Anda di halaman 1dari 5

NAMA: NADITA WULANDARI

NPM: 1910011311059
KELAS: AK.2B

Jawaban pertanyaan diskusi kasus ruang fasilitasdi Wheeled Coach (hal.452)


1. Apakah teknik analitis yang tersedia untuk membantu perusahaan seperti Wheeled Coach
yang berhubungan dengan tata ruang?
2. Apakah saran yang anda berikan kepada Bob Collins mengenai tata ruangnya?
SOLUSI 1
 Teknik analisis yang cocok
Setiap perusahaan manufaktur seperti Wheeled Coach harus mempertimbangkan
yang terbaik strategi tata letak yang sesuai bisnis mereka untuk memaksimalkan
keuntungan. Desain tata letak harus mencapai pemanfaatan yang lebih tinggi dari ruang,
peralatan dan orang, meningkatkan arus informasi, bahan atau orang, meningkatkan
semangat kerja karyawan dan kondisi kerja yang lebih aman, meningkatkan
pelanggan /interaksi klien, dan fleksibilitas.
Sebuah tata letak yang baik membutuhkan penentuan peralatan penanganan material.
Kapasitas dan kebutuhan ruang juga harus dipenuhi, hanya ketika personel, mesin, dan
peralatan dikenaldapat manajer memutuskan dengan tata letak danmenyediakan ruang
untuk masing-masingkomponen. Lingkungan dan estetika juga harusdiperhatikan
seperti keputusan pada jendela, pekebun dan tinggi partisi untuk memfasilitasi aliran
udara. Komunikasi juga penting dan harusdifasilitasi oleh tata letak. Terakhir, biaya
pindahantara berbagai area kerja juga merupakan titik untuk mempertimbangkan.
Model lini perakitan, mendesain layout proses dengan grafik, mendesain layout
proses dengan perangkat lunak, dan sel kerja komputer dapat digunakan dalam kasus ini
SOLUSI 2
 Saran saya untuk Bob Collins
Bob Collins harus mengatasi masalah di jalur perakitan, seperti yang terlihat
dalam video, jalur perakitan tampak seperti kekacauan. Tahap produksi harus
diberikan fokus, khususnya masalah dengan menyeimbangkan jumlah pekerja dan
tugas pada setiap workstation. Sedangkan komponen ambulans dibuat dalam sel
kerja yang berbeda, tata letak produk-berorientasi jalur perakitan harus sebanyak
mungkin meminimalkan ketidakseimbangan. Manajemen harus membuat aliran
halus dan kontinyu dengan minimal menganggur di setiap workstation. Agar setiap
ambulans diproduksi pada tingkat tertentu, manajemen harus tahu peralatan, alat-alat
dan metode kerja yang digunakan, dan kebutuhan waktu untuk setiap tugas harus
ditentukan. Manajemen harus datang dengan grafik didahulukan untuk menentukan
apa tugas yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum yang lain dan berapa banyak
waktu yang harus diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Keseimbangan dapat dicapai dengan menetapkan tugas perakitan spesifik untuk
setiap workstation. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan unit yang dibutuhkan
per hari dan membaginya menjadi waktu produktif yang tersedia per hari. Kemudian
menghitung jumlah minimum teoritis workstation.
3. Pengaruh COVID-19 terhadap proses produksi dan jumlah produksi usaha mikro, kecil
dan menengah dan dampaknya bagi UMKM itu sendiri
 Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan usaha produktif yang
dimiliki perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai
usaha mikro, misalnya usaha kuliner. Pada sepuluh tahun terakhir perkembangan
UMKM di Indonesia mencapai 99,9 persen dari total unit usaha di Indonesia.
Jumlah UMKM yang tersebar di Indonesia sebanyak 62,9 juta unit meliputi
perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan,
pengolahan, bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-jasa.
Berkembangnya UMKM di Indonesia tidak lepas dari faktor yang mendorong
majunya pertumbuhan UMKM di Indonesia diantaranya, pemanfaatan sarana
teknologi, informasi dan komunikasi, kemudahan peminjaman modal usaha,
menurunnya tarif PPH final.
Meskipun begitu, pertumbuhan tersebut dinilai masih lambat karena beberapa faktor
tersebut dinilai belum terlalu efektif, salah satunya dibagian perpajakan usaha.
Ditengah perkembangan UMKM yang belum terlalu baik di awal tahun 2020,
UMKM di Indonesia kembali diuji dengan munculnya wabah Covid-19 ditengah
