Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.

)
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA : A NARRATIVE REVIEW

EFFECTIVENESS OF PAPAYA PLANT (Carica papaya L.)


WOUND HEALING: A NARRATIVE REVIEW
Assyifa Nur Hidayah
1Department of Pharmacy, Faculty of Health Science, Universitas Sunan Giri, Bojonegoro, Indonesia
*Corresponding Author Email: assyifanurhidayah9@gmail.com

Abstract
Tanaman pepaya (Carica papaya L.) memiliki potensi terhadap proses penyembuhan luka meliputi luka
lecet, luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase proses yaitu fase
inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi. Studi ini bertujuan untuk memberikan differensiasi bentuk
literature farmasi khususnya pada pengobatan luka serta meningkatkan pemanfaaatan tanaman papaya
(Carica papaya L.) menjadi sediaan obat herbal terstandar atau bahkan fitofarmaka dimasa yang akan
datang. Artikel ini membahas tentang efektivitas tanaman pepaya (Carica papaya L.) terhadap
penyembuhan luka melalui sebuah narrative review, dari database Google Scholar yang terbit 5 tahun
terakhir (2016-2020). Hasil review 10 paper dinyatakan bahwa tanaman pepaya (Carica papaya L.)
mengandung berbagai macam senyawa antara lain enzim papain, saponin, flavonoid yang berperan
terhadap proses penyembuhan luka. Data dalam review menunjukkan bahwa pemberian tanaman pepaya
(Carica papaya L.) yang meliputi bagian getah, batang, biji, dan daun mempunyai efektivitas yang baik
terhadap proses penyembuhan luka dan memiliki aktivitas antibakteri penyebab infeksi luka..

Abstrak
Papaya plant (Carica papaya L.) has the potential to heal wounds including blisters, cuts, burns, stab
wounds. The wound healing process has 3 phases, namely the inflammatory phase, the proliferation phase,
and the maturation phase. This study aims to provide differentiation of pharmaceutical literature,
especially in wound treatment, and improve the use of papaya plants (Carica papaya L.) into standardized
herbal medicine preparations or even phytopharmaka in the future. This article discusses the effectiveness
of papaya plants (Carica papaya L.) on wound healing through a narrative review, from the Google
Scholar database published in the last 5 years (2016-2020). The results of the review of 10 papers stated
that papaya plants (Carica papaya L.) contain a variety of compounds including enzymes papain, saponins,
flavonoids that play a role in the wound healing process. The data in the review showed that the
administration of papaya plants (Carica papaya L.) which includes the sap, stems, seeds, and leaves has a
good effect on the wound healing process and has antibacterial activity that causes wound infections.

PENDAHULUAN

Luka adalah terputusnya Kesehatan Republik Indonesia tahun


kontinuitas jaringan akibat substansi 2013 mencapai 8,2%. Perawatan luka
jaringan yang rusak atau hilang umumnya masih menggunakan suatu
sehingga dapat menyebabkan metode untuk berbagai kondisi luka.
kerusakan fungsi perlindungan kulit dan Perawatan luka harus menyesuaikan
dapat disertai dengan kerusakan kondisi dan problem luka yang terjadi
jaringan lain. Luka dapat terjadi akibat sehingga proses penyembuhan luka
terjatuh, kecelakaan kendaraan dapat berlangsung dengan baik dalam
bermotor, trauma tajam atau tumpul, waktu yang singkat tanpa adanya
maupun proses pembedahan. Jenis gangguan akibat luka yang akan
luka yang terjadi dapat berupa luka berdampak pada produktivitas kerja
lecet (70,9%), luka robek (23,2%), luka dan biaya yang dikeluarkan dalam
memar, luka sayat, luka tusuk, maupun perawatan luka. Luka merupakan salah
luka tembak Prevalensi luka di satu kelainan pada kulit, umumnya
Indonesia menurut Departemen akibat trauma, dengan terjadinya

