Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................2

1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................................2

1.2. Permasalahan...........................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1. Pengertian................................................................................................................5

2.2. Aplikasi dan Daya Guna..........................................................................................7

2.3. Penatalaksanaan/Manajemen Zakat........................................................................9

BAB 3 KESIMPULAN.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah bagian dari rukun Islam yang kelima, disyariatkan sejak Nabi

Muhammad SAW hijrah ke Madinah dengan 2 (dua) sasaran, yaitu golongan fakir dan

miskin. Kriteria jenis harta yang wajib dizakatkan dimulai tahun ke 2 (dua) Hijriyah /

1623 M dengan sasaran hanya kepada dua golongan tersebut, fakir dan miskin.

Kemudian pada tahun ke – 9 H barulah turun surat at Taubah (9) ayat 60 yang

menentukan pemberian zakat kepada 7 (tujuh golongan/asnaf).

Bertebaran ayat tentang perintah membayarkan zakat dan sebagian beriringan

dengan perintah shalat. Ini menunjukkan arti pentingnya kedudukan dan fungsi zakat

dalam ajaran Islam. Shalat sebagai bentuk hubungan baik sedang hamba kepada sang

Pencipta/Allah SWT, sedangkan zakat adalah aplikasi hubungan baik dengan sesama

hamba. Karena itu, jika syariat ini dilaksanakan dengan benar dan baik, tentu akan

mengatasi berbagai permasalahan sosial, seperti pengentasan kemiskinan, menekan

kriminalitas, bantuan pendidikan, kesehatan dsb.

Adalah kodrat Allah SWT bahwa manusia diciptakan dengan kemampuan yang

berbeda, ada yang kaya dan ada yang miskin. Dua kelompok ini bukan untuk saling

bermusuhan seperti teori sosialis komunis (borjuis melawan proletar), tetapi untuk

saling bersinergi, saling membantu, sebab keduanya saling membutuhkan. Contoh

paling sederhana yaitu, si kaya butuh bantuan tenaga si miskin, dan sebaliknya si miskin

perlu bantuan materi dari si kaya.

2
Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur distribusi harta agar memberi

manfaat kepada seluruh elemen masyarakat atau tidak hanya beredar/ menumpuk di

kalangan orang kaya saja (Q.S ... : ...). Sistem dtribusi harta ini dalam Islam disebut

zakat, infaq, sedekah, yaitu menyalurkan sebagian harta dari si kaya kepada si miskin

dengan kriteria tertentu. Jadi hakekat zakat itu bukan pemberian si kaya kepada si

miskin lantaran beban belas kasihan (paweweh dalam bahasa jawa), tetapi merupakan

suatu lewajiban atas amanah dari Allah SWT kepada si kaya untuk si miskin. Karena itu

jika si kaya enggan melaksanakan membayar zakat, dianggap telah “ merampas “ hak

kaum fakir miskin. Sayangnya syariat zakat ini belum sepenuhnya dilaksanakan dengan

baik dan benar oleh kaum muslimin, karena berbagai hal :

1.1.1. Sifat dasar manusia yang kikir (QS 4:128, 47 : 38).

1.1.2. Kurangnya pemahaman kaum muslimin tentang ajaran Islam, khususnya

tentang zakat mal.

1.1.3. Bias terhadap pelaksanaan zakat, dengan munculnya berbagai lembaga zakat,

seperti BASIS, LAZIS, Takmir Masjid, RT/RW/Pemkot dsb.

1.2. Permasalahan

1.2.1. Secara umum masyarakat muslim tahu bahwa zakat itu merupakan rukun Islam

yang kelima, bahkan di kalangan masyarakat Jawa punya akronim “ jidat, rolat,

lubat, patso, moji “. Akan tetapi hanya sebatas retorika saja, sedangkan dalam

aplikasinya belum teramalkan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.

