Anda di halaman 1dari 126

Operational Risk & Stress Test

Mewujudkan Manajemen Risiko Operasional yang


Kokoh dan Menerapkan Stress Testing yang Efektif
Risk Management Series

23 - 24 September 2021
Apa Ekspektasi
Bapak/Ibu dalam
mengikuti Pelatihan ini
?

2
Agenda Pelatihan (Hari-1)

Waktu Materi
8.30-10.30 • Indonesia Economy Outlook Summary (2021)
• Dampak Pelemahan Ekonomi ke Industri Keuangan
• Tantangan Utama Industri Keuangan saat ini
• Dampak Covid-19 ke Industri Keuangan
10.45-12.00 • Risiko-risiko utama di Industri Keuangan saat ini
• Pemahaman Risiko Operasional
13.00-14.30 • Kerangka Kerja Manajemen Risiko Operasional
14.45-16.00 • Perangkat Kerja Manajemen Risiko Operasional
• Jenis-jenis laporan Risiko Operasional

3
Agenda Pelatihan (Hari-2)

Waktu Materi
9.00-10.30 • Faktor Penilaian Profil Risiko Operasional
• Prosedur penetapan Risk Appetite
10.45-12.00 • Metode Stress Testing Risiko Operasional
13.00-14.30 • Perhitungan Modal Risiko Operasional (Pendekatan
Indikator Dasar)
14.45-16.00 • Sesi Tanya Jawab
• Selesai

4
Indonesia Economy Outlook Summary (2021)

Perekonomian
• Pertumbuhan ekonomi global masih melambat (Proyeksi
Indonesia 2021: + 4.5% ; 2020: + 5.1%). Actual 1H21: + 7.07%
• Utang luar negeri mengalami kenaikan (Dec20 :Rp. 6.074
triliun; Dec19: Rp.5.620 triliun)
• Realisasi Penerimaan Pajak yang masih belum optimal
(Realisasi 86% dari target 2020; + 97%)

Sektor Industri yg paling terkena imbas


• Industri berbasis impor terutama elektronik, otomotif dan
perdagangan
• Industri yg mengikuti harga komoditas global seperti minyak
bumi, batu bara, bahan bangunan
• Industri pariwisata dan transportasi
5
Dampak Pelemahan Ekonomi ke Industri Keuangan

• Laba menurun (Aug21: + - 31% sd -56%) salah satu


dampaknya berasal dari retrukturisasi dan relaksasi kredit
• Pertumbuhan kredit melambat (-7% YoY Jul21), Sementara
NPL naik (Gross + 4% YoY Jul21). à Bank lebih konservatif
dalam penyaluran kredit
• Suku bunga acuan dipangkas (BI7DDR:3.5%, TD:2.75%, Loan
4.25%) yang tentunya mempengaruhi NIM dan pendapatan
Non Bunga.
• Bank harus mempersiapkan pencadangan modal yg lebih
besar (CAR) à Implementasi PSAK 71 (2020)

6
Dampak Pelemahan Ekonomi ke Industri Keuangan

3 Risiko terbesar (Risiko Pasar, Likuiditas dan Kredit) mengancam


sektor perbankan

Beberapa upaya antisipasi risiko antara lain:


• Dalam analisa kredit perhatikan:
ü Bahan baku banyak dari impor (high cost dalam $)
ü Utang dalam $ (tidak dilakukan hedging)
ü Lihat tren industri tsb secara keseluruhan (sunset/sunrise)
meskipun ada satu debitur yang menonjol
• Cost of fund masih cenderung tinggi
• Sektor wholesale sudah sangat terekspos risiko-risiko
internasional (pasar)

7
Dampak Pelemahan Ekonomi ke Industri Keuangan

Industri/debitur yg bertahan adalah mereka yg mampu


beradaptasi dg harga bahan baku impor yg tinggi
Think Positive
• Industri lokal “dipaksa” untuk memakai bahan baku
lokal/produk dalam negeri
• Long-term benefit :
– memperkuat industri lokal
– Meningkatkan awareness industri/masyarakat bahwa
menggunakan bahan baku impor bukan lagi ide yang baik
– Memaksa pemerintah untuk meningkatkan produksi &
permintaan dalam negeri

8
Tantangan Utama Industri Keuangan saat ini

• Perkembangan Digitalisasi yang sangat cepat


• Banyaknya Regulasi dan perubahannya
• Persaingan produk yang semakin ketat antar Industri Keuangan
• Beban Operasional yang semakin tinggi. Efesiensi biaya dan
perampingan perusahaan (PHK)

9
Dampak Covid-19 ke Industri Keuangan
Industri Keuangan harus melakukan strategi dan transformasi aktivitas bisnis dan
operasional untuk dapat bertahan dalam situasi ini. Beberapa hal yang dapat
dilakukan antara lain

Karyawan Digitalisasi Bisnis Operasional

§ Penyesuaian jam kerja Pengembangan dan • Mengembangkan • Penghematan biaya


operasional, Split Optimalisasi Layanan produk/layanan berbasis • Perubahan
Operation dan Work Digital: digital antara lain regulasi/proses dalam
From Home (WFH). § Peralihan cabang ke e memanfaatkan data mendukung aktivitas
§ Physical Distancing Channel/Digital transaksi untuk cross-selling operasional (akses ke
(Bagi Pekerja dan Banking. product. corebanking system, call
Nasabah). § Digital Processing. center agent dari rumah,
§ Penyediaan Fasilitas § Monitoring dll)
Preventif (Masker, Dashboard. • Meningkatkan
Wastafel, Vitamin, dll). Manajemen Risiko

10
Risiko-risiko Utama di Industri Keuangan saat ini
1. Ketidakpatuhan terhadap kebijakan dan prosedur. Sebagian besar kejadian risiko dan temuan2x
audit/regulator terutama disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku
sehingga industri keuangan perlu untuk:
• Terus meningkatkan kesadaran dan budaya risiko agar seluruh karyawan memahami dan memiliki proses
operasional mereka (termasuk untuk meningkatkan kesadaran jika ada prosedur yang tidak
relevan/kadaluarsa).
• Mengingatkan secara rutin tentang kebijakan dan prosedur yang berlaku.
• Menerapkan proses kontrol yang konsisten pada seluruh aktivitas.
• Memperkuat sistem pengendalian internal terutama yang terkait dengan laporan keuangan dengan
melakukan proses rekonsiliasi atas transaksi keuangan.
• Memperkuat pegelolaan aset (Stock Opname, Proses penyimpanan)
• Memberikan sangsi kepada setiap karyawan yang melakukan pelanggaran (sesuai ketentuan)
2. Kejahatan keuangan. Upaya penipuan yang dilakukan oleh pihak eksternal melalui penggunaan akun dan
pengambil alihan akun (account take over) sehingga industri keuangan perlu untuk mengembangkan sistem
pemantauan atas transaksi keuangan.
3. Kejahatan kecurangan (Fraud). Kejadian fraud khususnya dalam bisnis ritel mengalami tren peningkatan yang
sebagian besar dari penyalahgunaan dana nasabah (take over, penggelapan cicilan dan pencairan pinjaman),
pemalsuan tanda tangan nasabah dan penggelembungan rekening. Memberikan edukasi kepada nasabah
tentang keamanan data dan transaksi, membuat sistem pemantauan atas transaksi fraud
4. Publikasi negatif. Persaingan bisnis diantara Industri keuangan telah meningkatkan publikasi negatif terutama
dengan adanya kemajuan teknologi saat ini. Industri keuangan perlu untuk memantau dan mengelola dengan
cermat setiap complaints yang masuk di sosial media, memantau penyalahgunaan akun untuk aktivitas ilegal
(perjudian online, pembelian barang ilegal, dll), , proses verifikasi KYC yang lebih unit mis: face recoqnition dan
berkoordinasi dengan KOMINFO dalam pemantauan media sosial dan Web
5. Pengkinian data nasabah. Industri keuangan senantiasa melakukan pengkinian data nasabah untuk
menghindari multiple risk yang timbul dari nasabah.
11
Risiko-risiko Utama di Industri Keuangan saat ini
6. Kebocoran informasi, keamanan cyber. Industri keuangan perlu meningkatkan keamanan dan kesadaran
keamanan informasi kepada semua karyawan, membuat sistem DLP (Data Loss Prevention) dan meningkatkan
fungsi pengawasan dari supervisor
7. Korupsi dan penyuapan. Industri keuangan perlu memiliki ketentuan dalam menerapkan Anti Korupsi dan
penyuapan
8. Kelemahan SDM (Sumber Daya Manusia). Industri keuangan perlu memastikan pemantauan dan pemenuhan
karyawan yang memiliki posisi kritikal, Pelatihan dan mekanisme pemberian sangsi kepada karyawan yang
melakukan kesalahan, dan pelaksanaan disiplin terhadap cuti block leave.
9. Ketidakpatuhan terhadap regulasi. Industri keuangan perlu mengurangi jumlah sangsi dan temuan (laporan
yang tidak akurat, keterlambatan laporan, keterlambatan pembayaran pajak, dll). Unit kerja Kepatuhan juga
termasuk memastikan setiap kebijakan dan prosedur sudah diupdate dan tidak bertentangan dengan regulasi.
10. Kesiapan Infrastruktur. Industri keuangan perlu memastikan kesiapan infrastruktur dalam menjalankan
aktivitasnya, mengeksplorasi otomasi untuk mengurangi proses manual dan pembaharuan sistem dan
infrastruktur yang sudah ketinggalan jaman untuk terus menjaga ketersediaan dan keandalan sistem.
11. Pandemic. Industri keuangan perlu memberikan bimbingan/pelatihan berkelanjutan yang diperlukan untuk
semua karyawan untuk menjaga ketepatan waktu dan kualitas penyelesaian pekerjaan, menyesuaikan prosedur
dengan kondisi terkini dan mempersiapkan infrastruktur untuk mendukung pekerjaan secara WFH.
12. Bencana Alam. Industri keuangan perlu memastikan kesiapan jika terjadi bencana alam melalui BCM (Business
Continuity Management).
13. Geopolitik. Keputusan/ peraturan pemerintah yang tidak menguntungkan bagi pihak tertentu yang dapat
menimbulkan demonstrasi dan situasi politik yang tidak menguntungkan/kondusif. Misal : Omnibus Law.

