Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HADITS II : ZAKAT

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Hadits II

Dosen Pengampu: Saepudin, M.Ag

Disusun Oleh:

Iqbal Jefriansyah : 22.01.1467

ILMU QURAN DAN TAFSIR (IAT)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
PERSATUAN ISLAM BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas Kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang FIQIH
ZAKAT ini dengan baik.Tak lupa Sholawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saepudin,
M.Ag, selaku Dosen mata kuliah Hadits II IAIPI Bandung yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Makalah ini telah kami buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas
Matkul Hadits II. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita.
Demikian yang dapat kami sampaikan,mohon maaf apabila ada salah kata yang kurang
berkenan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung , 23 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A LATAR BELAKANG .....................................................................................................1


B RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. . 1
C TUJUAN PENELITIAN............................................................................................... . 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2

1 PENGERTIAN ZAKAT............................................................................................... . 2
2 SUMBER HUKUM ....................................................................................................... 3
3 JENIS ZAKAT............................................................................................................... 3
4 OBJEK ZAKAT HARTA............................................................................................. 4
5 PENERIMA ZAKAT.................................................................................................... 8
6.ORANG YAYNG TIDAK BOLEH MENERIMA ZAKAT........................................ 9
7.HIKMAH ZAKAT........................................................................................................11

BAB III PENUTUP .........................................................................................................16

3.1 KESIMPULAN......................................................................................................... 16
3.2 SARAN..................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pandangan islam, Allah adalah pemilik mutlak alam semesta dan
isinya, sehingga harta kekayaan yang dimiliki manusia hanyalah titipan yang bersifat
sementara, di mana manusia diberi kekuasaan untuk mengelolanya. Sebagai pihak
yang diberi kekuasaan tentu manusia harus mengikuti kehendak pemilik mutlak dari
harta kekayaan tersebut yaitu Allah, baik dalam perolehan, pendayagunaan maupun
penyaluran atau penggunaannya. Salah satu kehendak dan ketentuan Allah terkait
dengan penggunaan harta yang harus diikuti oleh manusia adalah ketentuan tentang
zakat. Dengan demikian, zakat tidak hanya berfungsi sebagai perwujudan ketaatan
kepada Allah, tetapi juga merupakan perwujudan kepedulian kepada sesama umat
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian zakat dan sumber hukumnya
2. Apa saja syarat wajib zakat dan jenis-jenis zakat
3. Sebutkan apa saja objek zakat harta
4. Siapa saja yang berhak menerima zakat
5. Siapa saja yang tidak boleh menerima zakat
6. Apa hikmah zakat

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian zakat dan sumber hukumnya
2. Untuk mengetahui Apa saja syarat wajib zakat dan jenis-jenis zakat
3. Mampu menyebutkan apa saja objek zakat harta
4. Untuk mengetahui Bagaimana perhitungan zakat dalam akuntansi
5. Untuk mengatahui Siapa saja yang berhak menerima zakat

6. Untuk mengetahui Hikmah Zakat

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ZAKAT
Dari segi Bahasa zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, suci,
bersih dan baik. Sedangkan zakat secara terminology berarti aktivitas memberikan harta
tersebut sesuai perintah Allah yang sesuai dengan perhitungan tertentu untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya.
Berdasarkan pengertian tersebut bahwasannya zakat itu tidak sama dengan donasi,
sumbangan dan shadaqah yang bersifat sukarela. Zakat suatu kewajiban bagi umat muslim
yang harus ditunaikan dan bukan merupakan hak, sehingga kita tidak bisa memilih untuk
membayar atau tidak. Zakat memiliki aturan yang jelas mengenai harta apa yang harus
dizakatkan, batas harta yang terkena zakat, dengan disertai cara perhitungannya bahkan siapa
saja yang menerima zakat pun telah diatur oleh Allah swt dan Rasul Nya. Jadi, zakat adalah
sesuatu yang sangat khusus karena memiliki aturan-aturan dengan sedemikian rincinya yang
telah ditentukan oleh syara.
1) Sumber Hukum Zakat
a. Al- Qur’an

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. At-taubah: 103)

“…. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).” (QS. Ar-Rum :39)