1
kerusakan kesatuan/komponen bekerja. Berdasarkan data prevalensi
jaringan (secara spesifik terdapat untuk jenis luka yang diderita meliputi
substansi jaringan yang rusak atau luka lecet (70,9%), terkilir (27,5%) dan
hilang) (Parampasi & Soemarno, 2013). luka robek (23,2%) (Kemenkes RI,
Gejalanya yaitu berupa merah, 2013).
bengkak, sakit, dan melepuh hal Studi eksperimental oleh (Tuntun, 2011)
tersebut dikarenakan permeabilitas menemukan bahwa tanaman pepaya (Carica
pembuluh darah yang meningkat. papaya L.) mengandung senyawa aktif seperti
Bentuk kerusakan jaringan alkaloid, papain, antraquinon, saponin, steroid,
tannin, dan triterpenoid. Kandungan tanaman
penyebabnya kontak dengan sumber
pepaya (Carica papaya L.) seperti flavonoid
yang panas seperti air panas, api, listrik, berperan untuk penyembuhan luka. Flavonoid
radiasi, dan bahan kimia (Asma, 2016). mampu mengobati luka serta bertindak sebagai
Menurut (Oktaviani et al., 2019) astringensi dan antimikroba yang dapat
terdapat jenis macam luka diantaranya bertanggung jawab terhadap kontradiksi luka
luka lecet (Vulnus Excoriasi), luka sayat dan meningkatkan epitelisasi. Kandungan
(Vulnus scissum), luka bakar (Vulnus flavonoid dapat membantu mempercepat
combustion), luka tusuk (Vulnus pertumbuhan kolagen (mensintesis kolagen)
punctum). Proses pada penyembuhan melalui peningkatan fibroblast dan
luka terdiri dari 3 fase, yaitu fase pembentukan jaringan (Kastika & Rahayu,
2018). Berdasarkan literatur terdahulu dalam
inflamasi, fase proliferasi, dan fase
review ini akan dibahas efektivitas tanaman
maturasi (Ramadhian & Widiastini, S pepaya (Carica papaya L.) pada penyembuhan
2018). Ketiga fase tersebut memiliki luka. Diharapkan dari penjelasan dalam review
rentang waktu penyembuhan luka yang ini, dapat memberikan differensiasi dalam
berbeda. Fase inflamasi hari ke-0 bentuk literature farmasi khususnya pada bidang
sampai 5 fase terjadinya respon seluler pengobatan luka serta meningkatkan
dan vaskular yang terjadi akibat pemanfaaatan tanaman papaya (Carica papaya
kerusakan suatu jaringan. Fase L.) menjadi sediaan obat herbal terstandar atau
proliferasi hari ke-3 sampai 14 proses bahkan fitofarmaka dimasa yang akan datang.
seluler yang ditandai dengan adanya
suatu proliferasi sel. Fase Maturasi METODE
A. Narrative Review
sejak minggu ke3 sampai 2 tahun
Review literatur (narrative review) merupakan
penyempurnaan pada jaringan yang sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan
baru terbentuk agar menjadi jaringan reprodusibel untuk melakukan identifikasi,
yang kuat. (Kartika, 2015). evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil
Angka prevalensi cedera atau penelitian dan hasil pemikiran yang sudah
luka di Indonesia meningkat dari total dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi (Okoli
(7,5%) tahun 2012 naik menjadi (8,2%) & Schabram; Ring, Ritchie, mandava & Jepson,
tahun 2013, umumnya terjadi karena 2011). Narrative review bertujuan untuk
terjatuh (40,9%) dan kecelakaan membuat analisis dan sintesis terhadap
bermotor sebesar (40,6%). Tempat pengetahuan yang sudah ada terkait topik yang
akan diteliti untuk menemukan ruang kosong
kejadian luka yaitu berada dijalan raya,
(gaps) bagi penelitian yang akan dilakukan
rumah, area pertanian, serta sekolah (Carnwell & Daly, 2001). Tujuan yang lebih
dengan prosentase berturut-turut rinci dijelaskan oleh Okoli & Schabram (2010)
sebesar (42,8%), (36,5%), (6,9%), dan yaitu;
(5,4%). Luka terjatuh yang sering (1) menyediakan latar/basis teori utnuk
dialami antara lain oleh usia bawah 1 penelitian yang akan dilakukan,
tahun (bayi), perempuan, usia tidak (2) mempelajari kedalaman atau keluasan
sekolah, tidak bekerja dan penduduk penelitian yang sudah ada terkait topik yang
yang berada dipedesaan. Sedangkan akan diteliti dan
untuk luka akibat kendaraan bermotor (3) menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis
dengan pemahaman terhadap apa yang sudah
yang sering terjadi antara lain pada
dihasilkan oleh penelitian terdahulu. Menulis
laki-laki dengan rentang usia 15-24 Rahayu et al., 2019):
tahun, telah lulus SMA/Sederajat, dan

2
1. Mendefinisikan ruang lingkup topik yang akan direview
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang
relevan
3. Mereview literatur
4. Menulis review
5. Mengaplikasikan literatur pada studi yang
akan dilakukan

