagian ada yg langsung kepada mustahiqnya dan sebagian ada yg
diberikan kepada amil terlebih dahulu, tetapi bukan Amil yg resmi dari
pemerintah, hanya amil yg ditunjuk DKM di masjid, jadi berasnya
dikumpulkan di masjid, setelah itu baru di bagikan ke mustahiqnya”.c

----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Sudah tau yang termasuk golongan mustahiq. Tapi di kampungnya beliau
hanya menemukan faqir, miskin, fii sabilillah, dan amil.

b. Menggunakan beras karena berpegang dengan madzahab Syafi’i.

c. Kepada amil, yang di mana amil itu yang telah di tunjuk DKM masjid.

2)Narasumber II (DW)
1. “Sepengetahuan dan sepengalaman saya, orang yang biasa menerima
zakat di kampung ini fakir, miskin, dan Amil.”a
2. “Biasanya menggunakan beras, alasannya karena kita anut kepada imam
Syafi'i.”b
3. Di kampung ini biasanya diberikan kepada amil terlebih dahulu dan

dikumpulkan di masjid, lalu setelah terkumpul baru dibagikan kepada


mustahiqnya”.c

----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Di kampung nya hanya ada faqir, miskin, dan amil.

b. Menganut pada madzhab Syafi’I, yaitu menggunakan beras.

c. Melalui perantara amil zakat untuk diberikan kepada mustahiq.

3) Narasumber III (MI)


1. “Menurut pengalaman saya, orang yang biasa menerima zakat di
kampung fakir dan miskin.”a
2. “Biasanya ada yg langsung memakai beras dan ada juga yang memakai
uang dan setelah itu di belikan ke beras di rumah mustahiqnya seharga 1
sha'nya bahkan lebih. alasannya karena kita kan bermazhab Syafi'i, jadi
kita mengikuti beliau memakai beras.”b
3. “Biasanya ada yg langsung kepada mustahiqnya dan ada juga yang lewat
amil terlebih dahulu, biasanya yg lewat amil terlebih dahulu yaitu bapak-
bapak.”c

----------------------------------------------------------------------------------------------
-

a. Hanya mengetahui mustahiq itu faqir dan miskin.


b. Fifty fifty. Tapi kebanyakan menggunakan beras karena memegang
pendapat Syafi’i.
c. Kebanyakan bapak-bapak memberikan nya melalui perantara amil.

 Persamaan
mustahiq yg biasa menerima zakat di kampungnya ada fakir dan miskin.
Sama-sama menggunakan beras dalam praktek zakat. Sama-sama
memberikan kepada mustahiqnya.
 Perbedaan
 pertama, tentang mustahiq yg biasa menerima zakat di
kampungnya, ada yg mengatakan fakir, miskin fii Sabilillah dan
Amil, ada yg mengatakan hanya fakir dan miskin, dan ada juga
yang mengatakan fakir, miskin dan Amil.
 edua, masalah barang yang di zakatkan ada yg hanya menggunakan
beras dan ada juga yang membolehkan menggunakan uang tetapi
tetap di belikan ke beras.
 ketiga, tentang pelaksanaan zakat ada yang memberikan langsung
kepada mustahiqnya dan ada juga yang memberikannya lewat amil
terlebih dahulu.

 Kesimpulan
Yang termasuk mustahiq zakat itu fakir, miskin, fii Sabilillah, Amil, ibn
sabil, gharim, muallaf dll. Zakat fitrah itu wajib memakai beras bagi
mazhab syafi'i. Pelaksanaannya bisa langsung diberikan kepada
mustahiqnya, bisa juga di wakilkan oleh Amil, lalu diberikan kepada
mustahiqnya.

B. Jual beli

1)Narasumber I (S)
1. “Diantara rukun jual beli itu ada pembeli, penjual, barang yang dijual,
dan akad.”a
2. “Bayarnya setelah selesai makan, jadi sambil menghitung jumlah yang
dimakan.”b
3. “Tidak pernah, karena belum baligh.”

----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Rukun nya meliputi, penjual, pembeli, barang, dan akad.


b. Setelah makan, lalu membayar nya karena menghitung jumlah
makanannya.
c. Tidak pernah.

