Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PAJAK DAN ZAKAT

Disusun Oleh:
Siti Rahma (23100411037)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2024
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam melaksanakan pembangunan pemerintah membutuhkan dana untuk
pemenuhan hal-hal yang dibutuhkan, dana tersebut diambil oleh pemerintah
melalui pajak yang diambil dari masyarakat sehingga pajak ini menjadi salah satu
kewajiban masyarakat. Namun di sisi lain, selain adanya kewajiban untuk
membayar pajak, masyarakat yang beragama Islam mempunyai kewajiban lain
yang harus ditunaikan yaitu membayar zakat.
Kedudukan zakat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan
bentuk pelaksanaan interaksi manusia sebagai makhluk sosial dan juga
mendorong manusia untuk berusaha mendapatkan harta benda sehingga dapat
menunaikan kewajibannya berzakat sebagai bukti pelaksanaan rukun Islam.
Zakat dan pajak merupakan dua hal yang penting dan tidak dapat dipungkiri
keberadaannya dalam kehidupan masyarakat sehingga timbul permasalahan
mengenai hal mana yang harus lebih diutamakan. Oleh karena itu, penyusun akan
mencoba memaparkan lebih jauh lagi mengenai zakat dan pajak ini dalam
makalah kami yang berjudul Zakat dan Pajak dalam Perspektif Hukum Islam.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah penyusun paparkan sebelumnya,
maka ada beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa pengertian Zakat dan Pajak?
2. Jelaskan perumusan dan perbedaan Zakat dan Pajak!
3. Bagaimana pendapat ulama tentang kewajiban membayar zakat dan pajak
tersebut?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui pengertian Zakat dan Pajak.
2. Mengetahui tentang perumusan dan perbedaan Zakat dan Pajak.
3. Mengetahui pendapat ulama tentang kewajiban membayar Zakat dan Pajak
tersebut.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
3

D. Kerangka Pemikiran
Pajak dan zakat sama-sama penting, namun diantara salah satunya yang
harus didahulukan, atau mungkin seseorang yang telah membayar zakat
kehilangan kewajibannya untuk membayar zakat dan sebaliknya ataukah orang
tersebut harus membayar kedua-duanya.
E. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, penyusun
menggunakan beberapa metode, antara lain:
1. Studi pustaka
Pada metode ini, kami membaca buku-buku dan literatur yang
berhubungan dengan penyusunan makalah ini.
2. Pemikiran
Kami mencoba untuk belajar mengungkapkan pemikiran kami sendiri
dan kemudian kami tuangkan pada makalah ini.
3. Jaringan Informasi
Kami menggunakan jaringan informasi berupa internet guna
menambah nilai lebih dari makalah ini.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
4

PEMBAHASAN

A. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa adalah suci dan subur. Zakat menurut istilah
syara’ ialah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan beberapa syarat.
Zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan
anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau
belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang
sudah memenuhi batas nisabnya.

2. Syarat dan Harta Wajib Zakat


a) Syarat Wajib Zakat
Para ahli fiqih bersepakat bahwa zakat diwajibkan kepada orang
yang merdeka, beragama Islam, baligh dan berakal, mengetahui bahwa
zakat adalah wajib hukumnya, lelaki atau perempuan. Dalam hal ini
banyak sekali perbedaan pendapat antara para ulama mengenai harta
anak kecil dan orang gila, apakah wajib zakat atau tidak atas mereka.
Namun sebagian besar ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan Hanabillah
berpendapat bahwa zakat diwajibkan atas harta anak kecil dan orang
gila yang ditunaikan oleh walinya.
b) Harta Wajib Zakat
Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan
standar umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada
umatnya, maka dalam penetapan harta menjadi sumber atau objek
wajib zakat pun harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut:

1) Berkembang (an namaa’), maksudnya harta tersebut dapat


bertambah bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk
berkembang. Kalau ulama terdahulu mengkategorikan
zakat hanya pada 5 (lima) kategori, maka ulama
kontemporer seperti Dr. Yusuf Qardhawi menambah 4

