Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS UTILITAS DAN BIAYA TERAPI PADA PASIEN PENYAKIT

GINJAL KRONIK DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata II


pada Jurusan Magister Farmasi Sekolah Pascaarjana

Oleh:
ESTUNINGTYAS AYU HAPSARI
V100160042

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

1
i
ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang sepengetahuan sayya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila kelak terbuktiada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan
saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 28 Mei 2020


Penulis

Estuningtyas Ayu Hapsari


V100160042

iii
ANALISIS UTILITAS DAN BIAYA TERAPI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL
KRONIK DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Abstrak
Penurunan fungsi ginjal secara progresif dapat dipengaruhi oleh adanya penyakit lain
yang datang secara bersamaan dan adanya penyakit baru atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh PGK (Penyakit Ginjal Kronik). Tujuan dari penelitian adalah mengetahui
health-related quality of life (HRQoL) dan health utility index pada pasien penyakit ginjal
kronik (PGK), mengetahui biaya rata- rata yang diperlukan pasien penyakit ginjal kronik
(PGK) dan mengetahui perbedaan health utility index dan biaya berdasarkan karakteristik
pasien dan karakteristik penyakit. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah pasien dengan
diagnosa PGK dan usia diatas 19 tahun Data diambil secara concurrent untuk mendapatkan
data utilitas, dengan melakukan interview kepada pasien pasien dan secara retrospektif untuk
mendapatkan data biaya, karakteristik pasien, dan data karakteristik penyakit yaitu
komorbiditas, komplikasi, stage dan lama durasi PGK. Hasil dari pengukuran utilitas dengan
EQ5D5L versi Indonesia pada pasien PGK memiliki nilai rata-rata utilitas EQ5D5L sebesar
0,66±0,24 dan VAS (Visual Analog Scale) 82,07±7,123. Biaya rata-rata oleh pasien PGK
sebesar Rp.616.928,90/ rawat jalan dengan total biaya keseluruhan jumlah pasien rawat jalan
Rp.92.539.335,00 maka jumlah persentase dari rata-rata biaya per rawat jalan dengan total
biaya keseluruhan rawat jalan adalah sebesar 0,67% dan total biaya terbesar adalah biaya
barang/obat sebesar Rp.63.911.385,00±260.367,17. Berdasarkan hasil analisis terdapat
perbedaan nilai utilitas berdasarkan karakteristik komorbiditas, komplikasi dan stage. Pada
analisis biaya, terdapat perbedaan biaya berdasarkan karakteristik komorbidibitas,
komplikasi, stage, dan durasi pasien PGK
Kata Kunci : Penyakit ginjal kronis, kualitas hidup, biaya terapi, EQ5D-5L

Abstract

The progressive decline in kidney function can be influenced by the presence of other
diseases that come together and the presence of new diseases or health problems caused by
CKD (Chronic Kidney Disease). The objectives of the study were to determine the health-
related quality of life (HRQoL) and health utility index in patients with chronic kidney
disease (CKD), to know the average cost required by chronic kidney disease (CKD) patients
and to know the difference in the health utility index and costs patient characteristics and
disease characteristics. The inclusion criteria in the study were patients with a diagnosis of
CKD and over 19 years of age. Data were taken concurrently to obtain utility data, by
conducting interviews with patients and retrospectively to obtain data on costs, patient
characteristics, and disease characteristic data, namely comorbidity, complications, stage and
the duration of the CKD. The results of the measurement of utility with the Indonesian
version of EQ5D5L in CKD patients have an average EQ5D5L utility value of 0.66 ± 0.24
and a VAS (Visual Analog Scale) of 82.07 ± 7.123. The average cost by CKD patients is
Rp.616,928.90 / outpatient with the total cost of the total number of outpatients
Rp.92,539,335.00, so the total percentage of the average cost per outpatient treatment with
the total cost of outpatient care is Rp.0.67% and the largest total cost was the cost of goods /
medicine amounting to Rp.63,911,385.00 ± 260,367.17. Based on the results of the analysis,
there are differences in utility values based on the characteristics of comorbidity,
complications and stage. In the cost analysis, there are differences in costs based on the
characteristics of the comorbidity, complications, stage, and duration of CKD patients.
Keywords: Chronic kidney disease, quality of life, cost of therapy, EQ5D-5L

1
1. PENDAHULUAN

Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal secara bertahap dalam beberapa
bulan atau tahun dengan dengan penurunan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) yaitu
60mL/min/1,73 m², selama minimal kurang dari 3 bulan (KDIGO, 2017). PGK merupakan
penyakit dengan tanda dan gejala yang tidak diketahui sampai laju filtrasi glomerulus
mencapai 60%, disertai peningkatan data laboratorium serum kreatinin dan ureum
(Kementerian RI, 2017). Berdasarkan data PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia)
pada tahun 2015 terjadi peningkatan pasien baru sekitar 21.050 pasien, peningkatan terjadi
pada pasien aktif ataupun pasien hemodialisis.

PGK sering dikaitkan dengan berbagai penyakit yang dapat memperburuk keadaan
ginjal secara progresif. Penurunan fungsi ginjal secara progresif dapat dipengaruhi oleh
adanya penyakit lain yang datang secara bersamaan seperti penyakit hipertensi, anemia,
penyakit jantung iskemik, diabetes, dan gangguan tiroid serta adanya penyakit baru atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh PGK seperti penyakit kardiovaskular,
hiperlipidemia, anemia dan penyakit metabolik tulang (Gansevoort, 2013 ;Thomas et al.,
2008).