2)Narasumber II (YK)
1. “Sepengetahuan saya rukun jual beli itu ada penjual, pembeli, akad, dan
barang yang dijual.”a
2. “Kadang-kadang bayar dulu, kadang juga bayarnya setelah makan
sambil menjumlahkan yg di makan.”b
3. “Pernah, tetapi paling juga meminta beli barang kecil, seperti garam,
gula, rokok dan sebagainya.”c

---------------------------------------------------------------------------------------------

a. Penjual, pembeli, akad, dan adanya barang merupakan rukun jual beli.
b. Konditional, tergantung dimana tempatnya.
c. Pernah, kalua hanya sekedar membeli kebutuhan rumah.
3)Narasumber III (MN)
1. “Rukun jual beli itu ada 4, yaitu pembeli, penjual, barang yang dijual
dan akad. Kalau salah satu tidak ada jual belinya tidak sah/batal.”
2. “Biasanya bayar setelah makan, karena sambil menghitung barang
yang kita makan.”
3. “Pernah, bahkan sering meminta anak kecil membeli sesuatu bila
barangnya kecil, karena tidak perlu tawar menawar.”

-------------------------------------------------------------------------------------------

a. Ada 4, yaitu pembeli, penjual, barang, dan akad.


b. Setelah makan, karena biasanya jumlah makanan menentukan harga.
c. Pernah, tapi hanya barang yang harganya tidak perlu tawar-menawar.

 Persamaan
Sama-sama mengatakan bahwa rukun jual beli yaitu pembeli, penjual
barang yang dijual dan akad.
 Perbedaan
 Dari segi pembayaran ada yang langsung membayar makanannya
di awal dan ada yang membayarnya diakhir, sekalian
menjumlahkan.
 Ada yang pernah dan tidak pernah meminta anak kecil untuk
membeli sesuatu.

 Kesimpulan

Rukun jual beli ada 4 yaitu pembeli, penjual, barang yang dijual dan akad. Bila
kita membeli makanan di warung makan, boleh membayar diawal atau di
akhir, tetapi lebih di utamakan membayar diawal. Sebetulnya meminta anak
kecil untuk membeli sesuatu itu tidak diperbolehkan, tetapi bila barangnya
kecil boleh-boleh saja.
 Pewawancara III (Faizah Izatul Wafirah)
A. Zakat
1) Narasumber I (HM)
1. “Sepengetahuan saya yang menerima zakat fitrah dikampung kopo
lengkong atau desa gunung sugih adalah para guru ngaji yang ada
disini dia yang menerima zakat fitrah”.
2. ”Biasanya zakat fitrah itu berupa beras bukan uang karena sudah tradisi
pake beras, beras juga makanan pokok orang gunung sugih. Dalam
Lembaga Pendidikan ada yang zakat berupa uang”.
3. “Didaerah kami proses penyerahannya bukan dipanitia zakat, tetapi
langsung kepada mustahiq atau guru ngaji masing-masing. Biasanya
rame untuk membayar zakat itu satu atau dua hari menjelang hari raya
idhul fitri kadang juga pada malam takbiran”.

------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Yang menerima zakat adalah guru ngaji.


b. Karena sudah tradisi pake beras daripada menggunakan uang.
c. Penyerahan bukan dipanitia amil zakat, karena dia lebih tau banyak tentang
mustahiq atau guru ngaji.

2) Narasumber II (SD)
1. “Yang biasa menerima zakat fitrah dikampung yang pertama fakir miskin
dan yang kedua guru ngaji setempat yang keadaannya seperti biasa”.
2. ”Untuk pembayaran zakat fitrah dikampung saya dengan beras sesuai
deangan hukum agama islam yaitu 3 liter”.
3. “dikampung biasannya tidak ada amil karena pembayarann zakat
dikasih kan kepada mustahiq setempat”.

------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Yang biasa menerima zakat fitrah adalah fakir miskin, guru ngaji setempat.
b. Pembayaran zakatr fitrah dengan beras 3 liter.
c. Tidak ada amil, dan dikasih kan kepada mustahiq setempat.
3) Narasumber III (MD)
1. “Yang menerima zakat fitrah dikampung sini itu biasanya fakir miskin”.
2. ”Biasanya zakat fitrah dikampung ini pakai beras atau uang, alasannya
beras itu makanan pokok”.
3. “Biasanya dikampung ini bayar zakat fitrah itu dikaish langsung kepada
mustahiq atau melalui amil zakat, dikampung sini langsung kepada
mustahiq”.

