Anda di halaman 1dari 17

MUZAKKI DAN MUSTAHIK ZAKAT

Revisi Makalah Kelompok 3


Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Wagiyem, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 3 Kelas HKI 3A :

Muhammad Abeb Saputra 12212069

Helmy Sanjaya 12212017

Adisti Try Anggraini 12212014

HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)


FAKULTAS SYARI’AH (FASYA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita kepada kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah sehingga kami bisa menyusun tugas makalah
“FIQIH ZAKAT DAN HUKUM PERZAKATAN” dan tidak lupa kita selalu
shalawat dan salam selalu kita curahkan kepada Nabi kita yaitu Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sampai zaman kesucian.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul
“Muzakki Dan Mustahik Zakat” untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Zakat
dan Hukum Perzakatan dengan dosen pengampu yaitu Ibu Dra. Hj. Wagiyem,
M.Ag.

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembaca. Tidak terlepas juga dari semua itu, kami juga menyadari
masih banyak nya kekurangan sehingga kami sebagai penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran pembaca supaya dapat mengembangkan
perbaikan penyusunan pada makalah kami untuk kedepannya.

Pontianak, 29 september 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................... 2

BAB II MUZAKKI DAN MUSTAHIQ........................................................... 3


A. Muzakki....................................................................................................... 3
1. Pengertian.............................................................................................. 3
2. Syarat .................................................................................................... 3
B. Mustahiq...................................................................................................... 6
1. Pengertian ............................................................................................. 6
2. Syarat .................................................................................................... 6
C. Hukum Indonesia terhadap syarat Muzakki dan Mustahiq.................. 9
1. Syarat Muzakki Menurut Hukum Indonesia..................................... 9
2. Syarat Mustahiq Menurut Hukum Indonesia.................................... 11

BAB III PENUTUP........................................................................................... 13


A. Kesimpulan.................................................................................................. 13
B. Saran............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dua unsur utama pelaksanaan zakat adalah muzakki dan mustahiq.


Keduanya memiliki peran yang sangat penting karena zakat tidak dapat
dilakukan tanpa salah satu dari keduanya. Oleh karena itu, untuk
menyeimbangkan kehidupan beragama dan sosial, keduanya memiliki peran,
kewajiban, dan hak yang saling melengkapi. Dalam bidang keilmuwan,
pembicaraan muzakki dan mustahiq terus berkembang seiring dengan
perkembangan dunia yang semakin kompleks, dan tak jarang menimbulkan
beberapa pertanyaan, sehingga diperlukan diskusi untuk menemukan jawaban.
Situasi ini juga berlaku di Indonesia, yang merupakan negara dengan
mayoritas penduduknya beragama Islam.

Konsep ulama dan imam terdahulu tentang muzakki dan mustahiq


harus kia pahami secara jelas dan mendalam baik itu makna dari muzakki dan
mustahiq, siapa saja yang menjadi muzakki dan siapa yang menjadi mustahiq
beserta apa saja syaratnya. Oleh karena itulah kami ingin membahas mengenai
muzakki dan mustahiq agar teman-teman memahami terkait muzakki dan
mustahiq terutama umat muslim dan tekhusus masyarakat muslim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muzakki ?
2. Apa yang dimaksud dengan mustahiq ?
3. Apa saja syarat dari muzakki dan mustahiq ?
4. Bagaimana persyaratan Muzakki dan Mustahiq menurut hukum positif di
Indonesia ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui arti dan maksud muzakki.
2. Untuk mengetahui arti dan maksud mustahiq.
3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dari muzakki dan mustahiq.
4. Untuk mengetahui persyaratan Muzakki dan Mustahiq menurut hukum
positif di Indonesia.

2
BAB II

MUZAKKI DAN MUSTAHIQ

A. Muzakki
1. Pengertian
Muzakki adalah orang yang dikenai kewajiban membayar zakat atas
kepemilikan harta yang telah mencapai nishab dan haul. menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) muzakki adalah orang yang wajib
membayar zakat. Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat pasal 1, muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki
oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. Berdasarkan
penjelasan diatas bahwa muzakki adalah orang yang wajib zakat dan tidak
perorangan saja, para ahli juga sepakat bahwa setiap muslim, merdeka dan
baligh serta berakal wajib untuk membayar atau menunaikan zakat.