2
“…. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya (yaitu) orang-
orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.”
(QS. Fussilat: 6-7)

b. As- Sunnah
Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: “barangsiapa yang dikaruniai oleh Allah
kekayaan tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti ia akan
didatangi oleh seekor ular jantan gundul yang sangat berbisa dan sangat
menakutkan dengan dua bintik diatas kedua matanya.” (HR. Bukhari)
“Golongan yang tidak mengeluarkan zakat (di dunia) akan ditimpa kelaparan dan kemarau
panjang.” (HR. Tabrani)
“Bila shadaqah (zakat) bercampur dengan kekayaan lain, maka kekayaan itu akan binasa.”
(HR. Bazar dan Baihaqi)
“zakat itu dipungut dari orang-orang kaya di Antara mereka, dan diserahkan kepada orang-
orang miskin.” (HR. Bukhari)

2. SYARAT WAJIB ZAKAT


Syarat wajib zakat yaitu Antara lain
a. Islam yaitu, Zakat yang diwajibkan atas orang Islam baik tua, muda ataupun
masih kecil.
b. Merdeka yaitu, hamba sahaya (budak) tidak wajib berzakat
kecuali Zakat Fitrah. Meski tidak adanya masalah hamba
sahaya masa sekarang tetapi syarat merdeka masih digunakan
sebagai satu syarat wajib.
c. Milik Sempurna yaitu, harta tersebut milik sempurna bukan milik orang lain.
d. Cukup Nisab adalah nilai yang ditentukan untuk wajib zakat
harus mencapai nishob tertentu dengan jenis objek yang
dizakati.
e. Cukup Haul yaitu, harta yang akan dizakati harus genap setahun disimpan.

3. JENIS-JENIS ZAKAT
Selain syarat-syarat juga terdapat jenis-jenis zakat yang harus ditunaikan, diantaranya
yaitu sebagai berikut.

3
a) Zakat jiwa atau zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim
setelah matahari terbenam akhir bulan Ramadhan. Lebih utama jika dibayarkan sebelum
shalat idul fitri, karena jika dibayarkan setelah shalat Ied, maka sifatnya seperti
sedekah biasa bukan zakat fitrah. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW.
“barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied, maka itu zakat fitrah yang
diterima. Dan barangsiapa yang mengeluarkannya sesudah shalat Ied, maka itu
termasuk salah satu sedekah dari sedekah-sedekah biasa.” (HR. Ibnu Abbas)

b) Zakat harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu,
mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki
perhitungan sendiri-sendiri.

4. OBJEK ZAKAT
Seiring perkembangan zaman, jenis objek zakat terus berkembang para ahli fikih terus
mengadakan pengkajian, melakukan ijtihad untuk menentukan harta objek zakat yang belum
dikenal, karena di zaman Rasulullah hanya mengenal lima objek zakat. Oleh sebab itu berikut
objek-objek zakat yang telah dikenal di zaman modern seperti sekarang ini.
1. Zakat Binatang Ternak (Zakat An’am)
Dalam berbagai hadits dikemukakan bahwa ada tiga jenis hewan ternak yang wajib
dikeluarkan zakatnya setelah memenuhi persyaratan tertentu yaitu unta, sapi dan domba.
Sedangkan diluar ketiga jenis tersebut, para ulama berbeda pendapat. Abu hanifah
berpendapat bahwa pada binatang kuda dikenakan zakat, sedangkan Imam Maliki dan Imam
Syafii tidak mewajibkannya, kecuali kuda tersebut diperjualbelikan.
Syarat zakat binatang ternak yaitu harus mencapai jumlah tertentu yang telah
ditetapkan syariah (cukup nishab), telah dimiliki selama satu tahun (haul). Berikut nishab
hewan yang wajib untuk di zakati.
Jenis Nishab Banyaknya Zakat

Unta 25-35 Ekor 1 Ekor Unta satu tahun

36-45 Ekor 1 Ekor Unta dua tahun

46-60 Ekor 1 Ekor Unta tiga tahun

4
61-75 Ekor 1 Ekor Unta empat tahun

Sapi/ Kerbau 30-39 Ekor 1 Ekor jantan/betina satu tahun

40-59 Ekor 1 Ekor betina dua tahun

Kambing/ Domba 40-120 Ekor 1 Ekor kambing

121-200 Ekor 2 Ekor kambing


(selanjutnya setiap kenaikan 100
ekor akan ditambah 1 kambing)

2. Zakat Emas dan Perak


Emas dan perak adalah sejenis galian yang wajib untuk di zakati. karena logam ini
sangat berguna berdasarkan penggunaannya sebagai nilai tukar yang sangat bernilai
tinggi, sedangkan perak termasuk dalam kategori jenis-jenis harta yang dikenakan zakat.
Adapun nisab zakat emas yang dipakai 180gram dan nisab zakat emas yang tidak dipakai
85gram sedangkan Nisab dan kadar zakat perak menurut Ijma, ulama telah menetapkan
nisab perak sebanyak 200 dirham yaitu setara dengan 595 gram.