Review ini menggunakan teknik studi pustaka


dengan mencari literatur, menggabunggkan
intisari serta menganalisis fakta dari beberapa
sumber ilmiah yang akurat dalam bentuk data
primer berupa jurnal nasional melalui sebuah
narrative review. Database yang digunakan
adalah Google Scholar. Kata kunci dan filter
yang digunakan “Google Scholar (tanaman
pepaya AND luka 2016- 2020)”. Ada 2 kriteria
artikel dalam review ini yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Jurnal Nasional ber-ISSN
b. Artikel yang berhubungan dengan efektivitas
tanaman pepaya terhadap penyembuhan luka.
c. Artikel yang terbit 5 tahun terakhir (2016-
2020).
2. Kriteria Eksklusi
a. Artikel diluar topik review serta tanaman
pepaya terhadap penyembuhan luka yang terbit
sebelum tahun 2016.
b. Artikel tentang tanaman pepaya yang terbit
tahun 2016-2020 namun bukan sebagai
penyembuh luka.
c. Artikel yang hanya berisi abstrak bukan full
text

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam studi pustaka ini telah diperoleh


hasil berupa tabel sintesis yang berjumlah 10
jurnal terkait dengan objek review artikel
meliputi penulis, kandungan kimia, efektivitas
terhadap luka, aktivitas antibakteri dari
jurnaljurnal yang masuk dalam kriteria inklusi.

3
Penulis Bagian Kand Efektivitas Fase Hasil
Tanam ungan terhadap penyembu
an kimia luka han luka
(Adli & Daun Flavo Luka lecet Fase Kosentrasi dosis air rendaman daun papaya (Carica papaya L.) terbaik
Saputra, noid, inflamasi yaitu dosis sebesar 30 ml, mampu mempercepat fase penyembuhan luka untuk
2020) sapo pengobatan terhadap ikan lele masamo (Clarias sp).
nin,
enzi
m
(Darin & Getah Enzi Luka Fase Rata-rata waktu penyembuhan luka pada kelompok I, II, III, dan IV secara
ajisman, m sayat proliferasi berurutan: ± 14 hari (K. Negatif), ± 12 hari (50%), ± 10 hari (75%),
2019) papai dan ± 8 hari (100%). Getah pada pepaya mempunyai efek pada proses fase
n penyembuhan luka sayat kulit.
(Nasution Daun Flavo Luka Fase Rata-rata ketebalan pada epitel luka sayat yang terbentuk dalam dosis
et al., noid, sayat proliferasi pemberian ekstrak daun pepaya sebesar 100% adalah 355,18 µm, sedangkan
2017) sapo pemberian gentamisin 0,1% adalah 265,12 µm. Hal tersebut menunjukkan
nin, pemberian ekstrak daun pepaya 200% lebih efektif pada penyembuhan luka
enzi dibanding dengan pemberian gentamisin 0,1%.
m
papai
n
(Revilla, Getah Enzi Luka Fase Kadar rata-rata TGF-β pada (K. Kontrol 317.72 pg/ml), (K. Papain 186.24
2019) m bakar inflamsi pg/ml) dan (K. Pembanding 192.11 pg/ml). Hal tersebut menunjukkan bahwa
papai enzim papain mampu menurunkan kadar TGF-β yang bersifat sebagai
n proinflamasi sehingga papain mampu mempercepat fase inflamasi dan
mempercepat waktu penyembuhan luka.
(Setyani & Daun Flavo Luka Fase Rata-rata prosentase kontraksi luka pada (K.1 sebesar 92,7%) dan (rata-rata
K, 2016) noid, bakar inflamsi kontraksi luka pada K.2 sebesar 89,7%). Uji statistik T-Test 2 Sampel
sapo menunjukan bahwa kedua kelompok mempunyai nilai sig. sebesar 0,002 < α
nin, (0,05). Hasil tersebut lumatan daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek
enzi dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II
m
papai
n
(Muthmai Daun Flavo Luka Fase Fraksi polar daun pepaya (Carica papaya L.) pada dosis 2,16% memiliki
na et al., noid, bakar proliferasi aktivitas sebagai penyembuh luka bakar dimulai hari ke-6 dilihat dari fase
2017) sapo inflamasi penyembuhan luka sedangkan fraksi non polar dan fraksi semi polar
nin, daun pepaya dengan dosis 0,02% tidak mempunyai aktivitas untuk penyembuh
enzi luka bakar
m
papai
n
(Sintowati Biji Enzi Luka Fase Perbedaan signifikan dalam waktu hilangnya pus dan edema pada kelompok
& m tusuk proliferasi ekstrak biji papaya konsentrasi 75% dan 50% dibanding kontrol negatif.
Nugraha, papai Penyembuhan luka ditunjukkan pada jumlah sel fibroblast pada ekstrak 75%,
2019) n 50%, 25% secara signifikan lebih banyak dibanding kontrol negatif.
(Primadia Batang Flavo Luka Fase Ekstrak batang pepaya (Carica papaya L.) efektivitas sebagai penyembuh luka
manti et noid, tusuk proliferasi pada hewan uji tikus galur wistar dengan luka akhir berdiameter sebesar 0 mm
al., 2018) sapo dihari ke-7.
nin
(Khilyasar Daun Flavo Luka Fase Dari konsentrasi 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100%, Kadar Hambat Minimum
i & Suliati, noid, tusuk inflamsi (KHM) secara in vitro pada perasan daun papaya (Carica papaya L.) mampu
2018) sapo menghambat pertumbuhan pada bakteri Staphylococcus aureus sebesar 90%.
nin Sedangkan pada uji secara in vivo pada mencit sebesar 100% merupakan
konsentrasi paling efektif dalam mempercepat kesembuhan luka infeksi
Staphylococcus aureus.