2. Syarat
Seperti yang diketahui bahwa muzakki merupakan orang yang
wajib menunaikan zakat, untuk menjadi muzakki memiliki syarat yaitu :
a. Islam
Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Abu Bakar r.a:

Artinya: “Inilah kewajiban zakat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah


SAW atas kaum muslimin.” (Riwayat al-Bukhari: 1386)
Seorang Islam yang telah memenuhi syarat wajib zakat kemudian
ia murtad sebelum membayarkan zakatnya maka menurut fuqaha
Syafi’iyah, wajib baginya mengeluarkan zakat yang dimilikinya
sebelum murtad. Sedangkan menurut (Abu Hanifah dalam buku fiqih
ibadah Ritonga & Zainudin, 2002) berpendapat, murtadnya seseorang
menggugurkan semua kewajibannya sebelum murtad, sebab setelah

3
murtad ia sudah menjadi kafir asli dalam pengertian semua amal
ibadahnya yang lalu tidak ada gunanya.
b. Merdeka
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat
terhadap hamba sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiadaan
hak milik yang diberikan kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang
ada padanya menjadi milik tuannya. Demikian halnya hamba sahaya
yang telah diberikan kesempatan untuk memerdekakan dirinya dengan
tebusan, karena ini belum secara sempurna memiliki apa yang ada
padanya.

c. Baligh dan berakal sehat


Ahli fiqh mazhab Hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai
syarat wajib zakat. Menurut mereka, harta anak kecil dan orang gila
tidak dikenakan wajib zakat karena keduanya tidak dituntut
membayarkan zakat hartanya seperti halnya shalat dan puasa.
Mayoritas ahli fiqh selain Hanafiyah tidak menetapkan baligh dan
berakal sebagai syarat wajib zakat. Oleh karena itu, menurut mereka
harta anak kecil dan orang gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang
mengeluarkannya adalah walinya, berdasarkan hadits Nabi SAW

berikut:
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari neneknya,
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang menjadi wali
anak yatim yang memiliki harta hendaklah dia memperdagangkannya
(mengembangkannya) dan dia tidak boleh meninggalkannya sampai
harta itu termakan oleh zakat.” (HR. Baihaqi).

4
d. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup nisab
Orang tersebut memiliki sejumlah harta yang telah cukup
jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya.

e. Memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi haul


Harta atau kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu untuk
mengeluarkan zakat yang biasanya kekayaan itu telah dimilikinya
dalam waktu satu tahun.

f. Memiliki harta secara sempurna


Menurut (Ritonga, Rahman, & Zainuddin, 2002) adalah bahwa
orang tersebut memiliki harta yang tidak ada di dalamnya hak orang
lain yang wajib dibayarkan. Atas dasar syarat ini, seseorang yang
memiliki harta yang cukup satu nisab, tetapi karena ia masih
mempunyai hutang pada orang lain yang jika dibayarkan sisa hartanya
tidak lagi mencapai satu nisab, maka dalam hal ini tidak wajib zakat
padanya; karena hartanya bukanlah miliknya secara sempurna. Orang
tersebut tidak dapat disebut orang kaya melainkan orang miskin.

g. Muzakki adalah orang yang berkecukupan atau kaya


Zakat itu wajib atas si kaya yaitu orangyang mempunyai kelebihan
dari kebutuhan-kebutuhan yang vital bagi seseorang, seperti untuk
makan, pakaian, dan tempat tinggal. Zakat tersebut dibagikan kepada
fakir miskin atau orang yang berhak menerima zakat. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah SAW.:

Artinya : “Tidak wajib zakat kecuali dari pihak si kaya.”7 (HR. Ahmad
dan Bukhari)

5
B. Mustahiq
1. Pengertian
Menurut UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pasal 1,
mustahiq adalah orang atau badan yang berhak untuk menerima zakat.
Menurut KBBI mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat
seperti fakir miskin dan lainnya. Dari pernyataan diatas dapat diketahui
secara sederhana bahwa mustahiq merupakan orang-orang yang menerima
zakat dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