3. Zakat Pertanian (Zakat Zira’ah)


Zakat pertanian atau zakat ziro'ah hukumnya adalah wajib. Alloh SWT telah
menerangkannya dalam Al-Quran yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (zakatkanlah) sebagian yang baik-
baik dari harta yang kamu usahakan dan dari apa yang Kami keluarkan untuk kamu dari
bumi..." (Q.S. Al-Baqoroh: 267)
Adapun ketentuan-ketentuan nishabnya yaitu Hasil bumi wajib dikeluarkan zakatnya
jika sudah mencapai nishab (jumlah minimal) yaitu 5 wasaq (650 Kg). Adapun kadar
zakatnya ada dua macam yaitu:
Jika pengairannya alamiah (oleh hujan atau mata air) maka kadar zakatnya adalah 10%.
Jika pengairannya oleh tenaga manusia atau binatang maka kadar zakatnya yaitu 5%.

4. Zakat Barang Temuan (Rikaz) dan Barang Tambang (Alma’adin) serta Hasil Laut
Kewajiban zakat atas rikaz, ma’din dan kekayaan laut ini dasar hukumnya adalah
keumuman nash dalam QS. Al-Baqarah: 267.

5
a. Rikaz menurut jumhur ulama adalah harta peniggalan yang terpendam dalam
bumi atau disebut harta karun. Kewajiban pembayaran zakat adalah saat
ditemukan dan tidak ada haul, dengan nishab 85 gram emas murni.
b. Ma’din adalah seluruh barang tambang yang ada diperut bumi baik berbentuk
cair, padat atau gas, diperoleh dari perut bumi ataupun dari dasar laut. Nishab
zakat barang tambang adalah 85 gram emas murni. Barang tambang tidak di
syaratkan haul jadi zakatnya harus dilaksanakan ketika barang tambang itu
berhasil diperoleh. Akan tetapi barang tambang tersebut tidak termasuk hasil
eksploitasi dari dalam laut seperti mutiara dan ikan, karena untuk hasil laut
termasuk dalam zakat perdagangan.
5. Zakat Perdagangan (Tijarah)
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengeluarkan shadaqah dan zakat dari
apa yang kita jual. Riwayat Abu Dawud.
“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang
kami persiapkan untuk berdagang.” (HR. Abu Dawud)
Adapun syarat zakat sama dengan zakat emas yaitu mencapai haul dan nishab, bebas
dari hutang lebih dari kebutuhan pokok dan merupakan hak milik penuh. Tarif
zakatnya 2,5%. Suatu harta yang telah dikenakan zakat tidak akan dikenakan zakat
lagi.
6. Zakat Produksi Hewani
Zakat dari produksi hewani sama saja dengan zakat pada umumnya yakni 2,5%
seperti zakat perdagangan, akan tetapi untuk madu zakatnya sebesar 10% dengan
syarat nishab mencapai 653 Kg dan tidak harus mencapai haul.
7. Zakat Investasi
Investasi adalah semua kekayaan yang ditanamkan pada berbagai bentuk asset jangka
panjang baik untuk tujuan mendapatkan pendapatan atau ditujukan untuk
diperdagangkan.
8. Zakat Perusahaan atau Institusi
Zakat ini adalah zakat yang didasarkan atas prinsip keadilan serta hasil ijtihad para
ahli fikih. oleh sebab itu zakat ini agak sulit ditemukan pada kitab fikih klasik.
Kewajiban zakat perusahaan hanya ditujukan kepada perusahaan yang dimiliki
(setidaknya mayoritas) oleh muslim. Sehingga zakat ini tidak ditujukan pada harta
perusahaan yang tidak dimiliki oleh muslim.