12
D E F I N I S I R I S I KO O P E R A S I O N A L

Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan atau tidak


berfungsinya proses internal, manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.

POJK No. 18/POJK.03/2016 & SEOJK No. 34/SEOJK.03/2016

13
C A KU PA N D E F I N I S I R I S I KO O P E R A S I O N A L

• Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan, Risiko Teknologi dan Risiko Alih


Daya (Outsourcing) termasuk dalam bagian dari Risiko
Operasional.
• Risiko Strategik dan Risiko Reputasi tidak termasuk dalam bagian
dari Risiko Operasional.
• Opportunity Costs tidak termasuk dalam bagian dari perhitungan
modal untuk risiko operasional.
• Kerugian Risiko Operasional terkait dengan risiko kredit yang telah
diperhitungkan dalam ATMR untuk Risiko Kredit tidak dimasukkan
dalam ATMR untuk risiko operasional.

14
FA K TO R P E N Y E B A B R I S I KO O P E R A S I O N A L

15
C O N TO H K E JA D I A N R I S I KO O P E R A S I O N A L
Sistem Manusia
• Aplikasi rusak • Internal Fraud
• Server Down • Kesalahan input transaksi
akibat kelalaian
staf/Supervisor
• Kesalahan akibat
ketidakpahaman staff dalam
memahami proses atau
prosedur

Proses Internal
Kejadian Eksternal
• Kesalahan pencairan transaksi
• External fraud karena belum ada prosedur
• bencana alam (gempa, tsunami, yang mengatur suatu proses
banjir) • Kesalahan transfer akibat
belum ada limit, dual control,
• Serangan kriminal
segregation of duty.
• Cyber attack

16
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT RISIKO OPERASIONAL DENGAN RISIKO
LAINNYA

Karena risiko operasional disebabkan oleh


manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal,
maka risiko ini dapat menyebabkan kejadian risiko dari jenis risiko lainnya.

17
DAMPAK RISIKO OPERASIONAL

1. PEMEGANG SAHAM • Kerugian investasi apabila perusahaan bangkrut


• Pengurangan nilai investasi atau penurunan harga saham karena
rusaknya reputasi
• Kehilangan dividen karena penurunan laba perusahaan
• pemegang saham mungkin ikut bertanggung jawab atas kerugian
yang terjadi.

2. KARYAWAN • Surat Peringatan karena kelalaian


• Kehilangan pendapatan, pengurangan bonus atau tidak ada
kenaikan gaji karena pengaruh dari menurunnya laba perusahaan
• Kehilangan pekerjaan.

3. NASABAH • Kehilangan kepercayaan kepada perusahaan

18
J E N I S K E J A D I A N R I S I KO O P E R A S I O N A L

1. Internal Fraud
Kerugian yang disebabkan karena tindakan penipuan, penyalahgunaan properti atau melanggar
peraturan, kebijakan hukum atau perusahaan yang melibatkan setidaknya satu pihak internal.
Contoh : Pemalsuan , Pencurian Data / Informasi, Penyuapan

2. Employment Practices and Workplace Safety


Kerugian yang timbul dari tindakan yang tidak konsisten terhadap undang-undang ketenagakerjaan atau
keselamatan atau perjanjian, pembayaran klaim cedera pribadi, atau karena kejadian diskriminasi.
Contoh : Diskriminasi, Lingkungan kerja yang tidak aman

3. Clients, Products, and Business Practices


Kerugian yang timbul karena kelalaian/ketidaksengajaan untuk memenuhi kewajiban professional
kepada klien tertentu (termasuk persyaratan fidusia dan kesesuaian) atau dari disain produk.
Contoh : Mis-selling

19
J E N I S K E J A D I A N R I S I KO O P E R A S I O N A L
4. Damage to Physical Assets
Kerugian yang ditimbulkan dari kehilangan atau kerusakan aset fisik karena bencana alam atau kejadian
lainnya.
Contoh : kerusakan gedung karena kejadian Kebakaran

5. Business Disruption and System Failures


Kerugian yang ditimbulkan karena gangguan bisnis atau kegagalan sistem.
Contoh : Kerusakan pada perangkat keras dan lunak, Sistem mati/gangguan

6. Execution, Delivery, and Process Management


Kerugian karena gagalnya proses transaksi atau proses manajemen, dari hubungan antara mitra usaha
dan vendor.
Contoh : Kesalahan entri data/transaksi nasabah, Hilangnya sertifikat jaminan nasabah

7. External Fraud
Kerugian yang disebabkan karena tindakan penipuan, penyalahgunaan property atau melanggar hukum,
yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Contoh : cyber attack, Pemalsuan indentitas oleh debitur

20
PEMETAAN FAKTOR PENYEBAB DENGAN JENIS KEJADIAN RISIKO
OPERASIONAL

21
Latihan 1 – Identifikasi Faktor Penyebab dan Jenis Kejadian Risiko
Operasional dibawah:

• Kesalahan input data (Human Error)


• Pemalsuan dokumen kredit oleh calon debitur
• Sistem tidak berfungsi (Gangguan Network)
• Kesalahan pemograman aplikasi di sistem

22
Latihan 2 – Identifikasi Faktor Penyebab dan Jenis Kejadian Risiko
Operasional dibawah dan apa yang menjadi kelemahan proses
Barings Bank, 1995
Pada 1995 Baring Brothers and Co. Ltd. (Barings),
London, bangkrut setelah merugi GBP 827 juta

Seorang trader (Nick Leeson) berbasis di Singapura


dan bekerja pada Singapore Futures Exchange
menyembunyikan kerugian dari perdagangannya pada
account-account tertentu selama lebih dari dua tahun
sampai menjadi tidak bisa dipertahankan.

Kurangnya mekanisme kontrol dimana trader menjadi


back dan sekaligus front office settlement manager,
sehingga dapat mengotorisasi perdagangannya
sendiri.

23
KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL

24
STRUKTUR TATA KELOLA RISIKO OPERASIONAL
STRATEGI “3 LINI PERTAHANAN”
“secara umum menggunakan strategi “tiga lini pertahanan”

Collaboration

/others

25
STRUKTUR TATA KELOLA RISIKO OPERASIONAL
STRATEGI “3 LINI PERTAHANAN”

Otoritas Jasa Keuangan


(Lampiran SE OJK) No.
34/SEOJK.03/2016

Seluruh unit kerja yang merupakan


risk owner yang bertanggung jawab
Setiap karyawan
terhadap proses Manajemen Risiko bertanggung jawab
untuk Risiko Operasional sehari-hari terhadap proses
manajemen risiko
serta melaporkan permasalahan dan operasional dalam
Risiko Operasional secara spesifik unit kerjanya.

dalam unitnya sesuai jenjang


pelaporan yang berlaku.