2. Syarat
(Al-Zuhayly, 2008) mengatakan bahwa Para ahli fuqaha mensepakati
ada 5 syarat dalam orang yang berhak menerima zakat atau mustahiq :
a. Kefakiran atau kekurangan pemenuhan kebutuhannya
Kefakiran adalah keadaan ekonomi seseorang yang serba
kekurangan atau yang benar-benar membutuhkan. Semua zakat wajib
dan sedekah membutuhkan kefakiran.
b. Penerima zakat harus muslim
Zakat harus diberikan kepada orang Muslim, kecuali mereka yang
baru masuk Islam. Menurut mazhab Maliki dan Hambali, zakat tidak
boleh diberikan kepada orang kafir dengan alasan apa pun,
berdasarkan hadits Mu'adz r.a.
“Ambillah zakat dari orang-orang kaya dari mereka (Muslim) dan
berikan kepada orang-orang fakir dari mereka (muslim).”
c. Penerima zakat bukan orang yang lazim diberi nafkah
Zakat tidak boleh diberikan kepada karib kerabat dan istri
walaupun berada pada masa ‘iddah, karena tindakan seperti ini akan
menghalangi pemberian kepada orang fakir dari satu segi, dan dari segi
yang lain zakat itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
d. Penerima zakat akil dan baligh

6
Menurut mazhab Hanafi, zakat tidak boleh diterima oleh anak kecil
yang umurnya belum tujuh tahun dan tidak boleh diterima oleh orang
gila, kecuali bila anak kecil dan orang gila itu ada yang mengasuhnya.

Sedangkan (Mufraini, 2006) berpendapat bahwa didalam qur’an surah


at-taubah ayat 60 mensayaratkan ada 8 golongan yang berhak menerima
zakat yaitu :
a. Fakir
Fakir atau faqir jamaknya fuqara’ dalam bahasa arab berasal dari
kata faqr yang pada mulanya berarti tulang punggung.. Termasuk
dalam kelompok ini adalah orang yang tidak berharta dan tidak
tercukupi makanan, pakaian maupun tempat tinggalnya, tidak
mempunyai pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.
b. Miskin
Miskin jamaknya masakin berasal dari kata sakana yang berarti
diam dan tenang. Orang miskin adalah seseorang yang tidak memiliki
harta sama sekali hingga ia harus meminta (mengemis) untuk ,akan
atau untuk memperoleh pakaian.
c. Amil Zakat
Menurut (Fatwa MUI, 2011) berpendapat bahwa dalam No. 8
Tahun 2011 tentang amil zakat, pengertian amil zakat adalah seseorang
atau sekelompok orang yang diangkat oleh pemerintah untuk
mengelola pelaksanaan ibadah zakat; atau seseorang atau sekelompok
orang yang dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh pemerintah
untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat. Dalam upaya optimalisasi
sistem zakat sebagai salah satu proses redistribusi income, posisi amil
dalam kelompok delapan ashnaf memiliki peranan yang sangat
penting.
d. Mu’allaf
Secara prinsip, pengertian muallaf adalah orang-orang yang baru
memeluk agama Islam. Dalam kajian fikih klasik, muallaf diklasifikan

7
menjadi empat macam yaitu: Pertama, muallaf muslim ialah orang
yang sudah masuk Islam tetapi niat dan imannya masih lemah. Kedua,
orang yang telah masuk Islam, niat dan imannya sudah cukup kuat,
dan juga terkemuka (tokoh) di kalangan kaumnya. Ketiga, muallaf
yang mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi tindak kejahatan
yang datang dari kaum kafir. Keempat, muallaf yang mempunyai
kemampuan mengantisipasi kejahatan yang datang dari kelompok
pembangkang wajib zakat.
e. Riqab
Dalam kajian fikih klasik yang dimaksud dengan para budak
adalah perjanjian seorang muslim untuk bekerja dan mengabdi kepada
majikannya, di mana pengabdian tersebut dapat dibebaskan apabila si
budak memenuhi kewajiban pembayaran sejumlah uang, namun si
budak tersebut tidak memiliki kemampuan materi untuk membayar
tebusan atas dirinya tersebut. Bila melihat konsep tersebut, maka
definisi tersebut sepintas tidak lagi bisa dipakai atau diterapkan pada
kondisi sekarang, sehubungan dengan adanya pelarangan secara syariat
dan bahkan konteks sekarang sudah menjadi isu pelarangan dalam
skala internasional.
f. Gharimin
Menurut mazhab Abu Hanifah, gharim adalah orang yang
mempunyai utang dan aset yang dimiliki tidak mencukupi untuk
memenuhi utangnya tersebut. Sedangkan Imam Maliki, Syafi’i, dan
Ahmad menyatakan bahwa orang yang mempunyai utang terbagi
kepada dua golongan, yaitu Pertama, kelompok orang yang
mempunyai utang untuk kebaikan dan kemaslahatan diri dan
keluarganya. Kedua, kelompok orang yang berutang untuk
kemashlatahan orang atau pihak lain.
g. Fi sabilillah
Menurut beberapa ulama dari kalangan madzhab Hanafi ada
pemaknaan yang beragam tentang kelompok fi sabilillah, diantaranya