Pembiayaan kesehatan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Keterbatasan


sumber daya ekonomi yang sejalan dengan semakin canggihnya ilmu teknologi menyebabkan
ketidaktepatan prioritas dalam teknologi kesehatan. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui penilaian teknologi kesehatan adalah kajian ilmu farmakoekonomi.
Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi pada masyarakat
atau sistem (Andayani, 2013). Tujuan dari farmakoekonomi adalah untuk mengetahui
perbaikan kesehatan dari individu dan public, dan memperbaiki proses pengambilan
keputusan dalam memilih nilai relative diantara terapi alternative, dapat memungkinkan
penggunanya mengambil keputusan yang lebih rasional dalam proses pemilihan terapi,
pemilihan pengobatan, dan alokasi sumber daya sistem (Andayani, 2013). Kajian
farmakoekonomi meliputi aspek efficacy cost (benefit), safety dan cost effectiveness untuk
menilai teknologi kesehatan. CUA (Cost Utility analysis) merupakan salah satu kajian
farmakoekonomi. CUA adalah teknik ekonomi untuk menilai efisiensi dari intervensi layanan
kesehatan. Utility adalah penilaian tingkat status kesehatan/ perbaikan kesehatan yang diukur
dengan yang lebih disukai oleh individu atau suatu kelompok. Pendekatan analisis pada CUA
adalah HRQoL, HRQoL (health-related quality of life) merupakan outcome menurut
2
penilaian pasien yang dilihat dari sudut pandang perasaan nyaman, persepsi kesehatan dan
fungsional. Untuk melihat gambaran fungsional suatu penyakit yang berkaitan dengan
kualitas hidup dan konsekuensi terapi yang dirasakan oleh pasien digunakan pengukuran
HRQoL (Andayani, 2013). Pengukuran HRQoL memiliki banyak manfaat, pertama untuk
memahami sudut pandang dari pasien mengenai penyakit dan metode pengobatan yang
diberikan ke pasien, kedua untuk mengetahui kapan diperlukan intervensi pengobatan dan
ketiga mempertimbangkan metode perawatan yang berbeda (Sajid et al., 2008).
Instrumen yang digunakan untuk pengukuran HRQoL ada 2 jenis yaitu instrumen
umum dan spesifik (Rascati, 2009). Contoh instrumen umum adalah Medical Outcome Study
Short-Form Health Surveys (MOS-SF) dan EurolQol 5D (EQ-5D). EQ-5D adalah suatu
standar ukur, untuk pengukuran kesehatan secara sederhana dengan penilaian ekonomi dan
klinis (EuroQol Researcsh, 2015). The EuroQol Group’s (EQ-5D) merupakan instrumen
kualitas hidup, yang dirancang untuk diisi oleh pasien sendiri (self-administered) dan dapat
dikombinasikan dengan alat ukur lain.
Kuesioner EQ-5D-5L terdiri dari 5 dimensi, masing-masing dimensi memiliki level
yang berbeda. EQ-5D-5L terdapat 2 bagian yang awal berisikan beberapa dimensi
pengukuran dan yang kedua adalah visual analog scale dari nilai 0 sampai 100, dengan
kesehatan terbaik adalah 100 dan kesehatan terburuk adalah 0 (Herdman et al., 2011).
Dimensi yang terdapat dalam EQ-5D-5L adalah mobilitas, perawatan diri, aktivitas sehari-
hari, ketidaknyamanan dan kecemasan/depresi. Level dari setiap dimensi tersebut adalah 1
tidak kesulitan, 2 sedikit kesulitan, 3 cukup kesulitan, 4 sangat kesulitan, dan 5 amat sangat
kesulitan (Ferreira et al., 2016).
Berdasarkan penelitian Jeski tahun 2016, mengenai penilaian HRQoL pada pasien
PGK dengan instrumen EQ5D terdapat penurunan kualitas hidup pada indeks perawatan diri.
Pada penelitian serupa yang dilakukan oleh Faridah pada tahun 2010, mengenai penilaian
kualitas hidup pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan instrumen EQ5D
terdapat penurunan kualitas hidup pada indeks nyeri/ketidaknyamanan.
PGK merupakan kondisi umum dengan biaya terapi yang mahal (Wyld, 2012).
Penanganan PGK memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit, baik dari aspek materi dan
moril. Dampak ekonomi secara langsung pada pasien PGK adalah besarnya biaya
pengobatan. Biaya pengobatan pasien dipengaruhi oleh komorbiditas, komplikasi, stage dari
penyakit ginjal, dan tindakan medis lain seperti hemodialisis. Biaya rata-rata yang
dikeluarkan oleh pasien per rawat inap penyakit ginjal kronik adalah sebesar Rp.4.395.614
dan biaya rata-rata untuk tindakan hemodialysis sebesar Rp.5.094.010 (Nurwanti, 2018).

3
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
penilaian HRQoL pada pasien PGK menggunakan kuisoner EQ-5D-5L yang meliputi
kemampuan berjalan, perawatan diri, aktivitas sehari - hari, ketidaknyamanan dan
kecemasan/depresi. Penelitian dilakukan di RSUD Moewardi Surakarta, karena merupakan
salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Tengah

2. METODE
2.1 Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian dengan pendekatan analitik berdasarkan perspektif rumah sakit. Data
diambil secara concurrent untuk mendapatkan data utilitas dari pasien dan secara
retropektif untuk mendapatkan data biaya dan karakteristik pasien, dan data karakteristik
penyakit yaitu komorbiditas, komplikasi, stage dan lama durasi PGK.
2.2 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian menggunakan EQ-5D-5L dan VAS. Instrumen EQ-5D-5L
berfungsi untuk mengetahui kualitas hidup pasien dan konsekuensi terapi yang dirasakan
oleh pasien, dan pengisian kuisioner diisi oleh pasien sendiri (self-administered)
(EuroQol Research, 2015)
2.3 Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilakukan di RSUD dr Moewardi yang dilaksanakan selama 6
bulan, antara bulan Oktober 2018 – April 2019.
2.4 Subyek Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien PGK RSUD dr
Moewardi pada bulan Oktober 2018 - April 2019 yang memenuhi kriteria insklusi.
Kriteria inklusi adalah :
a. Pasien dengan diagnosa PGK.
b. Pasien usia > 19 tahun.
2.5 Teknik Sampling
Teknik sampling pada pada penelitian adalah convenience sampling.
Convenience sampling adalah pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan subjek
dan kemudahan untuk mendapatkannya.
2.6 Variabel penelitian
a. Variabel bebas : Karakteristik pasien dan karakeristik penyakit.
b. Variabel terikat : Kualitas hidup dan biaya medis.