6
Para ulama kontemporer menganalogikan zakat perusahaan kepada zakat
perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah
perusahaan intinya berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan.
Perhitungan zakat perusahaan ada 3 macam pendapat menurut syafi’i, sebagai
berikut:
1. Kekayaan perusahaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan perusahaan yang digunakan
untuk memperoleh laba. Pendapat ini dikemukakan oleh Qardhawi, dan zakat dikenakan
pada harta lancar bersih perusahaan. Secara sederhana seperti, (kas/setara kas + investasi
jangka pendek + persediaan + piutang dagang bersih) – (kewajiban jangka pendek).
Perhitungan cara ini relative sederhana dan dapat diterapkan bila transaksi usaha
perdagangan juga sederhana. Seperti pada perdagangan yang dimiliki usahanya oleh
perseorangan di mana untuk menjalankan usaha adalah dari modal sendiri dan utang
jangka pendek.
2. Kekayaan yang dikenakan zakat adalah pertumbuhan modal bersih. Pendapat ini
dikemukakan oleh el Badawi dan Sultan. Secara sederhana seperti, (asset lancar bersih +
utang jangka pendek yang digunakan untuk keperluan jangka panjang – utang jangka
panjang yang digunakan untuk pembiayaan harta lancar). Metode ini diusulkan oleh El
Badawi dan sultan untuk mengatasi kelemahan pada metode pertama. Hal ini disebabkan
transaksi perusahaan makin kompleks, di mana sumber pendanaan tidak lagi hanya modal
dan utang jangka pendek tetapi juga utang jangka panjang. Agar sesuai dengan konsep
zakat yaitu tidak tidak dikenakan atas asset tetap dan dikenakan atas asset yang tumbuh
berkembang. Untuk itu El Badawi mengusulkan konsep pertumbuhan modal bersih
(growing capital): modal kerja bersih pada akhir tahun + utang jangka pendek yang
digunakan untuk mendanai asset jangka panjang, melunasi utang jangka panjang atau
mengurangi saham – utang jangka panjang untuk mendanai asset lancar.
3. Kekayaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan bersih perusahaan. Pendapat ini
dikemukakan oleh Lembaga Fatwa Arab Saudi. Secara sederhana yaitu, (modal setor +
saldo laba + laba tahun berjalan – asset tetap bersih + investasi perusahaan atau entitas
lainnya – kerugian tahun berjalan).
Metode apapun boleh digunakan walaupun yang paling sederhana untuk digunakan
adalah pendapat Qardhawi. Sedangkan nishab zakat adalah 85 gram emas dan cukup haul
(1 tahun qomariyah) dengan besar zakat 2,5%. Jika perusahaan menggunakan tahun
masehi, maka besar zakat adalah 2,575%.

7
5 PENERIMA ZAKAT
Selain telah menetapkan zakat sebagai kewajiban muslim yang telah memenuhi
ketentuan tertentu seperti telah dijelaskan diatas. Allah pun telah menentukan kepada siapa
zakat itu harus diberikan. Sebagaimana ffirman Allah dalam (QS. At-taubah:60)

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-taubah: 60)

Ada delapan golongan orang-orang yang berhak menerima zakat, yaitu:

a. Fakir adalah orang yang penghasilannya belum dapat menutupi separuh dari
kebutuhannya.
b. Miskin adalah orang yang penghasilannya baru bisa memenuhi separuh atau lebih
dari kebutuhannya, tetapi belum bisa terpenuhi semuanya.
c. Pihak yang mengurus zakat, (Amil Zakat) adalah orang yang mendapatkan tugas dari
negara, organisasi, lembaga atau yayasan untuk mengurusi zakat. Atas kerjanya
tersebut, seorang amil zakat berhak mendapatkan jatah dari uang zakat.
d. Muallaf adalah orang-orang yang hati mereka dilunakkan agar masuk Islam, atau agar
keimanan mereka meningkat, atau untuk menghindari kejahatan mereka.
e. Budak atau hamba sahaya maksud pemberian zakat kepada mereka bukanlah kita
memberikan uang kepada mereka, tetapi maksudnya adalah memerdekakan mereka.
f. Orang yang berutang (Gharimin) orang-orang yang dililit utang, sehingga dia tidak
bisa membayarnya.
g. Orang yang berjuang dijalan Allah (Fii sabilillah) Yang dimaksud fi sabilillah adalah
perang di jalan Allah untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi.
h. Orang dalam perjalanan (Ibnu Sabil), yaitu seorang musafir yang kehabisan bekal di
tengah perjalanan, sehingga dia tidak bisa melanjutkan perjalanan atau kembali ke
8
kampung halamannya. Orang seperti ini, walaupun dia kaya di kampung halamannya,
berhak untuk mendapatkan zakat sekedarnya sesuai dengan kebutuhannya sehingga
dia sampai tujuan.