26
PROSES MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL

1. Identifikasi Risiko
2. Penilaian Risiko Inheren
3. Identifikasi Kontrol
4. Penilaian Risiko Residual & Rencana tindak lanjut
perbaikan
5. Tinjauan Risiko & Evaluasi

27
1. Identifikasi Risiko

• Apa proses yang ada di BU/SU*


A. Proses

• Bagaimana proses kerja dilakukan


B. Alur Kerja

• Apa saja risiko Operasional yang dapat terjadi dari proses tersebut
C. Risiko

* Hal ini akan menjadi dasar dalam pembuatan Risk Register


28
Alur Kerja
Sebelum melakukan identifikasi risiko operasional, wajib untuk memahami alur kerja dari
setiap proses.

Berikut ini adalah contoh dari alur kerja dari proses transfer

29
Risiko
Identifikasi risiko dengan menggunakan 7 Jenis Kejadian Risiko Operasional

30
Berikut ini adalah contoh identifikasi risiko operasional dari proses Transfer
Proses Jenis Risiko Operasional
Transfer Internal Fraud:
• N/A

Eksternal Fraud:
• Pemalsuan identitas

Kesalahan Eksekusi, Penyampaian dan Pengendalian Proses


• Kesalahan/Ketidaklengkapan pengisian data di slip Transaksi
• Kesalahan penginputan transaksi di sistem
• Selisih Kas Teller

Gangguan Bisnis & Kegagalan Sistem


• Sistem Down

Kerusakan Aset Fisik Bank:


• N/A

Masalah terkait Nasabah, Produk dan Praktek Bisnis:


• N/A

Masalah terkait ketenagakerjaan & keselamatan kerja:


• N/A

31
Sebagai alat validasi, identifikasi risiko operasional dapat juga
berasal dari:

• Temuan audit (internal, eksternal, regulator, dsb)


• Kejadian Risiko Operasional
• Temuan internal kontrol/QA
• Customer Complaints

32
2. Penilaian Risiko

Membuat Matrik Tingkat Risiko (Risk Rating Matrix) untuk melakukan penilaian
Risiko Operational

High

Medium

Low

33
Contoh Matrix Impact & Likelihood

34
3. Identifikasi Kontrol
Kontrol didesain untuk mencegah terjadinya risiko atau mengurangi risiko.

35
D ESA I N KO N T R O L

Elemen desain kontrol yang kuat harus mencakup:

Siapa yang melakukan kontrol?

Kapan kontrol harus dilakukan?

Bagaimana cara mengontrolnya?

Apa resikonya?

36
Contoh pembuatan desain kontrol

Risiko Kontrol
Keterlambatan Supervisor melakukan rekonsiliasi setiap
Pembukaan hari antara instruksi pembukaan
Rekening rekening dengan pembukaan rekening
yang tercantum dalam serah terima
untuk mencegah keterlambatan
pembukaan rekening.

37
Latihan
Pembuatan Risk Register

38 38
Latihan : Berikut adalah proses penilaian jaminan yang ada di Bisnis Kredit Konsumsi.

Lakukan Identifikasi & Penilaian atas Risiko serta kontrol yang dapat dilakukan

39
4. Penilaian Risiko Residual & Rencana tindak lanjut perbaikan
• Risiko residual adalah risiko yang masih ada setelah dilakukan kontrol
• Efektifitas kontrol dapat dilihat dari Likelihood pada risiko residual dimana harus lebih rendah
dari Likelihood pada risiko inheren
• ORM dan unit kerja terkait memantau status penyelesaian Action Plan
• Untuk perpanjangan waktu penyelesaian harus dengan persetujuan Direktur terkait.

40
5. Tinjauan Risiko & Evaluasi
Perlu dilakukan review secara berkala (Minimal 1x dalam setahun) terhadap Risk Register

41
Perangkat Kerja ORM dan berdasarkan fungsinya..

Past Present Future

RLED KRI RCSA


Database of
Incidents from key risk indicators Self-assessment
failed people, monitored as the for Identify,
internal process, Early Warning assess & control
system and Signal the Risks
external factors.

42
Hubungan antar perangkat kerja

43
I. Risk & Control Self Assessment (RCSA)

44
I. Tahapan Pelaksanaan RCSA

Focus Hanya pada Risiko Kunci


45
Indikator Panduan
Ruang Lingkup 1) Proses yang memiliki risiko inheren “Medium ke atas” pada Operational Risk
Register masuk ke dalam RCSA
2) Melakukan pengujian terhadap seluruh kontrol pada RCSA

Metode Pengujian 1) Menggunakan metode sampling maksimum 10% atau maksimum 30 dari total
Kontrol sampel data yang telah ditentukan
2) Penambahan lebih sampel data dapat dilakukan jika perlu
3) Sampel data yang dipilih harus berada dalam periode penilaian (sampel data
harus tersebar di seluruh bulan pada periode penilaian)
4) Sampel data yang sama dapat digunakan untuk menguji kontrol yang berbeda
5) Dari hasil pengujian sampel ditemukan <=10% kesalahan dapat menggunakan 5
sampel tambahan untuk pengujian kembali. Apabila dari 5 sampel ditemukan
kesalahan maka kontrol tidak efektif, sebaliknya apabila tidak ditemukan
kesalahan maka kontrol dapat dinilai efektif.
6) Dari hasil pengujian sampel ditemukan >10% kesalahan maka kontrol dinilai
tidak efektif

46
P E N G U J I A N KO N T R O L S E C A R A I N D E P E N D E N D A PAT
D I TA M B A H K A N S E B A G A I VA L I D A S I . .

47
PENILAIAN RISIKO RESIDUAL

• Risiko residual adalah risiko yang masih ada setelah dilakukan


kontrol

• Efektifitas kontrol dapat dilihat pada risiko residual dimana


harus lebih rendah dari risiko inheren

48
RENCANA PERBAIKAN
• Unit kerja bertanggung jawab untuk membuat rencana perbaikan.
• Untuk perpanjangan waktu penyelesaian harus mendapatkan persetujuan dari pejabat
yang berwenang.
• Melaporkan tindak lanjut perbaikan yang melewati jatuh tempo ke Komite Manajemen
Risiko.
• Membuat prioritas terhadap rencana perbaikan sesuai tingkat risiko yang ada.

49
TINJAUAN RISIKO DAN EVALUASI

• Perlu dilakukan review secara berkala terhadap risiko dan


kontrol
• Melakukan review & update Operational Risk Register & RCSA
Minimal 1x dalam setahun.
• Review dilakukan oleh Unit Kerja terkait dengan meminta
saran/review dari unit kerja Operational Risk Management dan
Internal Audit.

50
Latihan
Pembuatan RCSA

51 51
II. Key Risk Indicator

52
II. Pedoman Pembuatan KRI (Key Risk Indicators)

53
Latihan
Pembuatan KRI

54 54
III. Risk/Loss Event Database

55
Ketentuan pelaporan Risk/Loss Event Database

56
Jenis-jenis laporan Risiko Operasional

57
Jenis-jenis laporan Risiko Operasional

Sample Report - KORI

58
L a t i h a n S o a l Pe m a h a m a n R i s i k o O p e r a s i o n a l

59
L a t i h a n S o a l Pe m a h a m a n R i s i k o O p e r a s i o n a l

60
L a t i h a n S o a l Pe m a h a m a n R i s i k o O p e r a s i o n a l

61
Faktor Penilaian Profil Risiko

62
F a k t o r Pe n i l a i a n P r o f i l R i s i k o

RISIKO INHEREN KUALITAS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

• Risiko Inheren adalah risiko yang melekat pada • Bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi efektifitas
kegiatan bisnis yang berpotensi mempengaruhi penerapan manajemen risiko sesuai prinsip-prinsip
keuangan LJKNB. yang diatur dalam POJK dan SEOJK
• Ditentukan berdasarkan penilaian 8 jenis risiko. • Prinsip penilaian terhadap 4 aspek yaitu:
• Parameter terdiri dari kuantitatif dan kualitatif. 1. Tata Kelola
• Penetapan tingkat risiko inheren untuk setiap jenis 2. Kerangka Manajemen Risiko
risiko dikategorikan ke dalam lima peringkat: 3. Proses Manajemen Risiko, Sistem informasi
1. rendah manajemen & SDM
2. sedang rendah 4. Sistem pengendalian risiko.
3. sedang • Bervariasi sesuai ukuran, kompleksitas, dan tingkat
4. sedang tinggi risiko yang ditoleransi LJKNB
5. tinggi • Penetapan tingkat kualitas penerapan manajemen
• Semakin rendah penilaian semakin baik kondisi risiko untuk masing-masing risiko dikategorikan ke
LJKNB. dalam 5 peringkat:
1. Kuat
2. Agak Kuat
3. Cukup
4. Agak Lemah
5. Lemah
• Semakin rendah penilaian semakin baik kondisi
LJKNB.
F a k t o r Pe n i l a i a n P r o f i l R i s i k o

Mekanisme Penilaian Profil Risiko Inheren

1. Perlu diperhatikan signifikansi atau materialitas (Bobot) dari masing-masing jenis risiko
sehingga profil risiko benar benar mencerminkan kondisi Bank.
2. Dapat memberikan gambaran umum mengenai profil risiko Bank.