------------------------------------------------------------------------------------------------

a. Yang menerima zakat fitrah adalah fakir miskin.


b. Pakai beras atau uang, beras karna makanan pokok.
c. Bayar zakat fitrah langsung kepada mustahiq.

B. Jual beli
1) Narasumber I (MD)
1. “Semacam makanan pokok, sembako, dll. Contohnya jual beli tanah”.
2. “Biasanya diwaryng itu makan dulu baru bayar”.
3. “Tidak pernah. Karena anak kecil itu hukumnya kalo jual beli belum bisa
untuk jual beli”.

----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Semacam makanan pokok, sembako, dll.


b. Makan dulu baru bayar.
c. Tidak, anak kecil belum bisa untuk jual beli.

2) Narasumber II (SD)
1. “Untuk masalah rukun jual beli disini ada empat rukun jual beli, yang
pertama yaitu: penjual, yang kedua adalah pembeli dan yang ketiga
barang yang akan dibeli, dan yang keempat adalah ijab kobul”.
2. “Untuk ditempat saya kebiasaanya makan dulu baru kita bayar”.
3. “Untuk anak yang belum baligh dikampung saya biasanya saya tidak
pernah menyuruh anak yang belum baligh untuk teransaksi jual beli
yang nominalnya sangat besar kecuali untuk jual beli yang nominalnya
kecil”.
----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Empat rukun jual beli: penjual, pembeli, barang yang dibeli, ijab kobul.
b. Biasanya makan dulu baru bayar.
c. Tiadak pernah menyuruh anak yang belum baligh, dengan nominal yg
sangatb besar, kecuali untuk yang nominalnya kecil.

3) Narasumber III (HM)


1. “Mengenai rukun jual beli yang pertama ada si penjual, pembeli, ada
barang, dan ijab kobul, dari penjual ada, dari pembeli ada, barang yang
dijualnya juga ada, ada ijab kobul teransaksi”.
2. “Kalo makan biasanya kita makan diwarung makan atau di restoran
biasanya kita pesan duku makanannya apa yang kita ingin kan lalu
disuguhkan atau diambilkan lalu kita makan dulu, setelah dimakan baru
dibayar, tetapi saya pernah makan diluar kota daerah bandung itu
bentuknya perasmanan lalu dihitung setelah dihitung lalu dibayar ada
juga yang seperti itu, tapi umumnya kalo cilegon disini kita makan dulu
setelah itu baru dibayar ”.
3. “Kalo untuk beli sesuatu hal yang keperluan rumah tangga atau yang
lebih berharga tidak pernah menyuruh anak membeli sesuatu, kecuali
anak itu yang mau jajan untuk beli pilus, permen kasih uangnya mereka
yang beli sendiri, kalo untuk kebutuhan rumah tangga atau hal yang
sifat nya lebih bernilai itu belum pernah menyuruh anak beli atau jual
beli”.

----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Rukun jual beli penjual, pembeli, barang, ijab kobul.


b. Kalo makan diwarung atau restoran kita makan dulu baru bayar, tetapi ada
juga yang bayar dulu baru makan, umumnya disini makan dulu setelah itu
baru dibayar.
c. Untuk keperluan yang berharga tidak pernah menyuruh anak, kecuali jajan
yang mereka mau. Tidak pernah menyuruh anak untuk beli atau jual beli.
BAB III

PENUTUPAN

C. Kesimpulam

Dari hasil wawancara fiqih zakat dan jual beli, dapat disimpulkan bahwa kita
harus mengetahui ap aitu rukun zakat dan jual bali. Jika kita tdak tahu kita wajibkan
bertanya kepada orang yang sudah faham tentang itu. Setelah kita tahu ilmunya, apa
itu rukun, apa itu syarat. Maka kita harus langsung mempraktikannya, agar apa yang
kita ketahui itu dihitung ibadah dan tidak sia-sia. Jangan pernah malu belajar atau
bertanya tentang ilmu kepada siapapun. Berapun umur kita, kita wajib terus mencari
ilmu, apalagi tentang syari’at islam.

Anda mungkin juga menyukai