1.2.2. Di sisi lain, pola hidup konsumtif dan hedonisme meracuni sebagian

masyarakat muslim sehingga menghilangkan rasa kepekaan untuk hidup

bergotong royong. Rumah, mobil bukan lagi menjadi kebutuhan primer akan

3
tetapi telah bergeser menjadi gengsi, bukan fungsi. Sebagai contoh, seseorang

yang kalau mau hidup secara wajar maka dia sudah terkena wajib zakat. Akan

tetapi karena pola hidup konsumtif dan hedonisme ditunjang dengan fasilitas

masa kini yang semakin memudahkan seseorang untuk berhutang, akhirnya

status seorang muzakki seolah olah berubah menjadi gharim.

1.2.3. Selain itu, masalah mental juga menjadi ganjalan besar terhadap jumlah

penduduk yang dapat dikategorikan berstatus muzakki. Betapa banyaknya

muzakki di Indonesia yang bermental miskin (kere - Jawa), contohnya setiap

saat negara memberikan fasilitas gratis maka mereka berduyun-duyun

mengaku bahwa mereka mempunyai hak untuk mendapatkan bantuan /

mustakhik.

1.2.4. Ada pihak-pihak tertentu yang merasa gerah jika syariat zakat, infak, sedekah

ini dapat dilaksanakan baik dan benar (profesional dan aman) sebab akan

berefek ganda :

1.2.4.1. Menjadi kekuatan raksasa bagi umat Islam (macan turu menurut

istilah Pak Ayoeb).

1.2.4.2. Menjadi petaka bagi pihak yang selama ini menggunakan materi

sebagai piranti pemurtadan, dan penumpukan harta (rentenir).

1.2.4.3. Di tengah dekadensi moral yang menyeruak pada semua kalangan

masyarakat (ulama penjilat, umaro khianat), sehingga memunculkan

sikap kurang percaya (trust), sehingga banyak muzakki lebih suka

membayar langsung pada mustahik, meskipun sudah muncul UU. 20

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Kata zakat itu, artinya tumbuh, suci dan berkembang.1 Menurut kamus besar

Bahasa Indonesia, zakat yaitu jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang

Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dsb)

menurut yang telah ditetapkan oleh syarak.2 Dalam alQur’an istilah zakat bersinonim

dengan istilah sedekah atau infak sesuai dengan konteknya.

Contoh 1. QS. At Taubah (9) : 103.

           

      

Contoh 2. QS. At Taubah (9) : 60

       


          
      

.Contoh 3. QS. Al Baqarah (2) : 264

        


           
           
        

.Contoh 4. QS. Ali Imron (3) : 117

1
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah 3 hlm 5.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia , Dept Pendidikan dan Kebudayaan.
5
           
          
 

Para yuris Islam memberikan pengertian yang berbeda antara zakat, infak dan

sedekah. Zakat masuk wilayah wajib, sedangkan infak dan sedekah bersifat anjuran/

sunnah. Zakat sendiri terdiri dari dua hal, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah

adalah kewajiban personal individual yang bernilai konsumtif, sedangkan zakat mal

adalah zakat sosial yang memiliki nilai produktif.

Perbedaan antara zakat dengan infak dan sedekah terletak pada titik haul dan

nisab (tahun takwim dan batas terendah), disamping tingkat beban taklifi. Karena itu

zakat cenderung difahami sebagai “kewajiban” bagi yang telah memenuhi kriteria

tertentu, sedangkan infak dan sedekah diartikan sebagai amalan anjuran. Tentang

prosentase/berapa jumlah/nilai harta yang harus dizakati, al Qur’an menyerahkan

sepenuhnya kepada sunnah Nabi.3 Akan tetapi perintah Allah untuk menunaikan zakat

bersifat sangat keras. QS At Taubah (9) : 34.

Dalam tarikh kita dapat membaca ketika Tsa’labah bin Khatib enggan

membayar zakat, maka Rasulullah SAW juga berperilaku keras terhadapnya, sehingga

yang bersangkutan mendapat hukuman ( diabadikan dalam QS At Taubah (9): 75, 76 ).

Demikian juga sikap Abu Bakar Siddiq menghadapi para pengemplang zakat dengan

mengangkat senjata. Dari perolehan zakat, infaq dan sedekah itulah roda pemerintahan,

dibiayai. Dengan demikian, pengingkaran terhadap kewajiban zakat bagi yang

memenuhi syarat berarti merusak sistem bermasyarakat dan berbangsa.