Cara Menilai Risiko Inheren


1. Kuantitatif dan Kualitatif
2. Berhubungan dengan KRI, Risk Appetite, dan Rencana Bisnis

64
F a k t o r Pe n i l a i a n P r o f i l R i s i k o

Penilaian Risiko Secara Kuantitatif

• Lihat ketersediaan data


• Lihat kesiapan data untuk diolah (prosesnya lama atau tidak untuk kalkulasi)
• Pros: memberikan hasil yg lebih objektif dan lebih bisa di-tracking
• Cons: butuh proses yg lebih lama untuk mendapatkan data yang akurat
Penilaian Risiko secara Kualitatif

• Expert judgement
• Cocok untuk parameter risiko yg tidak memiliki basis data yg kuat
• Pros: Lebih mudah disusun, proses yg lebih cepat
• Cons: Ada kecenderungan subjektif, tidak bisa ditracking, dan lebih mudah di-challenge oleh
pihak lain

65
Pe n i l a i a n P r o f i l R i s i k o I n h e r e n
Operasional

Aspek Penilaian
1. Karakteristik dan kompleksitas bisnis
2. Sumber Daya Manusia
3. Teknologi Informasi & Infrastruktur Pendukung
4. Fraud
5. Kejadian Eksternal
6. Tingkat Interaksi dan ketergantungan perusahaan

66
Simulasi Penyusunan Kertas Kerja
Profil Risiko (Penentuan Parameter
dan Bobot Risiko)

67
Prosedur penetapan Risk Appetite

68
D e f i n i s i d a n Tu j u a n

• Risk Appetite adalah jumlah atau tingkatan risiko yang


bersedia untuk diterima oleh perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan bisnis.

• Tujuan dari penetapan risk appetite adalah bukan untuk


membatasi pengambilan risiko tetapi untuk
memastikan bahwa profil risiko telah sesuai dengan
arah dan tujuan dari target pencapaian bisnis.

69
S t r u k t u r Ta t a Ke l o l a R i s k A p p e t i t e

Peran dan Tanggung Jawab

1 1. Dewan Komisaris
• Memberikan persetujuan atas Kerangka Kerja Risk Appetite (RA)
• Memberikan persetujuan atas keseluruhan RA perusahaan,
termasuk perubahannya

2. Direksi
• Memastikan agar risk appetite diintegrasikan pada proses
perencanaan stratejik dan penetapan budget tahunan
• Mengkaji ulang dan merekomendasikan RA perusahaan

2 3. Risk Management Committee (RMC)


• Mengkaji ulang dan merekomendasikan Kerangka Kerja Risk
Appetite
3 • Mengkaji ulang dan merekomendasikan RA, termasuk
perubahannya
• Memastikan tersedianya proses pemantauan risk appetite dan
pelaporan
• Mengkaji ulang dan memberikan persetujuan atas keseluruhan RA
Fungsi Kerja Bisnis, termasuk perubahannya

70
S t r u k t u r Ta t a Ke l o l a R i s k A p p e t i t e

4. Fungsi Kerja Bisnis/Pendukung

1. Divisi Risk Management


• Menyusun, mengimplementasikan, memelihara, dan
mengkomunikasikan Kerangka Kerja Risk Appetite
• Melakukan koordinasi dan bekerja sama dengan pihak terkait
dalam merumuskan RA yang diajukan

2. Strategic Planning
• Menyusun tujuan stratejik perusahaan bersama dengan berbagai
fungsi kerja serta memastikan agar tujuan bisnis dan target
keuangan perusahaan konsisten dengan risk appetite Perusahaan
• Memastikan agar rencana permodalan dan risk appetite
perusahaan yang telah disetujui dapat diintegrasikan dalam
proses perencanaan stratejik dan penetapan budget tahunan

3. Finance (FNC)
4 • Menyusun rencana permodalan perusahaan
• Menilai kecukupan modal yang tersedia secara berkala guna
memenuhi modal yang dibutuhkan

71
S t r u k t u r Ta t a Ke l o l a R i s k A p p e t i t e

4. Fungsi Kerja Bisnis (BU)


• Memastikan agar tujuan dan target keuangan pada fungsi kerja
bisnis konsisten dengan risk appetite
• Bekerja sama dengan Risk Management dalam memformulasikan
dan mengkaji ulang RA BU (Business Unit).
• Mematuhi RA BU yang telah disetujui dan melakukan eskalasi atas
setiap perubahan, kejadian, dan pelanggaran atas limit dan/atau
trigger RA BU kepada Direksi terkait dan RMC terkait secara tepat
waktu

5. Internal Audit (AUD)


• Melakukan penilaian secara independen atas bentuk dan
efektifitas Kerangka Kerja Risk Appetite dan kesesuaiannya dengan
regulasi yang berlaku

72
Pe n e t a p a n R i s k A p p e t i t e

Menghubungkan tujuan dan target pencapaian bisnis dengan risiko yang akan dipersiapkan guna
mencapai tujuan tersebut.

Contoh dari tujuan dan target pencapaian bisnis yang dituangkan dalam pernyataan pada dokumen
rencana bisnis atas visi dan misi perusahaan:

• Perusahaan akan fokus dalam menyediakan pembiayaan bagi segmen konsumen, SME, dan
perusahaan besar di Indonesia.
• Perusahaan tidak mementingkan pencapaian secara jangka pendek yang dapat mengorbankan
pencapaian secara jangka panjang
• Perusahaan akan senantiasa mempertahankan kekuatan neraca, mengelola risiko konsentrasi
kredit, mengoptimalkan penggunaan modal, membatasi volatilitas pendapatan, mengelola risiko
operasional dengan baik dan memelihara talenta utama

73
Pe n e t a p a n R i s k A p p e t i t e

Berdasarkan tujuan dari strategi dan target pencapaian bisnis yang dituangkan dalam pernyataan dapat
dibagi ke dalam 6 dimensi:

I. Mempertahankan Kekuatan Neraca – fokus dalam meningkatkan proporsi pinjaman nasabah,


mempertahankan peringkat, dan mengadopsi struktur permodalan dengan biaya yang efektif
II. Mengelola Risiko Konsentrasi – mencakup konsentrasi pada debitur dan industri
III. Mengoptimalkan Penggunaan Modal – mencapai target ROE dan mempertahankan leverage
dalam batas yang dapat diterima
IV. Membatasi Volatilitas Pendapatan – mengelola kerugian dari aktivitas kredit
V. Menciptakan Reputasi dan Lingkungan Operasional yang Sehat – pengelolaan atas risiko
operasional
VI. Memelihara Talenta Utama –menjaga talenta utama

Setiap Dimensi Risk Appetite tersebut ditentukan cakupan risiko-risiko utama Perusahaan dan dapat
diukur secara kuantitatif.

74
Pe n e t a p a n R i s k A p p e t i t e

75
Pe n e t a p a n R i s k L i m i t

76
Pe m a n t a u a n R i s k A p p e t i t e d a n R i s k L i m i t

Within Risk Limit


Breach Risk Appetite

77
P r i n s i p p r i n s i p Pe n g e l o l a a n R i s k A p p e t i t e

• Risk Appetite juga dapat diturunkan ke fungsi kerja bisnis sebagai Risk Appetite Fungsi Kerja Bisnis

• Terdapat Risk Appetite yang tidak dapat diturunkan seperti Peringkat perusahaan, Rasio Kecukupan
Modal, Rasio Leverage

• Risk Appetite dikaji ulang minimal sekali dalam setahun untuk memastikan kesesuaian dengan segala
perubahan lingkungan bisnis dan operasional.

• Selain itu, Risk Appetite juga harus dikaji ulang (dan direvisi apabila dibutuhkan) apabila terdapat
perubahan sebagai berikut:
1. Perubahan persyaratan peraturan (misal: persyaratan modal atau likuiditas baru)
2. Perubahan dalam asumsi model-model risiko
3. Peristiwa dan/atau kerugian yang bersifat material

• Untuk memastikan bahwa pengambilan risiko sejalan dengan Risk Appetite dan kinerja bisnis tetap
berada dalam batas yang diinginkan, kinerja bisnis dan pengambilan / penerimaan risiko harus
dipantau dan dibandingkan dengan risk appetite yang telah ditetapkan.

78
Metode Stress Testing Risiko
Operasional

79
D e f i n i s i , Tu j u a n & M a n f a a t

Stress Testing adalah suatu teknik penilaian untuk mengintegrasikan strategi bisnis, manajemen
risiko dan perencanaan modal.

Tujuan dari stress testing adalah untuk mengidentifikasi potensi risiko yang mungkin mempengaruhi
modal, pendapatan atau likuiditas agar dapat melakukan persiapan yang lebih baik atau rencana
kontinjensi.