4
Berdasarkan penelitian sebelumnya daun proliferasi yaitu dengan waktu penyembuhan 3-
pepaya mempunyai efek yang baik terhadap 14 hari (Kartika, 2015).
penyembuhan luka, kondisi tersebut diperkuat Fitokimia yang ada pada getah tanaman
oleh skrining fitokimia yang menunjukkan pepaya (Carica papaya L.) mempunyai
bahwa tanaman pepaya pada bagian daun kandungan enzim papain dimana senyawa
pepaya (Carica papaya L.) positif mengandung tersebut merupakan zat yang berperan terhadap
senyawa flavonoid dan saponin (A’yun & Laily, penyembuhan luka (Darin & Ajisman, 2019).
2015). Flavonoid, saponin, enzim papain Pengujian yang dilakukan Revilla dinyatakan
merupakan senyawa yang ada didalam daun bahwa enzim papain dalam getah pepaya juga
pepaya (Carica papaya L.) serta berperan mampu menurunkan kadar TGF-β yang bersifat
terhadap proses penyembuhan luka (Kastika & proinflamasi. Hal tersebut ditunjukan hasil
Rahayu, 2018; Septiningsih, 2008; Tuntun, 2011). kadar rata-rata TGF-β pada (K. Kontrol 317.72
Bagian daun tanaman ini efektif untuk luka pg/ml), (K. Papain 186.24 pg/ml) dan (K.
lecet, hal ini didukung oleh Adli dan Saputra Pembanding 192.11 pg/ml) (Revilla, 2019),
dalam penelitiannya melakukan pemberian dalam penelitiannya penyembuhan luka hewan
konsentrasi dosis air rendaman daun pepaya uji hingga fase inflamasi yaitu hari-0 sampai
(Carica papaya L.) dengan hasil yang hari-5 (Kartika, 2015). Penurunan kadar TGF-β
menunjukkan bahwa daun pepaya mampu 1 menunjukkan bahwa enzim papain mampu
mempercepat penyembuhan luka untuk mempercepat fase inflamasi, mengurangi
pengobatan terhadap tubuh ikan lele masamo infiltrasi dari monosit sehingga mempercepat
(Clarias Sp) pada konsentrasi sebesar dosis 30 fase-fase lain dari penyembuhan luka.
ml dengan waktu perendaman selama 48 jam Kelompok yang diberi enzim papain pada luka
(Adli & Saputra, 2020). Fase penyembuhan luka bakar derajat partial terlihat bahwa papain dapat
penelitian tersebut sampai pada fase inflamasi bekerja mengangkat bekas luka ataupun
yaitu berkisar 0-5 hari (Kartika, 2015). keropeng pada hewan uji tersebut. Hal ini
Selain bagian daun yang efektif terhadap menunjukkan bahwa papain mampu lebih cepat
penyembuhan luka, getah tanaman pepaya memperbaiki luka atau jaringan kulit yang rusak
(Carica papaya L.) juga memiliki potensi akibat perlakuan. Sehingga enzim papain yang
sebagai penyembuh luka. Pernyataan tersebut terdapat pada getah tanaman pepaya efektif
didukung Ramadani dan Anjisman dalam dalam mempercepat fase inflamasi (Revilla,
penelitiannya dinyatakan getah pada pepaya 2019).
mempunyai efek dalam mempercepat waktu Kondisi tersebut juga didukung
penyembuhan terhadap luka sayat kulit. penelitian oleh Shuid et al (2005) menemukan
Ratarata lama waktu penyembuhan luka pada bahwa getah dalam tanaman pepaya (Carica
kelompok I, II, III, dan IV berurutan dengan papaya L.) mampu mengurangi jaringan bekas
kurun waktu ± 14 hari (Kontrol Negative), ± 12 luka, dapat membersihkan luka, serta dapat
hari (konsentrasi 50%), ± 10 hari (konsetrasi mengurangi rasa nyeri akibat luka bakar pada
75%), dan ± 8 hari (konsentrasi 100%) dengan hewan uji (Shuid et al., 2005). Berdasarkan
fase penyembuhan luka sampai difase penelitian sebelumnya bagian daun tanaman
proliferasi (Darin & Ajisman, 2019). Menurut pepaya (Carica papaya L.) mempunyai potensi
(Permata et al., 2016) dalam getah pada pepaya sebagai penyembuh luka, hal tersebut didukung
(Carica papaya L.) mengandung senyawa enzim oleh penelitian Setyani yang menyatakan bahwa
papain yang mempunyai potensi terhadap daun tanaman pepaya (Carica papaya L.)
proses penyembuhan luka sayat kulit. Penelitian mampu mempercepat waktu dan proses
oleh Nasution pada pemberian ekstrak daun penyembuhan luka bakar derajat II dangkal.
pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi Data tersebut menunjukkan bahwa dalam rata-
100% memiliki prosentase 200% lebih efektif rata presentasi kontraksi luka pada (K.1 sebesar
pada penyembuhan luka dibandingkan dengan 92,7%) dan rata-rata presentasi kontraksi luka
penggunaan gentamisin 0,1%. Hal ini dilihat pada (K.2 sebesar 89,7%). Sedangkan pada uji
dari fase penyembuhan atau pembentukan statistik T-Test menunjukkan bahwa kedua
ketebalan pada epitel luka sayat yang telah kelompok memiliki nilai sig. sebesar 0,002 < α
terbentuk sebesar 355,18 µm. Sedangkan pada (0,05) (Setyani & K, 2016), dalam penelitian
pemberian gentamisin 0,1% sebesar 265,12 µm tersebut masuk kedalam fase proliferasi
(Nasution & Batubara, 2017). Maka dari data penyembuhan luka yaitu pada hari ke-4 sampai
tersebut daun pepaya (Carica papaya L.) hari ke-21 setelah terjadinya kerusakan jaringan.
efektivitas terhadap penyembuhan luka sayat Selama fase tersebut, jaringan granulasi bekerja
dengan fase penyembuhan sampai difase menutup permukaan luka serta keratosit
berpindah untuk membantu penutupan luka