4
3. HASIL & PEMBAHASAN
3.1 Gambaran karakteristik pasien
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui health-related quality of life (HRQoL) dan
health utility index pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK), mengetahui biaya rata-rata
yang diperlukan pasien PGK dan mengetahui perbedaan karakteristik pasien dan karakteristik
penyakit dengan health-related quality of life (HRQoL), health utility index dan biaya.
HRQoL dapat membantu memahami dari sudut pandang pasien mengenai penyakit dan
metode pengobatan yang diberikan ke pasien, untuk mengetahui kapan diperlukan intervensi
pengobatan dan ketiga mempertimbangkan metode perawatan yang berbeda (Sajid et al.,
2008). Pengambilan data dilakukan di RSUD Moewardi selama 6 bulan, dari penelitian
didapatkan 150 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian
peneliti, jumlah pasien usia rentang usia 46-64 tahun sebesar 69,33% dengan jumlah 104
pasien. Berdasarkan data dari Kementrian RI tahun 2017 persentase terbanyak pasien PGK
adalah rentang umur 45-54 tahun sebesar 0,5% tahun dan umur 54-64 tahun sebesar 0,5%.
Untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 60% dan perempuan sebesar 40%, berdasarkan
penelitian dari Yang tahun 2014 jumlah persentase pasien laki-laki lebih besar daripada
perempuan dengan peresentase sebesar 51,3% dan 48,7%. Di Jepang pada tahun 2008,
jumlah pasien laki-laki yang mengalami PGK lebih banyak dibandingkan dengan perempuan,
di Inggis terjadi hal serupa pada tahun 2009, yaitu persentase pasien PGK pada laki- laki
lebih besar daripada perempuan (Iseki, 2008; Roderick et al., 2011). Pada penelitian di Kulon
Progo jumlah pasien PGK laki-laki lebih besar dari pada perempuan (Pranandari, 2015).
Komorbiditas pada pasien PGK dikelompokkan menjadi 3 jenis komorbiditas berdasarkan
jumlah nilai CCI (Chlarson Comorbidity Index), CCI merupakan alat yang sering digunakan
untuk mengukur suatu penyakit yang bersamaan, dibidang nefrologi. CCI digunakan untuk
melihat tingkat keparahan dari penyakit ginjal, beberapa penelitian telah memvalidasi bahwa
CCI merupakan alat yang efektif untuk mengukur komorbiditas dan digunakan untuk
memprediksi kelangsungan hidup (Lin et al, 2019). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
nilai komorbiditas diatas 5 sebesar 14,67%. Ketika nilai CCI 5 atau lebih perlu dilakukan
tindak lanjut yang lebih intensif untuk mengetahui perkembangan perbaikan dari penyakit
(Lin et al, 2019). Komplikasi pada pasien PGK, untuk penyakit jantung sebesar 15 %, dan
tanpa komplikasi sebesar 83%. Stage pada penelitian disesuaikan berdasarkan stage penyakit
PGK yaitu stage IV sebesar 22,67% dan stage V sebesar 43,34%. Durasi pada pasien PGK
kurang dari 1 tahun sebesar 71,33%. Deskripsi karakteristik dari keseluruhan pasien dapat
dilihat pada tabel 1

5
Tabel 1. Deskripsi karakteristik pasien PGK di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2018-2019
Karakteristik pasien N %
Usia
 19-45 tahun 39 26
 46-64 tahun 104 69,33
 >65 tahun 7 4,67
Jenis kelamin
 Laki- laki 90 60
 Perempuan 60 40
Komorbiditas
 <2 77 51,33
 3-4 51 44
 >5 22 14,67
Komplikasi
 Tanpa 83 55.33
 Anemia 26 17.33
 Penyakit jantung 15 10
 Anemia dan penyakit jantung 16 10.67
 Asites 4 2.67
 Anemia dan oedem pulmo 6 4
Stage
 Stage I 3 2,00
 Stage II 20 13,33
 Stage III 28 18,67
 Stage IV 34 22,67
 Stage V 65 43,34
Durasi
 ≤ 1 tahun 107 71,33
 2-3 tahun 28 18,67
 ≥ 4 tahun 15 7,34

3.2 Gambaran kualitas hidup pasien PGK


Pada penelitian, peneliti menggunakan kuesioner EQ5D versi Indonesia untuk melihat
gambaran kualitas hidup pada pasien PGK. Pasien diminta untuk mengisi kuesioner EQ5D-
5L, berdasarkan pengisian kuesioner EQ5D-5L, terdapat 5 item pertanyaan. Deskripsi respon
pasien terhadap EQ5D-5L dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi respon pasien PGK di RSUD Dr. Moewardi terhadap EQ5D-5L versi Indonesia.
M (%) SC(%) UA(%) P/D(%) A/D(%)
74
Tidak kesulitan 94 (62,67) 39 (26) 33 (22,00) 23 (15,33)
(49,33)
Sedikit kesulitan 66 (44) 49 (32,67) 74 (49,33) 97 (64,67) 87 (58,00)
Cukup kesulitan 9 (6,00) 6 (4,00) 35 (23,33) 18 (12,00) 39(26,00)
Sangat kesulitan 0 (0,00) 1 (0,67) 1 (0,67) 2 (1,33) 1 (0,67)
Tidak bias 1 (0,67) 0 (0) 1 (0,67) 0 (0) 0 (0)
Jumlah 150 (100) 150 (100) 150 (100) 150 (100) 150 (100)
Keterangan, M: mobillitas (kemampuan berjalan), SC: self-care (perawatan diri), UA: usual
activies (kegiatan yang biasa dilakukan), PD: pain/ discomfort (nyeri/ tidak nyaman), AD:
anxiety/ depression (rasa cemas/ depresi).