Manfaat

1. Mengidentifikasi dan memahami profil risiko dengan lebih baik.


2. Medorong terjadinya komunikasi dan diskusi dengan semua pihak terkait membahas tentang
risiko yang mengarah pada perbaikan proses dan peningkatan peluang bisnis.

80
Metode Stress Testing
Catatan
• Tes sensitivitas (Sensitivity
tests) sangat jarang
digunakan dalam stress
testing untuk Risiko
Operasional. Metode ini lebih
berguna dalam menilai risiko
pasar atau kredit dengan
variabel kuantitatif yang
dinamis dan fluktuatif.
• Stress testing untuk risiko
operasional lebih cocok
dengan menggunakan model
teoritis dengan membuat
skenario atas risiko yang
parah namun masuk akal.
• Pendekatan skenario
sebaiknya menggunakan
“Historical Scenario” karena
telah mempunyai kronologi
kejadian dan data yang dapat
dipergunakan sebagai dasar
analisa

81
Scenario Analysis

Analisis skenario (Scenario Analysis) adalah suatu proses untuk mengidentifikasi kemungkinan
kejadian risiko di masa depan berdasarkan data historis, top & emerging risk yang sedang ada atau
indikator Risiko dengan trend memburuk

Analisis skenario dapat dikaitkan dengan kejadian risiko yang dapat meningkatkan kerugian kredit,
penurunan nilai agunan, tekanan pada likuiditas, dll.

82
Kerangka Kerja Stress Testing Scenario analysis

Mgmt Mgmt
Scenario Scenario Stress
Base Action Action Analysis Reporting Comms Review
Creation Approval Numbers
Review Numbers

1. Identifikasi 2. Menghubungkan Skenario 3. Analisa 4. Mengidentifikasi


Skenario dengan dengan indikator keuangan Dampak terhadap Strategi/langkah atau
melalui untuk dapat mengukur dampak modal, rencana Perbaikan
risiko menggunakan: pendapatan, untuk menghadapi
• Kejadian profil risiko potensi risiko
dengan • Neraca, P&L, Modal tersebut.
Kerugian • Credit Exposure
Signifikan
(Internal/Ekster
nal)
• Indikator Risiko
dengan trend
memburuk
(Risk Appetite,
KRI)
• Top & emerging
Risk di Industri

83
Prinsip Dasar
Tidak ada pendekatan “Baku” untuk pemodelan stress testing risiko operasional. Bank dapat memilih
model yang diinginkan dan harus dipilih dengan cermat

Contoh Model yang dapat dipergunakan untuk Operational Risk Stress Testing Scenario Analysis

1. Mengidentifikasi Skenario menggunakan model kurva distribusi.


2. Menghubungkan kerugian risiko operasional dengan Operational Risk Appetite
3. Memproyeksikan potensi kerugian menggunakan model internal yang sesuai.

84
Operational Risk Stress Testing

1. Mengidentifikasi Skenario menggunakan model kurva distribusi

85
Kewajiban Perhitungan ATMR
Risiko Operasional dengan
Pendekatan Standar
SEOJK 6/SEOJK.03/2020

86
Latar Belakang

Ø Mendorong terciptanya sistem perbankan yang sehat dan mampu


bersaing, dibutuhkan suatu struktur permodalan Bank untuk menyerap
risiko yang dihadapi sesuai dengan standar yang berlaku.
Ø Memenuhi standar Basel III: Finalising post-crisis reforms (Basel III
reforms) tahun 2017 yang merupakan revisi standar pemenuhan modal
minimum untuk risiko operasional dalam Basel II Framework.

Ø Pendekatan standar bersifat sederhana, dapat diperbandingkan, dan


sensitif terhadap risiko.

Waktu penerapan berdasarkan standar Menggantikan SEOJK Nomor


Basel sejak 1 Januari 2023 24/SEOJK.03/2016
Berdasarkan Press Release BCBS tanggal 27 Perhitungan Aset Tertimbang Menurut
Maret 2020 mengenai penundaan implementasi Risiko untuk Risiko Operasional dengan
Basel III Reforms Menggunakan Pendekatan Indikator
Dasar

1
87
Po k o k Po k o k Pe n g a t u r a n

1. Bank wajib melakukan perhitungan ATMR Risiko Operasional menggunakan Pendekatan Standar.

• Perhitungan Modal Minimum Risiko Operasional (MMRO) dengan menghitung Komponen


Indikator Bisnis (KIB) dan Faktor Pengali Kerugian Internal (FPKI)
• Persyaratan Kualitatif untuk Pengumpulan Data Kerugian antara lain: persyaratan data
historis, pencatatan, verifikasi
• Perlakuan Tertentu dalam perhitungan ATMR Risiko Operasional
• Divestasi bisnis, aksi korporasi

2. Pelaporan dan Publikasi

• Laporan Penerapan Manajemen Risiko Operasional


• Laporan Perhitungan untuk Risiko Operasional

88
Ke t e n t u a n U m u m

Berdasarkan POJK 6 /SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Operasional dengan menggunakan pendekatan standar bagi Bank Umum

1. Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses intern,

kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian ekstern yang

memengaruhi operasional Bank. Risiko hukum termasuk risiko operasional yang timbul antara lain

karena eksposur terhadap denda, penalti, dan/atau hukuman yang diakibatkan oleh tindakan

pengawasan (supervisory action) maupun penyelesaian secara perdata, namun tidak termasuk

risiko stratejik dan risiko reputasi.

2. Risiko Operasional merupakan salah satu risiko yang perlu diperhitungkan dalam perhitungan

kecukupan modal selain Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan risiko yang bersifat material. Oleh karena itu,

sebagaimana telah diatur dalam POJK KPMM, Bank memperhitungkan ATMR untuk Risiko

Operasional dalam perhitungan KPMM.

89
Pe r u b a h a n Pe r h i t u n g a n

Cakupan: seluruh BUK secara individu dan konsolidasi

Basel II Framework Basel III Reforms

Risiko Operasional – Pendekatan Indikator Dasar Risiko Operasional – Pendekatan Standar


Modal Minimum untuk risiko operasional (MMRO) dihitung Modal Minimum untuk Risiko Operasional (MMRO) dihitung
berdasarkan laba bruto yang positif (gross income) dan berdasarkan Komponen Indikator Bisnis (KIB) dan Faktor
koefisien a : Pengali Kerugian Internal (FPKI) :

MMRO = KIB X FPKI


MMRO = Gross Income X a
Multiplier
15% Indikator Bisnis (IB) X a

ATMR Risiko Operasional = 12,5 x MMRO

*) Definisi Risiko Operasional dalam Basel 3 Reforms sama dengan Basel 2

90
Pe r h i t u n g a n AT M R
R i s i k o O p e r a s i o n a l – Pe n d e k a t a n S t a n d a r
Berdasarkan POJK 6 /SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Operasional dengan menggunakan pendekatan standar bagi Bank Umum

1. Indikator Bisnis (IB) yaitu proksi untuk Risiko Operasional berdasarkan laporan keuangan.

2. Komponen Indikator Bisnis (KIB) yaitu komponen yang dihasilkan melalui perkalian antara IB dengan

koefisien marjinal (α).

3. Faktor Pengali Kerugian Intern (FPKI) yaitu faktor pengali yang dihitung berdasarkan nilai rata-rata

kerugian historis yang dialami oleh Bank dan nilai KIB.

4. Modal Minimum Risiko Operasional (MMRO) dengan menggunakan pendekatan standar yaitu

modal minimum yang dihitung berdasarkan hasil perkalian antara KIB dan FPKI dengan rumus

sebagai berikut: MMRO = KIB x FPKI = (IB x α) x FPKI

91
Pe r h i t u n g a n AT M R
R i s i k o O p e r a s i o n a l – Pe n d e k a t a n S t a n d a r
Berdasarkan POJK 6 /SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Operasional dengan menggunakan pendekatan standar bagi Bank Umum

5. Dalam memperhitungkan KIB, Bank dibagi dalam 3 (tiga) kategori (bucket) yang dibedakan

berdasarkan rentang IB.

6. Dalam hal Bank bermaksud mengajukan permohonan persetujuan kepada Otoritas Jasa Keuangan

untuk dapat:

a. memperhitungkan data kerugian intern dalam perhitungan FPKI, bagi Bank yang tergolong

dalam kategori (bucket) IB 1;

b. mengecualikan kejadian kerugian intern Risiko Operasional yang tidak relevan dengan profil

risiko Bank dari data kerugian intern; dan/atau

c. mengecualikan aktivitas yang didivestasi dari perhitungan IB,

Bank dapat mengajukan permohonan persetujuan secara tertulis kepada Otoritas Jasa Keuangan

melalui:

92
Pe r h i t u n g a n AT M R
R i s i k o O p e r a s i o n a l – Pe n d e k a t a n S t a n d a r
Berdasarkan POJK 6 /SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Operasional dengan menggunakan pendekatan standar bagi Bank Umum

7. Untuk menghitung ATMR untuk Risiko Operasional dalam perhitungan KPMM, Bank menggunakan

rumus sebagai berikut:

ATMR Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Standar = 12.5 x MMRO

8. Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan pendekatan standar digunakan

dalam perhitungan rasio KPMM Bank sepanjang tahun tersebut.