3
Hukum Zakat, Dr. Yusuf Qardhawi

6
Islam sangat menekankan arti pentingnya kehidupan bersosial, sehingga dalam

kasus ritual tertentu dapat diganti dengan ibadah sosial. Contoh, dalam meninggalkan

puasa dapat diganti dengan fidyah, meninggalkan beberapa wajib haji dapat diganti

denga dam. Akan tetapi ibadah sosial tidak dapat digantikan dengan ibadah ritual.

Contoh hutang seseorang tidak dapat diganti dengan sholat ataupun puasa. Demikian

juga apabila seseorang bersengketa, Allah tidak mengampuninya kecuali yang

bersangkutan saling memaafkan.

2.

2.1.

2.2. Aplikasi dan Daya Guna

Islam menghendaki adanya keseimbangan antara si kaya dan si miskin dalam

pemanfaatan harta, sehingga tidak terjadi jurang pemisah yang lebar antar keduanya.

(QS. Al Hasyr (59) : 7 ). Karena itu syariat zakat mempunyai nilai ritual dan sosial

sekaligus. Nilai ritual terkandung dari ketaatan seseorang muslim dalam melaksanakan

syariat sedangkan nilai sosial adalah pemanfaatan zakat yang langsung menyentuh dan

dirasakan oleh penerimanya (mustahik). Jadi zakat dalam Islam itu landasannya bukan

semata-mata kasih sayang si kaya kepada si miskin tetapi justru merupakan suatu

kewajiban dan amanah si kaya untuk memberikan hak kaum dhuafa. Karena itu si kaya

yang enggan memberikan zakat dihukumi “merampas” hak orang lain. Indahnya lagi

Rasululloh memberikan tuntunan bahwa tangan diatas (memberi) lebih mulia daripada

tangan di bawah (penerima), tetapi disisi lain si miskin dihasung/didorong untuk terus

berupaya merubah nasib sehingga menjadi orang mulia sebagai pemberi/kaya. Karena

7
itu dengan pendayagunaan zakat diharapkan suatu saat si penerima ( mustahik ) beralih

status menjadi pemberi (muzakki). Sungguh ironi jika di dunia nuslim khususnya

Indonesia yang mayoritas muslim terjadi kasus-kasus sosial yang tak berkesudahan

hanya karena masalah distribusi zakat. Alsannya, karena zakat memiliki hikmah bahwa

umat muslim harus menguasai perekonomian. Artinya, umat muslim sangat

dianjurkan untuk kaya, sebab tidak mungkin mampu membayar zakat apabila tidak

memiliki rezeki berlebih. Indikasi sempurnanya keimanan seorang muslim adalah

kepedulian terhadap sesama. Artinya, seorang muslim tidak boleh hidup ego (enak

kepenak dewe). Berikut adalah data kependudukan Jawa Tengah sesuai dengan sensus

BPS 2010 sebagai bahan ilustrasi potensi perolehan infak Provinsi Jawa Tengah jika

dikelola dengan baik.

No Keterangan Jumlah
1 Total jumlah penduduk Jawa Tengah 32.382.657
2 Jumlah penduduk muslim Jawa Tengah 31.328.341
3 Jumlah penduduk miskin Jawa Tengah 5.256.000
4 Asumsi jumlah penduduk potensial infak 26.000.000
5 Potensi perolehan infak Provinsi Jawa Tengah per Rp 26.000.000.000
bulan (asumsi per orang Rp 1000 /bulan)
6 Potensi perolehan infak Provinsi Jawa Tengah per Rp 312.000.000.000
tahun (asumsi per orang Rp 1000 /bulan)
7 Potensi perolehan infak Provinsi Jawa Tengah per Rp 6.240.000.000.000
tahun (asumsi per orang Rp 20.000 /bulan)
8 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Tengah Tahun Rp 5.710.938.714.180
2010
9 Sedekah ?
10 Zakat ?
Sumber : BPS, diolah

Tabel 1. Ilustrasi Perolehan Infak Provinsi Jawa Tengah

8
Suatu jumlah yang mencengangkan karena itu menurut istilah Bp Ayoeb bahwa

potensi zakat bagaikan “macan tidur” apabila dikelola dengan baik dan benar, tentu

dana yang demikian besar akan dapat didayagunakan berbagi hal : antara lain

pengentasan kemiskinan, modal usaha/kerja, peningkatan ketrampilan , pembenahan

pendidikan, kesehatan dsb. Hal inilah yang menakutkan para musuh-musuh Islam

sehingga akan mengganggu misinya ( pemurtadan, ekonomi, dsb).