5
dengan jaringan epitel baru (Kartika, 2015). Aktivitas antibakteri dan antiinflamasi pada
Kondisi ini didukung oleh Muthmaina et al ekstrak biji pepaya akan mempersingkat fase
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada inflamasi, kandungan dalam biji pepaya (Carica
fraksi polar daun pepaya (Carica papaya L.) papaya L.) juga merangsang proliferasi
dengan dosis 2,16% yang mempunyai aktivitas fibroblas. Hal ini menyebabkan dapat segera
sebagai penyembuh luka bakar fase tersebut memasuki tahap berikutnya yaitu proliferasi dan
dimulai pada hari ke 6. Pada fraksi polar dimana remodeling. Tidak terdapat perbedaan jumlah
tikus dilukai, kemudian diberikan gel fraksi fibroblast yang signifikan secara statistik antara
polar daun pepaya. Rata-rata diameter awal kontrol positif dan kelompok pemberian ekstrak
pada saat dibuat luka sebesar 2,05 cm, kemudian biji pepaya (Carica papaya L.). Hal tersebut
setelah diberi fraksi polar, diameter luka mulai menunjukkan bahwa biji pepaya (Carica papaya
mengecil menjadi 1,73 cm pada hari ke-3, L.) memiliki potensi efek sebaik povidone
sedangkan pada hari ke-15 diameter luka iodine (Sintowati & Nugraha, 2019).
menjadi 0.97 cm. Hasil statistik (ρ=0,230 > 0,05) Berdasarkan pernyataan tersebut biji tanaman
menunjukan bahwa kelompok fraksi polar tidak pepaya (Carica papaya L.) efektif terhadap
berbeda bermakna dengan kelompok positif dan penyembuhan luka. Penelitian lain menyatakan
(ρ=0,000 < 0,05) berbeda bermakna dengan bahwa biji tanaman pepaya mempunyai
kelompok negatif. Hal ini menunjukan bahwa kandungan senyawa saponin (Isnania et al., 2014)
fraksi polar memiliki aktivitas menyembuhkan yang berfungsi efektif dalam mempercepat
luka bakar dimulai dihari ke-6. Berdasarkan penyembuhan luka infeksi pada indikator waktu
penelitian tersebut fraksi ekstrak daun pepaya hilangnya nanah dan pembengkakan berasal
(Carica papaya L.) memiliki aktivitas yang baik dari darah yang beredar pada luka (Sintowati &
dalam penyembuhan luka bakar serta dapat Nugraha, 2019). Batang tanaman pepaya (Carica
digunakan sebagai alternatif pengobatan luka papaya L.) juga merupakan bagian tanaman
bakar (Muthmaina et al., 2017), penelitian ini pepaya (Carica papaya L.) yang mempunyai
melakukan uji hingga hari ke-15 yaitu pada manfaat terhadap penyembuhan luka.
masa penyembuhan proliferasi (Kartika, 2015). Pernyataan tersebut didukung oleh
Dilaporkan bahwa biji tanaman pepaya (Carica Primadiamanti dalam penelitiannya
papaya L.) yang selama ini dianggap sebagai menjelaskan bahwa ekstrak batang pepaya