6
Berdasarkan tabel 2, deskripsi respon pasien terhadap EQ5D, dikategorikan menjadi 5
yaitu mobillitas (kemampuan berjalan), self-care (perawatan diri), usual activies (kegiatan
yang biasa dilakukan), pain/ discomfort (nyeri/ tidak nyaman), anxiety/ depression (rasa
cemas/ depresi) dengan level dimensi 1 tidak kesulitan, 2 sedikit kesulitan, 3 cukup kesulitan,
4 sangat kesulitan, dan 5 tidak bisa. Untuk kemampuan berjalan dengan respon tidak
kesulitan sebesar 49,33%, untuk respon perawat diri dengan respon tidak kesulitan sebesar
62,67% dan sedikit kesulitan sebesar 32,67%. Sehingga dapat dilihat pasien mengalami tidak
ada kesulitan dalam berjalan dan perawatan diri, dan pasien mengalami sediki kesulitan
dalam kegiatan yang sering dilakukan, rasa nyaman atau nyeri dan depresi atau kecemasan,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan penelitian Senanayake tahun 2019, mengenai utilitas pada pasien PGK
pada stage awal, stage 4 dan stage 5 pada tahun 2019 dengan EQ5D-3L terjadi penurunan
kualitas hidup pada dimensi nyeri dengan respon sedikit ada masalah. Penelitian sejenis yang
dilakukan di Malaysia tahun 2010 terjadi penurunan kualitas hidup pada dimensi depresi
dengan respon tidak ada kesulitan (Faridah et al., 2010).

Nilai utilitas pada pasien PGK dapat diketahui berdasarkan pengisian EQ5D-5L, nilai
utilitas diperoleh berdasarkan value set versi Indonesia. Hasil dari pengukuran EQ5D-5L
versi Indonesia didapatkan hasil yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi nilai utilitas dengan instrument EQ5D5L pada pasien PGK di Rumsh Sakit Dr.
Moewardi tahun 2018-2019
EQ5D5L VAS
Rata- rata (mean) 0,66 82,07
Standar deviasi 0,24 7,123
Median 0,69 80
Minimal -0,475 95
Maksimal 1 50
Berdasarkan tabel 3 nilai mean EQ5D5L adalah 0,66 dan VAS 82,07. Nilai rata – rata
penyimpangan dari mean atau SD pada EQ5D5L adalah 0,24 dan VAS adalah 7,123. Pada
penelitian dari Senanayake tahun 2019, nilai rata-rata utilitas dengan EQ5D3L pada pasien
awal PGK dan stage 4 dan 5 adalah 0,52 dengan nilai median 0,41 dan untuk VAS nilai
rata-rata vas 51,35 dengan median 50,00. Metode serupa dengan kuisioner EQ5D-3L nilai
rata-rata utilitas pasien CKD di Australia adalah 0,75 ±SD 0,20 (Mckercher, 2018). Pada
penelitian Yang tahun 2014 di Cina, nilai rata-rata untuk pasien PGK stage akhir dengan
metode kuesioner EQ5D-5L adalah 0,68 dengan nilai median 0,81 dan nilai minimal -0,59,

7
dengan Perbedaan antara hasil antar peneliti mungkin dapat disebabkan oleh rentang usia
pasien, dan keadaan penyakit pasien.

Hasil pengukuran EQ5D-5L versi Indonesia dianalisis secara deskriptif berdasarkan


karakteristik pasien. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai utilitas pada
karakteristik pasien dan penyakit, untuk karakteristik dengan 2 kategori seperti jenis kelamin
dengan kategori perempuan dan laki-laki dianalisis menggunakan uji Man Whitney U (jenis
kelamin). Untuk karakteristik dengan 3 kategori seperti umur, dianalisis menggunakan uji
Kruskal Walis H. Uji Kruskal Walis H digunakan untuk menganalisis umur, komorbiditas,
stage, durasi, dan komplikasi. Untuk melihat deskripsi nilai utilitas berdasarkan karakteristik
pasien dan penyakit, disajikan pada tabel 4.

Berdasarkan data tabel diatas tabel 4 dapat dilihat nilai SD dari setiap karakteristik
dan nilai p (value) yang digunakan untuk mengetahui perbedaan utilitas berdasarkan
karakteristik dari penyakit dan pasien. Nilai p (value) pada komorbiditas, komplikasi dan
stage kurang dari 0,05 menunjukkan adanya perbedaan nilai utilitas pada komorbiditas,
komplikasi dan stage. Berdasarkan tabel 4 pembagian umur dibagi menjadi 3 yaitu 19-45
tahun, 46-64 tahun dan diatas 65 tahun dengan nilai rata-rata utilitas pada umur 19-45 tahun
adalah 0,766. Hasil rata-rata nilai utilitas dapat dilihat dengan meningkatnya usia, nilai
utilitas semakin menurun. Berdasarkan nilai p value pada umur adalah 0,230 lebih dari 0,05
sehingga tidak ada perbedaan nilai utilitas. Pada penelitian Prakash tahun 2010, mengenai
umur dan PGK, dari sejumlah sampel pasien lansia memiliki nilai GFR dalam tingkatan
normal sehingga umur tidak begitu berpengaruh terhadap keadaan ginjal.

Tabel 4. Deskripsi nilai utilitas berdasarkan karakteristik pasien dan penyakit, pada pasien PGK di
Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2018-2019
Karakteristik pasien Rata-rata SD P (value)
utilitas
Usia
 19-45 tahun 0,766 0,120
 46-64 tahun 0,626 0,224 0,230
 >65 tahun 0,472 0,230
Jenis kelamin
 Laki- laki 0,661 0,199
0,930
 Perempuan 0,648 0,238
Komorbiditas
 ≤2 0,735 0,220
 3-4 0,607 0,148 0,00
 ≥5 0,491 0,204
Komplikasi
 Tanpa 0,722 0,225
0,00
 Anemia 0,614 0,159

8
 Penyakit jantung 0,647 0,120
 Anemia dan penyakit jantung 0,460 0,199
 Asites 0,404 0,116
 Anemia dan oedem pulmo 0,573 0,119
Stage
 Stage I 0,919 0,083
 Stage II 0,780 0,180
 Stage III 0,763 0,200 0,00
 Stage IV 0,679 0,252
 Stage V 0,556 0,160
Durasi
 ≤ 1 tahun 0,710 0,207
 2-3 tahun 0,537 0,154 0,051
 ≥ 4 tahun 0,487 0,198
Hasil pengukuran kualitas hidup dengan kuesioner EQ5D-5L, untuk jenis kelamin,
dikelompokkan menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk nilai rata-rata utilitas jenis
kelamin laki-laki adalah 0,661 dan perempuan 0,648. Untuk nilai SD pada laki-laki adalah
0,199 dan perempuan sebesar 0,238. Berdasarkan nilai p value 0,903 sehingga dapat dilihat,
tidak ada perbedaan nilai kualitas hidup antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki.
Berdasarkan penelitian Chang tahun 2016, untuk jenis kelamin pada pasien PGK dapat dilihat
berdasarkan faktor risiko dari dari penyakit, pada laki-laki faktor risiko paling penting adalah
proteinurea dan kontrol tekanan darah, untuk perempuan faktor risiko paling penting adalah
kontrol glikemik dan kontrol tekanan darah.