Contoh: ATMR untuk Risiko Operasional tahun 2023 akan digunakan dalam perhitungan rasio

KPMM posisi bulan Januari 2023 sampai dengan bulan Desember 2023.

93
Pe r h i t u n g a n AT M R
R i s i k o O p e r a s i o n a l – Pe n d e k a t a n S t a n d a r
Berdasarkan POJK 6 /SEOJK.03/2020 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko
Operasional dengan menggunakan pendekatan standar bagi Bank Umum

9. ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan pendekatan standar pertama kali

diperhitungkan dalam rasio KPMM untuk posisi Januari 2023. Dalam perhitungan rasio KPMM

sampai dengan posisi Desember 2022, Bank tetap menggunakan ATMR untuk Risiko Operasional

dengan menggunakan pendekatan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 24/SEOJK.03/2016 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko

Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar.

10. Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan pendekatan standar dalam

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini diterapkan Bank secara individu dan secara konsolidasi.

11. Tata cara perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan pendekatan standar

berpedoman pada Lampiran Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

94
Pe r h i t u n g a n Ko m p o n e n I n d i k a t o r B i s n i s ( K I B )

MMRO = KIB X FPKI KIB

Indikator Bisnis (IB) X a

IB adalah indikator berbasis laporan keuangan


a𝑖 adalah koefisien marjinal, dimana meningkat sesuai dengan bucket IB
untuk risiko operasional
Bucket Rentang IB ai
Formula (Rp triliun) *)
1 ≤ 15 12%
Komponen 2 15 < BI ≤ 450 15%
Komponen
Bunga, Sewa,
dan Dividen + Komponen
Jasa (KJ)
+ Keuangan 3 > 450 18%
(KK)
(KBSD)
*) Merupakan rentang berdasarkan dokumen Basel IIIReforms
Konversi ke Rupiah menggunakan kurs tengahBI.

Dihitung berdasarkan rata-rata nilai 3 tahun


(T), (T-1), (T-2)

95
Pe r h i t u n g a n Ko m p o n e n I n d i k a t o r B i s n i s ( K I B )

MMRO = KIB X FPKI


MMRO = KIB X FPKI

Indikator Bisnis (IB) X a


Untuk perhitungan
pendapatan bunga -/- beban bunga,
perhitungan dilakukan secara
tahunan terlebih dahulu, selanjutnya
dihitung rata-rata 3 tahun

Komponen Bunga, Sewa, Min ( |pendapatan bunga – beban bunga| ; 2,25% * aset produktif)
dan Dividen (KBSD) +
pendapatan deviden

+
Max (pendapatan operasional lainnya ; beban operasional lainnya)
Komponen Jasa (KJ) +
Max (pendapatan jasa dan komisi; biaya jasa dan komisi)

+
|laba rugi bersih posisi trading book|

Komponen Keuangan (KK) +


|laba rugi bersih posisi banking book|
6
96
Pe r h i t u n g a n I n d i k a t o r B i s n i s ( I B ) – C o n t o h
Pe r h i t u n g a n

Indikator Bisnis (IB)

Komponen Min ( |pendapatan bunga – beban bunga| ; 2,25% * aset produktif )


Bunga, Sewa,
dan Dividen = +
(KBSD) pendapatan dividen

= Min ( 75.000.000.000.000 ; 2,25% * 1.000.000.000.000.000 ) + 20.000.000.000

= 22.520.000.000.000

97
Pe r h i t u n g a n I n d i k a t o r B i s n i s ( I B ) – C o n t o h
Pe r h i t u n g a n

Indikator Bisnis (IB)

Max (pendapatan operasional lainnya ; beban operasional lainnya)


Komponen +
Jasa (KJ)
=
Max (pendapatan non bunga ; biaya non bunga)

Max (10.000.000.000.000; 5.000.000.000.000)


= +
Max (1.000.000.000.000; 15.000.000.000.000)

= 25.000.000.000.000

8
98
Pe r h i t u n g a n I n d i k a t o r B i s n i s ( I B ) – C o n t o h
Pe r h i t u n g a n

Indikator Bisnis (IB)

=
Komponen
Keuangan (KK) = |laba rugi bersih posisi trading book| + |laba rugi bersih posisi banking book|

= 2.500.000.000.000 + 7.500.000.000.000

= 10.000.000.000.000

9
99
Pe r h i t u n g a n I n d i k a t o r B i s n i s ( I B ) – C o n t o h
Pe r h i t u n g a n

Komponen
Bunga, Sewa, Komponen Komponen
Indikator Bisnis (IB) = dan Dividen + Jasa (KJ)
+ Keuangan (KK)
(KBSD)

= 22.520.000.000.000 + 25.000.000.000.000 + 10.000.000.000.000

= 57.520.000.000.000

10
100
Pe r h i t u n g a n I n d i k a t o r B i s n i s ( I B ) – C o n t o h
Pe r h i t u n g a n

MMRO = KIB X FPKI

Indikator Bisnis (IB) X a

Contoh:
Koefisien - a 1. IB = Rp10 triliun
Bucket Rentang IB
KIB = Rp10 triliun * 12% = Rp1,2 triliun
ai
(Rp triliun)
*)
2. IB = Rp23 triliun
1 ≤ 15 12% KIB = (15*12%) + ((23-15)*15%) = Rp3 triliun
2 15 < BI ≤ 450 15%
3. IB = Rp510 triliun
3 > 450 18% KIB = (15*12%) + ((450-15)* 15%) +
((510-450) * 18%)
= Rp77,85 triliun

11
101
Pe r h i t u n g a n F a k t o r Pe n g a l i Ke r u g i a n I n t e r n a l
(FPKI)

MMRO = KIB X FPKI


FPKI

FPKI adalah pengalaman kerugian operasional Bank pada tahun-tahun sebelumnya yang mempengaruhi perhitungan modal
untuk risiko operasional => berfungsi sebagai multiplier dalam perhitungan MMRO

Formula

𝐾𝐾 0,
FPKI = 𝐿𝑛 (exp(1) – 1 + 𝐾 8 )
Komponen Kerugian Risiko Operasional (KKRO) =
Ø 15 X Rata-rata data kerugian risiko operasional tahunan yang berkualitas tinggi selama 10 tahun terakhir (atau 5 tahun
dalam masa transisi)
Ø KKRO dihitung berdasarkan nilai netto (nilai bruto dikurangi recovery).

Jika KKRO > KIB, Jika KKRO = KIB, Jika KKRO < KIB,
maka FPKI > 1 maka FPKI = 1 maka FPKI < 1

Ø Bank dengan IB dalam bucket 1, FPKI ditetapkan sebesar 1.


Ø Bank dengan IB dalam bucket 2 dan 3 wajib menghitung FPKI, sepanjang data KKRO memenuhi persyaratan kualitatif.

102
Pe n e t a p a n N i l a i F P K I

MMRO = KIB X FPKI

Bank dengan IB dalam Bucket 1 Bank dengan IB mencapai Bucket 2 dan 3


Data KKRO dianggap tidak mempengaruhi perhitungan Bank harus memasukkan data KKRO sepanjang
sehingga nilai FPKI ditetapkan 1. memenuhi kualitas tinggi.

Bank tetap menyampaikan laporan data kerugian. Penetapan FPKI berdasarkan data KKRO
Bank dapat memasukkan data kerugian internal Risiko
Operasional dalam perhitungan KKRO sepanjang memenuhi Batasan minimum untuk suatu loss event adalah Rp 1,5
persyaratan kualitatif dan mendapat persetujuan dari OJK Milyar – nilai bruto

Batasan minimum untuk suatu loss event adalah Rp 300


juta – nilai bruto

Bank yang tidak dapat memenuhi persyaratan kualitatif


ü MMRO paling sedikit sebesar 100% dari nilai KIB (FPKI = 1).
ü OJK dapat meminta Bank untuk menetapkan FPKI lebih dari 1.