limbah ternyata bermanfaat sebagai antibakteri, (Carica papaya L.) terdapat senyawa yang
antiinflamasi, dan antiluka karena mengandung efektif sebagai penyembuh luka pada hewan
saponin, alkaloid, flavonoid, dan senyawa fenol percobaan. Hal tersebut ditunjukkan pada luka
lain (Parampasi & Soemarno, 2013; Rahayu & berdiameter akhir sebesar 0 mm dengan kurun
Tjitraresmi, 2016), dimana senyawa flavonoid waktu hari ke-7 (Primadiamanti et al., 2018).
dan saponin yang berperan terhadap proses Menurut penelitian (Kartikawati & Ariqsyah,
penyembuhan luka (Kastika & Rahayu, 2018; 2020) dalam skrinning fitokimia yang
Larissa et al., 2017). Kandungan flavonoid dilakukannya batang pepaya positif
dalam ekstrak biji papaya (Carica papaya L.) mengandung flavonoid dan saponin, sehingga
dapat menghambat pelepasan histamin dan jalur ekstrak batang pepaya (Carica papaya L.)
metabolisme asam arakhidonat, sehingga efektif dalam proses penyembuhan luka dan
mempengaruhi pembentukan prostaglandin dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif
(Kurniawan & Ferly Aryana, 2015). Flavonoid sebagai penyembuhan luka. Flavonoid dapat
akan menginhibisi jalur lipooksigenase dan mengobati luka serta bertindak sebagai
siklooksigenase sehingga menjadi tidak stabil astringensi, antimikroba dan mampu membantu
(Ibad et al., 2013). Hal tersebut didukung oleh mempercepat pertumbuhan kolagen melalui
Sintowati dan Nugraha dalam penelitiannya pembentukan jaringan dan peningkatan
menjelaskan bahwa efektivitas biji tanaman fibroblast (Kastika & Rahayu, 2018). Sedangkan
pepaya (Carica papaya L.) lebih baik dalam saponin merupakan senyawa yang memacu
mempercepat hilangnya pembengkakan yang pembentukan kolagen serta berfungsi sebagai
berasal dari darah, beredar pada luka, dan pembersih, sehingga efektif pada luka terbuka
memiliki potensi efek setara dengan povidone dan bekerja sebagai antibakteri dengan
iodine pada konsentrasi 50% dan 75% dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri
cara hewan uji diberi luka terkontaminasi di (Larissa et al., 2017; Septiningsih, 2008).
punggung tikus, dimulai dengan mencukur bulu Tanaman pepaya juga mempunyai aktivitas
tikus pada area seluas 3x2 cm, kemudian disayat antibakteri penyebab infeksi luka yaitu pada
tanpa teknik steril. Panjang luka ± 2,5 cm, bagian daun. Studi eksperimental oleh
dengan kedalaman 5 mm, luka dibiarkan selama Khilyasari menyatakan bahwa perasan daun
±3 jam sampai terjadinya kontaminasi minimal. tanaman pepaya (Carica papaya L.) memiliki