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat komorbiditas untuk rata-rata nilai utilitas


dikelompokkan menjadi 3 yaitu kurang dari 2, antara 3-4 dan lebih dari 5. Nilai komorbiditas
diklasifikasikan berdasarkan nilai CCI (Charlson Comorbidity Index). Untuk nilai utilitas
kurang dari 2 adalah 0,735, antara 3-4 adalah 0,607 dan lebih dari 5 adalah 0,491. Nilai rata-
rata utilitas mengalami penurunan setiap peningkatan nilai komorbiditas. Untuk nilai SD
komorbiditas < 2 adalah 0,220, nilai SD 3-4 adalah 0,148 dan >5 adalah 0,204. Untuk
mengetahui pengaruh nilai kualitas hidup pada komorbiditas dapat dilihat dari nilai p value
yaitu 0,000 sehingga dapat dilihat adanya perbedaan kualitas hidup pasien PGK. Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti menggunakan CCI (Charlson Comobidity Index) pada pasien
PGK untuk. Pada penelitian Pugh tahun 2016 mengenai komorbiditas dan edukasi pada
pasien pra-dialysis dengan sistem penilaian menggunakan CCI, didapatkan hasil p value
0,000. Berdasarkan penelitian Lin tahun 2019 penggunaan indeks komorbiditas CCI memiliki
prediksi pada pasien stage akhir dengan dialisis, nilai p value dalam penelitian adalah 0,001
yang berbeda dengan peneliti. Komorbiditas dari PGK dapat memperburuk kualitas hidup

9
pasien (Fox CS et al 2013; Jesky et al., 2013), dengan adanya multimorbiditas kelangsungan
hidup pasien PGK memburuk (Fraser et al., 2015).

Adanya penyakit baru atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh PGK seperti
anemia, hiperlipidemia, penyakit jantung dan penyakit metabolik tulang dapat memperburuk
keadaan kualitas hidup. Pada pasien PGK terjadi penurunan kualitas hidup, penurunan yang
terjadi dapat berupa penurunan fungsi fisik dan fungsi peran fisik (Cruz et al., 2011).
Komplikasi dalam penelitian dibagi menjadi 6 untuk pasien tanpa komplikasi nilai SD 0,225
dan rata-rata utilitas 0,712. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan nilai kualitas hidup
berdasarkan karakteristik penyakit yaitu komplikasi, didapat nilai p value adalah 0,000.
Berdasarkan nilai p value maka dapat dilihat adanya perbedaan kualitas hidup pasien PGK
dengan komplikasi, untuk melihat lebih lengkap data tersaji pada tabel 4.

Pada tabel 4 stage pada pasien PGK ada 5 stage dengan nilai utilitas pada stage 1
adalah 0,919 ± 0,083 dan stage 5 adalah 0,556±0,160 dan nilai p value adalah 0,00. Dari data
dapat dilihat nilai SD yang digunakan untuk melihat representative dari keseluruhan data dan
untuk melihat sebaran sejumlah nilai data. Berdasarkan nilai p value dapat diketahui terdapat
perbedaan nilai utilitas berdasarkan stage. Pada penelitian di Jepang mengenai kualitas hidup
pasien PGK dengan menggunakan EQ5D, didapatkan hasil nilai rata-rata utilitas pada stage 1
adalah 0,94, stage 2 adalah 0,918 dan nilai utilitas masing -masing stage 3,4 dan 5 adalah
0,883, 0,839 dan 0,798 dengan nilai p value 0,000.

Lama durasi pasien PGK dibagi menjadi 3 yaitu kurang dari 1 tahun dengan nilai rata-
rata utilitas 0,710 dan diatas 4 tahun 0,487. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan utilitas
pada durasi pasien PGK dapat dilihat dari nilai nilai p value, p value adalah 0,051 dapat
ditarik kesimpulan tidak ada perbedaan kualitas hidup berdasarkan lama PGK. Untuk melihat
data secara lengkap terdapat pada tabel 4.

3.3 Deskripsi analisis biaya


Pada penelitia n ini dilakukan analisis biaya berdasarkan sudut pandang dari rumah
sakit. Berdasarkan analisis ini, dapat diketahui komponen dan besar biaya terapi yang
diperlukan oleh pasien ketika rawat jalan di rumah sakit. Komponen biaya langsung dalam
penelitian ini adalah direct medical cost meliputi biaya pendaftaran, biaya pemeriksaan/
tindakan, biaya laboratorium dan biaya barang/obat. Untuk melihat gambaran pengeluaran
pada pasien PGK yang menjalani rawat jalan, dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Deskripsi analisis biaya, pada pasien PGK di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2018-2019
Komponen n Total biaya Rata-rata biaya SD