masyarakat Indonesia.
Wabah Covid-19 bermula muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada
bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan
dunia WHO. Lebih dari 620.000 kasus Covid-19 telah dilaporkan di lebih dari 190
negara, mengakibatkan lebih dari 28.800 kematian dan 137.000 diantaranya sembuh.
Seperti di negara Italia penyebaran virus corona sangat masif akibat masyarakatnya
masih beraktivitas diluar rumah seperti biasa. Mengambil pelajaran dari kasus Italia
maka seharusnya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 harus dilakukan Social
Distancing (jarak sosial) atau dikenal juga dengan upaya Lockdown (karantina
wilayah).
Dengan demikian, di Indonesia pun pemerintah telah mencoba upaya tersebut yang
berimbas langsung terhadap penurunan secara drastis ekonomi UMKM, karena
setiap warga bahkan murid sekolah pun diliburkan agar tetap berada didalam rumah,
akibatnya perusahaan UMKM terhambat dalam penjualan dan juga produksi.
Penyebaran virus Covid-19 memberikan dampak bagi pelaku UMKM di Indonesia.
Salah satunya yaitu, Amin S Sutimin yang memiliki bisnis lentera hias Aneka Jaya
Glass di Jakarta. Amin mengaku transaksi yang ia dapatkan menurun secara tiba-tiba
sejak Januari 2020.
“Kerasa sih karena virus corona, nggak tahu kenapa tiba-tiba transaksi kita sejak
Januari turun 20 persen,” ujarnya. Amin mengatakan dalam sebulan omzet biasanya
mencapai Rp 100 juta. Omzet itu diperoleh lantaran Ia mengekspor produknya ke
Amerika Serikat dan Australia.
Tak hanya itu sektor pariwisata dan perdagangan juga mengalami penurunan yang
drastis, terutama bagi para pedagang kaki lima yang sudah tidak bisa berdagang
akibat diberlakukannya pembatasan sosial, dan juga transportasi online.
Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang membuat UMKM masih bisa bertahan
ditengah wabah Covid-19. Yang pertama, umumnya UMKM yang menghasilkan
barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat.
Pendapatan masyarakat yang menurun drastis tidak berpengaruh banyak terhadap
permintaan barang dan jasa yang dihasilkan. UMKM malah bisa bergerak dan
menyerap tenaga kerja meski jumlahnya terbatas dan dalam situasi Covid-19.
Kedua, pelaku usaha UMKM umumnya memanfaatkan sumberdaya lokal, baik
sumberdaya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Artinya, sebagian besar
kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor. Dan yang ketiga, umumnya
bisnis UMKM tidak ditopang dana pinjaman dari bank, melainkan dari dana sendiri.
Peran pelaku UMKM ditengah wabah untuk tetap menjaga pertumbuhan UMKM
menjadi sangat penting. Saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah menahan
penyebaran Covid-19. Sebab, menahan laju penyebaran Covid-19 akan berpengaruh
terhadap perekonomian.
Pertanyaannya, sampai kapan bisa bertahan, dan berapa banyak pelaku UMKM yang
bisa bertahan?. Karena itu, pemerintah perlu melakukan langkah nyata perlindungan
kepada UMKM yang terkena dampak Covid. 19. Karena itu, patut ditunggu realisasi
dari arahan Presiden Joko Widodo beberapa saat lalu.
Dalam arahannya Presiden Joko Widodo mengintruksikan untuk realokasi anggaran
dan refocusing kebijakan guna memberi insentif ekonomi bagi pelaku UMKM dan
informal, sehingga tetap dapat berproduksi dan beraktivitas juga tidak melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kepala Negara memberikan arahan tersebut pada rapat terbatas bertemakan
Kebijakan Moneter dan Fiskal Menghadapi Pandemi Global Covid-19 melalui video
converence.
“Yang pertama bidang kesehatan, terutama dalam upaya pengendalian Covid-19.
Kedua Social Safety Net, ini bansos-bansos. Ketiga berkaitan dengan insentif
ekonomi bagi pelaku usaha dan UMKM,” katanya melalui video converence, Jumat
(20/3/2020).
Selain itu Presiden juga meminta program-program bantuan sosial yang dapat
memberikan dampak kepada peningkatan konsumsi diperbesar dan juga Kredit
Usaha Rakyat (KUR) lebih intensif dan dieksekusi sebanyak-banyaknya.

Anda mungkin juga menyukai