6
Kadar Hambat Minimum (KHM) efektif dapat dijadikan obat herbal terstandar dan
menghambat pertumbuhan pada bakteri fitofarmaka.
Staphylococcus aureus sebesar 90%. Sedangkan
pada uji secara in vivo pada mencit sebesar KESIMPULAN
100% merupakan konsentrasi yang paling
efektif dalam mempercepat kesembuhan infeksi Berdasarkan pada studi pustaka yang
luka (Khilyasari & Suliati, 2018). Hal tersebut telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
didukung oleh Prihandiwati dan Sari dalam tanaman pepaya (Carica papaya L.)
penelitiannya menyatakan bahwa salah satu mengandung senyawa enzim papain, flavonoid,
bakteri penghasil nanah pada luka kulit yaitu dan saponin yang berperan dalam proses
Staphylococcus aureus. Uji aktivitas antibakteri penyembuhkan luka dan mempunyai aktivitas
menunjukkan bahwa diameter zona hambat antibakteri penyebab infeksi luka.
tertinggi diperoleh pada salep ekstrak daun
pepaya (Carica papaya L.) dengan konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
40% yaitu sebesar 11,63±0,671441 mm dan
terkecil pada konsentrasi 5% yaitu sebesar Adli, A., & Saputra, I. (2020).
5,63±0,550757 kontrol positif (klindamisin) Efektivitas Air Rendaman Daun Pepaya
24,43±0,2021 (Prihandiwati & Sari, 2019). Maka, Pada Pengobatan Luka Lele Masamo (Clarias.
dengan demikian dinyatakan bahwa bagian Sp) Pasca Pemijahan. Tolis Ilmiah; Jurnal
daun tanaman pepaya (Carica papaya L.) Penelitian, 2(1), 124–129.
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Asma, W. (2016). Formulasi Sediaan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Krim Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek
karena memiliki kandungan senyawa metabolit (kalanchoe Pinnata L.) sebagai Penyembuh
sekunder. Sesuai dengan penelitian sebelumnya Luka Bakar pada Kelinci. Isu-Isu Kontemporer
senyawa dalam daun pepaya berperan sebagai Sains, Lingkungan, Dan Inovasi
antibakteri yaitu saponin yang bekerja Pembelajaranya, 182–188.
mengganggu stabilitas membran sel bakteri. Darin, R., & Ajisman. (2019). Uji
Sehingga menyebabkan sel bakteri lisis dan Efektifitas Salep Getah Pepaya Muda ( Carica
mengganggu permeabilitas membran sel bakteri papaya L ) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat
yang berakibat rusaknya membran sel serta pada Mecit ( Mus musculus ) Dan
menyebabkan keluarnya berbagai komponen Implementasinya Sebagai Bahan Media Edukasi
penting dari sel bakteri yaitu protein, asam Masyarakat. Pedago- BIOLOGI Jurnal
nukleat, dan nukleotida (Larissa et al., 2017). Pendidikan Dan Pembelajaran Biologi ISSN:
Maka dengan hal tersebut tanaman pepaya pada 2338-8935, 7(1), 10–22.
bagian daun (Carica papaya L.) dinyatakan Kartikawati, E., & Ariqsyah, M. A.
memiliki aktivitas antibakteri terhadap (2020). Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Batang
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius) Pada
penyebab infeksi luka. Mencit Putih Jantan Galur Swiss Webster.
Data dalam review menunjukkan bahwa Repository Universitas Al Ghifari, 1–14.
pemberian tanaman pepaya (Carica papaya L.) Kastika, S. M., & Rahayu, R. (2018).
yang meliputi bagian getah, batang, biji, dan Bioprospek. 13(1), 26–32.
daun mempunyai efektivitas yang baik terhadap Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
proses penyembuhan luka serta memiliki Dasar. In Bakti husada.
aktivitas antibakteri penyebab infeksi luka. Dari https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
berbagai bagian tanaman yang menunjukkan Kharisma, Y. (2017). Tinjauan
tingkat keefektivan paling baik dalam Pemanfaatan Tanaman Pepaya Dalam
penyembuhan luka yaitu bagian daun. Dimana Kesehatan.
bagian ini memiliki kandungan senyawa yang 1–14.
lebih banyak dibanding bagian lainnya yaitu Khilyasari, I., & Suliati. (2018).
flavonoid, saponin, dan enzim papain yang Antibakteri Perasan Daun Pepaya (Carica
berpotensi dalam penyembuhan luka lecet, luka papaya
sayat, dan luka bakar. Maka, dengan demikian L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
tanaman pepaya (Carica papaya L.) dapat Staphylococcus Aureus. Analisis
digunakan sebagai pengobatan alternatif dalam Kesehatan Sains, 7(1), 536–540.
penyembuhan luka. Namun, diperlukan Kurniawan, B., & Ferly Aryana, W.
penelitian lebih lanjut untuk dapat memastikan (2015). Cassia Alata L) For Inhibiting The
efikasi dan keamanan tanaman pepaya agar Growth Of Bacteria. Escherichia Coli J
MAJORITY |, 4, 101.