10
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
Pendaftaran 150 750.000,00 5.000,00 0,00
Pemeriksaan/ tindakan 150 22.405.850,00 151.390,88 93.764,48
Laboratorium 21 5.472.100,00 182.403,33 120.000,83
Barang/ Obat 124 63.911.385,00 532.594,87 260.367,17
Total biaya 92.539.335,00
Rata-rata biaya total 616.928,90
Berdasarkan pada tabel 5, biaya untuk pendaftaran pasien yang sudah terdaftar
sebesar Rp.5.000,00. Biaya untuk pendaftaran di rawat jalan sebesar Rp.5.000,00±0,00.
Biaya rata-rata pemeriksaan pada pasien sebesar Rp.151.390,88±Rp.93.764,48 /rawat jalan.
Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk keperluan laboratorium sebesar
182.403,33±120.000,88/ rawat jalan dan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk barang atau
obat sebesar Rp.532.594,87±260.367,17/ rawat jalan. Biaya yang dikeluarkan untuk rata-rata
pasien PGK rawat jalan sebesar Rp.616.928,90. Total biaya terbesar pada pasien rawat jalan
adalah biaya barang/obat sebesar Rp.63.911.385,00±260.367,17. Pada penelitian Azalea
tahun 2016 mengenai analisis biaya pada pasien PGK rawat inap dengan hemodialisi yang
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dengan tindakan operatif dan non operatif, rata-rata biaya
dengan tindakan operatif sebesar Rp.23.732.520,02 ± Rp.19.142.379,09 dan non operatif
sebesar Rp.12.800.910,61 ± Rp.6.409.290,00. Berdasarkan Utami tahun 2015, pengeluaran
biaya penyakit ginjal kronik ringan Rp.1.527.600 tingkat keparahan sedang Rp5.432.650 dan
berat Rp6.466.600.

Untuk mengetahui adanya perbedaan biaya pada karakteristik pasien dan penyakit,
untuk karakteristik dengan 2 kategori seperti jenis kelamin dengan kategori perempuan dan
laki-laki dianalisis menggunakan uji Man Whitney U (jenis kelamin). Untuk karakteristik 3
atau lebih seperti kategori umur, komorbid, stage, durasi/lama PGK dan komplikasi dianalisis
menggunakan uji Kruskal Walis H. Bila didapatkan data nilai p (value) kurang dari 0,05
maka ada perbedaan biaya. Analisis biaya disajikan dalam table 6 berdasarkan karakteristik
pasien dan penyakit pada pasien PGK di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2018-2019.

Tabel 6 Analisis biaya berdasarkan karakteristik pasien dan penyakit pada pasien PGK di Rumah
Sakit Dr. Moewardi tahun 2018-2019
Rata-rata
SD P
Karakteristik pasien N % Biaya
(Rp.) (value)
(Rp.)
Usia
 19-45 tahun 39 26,00 654.585,98 427.796,34
 46-64 tahun 104 69,33 614.188,65 393.964,80 0,414
 >65 tahun 7 4,67 447.837,42 433.346,08
Jenis kelamin
 Laki- laki 90 60,00 633.151,00 400.607,30 0,425

11
 Perempuan 60 40,00 592.595,80 411.308,40
Komorbiditas
 <2 77 51,33 369.930,16 367.887,98
 3-4 51 44,00 830.499,98 277.998,04 0,00
 >5 22 14,67 986.327,91 83.883,61
Komplikasi
 Tanpa 83 55,33 364.867,17 346.487,37
 Anemia 26 17,33 885.197,14 297.016,63
 Penyakit jantung 15 10,00 944.914,60 101.405,94
 Anemia dan penyakit 0,00
16 10,67
jantung 972.434,88 101.994,02
 Asites 4 2,67 960.568,25 58.562,12
 Anemia dan oedem pulmo 6 4,00 944.214,33 116.817,53
Stage
 Stage I 3 2,00 75.000,00 0,00
 Stage II 20 13,33 228.737,70 238.980,20
 Stage III 28 18,67 357.582,20 295.794,50 0,00
 Stage IV 34 22,67 477.307,10 410.266,70
 Stage V 65 43,34 946.136,00 169.385,70
Durasi
 ≤ 1 tahun 107 71,33 502.742,00 392.839,00
 2-3 tahun 28 18,67 848.659,90 304.433,00 0,00
 ≥ 4 tahun 15 7,34 998.897,80 163.890,00
Berdasarkan table 6 pada rentang usia 19-45 tahun biaya rata-rata±SD adalah
Rp.654.585,98±Rp.427.796,34. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan biaya pada
karakteristik usia, dilakukan uji statistikan nilai p value 0,414. Berdasarkan nilai p value 0,05
maka tidak ada perbedaan biaya berdasarkan usia. Pada penelitian Yani tahun 2010 mengenai
biaya rawat inap pada pasien PGK menyatakan hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan
antara usia dengan biaya yang dikeluarkan, namun pada penelitian Dwianti pada tahun 2013
mengenai biaya pada pasien rawat inap PGK dengan hemodialisis terdapat hubungan biaya
medik langsung dengan usia.

Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, yang tersaji pada tabel 6 jumlah biaya
yang dikeluarkan laki-laki lebih besar daripada perempuan, dengan biaya rata-rata±SD pada
laki laki sebesar Rp.633.151,00±400.607,30. Nilai p value untuk jenis kelamin adalah 0,425,
sehingga tidak ada perbedaan biaya berdasarkan jenis kelamin. Pada penelitian Dwianti pada
tahun 2013 menyatakan tidak adanya pengaruh jenis kelamin pada total biaya yang
dikeluarkan oleh pasien rawat inap PGK. Pada penelitian sejenis mengenai analisis biaya
namun penelitian ini pada pasien rawat inap dengan penyakit yang sama yaitu PGK
dilakukan oleh Yani, 2010 & Fauziah, 2015 bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan
dengan biaya rawat inap pasien.