103
Pe n e t a p a n N i l a i F P K I – Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f
KKRO
𝐾𝐾 0,8
FPKI= 𝐿𝑛 ( 𝑒1 – 1 + 𝑂 )
𝐾𝐼𝐵

KKRO= 15 X Rata-rata data kerugian risiko operasional tahunan


yang berkualitas tinggi selama 10 tahun terakhir

KRITERIA UMUM KRITERIAKHUSUS


1. Periode data 10 tahun, tahap awal dapat 5 tahun 1. Bank memiliki tata cara yang jelas untuk
2. Menggunakan data kerugian yang paling relevan, yaitu yg menghitung jumlah kerugian bruto, nilai recovery,
terkait langsung dengan aktivitas bank saat ini nilai neto, dan pengelompokkan data kerugian
3. Terdapat dokumentasi prosedur dan proses terkait data kerugian 2. Bank harus menggunakan tanggal akuntansi
intern, serta validasi sebelum digunakan dalam MMRO. sebagai dasar penetapan data kerugian.
4. Terdapat kaji ulang independen oleh fungsi audit internal Untuk kejadian hukum, tanggal akuntansi adalah
dan/atau eksternal tanggal saat dilakukan pencadangan kejadian
5. Data komprehensif mencakup seluruh aktivitas dan eksposur hukum yang dihitung dalam laba rugi.
6. Terdapat informasi tanggal kejadian, tanggal penemuan, tanggal
akuntansi, nilai recovery dan penjelasan deskriptif tentang
penyebab kejadian 14

104
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

Persyaratan kualitatif untuk pengumpulan data kerugian Risiko Operasional terdiri dari kriteria umum dan kriteria khusus
dalam proses pengidentifikasian, pengumpulan, dan perlakuan data kerugian.

A. Kriteria Umum
• Bank harus melakukan:
a. dokumentasi prosedur dan proses untuk melakukan identifikasi, pengumpulan, dan perlakuan atas data
kerugian intern Risiko Operasional;
b. validasi atas prosedur dan proses dimaksud sebelum digunakan dalam perhitungan MMRO; dan
c. kaji ulang atas prosedur dan proses dimaksud secara independen oleh fungsi audit intern dan/atau ekstern.

• Dalam rangka penerapan manajemen risiko, dan pelaksanaan validasi dan/atau kaji ulang pengawasan, Bank
memetakan data kerugian intern ke dalam kategori:
1. kecurangan intern;
2. kejahatan ekstern;
3. praktik ketenagakerjaan dan keselamatan tempat kerja;
4. klien, produk, dan praktik bisnis;
5. kerusakan aset fisik;
6. gangguan aktivitas bisnis dan kegagalan sistem; atau
7. manajemen pelaksanaan, pengiriman, dan pemrosesan.

105
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

• Tidak termasuk sebagai 1 (satu) kejadian kerugian operasional (loss event) antara lain:
a. kecurangan intern yang dilakukan oleh pegawai “A” sebanyak beberapa kali, dengan masing-masing
kecurangan intern merugikan bank sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); dan/atau
b. kesalahan perhitungan kasir bank pada beberapa kantor cabang bank yang secara total merugikan bank
sebesar Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).

Beberapa kejadian dimaksud tidak dikategorikan sebagai 1 (satu) kejadian kerugian operasional (loss event) yang
sama, karena dilakukan tidak dalam 1 (satu) waktu atau oleh 1 (satu) pihak yang sama secara bersamaan.

• Bank harus memiliki proses kaji ulang secara independen terhadap kelengkapan dan keakuratan dari data kerugian.

106
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

B. Kriteria Khusus

• Bank harus menyusun prosedur dan kebijakan yang memuat antara lain definisi kerugian bruto, tanggal terkait
kejadian Risiko Operasional (reference date), dan kerugian yang telah dikelompokkan.

• Bank harus dapat melakukan identifikasi atas:


a. jumlah kerugian bruto;
b. pemulihan yang bukan berasal dari asuransi; dan
c. pemulihan yang berasal dari asuransi,
• untuk seluruh kejadian kerugian operasional (loss event).

• Kerugian akibat kejadian Risiko Operasional umum atau kejadian Risiko Operasional yang saling berkaitan yang
terjadi dalam beberapa tahun, namun dicatat selama beberapa tahun, harus dialokasikan pada tahun terjadinya
kerugian. Pencatatan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

107
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

• Perhitungan Kerugian Bruto


Kerugian bruto yaitu kerugian sebelum memperhitungkan segala bentuk pemulihan.
Dalam rangka menghitung kumpulan data kerugian, komponen yang harus dimasukkan dalam perhitungan kerugian
bruto yaitu:
1. beban langsung, termasuk penurunan nilai dan penyelesaian, yang tercatat dalam laporan laba rugi, dan hapus
buku yang disebabkan oleh kejadian Risiko Operasional;
2. biaya yang timbul akibat suatu kejadian, termasuk:
a. beban ekstern, yang memiliki keterkaitan langsung dengan kejadian Risiko Operasional (contoh: beban jasa
hukum yang terkait langsung dengan kejadian dan biaya yang dibayar kepada konsultan, penasehat hukum
atau pemasok); dan
b. biaya perbaikan atau penggantian, yang terjadi dalam rangka mengembalikan posisi awal sebelum terjadinya
kejadian Risiko Operasional;
3. penyisihan atau pencadangan yang dihitung dalam laba rugi terhadap potensi dampak kerugian operasional;
4. kerugian tertunda yaitu kerugian yang berasal dari kejadian Risiko Operasional dengan dampak finansial yang pasti,
namun kerugian tersebut dibukukan sementara dalam rekening transisi dan/atau rekening tunda dan belum diakui
dalam laba rugi.
Contoh:
Dampak dari beberapa kejadian seperti kejadian hukum atau kerusakan pada aset fisik, mungkin dapat diketahui
dan dapat diidentifikasi dengan jelas sebelum kejadian tersebut diakui melalui pembentukan cadangan.
Kerugian tertunda yang berjumlah signifikan harus dimasukkan dalam kumpulan data kerugian pada periode waktu
yang sesuai dengan ukuran dan lamanya waktu atas komponen yang tertunda

108
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

5. Kerugian sementara (timing losses), yaitu dampak ekonomi negatif yang tercatat dalam periode akuntansi
keuangan, sebagai akibat dari kejadian Risiko Operasional yang memengaruhi arus kas atau laporan keuangan
dari periode akuntansi keuangan sebelumnya.
Contoh:
Dampak dari waktu pada umumnya terkait dengan timbulnya kejadian Risiko Operasional akibat kesalahan
sementara atas pencatatan rekening keuangan sebuah perusahaan seperti pencatatan berlebihan atas
pendapatan, kesalahan akuntansi, dan kesalahan mark-to-market. Meskipun kejadian tersebut tidak mewakili
dampak keuangan perusahaan yang sesungguhnya (dampak neto sepanjang waktu yaitu nol), namun jika
kesalahan tersebut berlanjut hingga melebihi satu periode akuntansi keuangan maka kesalahan tersebut
menggambarkan penyajian keliru yang material atas laporan keuangan Bank.
Kerugian sementara yang berjumlah signifikan harus dimasukkan dalam kumpulan data apabila kerugian lampau
tersebut terkait dengan kejadian Risiko Operasional yang terjadi sepanjang lebih dari satu periode akuntansi dan
menyebabkan peningkatan pada risiko hukum.

109
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

6. Dalam rangka menghitung kumpulan data kerugian, komponen yang harus dikeluarkan dari perhitungan kerugian
bruto yaitu:
1. biaya kontrak pemeliharaan umum atas properti, pabrik, atau peralatan;
2. pengeluaran intern atau ekstern untuk meningkatkan kondisi bisnis setelah terjadinya kerugian Risiko
Operasional (contoh: peningkatan, penyempurnaan, inisiatif penilaian risiko dan perbaikan); dan
3. premi asuransi.

7. Perhitungan Kerugian Bersih dan Pemulihan


a. Kerugian bersih yaitu kerugian setelah memperhitungkan dampak dari pemulihan.
b. Pemulihan yaitu kejadian yang independen, memiliki keterkaitan dengan kejadian kerugian, terjadi pada waktu
yang berbeda, dan dana atau arus kas masuk atas keuntungan ekonomi telah diterima dari pihak ketiga.
Contoh: Pembayaran dari penjamin asuransi, pembayaran kembali yang diterima dari pelaku penipuan (fraud),
atau pemulihan dari kesalahan transfer.
c. Dalam rangka menghitung kumpulan data kerugian, Bank harus menggunakan nilai kerugian neto setelah
memperhitungkan nilai pemulihan termasuk pemulihan yang berasal dari asuransi. Namun demikian, nilai
pemulihan dapat digunakan untuk mengurangi nilai kerugian dalam hal Bank telah menerima pembayaran.
Dalam hal pemulihan masih dalam bentuk tagihan, maka tidak dapat diakui sebagai nilai pemulihan.
d. Dalam hal diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bank menyampaikan verifikasi dari pembayaran yang
digunakan untuk mengurangi nilai kerugian kepada Otoritas Jasa Keuangan.