8
menurut mereka fi sabilillah adalah suka relawan yang terputus
bekalnya, yang tidak sanggup berhabung dengan tentara islam karena
kefakiran mereka. Sedangkan menurut imam Ahmad, fi sabilillah
adalah jama’ah haji yang habis perbekalannya.
h. Ibnu Sabil
Menurut jumhur ulama ibnu sabil adalah kiasan untuk musafir,
yaitu orang yang melintas dari suatu daerah kedaerah lain, untuk
melaksanakan hal yang baik, bukan untuk kemaksiatan.

C. Hukum Indonesia terhadap Syarat Muzakki dan Mustahik


1. Syarat Muzakki menurut Hukum Indonesia
Dalam hukum Indonesia, syarat muzakki (orang yang wajib
memberikan zakat) mengacu pada aturan-aturan dalam Islam. Menurut
(Baznas, 2023) syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang :
a. Beragama Islam
Bergama Islam adalah syarat paling utama bagi wajib zakat
termasuk zakat penghasilan, hal ini berdasarkan 5 rukun Islam yang
salah satunya adalah membayar zakat. Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq
r.a., “Ini adalah kewajiban sedekah (zakat) yang telah diwajibkan oleh
Rasulullah Saw. atas orang-orang Islam."
b. Orang Merdeka (Bukan Budak)
Orang merdeka (bukan budak) yaitu orang yang memiliki
kebebasan hidup dalam memenuhi hak-haknya. Artinya, mereka bisa
memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri. Mungkin di zaman sekarang
yang dimaksud dengan budak sudah jarang ditemukan lagi. Adapun
pembantu rumah tangga berbeda dengan budak karena mereka juga
berpenghasilan dan dapat dikatakan sebagai profesi.
Pada dasarnya orang yang belum mampu memenuhi kebutuhan
pokoknya, belum diwajibkan membayar zakat. Sahabat Umar bin
Khattab r.a. menegaskan, “Tidak ada zakat di dalam harta hamba
sahaya, sampai ia bebas."

9
c. Kepemilikan Penuh
Harta penghasilan yang didapatkan harus sepenuhnya dimiliki
muzaki. Artinya tidak boleh ada hak lain dari harta penghasilan
tersebut. Seperti muzaki yang masih punya utang kepada seseorang,
maka penghasilan tersebut masih ada hak orang lain. Oleh karena itu,
sebelum membayar zakat penghasilan, pastikan dulu harta penghasilan
sudah benar-benar dimiliki secara penuh.
d. Mencapai Nishab
Seseorang harus memiliki penghasilan yang mencapai nishab atau
batas minimum yang telah ditetapkan untuk membayar zakat. Nisab
zakat penghasilan bervariasi di setiap negara. Seseorang dikatakan
sudah wajib menunaikan zakat penghasilan jika penghasilannya telah
mencapai nishab zakat pendapatan sebesar 85 gram emas per tahun.
Hal ini dikuatkan dalam SK BAZNAS Nomor 01 Tahun 2023 Tentang
Nisab Zakat Pendapatan dan Jasa. Hitungan nishab ini tidak termasuk
jumlah harta yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok dan
kebutuhan wajib lainnya. Jika sudah memenuhi batas minimal bayar
zakatnya, barulah seseorang dikatakan wajib mengeluarkan zakat
penghasilan.
e. Mencapai Haul
Seseorang harus menunggu sampai haul atau masa satu tahun telah
berlalu sejak penghasilan pertama kali diterima sebelum membayar
zakat penghasilan.
f. Baligh dan Berakal
Seorang muzaki harus sudah baligh atau dewasa, yaitu orang yang
sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Anak-anak tidak
termasuk dalam golongan muzaki yang diwajibkan membayar zakat.
Selain baligh, muzaki juga harus berakal atau tidak gila. Orang gila
tidak bisa menggunakan pikirannya dengan benar untuk melakukan
berbagai hal.