7
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/maj Sujono, T. A., Hidayah, U. N. W., &
ority/article/view/588 Sulaiman, T. N. S. (2014). Efek Gel Ekstrak
Larissa, U., Wulan, A. J., & Herba Pegagan (Centella asiatica L. Urban)
Prabowo, A. Y. (2017). Pengaruh Binahong Dengan Gelling Agent Hidroksipropil
terhadap Methylcellulose Terhadap Penyembuhan Luka
Luka Bakar Derajat II. Jurnal Majority, 7(1), Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci. Biomedika,
130–134. 6(2), 9–17.
Mahatriny N., et al. (2014). Skrining https://doi.org/10.23917/biomedika.v6i2.276
Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pepaya Tuntun, M. (2021). Uji Efektivitas
(Carica papaya L.) yang Diperoleh dari Daerah Ekstrak Daun Pepaya ( Carica Papaya L .)
Ubud, Kabupaten Gianyar, Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli
Bali. Jurnal Farmasi Udayana, 3(1), 8–13. Dan Staphylococcus
Muthmaina, I., Harsodjo, S. W., & Aureus. 497–502.
Maifitrianti. (2017). Aktivitas Zeleke, G., Kebebe, D., Mulisa, E., &
Penyembuhan Gashe, F. (2017). In Vivo Antimalarial
Luka Bakar Fraksi Dari Ekstrak Etanol 70% Activity of the Solvent Fractions of Fruit Rind
Daun Pepaya (Carica papaya L.) and Root of Carica papaya Linn (Caricaceae)
Pada Tikus. Farmasains Vol. 4 No. 2, Oktober against Plasmodium berghei in Mice. Journal of
2017, 4(1), 1–7. Parasitology Research, 2017.
Rahayu, S., & Tjitraresmi, A. (2016). https://doi.org/10.1155/2017/3121050
REVIEW ARTIKEL : Tanaman Pepaya (
Carica papaya L .) dan Manfaatnya dalam
Pengobatan. Jurnal Farmaka, 14(1), 1–17.
http://download.portalgaruda.org/article.php?art
icle=476661&val=1386&titl e=Tanaman pepaya
(Carica papaya L.) dan Manfaatnya dalam
Pengobatan
Rahayu, T., Syafril, S., Wekke, I. S.,
& Erlinda, R. (2019). Teknik Menulis Review
Literatur Dalam Sebuah Artikel Ilmiah.
ResearchGate, 1–15.
https://doi.org/10.31227/osf.io/z6m2y
Ramadhian, M. R., & Widiastini, A.
A. (2018). Kegunaan Ekstrak Daun Pepaya
( Carica papaya ) Pada Luka The Use of Papaya
Leaf Extract ( Carica papaya ) On Wounds. J
Agromedicine, 5(1), 513–517.
Revilla, G. (2019). Efektivitas
Pemberian Papain Getah Pepaya Terhadap
Kadar Faktor Pertumbuhan Transforming
Growth Factor -Β (Tgf-Β) pada Proses
Penyembuhan Luka Bakar Tikus Percobaan.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 285.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1003
Setyani, P., & K, Y. (2016). Efek
Lumatan Daun Pepaya (Carica Papaya L.)
terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar
Derajat II Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus
Novergicus) Galur Wistar. Jurnal of Clinical
Medicine Vol 4
No 1 (2016): Med Hosp; Nov 2016, 4(1), 51–56.
Sintowati, R., & Nugraha, E. A.
(2019). Efek ekstrak biji pepaya (Carica papaya
l.) terhadap penyembuhan luka terkontaminasi
pada tikus putih wistar. The
9th University Research Colloqium (URECOL)
2019, 9(1), 424–431.

Anda mungkin juga menyukai