110
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

8. Dalam hal terdapat kejadian kerugian operasional (loss event) yang menyebabkan Bank membentuk pencadangan
dan dilanjutkan dengan penyelesaian atas aset produktif (charge off), Bank harus memperhitungkan pencadangan
serta penyelesaian atas aset produktif dimaksud sebagai kerugian operasional akibat terjadinya kejadian kerugian
operasional (loss event).
Contoh:
Bank mengalami kejadian hukum pada tahun 2023 yang menyebabkan Bank membentuk pencadangan atas
kejadian kerugian operasional (loss event) sebesar Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).
Selanjutnya pada tahun 2024, Bank melakukan penyelesaian atas kejadian hukum tersebut sehingga secara total
menyebabkan kerugian sebesar Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). Berdasarkan hal tersebut, bank
menghitung kerugian operasional pada tahun 2023 sebesar Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
dan pada tahun 2024 sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yaitu sejumlah perbedaan antara
pencadangan yang telah dibentuk awal dengan total penyelesaian atas aset produktif yang terjadi setelahnya.
Dengan demikian, tidak terdapat penghitungan ganda atas kerugian operasional yang sebenarnya terjadi.

111
Pe r s y a r a t a n Ku a l i t a t i f u n t u k Pe n g u m p u l a n D a t a
Ke r u g i a n

9. Dalam hal Bank melakukan pengembalian bayar kepada debitur yang ditagih secara berlebihan sebagai akibat dari
kegagalan operasional, tagihan awal secara berlebihan tersebut:
a. tidak diperhitungkan sebagai kerugian operasional dalam hal pengembalian bayar kepada debitur dilakukan
pada periode akuntansi keuangan yang sama dengan tagihan secara berlebihan tersebut; atau
b. diperhitungkan sebagai kerugian operasional dalam hal pengembalian bayar kepada debitur dilakukan setelah
periode akuntansi keuangan dilakukannya penagihan secara berlebihan tersebut (kerugian sementara).
Penagihan awal secara berlebihan tidak diperhitungkan sebagai pemulihan.

10. Kerugian yang timbul dari kegiatan yang dialihdayakan diperhitungkan dalam data kerugian operasional. Namun
demikian, dalam hal dampak kerugian operasional dari kegiatan yang dialihdayakan dibayar oleh penyedia jasa alih
daya atau tenaga alih daya, Bank tidak perlu memperhitungkannya sebagai kerugian operasional.

112
Pe r l a k u k a n Te r t e n t u

Kerugian yang terkait Risiko Kredit atau Risiko Pasar


Kerugian operasional terkait Risiko Kredit yang telah diperhitungkan dalam ATMR Risiko Kredit tidak dapat dimasukkan dalam
kumpulan data kerugian risiko operasional. Namun, kerugian operasional terkait dengan Risiko Kredit yang tidak diperhitungkan dalam
ATMR Risiko Kredit harus dimasukkan dalam kumpulan data kerugian risiko operasional.

Kerugian Risiko Operasional yang terkait dengan Risiko Pasar diperlakukan sebagai Risiko Operasional dalam rangka perhitungan
MMRO sebagaimana dimaksud dalam perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan pendekatan standar.

Pengecualian Data Kerugian Intern Risiko Operasional dari Perhitungan KKRO


Bank dapat meminta persetujuan OJK untuk pengecualian dari perhitungan KKRO atas kejadian kerugian intern Risiko Operasional
tertentu yang tidak relevan dengan profil risiko Bank, harus jarang terjadi dan dengan justifikasi yang kuat.

Permohonan pengecualian dapat dilakukan sepanjang memenuhi persyaratan:


q Jumlah melebihi materialitas 5% rata-rata kerugian bank; dan
q Kerugian telah masuk dalam kumpulan data kerugian Risiko Operasional paling singkat 3 tahun (tidak berlaku untuk aktivitas yang
didivestasi)

Perlakuan terkait Aktivitas yang Didivestasi


Bank dapat meminta persetujuan OJK untuk mengecualikan aktivitas yang didivestasi dari perhitungan IB dan wajib diungkapkan

Perlakuan terkait Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi


Bank harus memasukkan nilai kerugian intern yang disebabkan oleh aktivitas penggabungan, peleburan, pengambilalihan, integrasi, dan
konversi. Data kerugian dan IB harus mencakup bisnis atas entitas yang digabung, dileburkan, diambilalih, diintegrasikan, dan dikonversi.
15
113
Pe l a p o r a n
Laporan 1: Laporan Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Operasional
q Bank menyampaikan laporan penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Operasional kepada Otoritas Jasa Keuangan
sebagai bagian dari hasil penilaian sendiri (self-assessment) tingkat kesehatan bank.
q Disampaikan pertama kali untuk posisi akhir bulan Desember 2022

Laporan 2: Laporan Perhitungan untuk Risiko Operasional


Laporan Data Kerugian Historis
Data kerugian setiap tahun selama 10 tahun pada perhitungan FPKI, baik secara bruto maupun neto.

Laporan Rincian Indikator Bisnis


Data setiap sub-item IB untuk setiap tahun selama 3 tahun pada perhitungan IB.
Laporan Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Standar

qDisampaikan secara tahunan melalui sistem pelaporan OJK (atau secara luring jika sistem belum tersedia)
qDalam hal terdapat koreksi yang memengaruhi besarnya KIB dan FPKI (antara lain berdasarkan laporan keuangan yang
telah diaudit KAP), Bank harus menyampaikan laporan paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Bank juga
menggunakan data ATMR untuk Risiko Operasional yang baru dalam perhitungan KPMM posisi akhir bulan berikutnya.
qBank menyampaikan uji coba:
ü Pertama kali paling lambat 31 Jan 2021 untuk perhitungan Risiko Operasional tahun 2021; dan
ü Kedua kali paling lambat 31 Jan 2022 untuk perhitungan Risiko Operasional tahun 2022,
qLaporan disampaikan pertama kali untuk perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional tahun 2023 yang paling lambat
disampaikan pada tanggal 31 Januari 2023.
qDiperhitungkan pertama kali dalam perhitungan rasio KPMM untuk posisi Januari 2023.

16
114
Pe r l a k u k a n Te r t e n t u

Dalam hal terdapat koreksi yang memengaruhi besarnya KIB dan FPKI antara lain berdasarkan hasil
laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), Bank harus menyampaikan
Laporan Perhitungan untuk Risiko Operasional paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Bank
menggunakan data ATMR untuk Risiko Operasional yang baru dalam perhitungan KPMM untuk posisi
akhir bulan berikutnya.

Contoh:
Bank menghitung ATMR untuk Risiko Operasional selama bulan Januari dan bulan Februari 2023
berdasarkan perhitungan KIB atas laporan keuangan tahun 2022 yang belum diaudit, 2021, dan 2020.
Pada awal bulan Maret 2023, laporan keuangan tahun 2022 yang telah diaudit KAP disampaikan kepada
Bank. Bank menyampaikan Laporan Perhitungan untuk Risiko Operasional paling lambat pada akhir
bulan April 2023 berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit KAP. Selanjutnya Bank menggunakan
hasil perhitungan ATMR tersebut dalam Perhitungan rasio KPMM mulai posisi bulan April 2023.

115
Publikasi dan Sangsi

Publikasi

q Pertama kali dilakukan untuk posisi akhir bulan Desember 2022


q Bank mengungkapkan data kerugian masing-masing tahun selama 10 tahun yang digunakan dalam perhitungan FPKI.
Data kerugian dilaporkan secara neto yaitu setelah memperhitungkan pemulihan, baik sebelum maupun setelah
memperhitungkan pengecualian kerugian.
q Mengungkapkan setiap sub-item IB selama 3 tahun
q Bank mengumumkan Laporan Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Operasional dan Laporan Perhitungan untuk
Risiko Operasional dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur
mengenai transparansi dan publikasi laporan Bank.
q Format pengumuman atas Laporan Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Operasional dan Laporan Perhitungan
untuk Risiko Operasional mengacu pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan.

Sanksi

Mengikuti sanksi sebagaimana diatur dalam POJK tentang KPMM*) dan POJK APOLO**)

*) POJK No.11/POJK/2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan POJK No.34/POJK.03/2016
**) POJK No.12/POJK.03/2019 tentang Pelaporan Bank Umum melalui Sistem Pelaporan Otoritas Jasa Keuangan 17

116
Simulasi Perhitungan ATMR Risiko
Operasional

117
Simulasi Stress Testing Risiko
Operasional

118
Fo r m a t L a p o r a n

18
119
Fo r m a t L a p o r a n

19
120
Fo r m a t L a p o r a n

2109
121
Fo r m a t L a p o r a n

122 21
Fo r m a t L a p o r a n

123 22
Fo r m a t L a p o r a n

124
Any Questions ?
See you again in another LMI Series

Anda mungkin juga menyukai