6 ORANG YANG TIDAK BOLEH MENERIMA ZAKAT


a. Pertama, keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ahlul Bait)
Mereka tidak boleh makan harta zakat sedikitpun berdasarkan pernyataan tegas dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga Muhammad shallallahu


‘alaihi wa sallam, zakat adalah kotoran manusia.” (HR. Muslim 1072, An-Nasai
2609, dan yang lainnya).

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Zakat adalah kotoran harta manusia, tidak halal bagi Muhammad, tidak pula untuk
keluarga Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Abu Daud 2985)

Keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah semua keturunan bani Hasyim dan
bani Abdul Muthalib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada hak zakat untuk orang kaya, maupun orang yang masih kuat bekerja..”
(HR. Nasa’i 2598, Abu Daud 1633, dan dishahihkan Al-Albani).
b. Orang Kaya yang Dapat Zakat
Mereka adalah orang kaya yang masuk dalam daftar 8 golongan penerima zakat:
Amil, muallaf, orang yang berperang, orang yang terlilit utang karena mendamaikan
dua orang yang sengketa, dan Ibnu Sabil yang memiliki harta di kampungnya.
Ibnu Qudamah mengatakan,
Orang yang berhak menerima zakat meskipun kaya, ada lima: Amil, muallaf, orang
yang berperang, orang yang kelilit utang karena mendamaikan sengketa, dan Ibnu
Sabil yang memiliki harta di kampungnya. (Al-Mughni, 6/486).
c. Ketiga, orang kafir
9
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman,
beliau meminta agar Muadz mengajarkan tauhid, kemudian shalat, kemudian baru
zakat. Beliau bersabda,
“Ajarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat harta
mereka. Diambilkan dari orang kaya mereka dan dikembalikan kepada orang miskin
mereka.” (HR. Bukhari 1395 & Muslim 19).

Yang dimaksud ‘mereka’ pada hadis di atas adalah masyarakat Yaman yang telah
masuh islam. Ibnul Mundzir menukil adanya kesepakatan ulama bahwa orang kafir
tidak boleh menerima zakat. Beliau menegaskan,
“Para ulama sepakat bahwa orang kafir dzimmi tidak berhak mendapatkan zakat
sedikitpun dari harta kaum muslimin, selama mereka mukim.” (Al-Ijma’, hlm. 49).

Meninggalkan Shalat Termasuk Kafir


Termasuk orang kafir adalah orang yang asalnya muslim, kemudian dia melakukan
pembatal islam. Seperti meninggalkan shalat atau melakukan praktek perdukunan,
ilmu kebal, atau penyembah kuburan. Mereka tidak berhak mendapatkan zakat,
meskipun dia orang miskin.
Dikecualikan dari aturan ini adalah orang kafir muallaf. Orang kafir yang tertarik
masuk islam, dan diharapkan bisa masuk islam setelah menerima zakat. (Al-Mausu’ah
Al-Fiqhiyah, 23/325).
d. Keempat, setiap orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki (wajib zakat)
Termasuk aturan baku terkait penerima zakat, zakat tidak boleh diberikan kepada
orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki (wajib zakat). Seperti istri, anak dan
seterusnya ke bawah atau orang tua dan seterusnya ke atas. (Al-Mausu’ah Al-
Fiqhiyah, 23/326).

e. Zakat kepada anak atau orang tua yang tidak mampu, atau kepada orang yang wajib
dia nafkahi, akan menggugurkan kebutuhan nafkah mereka. Sehingga ada sebagian
manfaat zakat yang kembali kepada Muzakki.

10
7 HIKMAH ZAKAT

Salah satu hikmah zakat yang jelas Allah abadikan dalam Al-qur’an adalah sebagaimana
yang ada di Qur’an surat At-taubah ayat 103 yang bunyinya
Artinya; “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka”

Hikmah Zakat Bagi yang Menerima

 Meringankan beban ekonomi yang dihadapi


 Menjalin persaudaraan antarsesama Muslim
 Menghindarkan dari perbuatan jahat
 Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
 Memungkinkan mereka mengubah keadaan diri dengan modal zakat yang didapatkan.

Hikmah Zakat Bagi Mereka yang Melaksanakan

 Zakat Menyempurnakan Iman

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, artinya tidaklah sempurna keislaman seorang
hamba jika belum mengeluarkan zakat (bagi yang mampu). Rasulullah (shallallahu ‘alaihi
wassalam bersabda ‘Salah seorang diantara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna)
sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.’ (HR. Bukhari; 13)
Karena, dengan mengeluarkan zakat berarti kita peduli dengan saudara kita yang
membutuhkan. Sehingga salah satu hikmah dari zakat adalah untuk menyempurnakan iman.