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
5

(empat) kategori baru sesuai dengan perkembangan sarana


untuk menumbuhkembangkan potensi kekayaan tersebut.
2) Cukup nisbah, artinya harta tersebut telah mencapai jumlah
tertentu sesuai dengan ketentuan syara.
3) Lebih dari kebutuhan pokok, yakni lebih dari kebutuhan
minimal yang harus dipenuhi setiap hari seperti sandang,
pangan dan papan. Apabila kebutuhan hidup minimal ini
masih belum mampu untuk dipenuhi setiap harinya, maka
yang bersangkutan terbebas dari zakat.
4) Bebas dari hutang. Orang yang memiliki hutang yang besar
dan mengurangi nilai nisbah kena zakat, maka ia tidak
berkewajiban membayar zakat. Adapun hutang-hutangnya
harus diselesaikan dahulu, oleh karena itu zakat dikenakan
bagi orang kaya yang memiliki harta lebih.
5) Sudah satu tahun. Maksudnya kepemilikan harta tersebut
sudah lewat dari 12 bulan Qomariyah.[v]Masa satu tahun
ini hanya berlaku bagi ternak, uang, harta benda yang
diperdagangkan. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan,
rikaz (barang temuan) dan lain-lain yang sejenis tidak
disyaratkan.

3. Macam-Macam Zakat

Zakat terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

A. Zakat Fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah pada


bulan Ramadhan. Disebut pula dengan sedekah fitrah. Zakat ini
diwajibkan pada tahun kedua hijriah, yaitu tahun diwajibkannya
puasa, yang bertujuan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk
memberik makan pada orang-orang miskin dan mencukupkan
mereka dari kebutuhan dan meminta-minta pada Hari Raya Idul
Fitri.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
6

B. Zakat Harta (al-maal),yakni zakat yang dikeluarkan karena telah


diperolehnya suatu harta kekayaan. Harta adalah segala sesuatu
yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut lazimnya.

4. Landasan Kewajiban Membayar Zakat


Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada
bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa
Ramadhan dan zakat Fitrah. Ayat-ayat zakat, shodaqah dan infaq yang
turun di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya menggunakan
metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan cacian atau teguran
bagi yang meninggalkannya. Landasan kewajiban membayar zakat
diantaranya:
a. Al-Qur'an
1) Surat Al-Baqaraah ayat 43: Artinya: “Dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat dan ruku'lah bersama dengan orang-orang yang
ruku”.
2) Surat At-Taubah ayat 103: Artinya: “Ambilah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan do'akanlah mereka karena sesungguhnya
do'amu dapat memberikan ketenangan bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
3) Surat Al An'aam ayat 141: Artinya: "Makanlah buahnya jika telah
berbuah dan tunaikan haknya (kewajibannya) dihari memetik
hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya)".
b. As-Sunnah
1) Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
dari Abdullah bin Umar: Artinya: "Islam dibangun atas lima
rukun: Syahadat tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad saw
utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan
haji dan puasa Ramadhan".
2) Hadist diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali ra: Artinya:
"Sesungguhnya Allah mewajibkan (zakat) atas orang-orang kaya

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
7

dari umat Islam pada harta mereka dengan batas sesuai


kecukupan fuqoro diantara mereka. Orang-orang fakir tidak akan
kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali
karena ulah orang-orang kaya diantar mereka. Ingatlah bahwa
Allah akan menghisab mereka dengan keras dan mengadzab
mereka dengan pedih".

5. Hikmah Zakat
Ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman yang keras
terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat. Kewajiban menunaikan
zakat demikian tegas dan murlak, oleh karena di dalamnya terkandung
hikmah dan manfaat yang besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan
muzakki, mustahik, harta yang dikeluarkan maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan. Diantara hikmahnya adalah sebagai berikut:
a) Sebagai perwujudan keimanan kepada Alla SWT.
b) Menolong, membantu dan membina para mustahik, terutama
fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
layak.
c) Pemerataan pendapatan masyarakat, sehingga mengurangi
kesejangan antara orang yang mempunyai limpahan harta
dengan orang yang kekurangan hartanya.