12
Komorbiditas pada tabel 4.6 diklasifikasikan berdasarkan nilai CCI, semakin besar
nilai CCI, maka biaya yang dikeluarkan semakin besar. Dapat dilihat dari nilai komorbiditas
<2 biaya rata—rata yang dikeluarkan Rp.369.930,16±Rp.367.887,98 dan komorbiditas >5
biaya yang dikeluarkan rata-rata Rp.986.327,91±Rp.83.883,61. Berdasarkan hasil p
komorbiditas pada tabel 4.6 pada biaya pemeriksaan dan obat/ barang nilai p value adalah
0,00 menunjukkan adanya perbedaan biaya berdasarkan komorbiditas. Sehingga semakin
tinggi skor komorbiditas semakin tinggi juga biaya yang dikeluarkan. Pada penelitian
Charlson pada tahun 2008 menunjukkan terjadinya peningkatan biaya tahunan sejajar dengan
semakin tingginya nilai dari CCI, sehingga semakin tinggi nilai CCI maka biaya yang
dikeluarkan semakin meningkat.
Perbedaan pengeluaran pada pasien tanpa komplikasi dan pasien komplikasi memiliki
selisih biaya yang tidak sedikit. Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat biaya rata-rata terbesar pada
karakteristik komplikasi adalah anemia dan penyakit jantung sebesar
Rp.972.434,88±101.994,02. Nilai p komplikasi adalah 0,00 sehingga terdapat perbedaan
biaya berdasarkan karakteristik komplikasi. Akan terjadi peningkatan biaya dengan adanya
penambahan penyakit yang baru dan ketika penyakit semakin parah (Honeycutt, 2013).

PGK terdiri dari 5 stage, berdasarkan tabel 6 semakin tinggi stage biaya yang
dikeluarkan semakin besar, dapat dilihat biaya rata-rata pada stage 2 sebesar Rp.
228.737,70±238.980,20 dan biaya rata-rata untuk stage 5 sebesar Rp.946.136,00±169.385,70,
terjadi peningkatan biaya. Nilai p stage adalah 0,00 sehingga terdapat perbedaan biaya
berdasarkan karakteristik stage. Berdasarkan Honeycutt tahun 2013 terdapat peningkatan
pengeluaran biaya mulai dari stage 2 dari sebesar 1.700dollar, stage 3 sebesar 3.500dollar
dan stage 4 sebesar 12.700dollar.

Pada tabel 4.6 untuk durasi pasien PGK dengan durasi ≤1 tahu biaya rata-rata yang
dikeluarkan sebesar Rp.502.742,00±Rp.392.839,00 dan durasi ≥ biaya rata-rata yang
dikeluarkan sebesar Rp.998.897,80±163.890,00. Nilai p durasi adalah 0,00 sehingga terdapat
perbedaan biaya berdasarkan durasi PGK. Semakin lama penyakit, maka biaya yang
dikeluarkan semakin banyak karena biaya yang dikeluarkan secara terus menerus, ketika
penyakit semakin parah maka penyakit baru muncul sehingga dapat memperbanyak biaya
yang akan dikeluarkan (Honeycutt, 2013). Kelemahan dalam penelitian adalah sampel dan
waktu yang terbatas.

13
4. PENUTUP
Hasil dari pengukuran utilitas dengan EQ5D5L versi Indonesia pada pasien PGK memiliki
nilai rata-rata utilitas EQ5D5L sebesar 0,66±0,24 dan VAS 82,07±7,123. Biaya rata-rata
oleh pasien PGK sebesar Rp.616.928,90/ rawat jalan dengan total biaya terbesar adalah
barang/obat sebesar Rp.63.911.385,00±260.367,17 dengan jumlah persentase dari rata-rata
total biaya dengan total biaya adalah sebesar 0,67%. Terdapat perbedaan EQ5D-5L index
pasien dan biaya berdasarkan karakteristik pasien dan karakteristik penyakit pada : Hasil
analisis terdapat perbedaan kualitas hidup berdasarkan karakteristik komorbid, komplikasi,
stage, dan durasi pasien PGK. Hasil analisis terdapat perbedaan biaya berdasarkan
karakteristik komorbid, komplikasi, stage, dan durasi pasien PGK.

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T. M. (2013) Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Pertama. Karangkajen,
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Chang, Y.-T. et al. (2016) ‘Cost-effectiveness of hemodialysis and peritoneal dialysis: A
national cohort study with 14 years follow-up and matched for comorbidities and
propensity score’, Scientific Reports. Nature Publishing Group, 6(1), p. 30266. doi:
10.1038/srep30266.
Charlson, M.E., Charlson, R.E., Peterson, J.C., Marinopoulos, S.S., Briggs, W.M., dan
Hollenberg, J.P. (2008) The Charlson comorbidity index is adapted to predict costs
of chronic disease in primary care patients. Journal of Clinical Epidemiology, 61:
1234–1240.
Chen, S. S., Al Mawed, S. and Unruh, M. (2016) ‘Health-Related Quality of Life in End-
Stage Renal Disease Patients: How Often Should We Ask and What Do We Do with
the Answer?’, Blood Purification, 41(1–3), pp. 218–224. doi: 10.1159/000441462.
Cruz, M. C. et al. (2011) ‘Quality of life in patients with chronic kidney disease’, Journal of
Nephrology, pp. 991–995. doi: 10.1590/S1807-59322011000600012 CLINICAL.
DiPiro, J. T. et al. (2008) Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Seventh Ed. The
McGraw-Hill Companies. doi: 10.1036/007147899X.
DiPiro, J. T. et al. (2015) Pharmacotherapy handbook. Ninth Edit. McGraw-Hill Education.
Available at:
Dwianti, M.U.(2013) 'Analisis Biaya Terapi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Rawat Inap
dengan Hemodialisa di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2011', Tesis,
Universitas Gadjah Mada.
EuroQol Research (2015) ‘EQ-5D-5L user guide’, Basic information on how to use the EQ-
5D-5L instrument, (April), p. 28. Available at:
http://www.euroqol.org/fileadmin/user_upload/Documenten/PDF/Folders_Flyers/E
Q-5D-5L_UserGuide_2015.pdf.
Faridah, A. et al. (2010) ‘The validation of the EQ-5D in Malaysian dialysis patients’,
Medical Journal of Malaysia, 65(SUPPL.A), pp. 114–119.