 Zakat Sarana Menghapus Dosa

Dari sekian banyak hikmah zakat, mungkin yang kedua ini yang paling utama, yaitu
menghapus atau mengurangi dosa, mengingat dosa-dosa kita yang teramat banyak ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (bersabda ‘Amal memadamkan dosa sebagaimana
air memadamkan api.’ (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasaa’i) Orang yang mampu berzakat
tapi tidak mengeluarkannya, maka dosa dan keburukan yang akan menimpanya, serta
tidak sempurna keislamannya.

11
 Zakat untuk Membersihkan Harta

Salah satu hikmah zakat yang Allah abadikan dalam Al-qur’an adalah untuk membersihkan
harta, karena dalam harta benda yang kita miliki terdapat hak fakir miskin atau saudara yang
membutuhkan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mengeluarkan hak mereka dalam
bentuk zakat yang sudah Allah dan Rasulnya syariatkan.

 Zakat dapat Melatih Kerendahan Hati

Zakat merupakan perintah langsung dari Allah yang disampaikan melalui para Rasulnya.
Selain itu zakat juga merupakan bagian dari rukun Islam yang harus ditunaikan oleh siapa
saja (yang mampu) yang memeluk agama Islam. Dengan mengeluarkan zakat maka kita
sudah termasuk dalam golongan orang yang rendah hati, karena dengan sadar mengikuti apa
yang Allah perintahkan.

 Meningkatkan Rezeki

Zakat yang kita keluarkan merupakan hak orang lain yang Allah titipkan melalui harta benda
yang kita miliki. Hikmah zakat yang bisa kita ambil adalah, jika harta benda kita bersih dari
hak orang lain, Insyaallah harta benda yang kita miliki menjadi lebih berkah dan Allah lipat
gandakan.

 Mempererat Persaudaraan

Hikmah zakat bukan hanya untuk pemberi, si penerima zakat pun juga akan mendapatkan hal
yang sama, karena banyak kebaikan yang ada di dalam syariat zakat. Salah satunya adalah
saudara yang kesusahan akan terbantu oleh zakat yang kita keluarkan. Sehingga kesenjangan
sosial pun bisa tertatasi dan rasa persaudaraan yang tinggi pun akan tercipta dengan
sendirinya, karena kita tidak egois dan rendah hati terhadap apa yang kita miliki.

 Zakat Menjauhkan dari Siksa Neraka

Hikmah zakat yang juga Allah abadikan dalam Al-qur’an adalah menjauhkan kita dari api
neraka, sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat At-taubah ayat 34-35.

12
Artinya;

‘Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-
rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka)
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.’

‘(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan
itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu.’

13
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zakat berarti aktivitas memberikan harta tersebut sesuai perintah Allah yang sesuai
dengan perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Zakat
terbagi berbagai macam dan jenis nya seperti zakat fitrah dan zakat harta, macam-macam
zakat harta yaitu zakat binatang ternak, zakat emas dan perak, zakat pertanian (zira’ah), zakat
barang temuan, barang tambang dan hasil laut, zakat perdagangan, zakat produksi hewani,
zakat investasi, atau zakat perusahan/ institusi. Semua diatur dengan masing-masing kadar
ketentuannya dan dengan syarat-syarat tertentu.

3.2 Saran

Demikian makalah ini dapat kami selesaikan. Kami berharap agar makalah yang kami
susun ini menjadi bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan menambah wawasan
mengenai akuntansi zakat khususnya dalam fikih zakat dalam akuntansi di mata kuliah
Akuntansi Syariah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bagha, Musthafa Dib. 2016. At-Tadzhib. Malang: UIN Malang Press.

Al jazziri, Abu Bakar Jabir. 2006. Fiqih Ibadah. Surakarta: Media Insani Publishing.

Ash Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. 1999. Pedoman Zakat. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra.

Inoed, Amiruddin dkk. 2005. Anatomi Fiqih Zakat. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sari, Elsi Kartika. 2007. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo.

Qasim, Syeikh Muhammad Ibnu. 1991. Fathul Qorib Terjemah. Surabaya: Al-Hidayah.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia (Edisi ke 3). Jakarta:
Salemba Empat
https://konsultasisyariah.com/19738-7-orang-yang-tidak-boleh-menerima-zakat-bagian-
01.html

15

Anda mungkin juga menyukai