B. PAJAK
1. Pengertian Pajak
Pajak adalah beban kewajiban yang harus ditanggung oleh
masyarakat didalam suatu negara, baik hal itu bersifat personal maupun
kelompok. Yang kegunaannya adalah untuk membiayai kebutuhan negara
didalam pembangunannya. Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu
melakukakn berbagai jenia perbelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk
membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki
infrastuktur, menyediakan fasilitas pendidikan dankesehatan, dan

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
8

membiayai setiap kegiatan untuk menjaga keamanan negara merupakan


pengeluaran yang tidak bisa dielakkan oleh pemerintah, dana tersebut
terutama diperoleh dari pemungutan pajak.
Sedangkan mengenai pajak, terdapat bermacam-macam batasan
atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya
adalah:
a) Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani.
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
b) Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH.
Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi
sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin
dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment.
c) Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock
Horace R.
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke
sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun
wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
9

2. Macam-Macam Pajak
Dalam hukum pajak terdapat pelbagai pembedaan jenis-jenis pajak,
yang dibagi ke dalam golongan-golongan besar. Pembedaan dan
pembagian ini mempunyai fungsi yang berlainan pula. Ada yang
fungsinya hanya digunakan untuk memudahkan pekerjaan di dalam
praktik, ada juga yang fungsinya ditujukan kepada tujuan ilmiah.
Berikut ini adalah penggolongan yang dibedakan menurut golongan,
sifat dan lembaga pemungutnya.
Menurut golongannya, secara garis besar berbagai jenis pajak-
pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua
golongan, yaitu:
a) Pajak Langsung, adalah jenis pungutan pemerintah secara
langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak.
Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan
kegiatannya dan memperoleh keuntungan wajib membayar
pajak. Pajak yang dipungut dan dikenakan ke atas pendapatan
merekan dnamakan pajak langsung, yakni pajak itu diambil
langsung dari orang atau badan sebagai wajib pajak untuk
membayar pajaknya. Dalam pengertian ekonomis pajak
langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan
kepada orang lain. Dalam pengertian administratif pajak
langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala.
b) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang bebannya boleh
dipindah-pindahkan kepada pihak lain. Pengertian secara
ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang
bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau
konsumen. Dalam pengertian administratif, pajak tidak
langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa
atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya
terjadi penyerahan baran atau pembuatan akte.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
10

Dalam memilih cara untuk menentukan apakah suatu pajak


termasuk pajak langsung atau tidak langsung dalam arti ekonomis dapat
diikuti cara yang lazim dalam ilmu ekonomi. Terdapat tiga unsur yang
melekat pada kewajiban memenuhi pajak, yaitu:
a) Penanggung jawab pajak (wajib pajak) yakni orang yang secara
formal yuridis diharuskan melunasi pajak, yaitu bila padanya
terdapat faktor-faktor atau kejadian-kejadian yang
menimbulkan sebab (menurut undang-undang) untuk
dikenakan pajak.
b) Penanggung jawab adalah orang yang dalam faktanya (dalam
arti ekonomis) memikul dulu beban pajaknya.
c) Yang dituntut oleh pembuat Undang-Undang, juga dinamakan
pemikul pajak, yaitu oleh yang menurut maksud Undang-
Undang harus dibebani pajak.
Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang, maka
pajaknya adalah pajak langsung. Namun jika terpisah atau terdapat pada
lebih dari satu orang, maka disebut pajak tidak langsung.
Pembagian pajak menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu
pajak subjektif (bersifat perorangan) dan pajak objektif (bersifat
kebendaan).
a) Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan pertama-
tama keadaan pribadi wajib pajak, untuk menetapkan pajaknya
harus ditemukan alasan-alasan yang objektif berhubungan erat
dengan keadaan matrialnya, yaitu yang disebut gaya pikulnya.
b) Pajak Objektif, adalah pajak yang pertama-tama
memperhatikan kepada objeknya baik itu berupa benda, dapat
pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, kemudian
barulah dicari subjeknya (orang atau badan) yang bersangkutan
lansung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek itu
berkediatam di Indonesia atau tidak.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
11

Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dibagi menjadi dua


yaitu pajak negara (pajak pusat) dan pajak daerah.
a) Pajak Negara, ialah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yang penyelenggaraanya dilaksanakan oleh departemen
keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan
rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya adalah pejak
yang dipungut oleh dirjen pajak sepertai Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan dan
sebagainya.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah seperti propinsi, kabupaten maupun kotamadya
berdasarkan peraturan pemerintah daerah masing-masing dan
hasilnya digunakan untuk pembiayaan Rumah Tangga Daerah
masing-masing.

3. Fungsi Pajak
Pada dasarnya fungsi pajak adalah sebagai sumber pemasukan
keuangan negara (fungsi budgeter), yang nantinya dapat digunakan
untuk membiayai pengeluaran operasional maupun investasi oleh
negara. Namun ada fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu
pajak sebagai fungsi mengatur.
a) Fungsi Budgeter, adalah fungsi yang letaknya pada sektor
publik, dan pajak-pajak di sini sebagai alat (atau suatu sumber)
untuk memasukkan uang sebanyaknya ke dalam kas negara
yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara. Pajak-pajak ini terutama akan digunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin, dan apabila
setelah itu masih ada sisa (surplus), maka surplus ini dapat
digunakan untuk membiayai investasi pemerintah (public
saving untuk public investment).
b) Fungsi Mengatur (regularend), adalah digunakan sebagai alat
untuk melaksanakan kebijakan negaran dalam bidang ekonomi

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
12

dan sosial, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya


di luar bidang keuangan. Hal ini merupakan udaha pemerintah
untuk turut camput tangan dalam hal mengatur dan bilamana
perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam
sektor swasta.

4. Landasan Kewajiban Membayar Pajak


Di dalam Hukum Islam, Dasar membayar pajak itu hukumnya
adalah wajib, berdasarkan kepada ayat Al-Qur’an Surat At-Taubah: 29
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan
agama yang benar (Agama Allah), yaitu orang-orang yang diberi Al-
kitab kepada mereka, sampai mereka membayar "Jizyah" dengan
patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk".
Pembebanan kewajiban membayar pajak hanyalah terhadap kaum
laki-laki dan kaum Hawa yang normal, sedangkan orang yang tidak
mampu, dibebaskan dari kewajiban tersebut. Pembebanannya pun
disesuaikan dengan status sosial dan kondisi keuangannya.
Dalam pengaturan pajak tersebut haruslah sesuai dengan Undang-
undang, yaitu pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan
yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”.

C. PERUMUSAN DAN PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK


1. Perumusan Zakat dan Pajak
a) Unsur Paksaan
Bagi seorang muslim yang hartanya telah memenuhi syarat zakat
maka ia harus menunaikan kewajibannya yang diwakili oleh
petugas zakat yaitu amil. Demikian halnya dengan orang yang
sudah masuk kategori wajib pajak, dapat dikenakan tindakan paksa
kepadanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
13

b) Unsur Pengelola
Asas pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah SWT yang
terdapat dalam surat at-Taubah ayat 60. Pengelolaan zakat
bukanlah semata-mata dilakukan secara individual, dari muzakki
diserahkan langsung kepada mustahik, akan tetapi dilakukan olah
sebuah lembaga yang menangani zakat yang memenuhi
persyaratan tertentu. Sedangkan pengelolaan pajak, jelas harus
diatur oleh negara.
2. Dari Sisi Tujuan
Dari sudut pembangunan kesejahteraan masyarakat, zakat memiliki
tujuan yang sangat mulia bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan,
keamanan dan ketentraman. Demikian pula dengan pajak sebagai
sumber dana untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata dan berkesinambungan antara kebutuhan material dan
spiritual.