14
Fauziah (2015) 'Cost of Illness Chronic Kidney Disease (CKD) dengan Tindakan
Hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta', Tesis, Universitas Gadjah
Mada
Ferreira, L. N. et al. (2016) ‘Comparing the performance of the EQ-5D-3L and the EQ-5D-
5L in young Portuguese adults’, Health and Quality of Life Outcomes. Health and
Quality of Life Outcomes, 14(1), pp. 1–10. doi: 10.1186/s12955-016-0491-x.
Fox CS, Matsushita K, Woodward M, Bilo HJ, Chalmers J, Heerspink HJ, et al; C. K. D. P.
C. A. (2013) ‘Associations of kidney disease measures with mortality and end-stage
renal disease in individuals with and without diabetes: a meta-analysis’, Lancet,
380(9854), pp. 1662–1673. doi: 10.1016/S0140-6736(12)61350-6.Associations.
Fraser, S. D. S. et al. (2015) ‘The burden of comorbidity in people with chronic kidney
disease stage 3: a cohort study’, BMC Nephrology. BMC Nephrology, 16(1), p. 193.
doi: 10.1186/s12882-015-0189-z.
Gansevoort et al (2013) Chronic kidney disease and cardiovascular risk: epidemiology,
mechanisms, and prevention, Global Kidney Disease 5, Lancet 2013; 382: 339–52
Published Online May 31, 2013 http://dx.doi.org/10.1016/ S0140-6736(13)60595-4,
www.thelancet.com
Honeycutt. A.A. et al (2013) Medical Costs of CKD in the Medicare Population, J Am Soc
Nephrol 24: 1478–1483, 2013. doi: 10.1681/ASN.2012040392
Herdman, M. et al. (2011) ‘Development and preliminary testing of the new five-level
version of EQ-5D (EQ-5D-5L)’, Quality of Life Research, 20(10), pp. 1727–1736.
doi: 10.1007/s11136-011-9903-x.
Huda, M. N., Alam, K. S. and Harun-Ur-Rashid (2012) ‘Prevalence of chronic kidney disease
and its association with risk factors in disadvantageous population’, International
Journal of Nephrology, 2012. doi: 10.1155/2012/267329.
Iseki, K., (2008) Gender differences in chronic kidney disease. Kidney International, 74:
415–417.
Jesky, M. D. et al. (2016) ‘Health-related quality of life impacts mortality but not progression
to end-stage renal disease in pre-dialysis chronic kidney disease: A prospective
observational study’, PLoS ONE, 11(11), pp. 1–18. doi:
10.1371/journal.pone.0165675.
Kastner, M. et al. (2006) ‘Age-specific search strategies for medline’, Journal of Medical
Internet Research, 8(4), pp. 1–10. doi: 10.2196/jmir.8.4.e25.
KDIGO (2017) ‘Foreword’, Kidney International, 76(Suppl 113), pp. S1–S2. doi:
10.1038/ki.2009.188.
KementerianRI, B. L. (2017) InfoDATIN. Jakarta.
Lin Y. et al., (2019), Association between the Charlson Comorbidity Index and the risk of
30-day unplanned readmission in patients receiving maintenance dialysis, BMC
Nephrology (2019) 20:363https://doi.org/10.1186/s12882-019-1538-0.
Manavalan, M. et al. (2017) ‘Assessment of health-related quality of life and its determinants
in patients with chronic kidney disease’, Indian Journal of Nephrology, 27(1), p. 37.
doi: 10.4103/0971-4065.179205.
Mckercher et al., (2018), A comparison of the eq-5d-3l and the aqol-4d for assessing health-
related quality of life in adults with chronic kidney disease. 54 ANZSN ASM 2018,
15
8-12 September 2018, Sydney.
Nurwati R, (2018) Analisis Biaya Pengobatan Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis
pada Pasien Rawat Inap di RSD Dr. Soebandi Jember Periode 2009, Pharmauho
Volume 4, No. 1, April 2018, Hal. 42-47 Majalah Farmasi, Sains, dan Kesehatan
ISSN 2442-9791
PERNEFRI (Perkumpulan Nefrologi Indonesia) (2015) Report of Indonesian Renal Registry,
www. indonesianrenalregistry.org (dikases 10 juni 2018).
Pranandari, R dan Supadmi W.(2015) Faktor risiko gagal ginjal kronik di unit hemodialisis
RSUD Wates Kulon Progo, Majalah Farmaseutik, Vol. 11 No. 2 Tahun 2015.
Purba, F. D. et al. (2017) ‘The Indonesian EQ-5D-5L Value Set’, PharmacoEconomics,
35(11), pp. 1153–1165. doi: 10.1007/s40273-017-0538-9.
Roderick, P., Roth, M., dan Mindell, J. (2011) Prevalence of chronic kidney disease in
England: Findings from the 2009 Health Survey for England. Journal of
Epidemiology and Community Health, 65: A12–A12
Sajid, M. S., Tonsi, A. and Baig, M. K. (2008) ‘Health-related quality of life measurement’,
International Journal of Health Care Quality Assurance, 21(4), pp. 365–373. doi:
10.1108/09526860810880162.
Senanayake S. et al., (2019) Validity and internal consistency of EQ-5D-3L quality of life
tool among pre-dialysis patients with chronic kidney disease in Sri Lanka, a lower
middle-income country. PLoS ONE 14(6): e0211604.
https://doi.org/10.1371/journal. pone.0211604
Wang, P. et al. (2016) ‘The EQ-5D-5L is More Discriminative Than the EQ-5D-3L in
Patients with Diabetes in Singapore’, Value in Health Regional Issues. Elsevier, 9,
pp. 57–62. doi: 10.1016/j.vhri.2015.11.003.
Wyld, M. et al. (2012) ‘A Systematic Review and Meta-Analysis of Utility-Based Quality of
Life in Chronic Kidney Disease Treatments’, PLOS Medicine, 9(9). doi:
10.1371/journal.pmed.1001307.
Yang F et al. (2014) Comparison of the preference-based EQ-5D-5L and SF-6D in patients
with end-stage renal disease (ESRD), Eur J Health Econ DOI 10.1007/s10198-014-
0664-7.
Yani, F.R.W.P.F. (2010). 'Analisis Biaya Perawatan Gagal Ginjal Kronis Rawat Inap sebagai
Pertimbangan dalam Penetapan Pembiayaan Kesehatan Berdasarkan InaDRG di
RSUD Dr Moewardi', Tesis, Universitas Gadjah Mada.

16

Anda mungkin juga menyukai