10
g. Tidak Punya Hutang
Utang menghalangi seseorang untuk berzakat karena di dalam
penghasilannya ada milik orang lain.
h. Harta Penghasilan Melebihi Kebutuhan Pokok
Meski dalam Islam zakat itu wajib hukumnya namun agama Islam
tetap memperhatikan kemaslahatan umat dengan mengutamakan
kebutuhan pokok di atas zakat. Harta penghasilan seharusnya dihitung
lebih dulu untuk kebutuhan pokok.
i. Harta Penghasilan Berkembang
Penghasilan seseorang lazimnya berkembang seiring berjalan
waktu karena biasanya dibayarkan setiap bulan. Namun jika memang
penghasilan yang ada hanya dibayarkan saat itu juga tanpa bisa
berkembang di hari lain maka gugur kewajiban zakatnya.
Orang yang bekerja lepas dan hanya mendapat gaji di saat itu juga
harus dipastikan apakah gaji yang diterimanya sudah mencapai nishab
setelah dipakai membayar kebutuhan pokok dan utang.
j. Harta Halal
Ini juga syarat yang sangat penting, yakni zakat dibayarkan dengan
tujuan mensucikan harta kepemilikan. Zakat juga dimaksudkan untuk
memberikan kebersihan pada penghasilan tersebut. Meski begitu, tetap
ada ketentuan bahwa harta yang dizakatkan adalah harta halal.

2. Syarat Mustahiq Menurut Hukum Indonesia


Syarat untuk mustahiq menurut Hukum Indonesia sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan hukum islam itu sendiri karena hukum Indonesia
terkait zakat terutama mustahiq mengadaptasi dari hukum islam. Menurut
(Iswinarni, 2023) dalam website RRI mengatakan bahwa Ustad Abber
menjelaskan ada 8 golongan yang berhak menerima zakat yaitu :
a. Fakir
b. Miskin

11
c. Riqab
d. Gharim
e. Mualaf
f. Fisabilillah
g. Ibnu Sabil
h. Amil zakat

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Muzakki merupakan orang yang memiliki kewajiban dalam menunaikan
zakat
2. Mustahiq merupakan orang-orang yang berhak dalam menerima atau
mendapatkan zakat.
3. Syarat menjadi muzakki yaitu islam; merdeka; baligh dan berakal;
memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi haul; memiliki harta
secara sempurna; muzakki adalah orang yang berkecukupan.
4. Syarat menjadi mustahiq yaitu fakir; miskin; amil zakat; mu’allaf; riqab;
gharimin; fi sabilillah; ibnu sabil.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah yang dibuat penulis terkait Muzakki
dan Mustahik ini membuat para pembaca memahami terkait muzakki dan
mustahiq dan bagaiamana dengan syarat-syarat nya dan penulis berharap
bahwa makalah yang dibuat ini bisa bermanfaat untuk orang banyak terkhusus
nya orang-orang yang membacanya, diharapkan juga bagi para pembaca untuk
memberikan kritikan dan saran terhadap makalah yang dibuat penulis karena
penulis masih manusia biasa yang banyak kesalahan dan belum bisa sempurna
dalam membuat makalahnya, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan
kritikan dan sarannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet, & Suyono. (1998). Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Agama, K. (2015, september sabtu). UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat. Retrieved from https://kemenag.go.id/.
Al-Zuhayly, W. (2008). Zakat: Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Baznas. (2023, Juni Senin). Syarat Wajib Bayar Zakat Penghasilan. Retrieved
from Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS):
https://baznas.go.id/artikel/baca/Syarat-yang-Wajib-Dipenuhi-oleh-Orang-
yang-Membayar-Zakat-Penghasilan/193
Indonesia, M. U. (2011). Himpunan Fatwa MUI sejak 1975. Jakarta: Erlangga.
Iswinarni. (2023, April Selasa). Kriteria (syarat-syarat) Mustahiq. Retrieved from
Radio Republik Indonesia:
https://www.rri.co.id/jambi/daerah/215902/kriteria-syarat-syarat-mustahiq
Mufraini, M. A. (2006). Akutansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana.
Ritonga, Rahman, & Zainuddin. (2002). Fiqih Ibadah. Jakarta: Gaya Media
Pratama.

14

Anda mungkin juga menyukai