3. Perbedaan Antara Zakat dan Pajak

No. Macam Zakat Pajak


1. Pengertian Bersih, bertambah dan Utang, upeti, iuran kepada
berkembang negara
2. Landasan Hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah Undang-Undang suatu negara
3. Nisab dan Tarif Ditentukan Allah SWT dan Ditentukan oleh negara dan
bersifat mutlak nisbah zakat bersifat relatif. Nisbahnya
memiliki ukuran tetap berubah-ubah sesuai dengan
neraca anggaran dihapuskan
4. Sifat Kewajiban bersifat tetap dan Kewajiban bersifat kebutuhan
terus menerus dan dapat dihapuskan
5. Subjek Muslim Semua warga negara
6. Objek Alokasi Tetap 8 golongan (ashnaf) Untuk dana pembangunan dan
Penerimaan anggaran rutin
7. Harta yang Harta yang produktif

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
14

Dikenakan
8. Syarat Ijab Qabul Disyaratkan Semua harta
9. Sanksi Pahala dari Allah SWT Dari negara
10. Penghitungan Dipercayakan kepada Self. Assesment System, wajib
muzakki dan adanya amilin pajak menghitung sendiri
(petugas zakat) besarnya pajak terhutang
melalui penyampaian SPT

D. Pendapat para ulama tentang kewajiban membayar Zakat dan Pajak


Islam adalah agama yang anti kedzaliman. Pengutipan pajak tidak dapat
dilakukan sembarangan dan sekehendak hati penguasa. Pajak yang diakui
dalam sejarah fiqih Islam dan sistem yang dibenarkan harus memenuhi
beberapa syarat yaitu:
1) Benar–benar harta itu dibutuhkan dan tak ada sumber lain.
Pajak itu boleh dipungut apabila negara memang benar-benar
membutuhkan dana, sedangkan sumber lain tidak diperoleh.
Demikianlah pendapat Syeikh Muhammad Yusuf Qardhawy.
2) Pemungutan Pajak yang Adil.
Apabila pajak itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber
lain yang memadai, maka pengutipan pajak, bukan saja boleh, tapi
wajib dengan syarat tidak memberatkan.
3) Pajak hendaknya dipergunakan untuk membiayai kepentingan
umat, bukan untuk maksiat dan hawa nafsu.
4) Persetujuan para ahli/cendikiawan yang berakhlak.
Kepala negara, wakilnya, gubernur atau pemerintah daerah tidak
boleh bertindak sendiri untuk mewajibkan pajak, menentukan
besarnya, kecuali setelah dimusyawarahkan dan mendapat
persetujuan dari para ahli dan cendikiawan dalam masyarakat.
Sedangkan mengenai pembayaran zakat, para ulama telah sepakat
akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah
kafir dari Islam.

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak
15

KESIMPULAN
Zakat menurut bahasa adalah suci dan subur. Zakat menurut istilah syara’
ialah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya
dengan beberapa syarat. Sedangkan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada
mendapatkan balas jasa secara langsung.
Baik zakat maupun pajak pembayarannya bersifat wajib, dan orang yang
sudah membayar zakat wajib pula membayar pajak, begitupun sebaliknya.
Para ulama berpendapat bahwa zakat itu wajib dibayarkan, sedangkan
pajak itu boleh diambil apabila kas negara benar-benar dalam keadaan kosong.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faridy, Drs. H. Hasan Rifai, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta: Dompet


Dhuafa Republika), 2004

Bidihardjo, R. Soeroso, SH, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, (Bandung: PT.


Rofido Utama, 2000), cet. ke-4

Bohari, H., Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002), cet. ke-4, 2003

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,


Jakarta, 1987

Hafidhuddin, DR. K.H. Didin, M.Si, Zakat Dalam Perekonomian Modern,


(Jakarta: Gema Insani Press), 2002

www.google.com/zakat+pajak.
Wikipedia Indonesia/Ensiklopedia bebas
Ensiklopedia Islam/Fiqh/Pajak&Zakat

https://www.scribd.com/document/624731353/zakat-dan-pajak

Anda mungkin juga menyukai