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3. Penatalaksanaan/Manajemen Zakat.

Munculnya UU No 23 Th 2011 tentang pengelolaan zakat merupakan suatu hal

yang perlu disyukuri sebagai langkah maju dan positif dari pemerintah RI kepada umat

Islam dalam pelaksanaan zakat. Memang dirasa indah dalam ideal tetapi sulit dalam

realita. Bayang-bayang masa lalu yang buruk ( al PT ARAFAT, berbagai dana Bansos

baca : fisik masjid ) menghantui sebagian masyarakat akan terlaksananya pelaksanaan

zakat dengan baik. Disisi lain prosedur pelaksanaan UU tersebut terbayang kesulitannya

antara lain rendahnya tingkat kepercayaan kepada para stake holder dan prosedur yang

relatif rumi sehingga membuat masyarakat cenderung menyalurkan zakat sendiri karena

lebih praktis dan langsung menyentuh kepentingan umat.

9
10
BAB 3

KESIMPULAN

1.

2.

3.

3.1. Zakat adalah ibadah ritual yang kental dengan nilai sosial. Ritual dalam arti kata

ketaatan mukalif terhadap syariat (waskat), sedangkan nilai sosial dalam arti menyentuh

langsung terhadap kebutuhan (penghidupan dan kehidupan) masyarakat.

3.2. Zakat adalah rukun Islam yang lima tetapi dalam prakteknya tak segegap gempita sholat

(baca : taraweh), haji ( yang berangkat seorang sedangkan yang mengantar satu

kampung). Karena itu jika zakat ini dilaksanakan dengan semangat bagai sholat dan

haji, maka insya Allah akan menjadi solusi kesejahteraan umat.

3.3. Untuk merealisasikan hal tersebut tentu tak semudah membalikkan tangan. Tentu perlu

perjuangan panjang, onak dan duri siap menghadang dari berbagai sisi. Dengan

kesabaran, keuletan, semangat tak kenal tiarap dan doa tiada henti, maka cita cita

kesejahteraan umat akan menjadi realita. Insya Allah.

--(ii)--

1.1.1.

11
DAFTAR PUSTAKA

Assiba’i, Mustafa Husmi. 1988. Kehidupan sosial menurut Islam, Tuntunan hidup

bermasyarakat, cet 3. Bandung : CV Diponegoro.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet 2.

Jakarta : Balai Pustaka

Djatnika, Rachmat. 1983. Pandangan Islam tentang Infak, Sadakah, Zakat dan Wakaf

Sebagai Komponen dalam Pembangunan. Surabaya : Al-Ikhlas

Mona, ed. 2014. Himunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, Undang-

Undang Republik No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.Yogyakarta :

Pustaka Mahardika

Qordawi, Yusuf. 1988. Hukum Zakat (terj. Salman Harun, dkk). Jakarta : Pustaka Litera

AntarNusa

Rasjid , Sulaiman. 1964. Fiqih Islam, Cet 56. Bandung : PT Sinar Baru Algesindo

Sabiq, Sayyid. 1990. Fikih Sunnah 3, Cet 7. Bandung – Al- Maarif.

Shiddieqy, Hasbi. 2010. Pedoman Zakat, cet 2. Semarang : Pustaka Rizki Putra

_____________. 2001. Al Islam Jilid 2. Semarang : Pustaka Rizki Putra

Syakir, Syaikh Akhmad . 2011. Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta : Darus Sunah.

www.bps.go.id , diakses pada 11 November 2015 pukul 15.45 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai