Anda di halaman 1dari 69

PENGERTIAN DAN TEORI ETIKA

By: Dr. Fivi Anggraini

1
Pembahasan

1. Pengertian Etika
2. Fungsi Etika
3. Etika dan Etiket
 Persamaan Etika dan Etiket
 Perbedaan Etika dan Etiket
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran Etika
5. Sanksi Pelanggaran tika

2
Cont…
6. Jenis-jenis Etika
7. Teori Etika
a) Etika Telelogi
 Egoisme Etis
 Utilitarianisme

b) Deontologi
c) Teori Hak
d) Teori Keutamaan (Virtue)
8. Prinsip-prinsip Etika dalam Bisnis
a). Prinsip otonomi
b). Prinsip Kejujuran
c). Prinsip saling menguntungkan
9. Etika dalam Bisnis
10. Masalah-masalah Etika dalam bisnis
3
Pengertian Etika

 Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika


adalah Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat
 Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang
buruk, tentang hak dan kewajiban moral
 Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah
Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh
sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”

4
 Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia.
 Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

5
Fungsi Etika

 Sarana untuk memperoleh orientasi kritis


berhadapan dengan pelbagai moralitas
yang membingungkan.
 Etika ingin menampilkan ketrampilan
intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan
kritis.
 Orientasi etis ini diperlukan dalam
mengabil sikap yang wajar dalam
suasana pluralisme
6
Etika dan Etiket
Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun.
Dalam bahasa Inggeris dikenal sebagai ethics dan
etiquette.
Persamaan Etika dan Etiket yaitu:

Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah


tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai
binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun
etiket.
Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif
artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilkukan. Justru karena sifatnya normatif
maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
7
Perbedaan antara Etika dengan Etiket

1. Etiket menyangkut cara melakukan


perbuatan manusia.
Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah
kalangan tertentu.
Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau sudah selesai tidak
boleh mencuci tangan terlebih dahulu.Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan. Bila
dilanggar dianggap melanggar etiket.

Etika tidakt erbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu
sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.


Bila tidak ada orang lain atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misalnya etiket tentang
cara makan. Makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket dila dilakukan bersama-
sama orang lain. Bila dilakukan sendiri maka hal tersebut tidak melanggar etiket.

Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun
pemiliknya sudah lupa. 8
3. Etiket bersifat relatif

Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan,


dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Contohnya makan dengan tangan, bersenggak sesudah makan.
Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti ;jangan
berbohong;jangan mencuri merupakan prinsip etika yang tidak
dapat ditawar-tawar.

9
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahirian saja sedangkan
etika memandang manusia dari segi dalam.

 Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun menipu.


Orang dapat memegang etiket namun munafik sebaliknya seseorang yang
berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena seandainya dia
bersikap munafik maka dia tidak bersikap etis

10
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika

1. Kebutuhan Individu
2. Tidak Ada Pedoman
3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
4. Lingkungan Yang Tidak Etis
5. Perilaku Dari Komunitas

11
Sanksi Pelanggaran Etika

1. Sanksi Sosial
Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat
‘dimaafkan’

2. Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain.

12
Jenis-jenis Etika

1. Etika umum yang berisi prinsip serta moral


dasar
2. Etika khusus atau etika terapan yang berlaku
khusus.

Etika khusus ini masih dibagi lagi menjadi etika individual dan etika sosial.

13
Etika sosial dibagi menjadi:

 Sikap terhadap sesama;


 Etika keluarga
 Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis, pialang
informasi
 Etika politik
 Etika lingkungan hidupserta
 Kritik ideologi Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang ajaran
moral sedangka moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban dsb. Etika selalu dikaitkan dengan moral serta
harus dipahami perbedaan antara etika dengan moralitas.

14
Teori Etika
a. Etika Teleologi
dari kata Yunani, telos = tujuan,
Mengukur baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan itu.

Dua aliran etika teleologi :


- Egoisme Etis
- Utilitarianisme
15
* Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap
orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi
dan memajukan dirinya sendiri.

Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah


mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.

Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia


cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan
dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata
sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
16
* Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.

Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika


membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan.

Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk


menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah
“the greatest happiness of the greatest number”,
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
17
Utilitarianisme , teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup
dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan
utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau
kredit dan debet dalam konteks bisnis

18
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
a. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
b. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)

Prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi


jumlah orang terbesar) diterpakan pada perbuatan.

Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi


aturan-aturan moral.

19
b. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang
berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus
ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab :
‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita
dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks
agama, sekarang merupakan juga salah satu teori
etika yang terpenting. 20
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
(1) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus
dijalankan berdasarkan kewajiban
(2) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada
tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan
tergantung pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti
kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah
dinilai baik
(3) Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban
adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan sikap hormat pada hukum moral
universal 21
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sbg perintah tak
bersyarat (imperatif kategoris), yg berarti hukum moral
ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan
tempat.

Perintah Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan kalau


orang menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari
tindakan itu mrpk hal yg diinginkan dan dikehendaki
oleh orang tsb.

Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan


begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa
mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan
apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tsb
atau tidak. 22
c. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak
ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai
untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan
atau perilaku.

Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,


karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan
kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.

Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat


semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat
cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
.
23
d. Teori Keutamaan (Virtue)
memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau
jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi
watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik
Teori Etika Bisnis 24
Keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa
disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan.
Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan
kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya.

Fairness : kesediaan untuk memberikan apa yang wajar


kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa
yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam
suatu transaksi.

Keutamaan-keutamaan yang dimilliki manajer dan


karyawan sejauh mereka mewakili perusahaan, adalah :
Keramahan, Loyalitas, Kehormatan dan Rasa malu.

25
Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan
itu hakiki untuk setiap hubungan antar manusia,
hubungan bisnis tidak terkecuali.

Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-


mata untuk mendapat gaji, tetapi mempunyai juga
komitmen yang tulus dengan perusahaan.

Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan


menjadi peka terhadap suka dan duka serta sukses dan
kegagalan perusahaan.

Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan


perusahaan.
Teori Etika Bisnis 26
PRINSIP-PRINSIP ETIKA DALAM BISNIS

27
1. Prinsip Otonomi

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia


mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri
mengenai sesuatu kebaikan untuk diberikan kepada
orang lain.
2. Prinsip Kejujuran

Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau ikatan


bisnis merupakan keutamaan.

Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat


perjanjian kontrak.

Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan


masing-masing pihak.

Kejujuran menentukan kelanjutan relasi dan


kelangsungan bisnis selanjutnya.
3. Prinsip Keadilan

Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan


semua pihak dalam bisnis merupakan praktek
keutamaan.

Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang dalam


kegiatan bisnis secara internal maupun eksternal
perusahaan diperlakukan sesuai dengan hak dan
kewajiban masing-masing.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
(Win-Win Solution)

Kegiatan bisnis perlu isnis atau perusahaan memberikan


keadaan saling menguntungkan kepada keterlibatan
setiap pihak dalam bisnis.

Saling menguntungkan merupakan cermin integritas


moral internal pelaku bisnis atau nama baik perusahaan
untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan kompetitif.
Perhatian pada Stakeholder

Etika bisnis mengarahkan pebisnis untuk selalu


memperhatikan kepentingan stakeholder dalam rangka
melakukan kegiatan bisnisnya.

Stakeholder merupakan kelompok gabungan antara


internal dan eksternal.

Dengan memperhatikan kepentingan stakeholder, maka


diharapkan terhindar dari perusakan lingkungan,
penipuan, promosi menyesatkan, pemecatan karyawan,
dsb.
Etika Bisnis Tanggung Jawab
Siapa ?
Setiap pebisnis yg berinteraksi dalam dunia bisnis
memiliki tanggung jawab moral kepada siapa mereka
melakukan transaksi bisnisnya.

Tanggung jawab moral tsb. tidak dapat dialihkan kpd


org lain, apalagi dilimpahkan kepada konsumen.
Etika dalam Bisnis
Kasus Etika
 Pertama, melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang
disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo Brantas.
 Dalam kasus Lapindo, bencana memaksa penduduk kehilangan tempat
tinggal, pekerjaan dan masa depan.
 Perusahaan pun terkesan lebih mengutamakan penyelamatan aset-
asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.
.
 Kedua, obat anti nyamuk HIT yang diketahui memakai bahan pestisida
berbahaya yang dilarang penggunaannya sejak tahun 2004.
 Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah meminta maaf dan
berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu 2klise.
Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker itu
terkesan tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih
beredar di pasaran.
Kasus General Motors 1993
 Menempatkan tangki bahan bakar dlm posisi
berbahaya untk menghemat biaya. (Kasus Patricia)
 Tangki diletakkan di belakang as roda dgn jarak 11
inci. (standar 17 inci)
 Dengan posisi tangki seperti ini, perusahaan
menghemat $6,19 / mobil.
 Setiap kebakaran bahan bakar membebani mobil
$2,4.
 Biaya untuk meletakkan tangki pd posisi yang
standar $ 8,59.
 6 tuntutan thn 1960, 25 pd thn 1972.
Bencana triangle Shirtwaist factory 1911
 Pemilik pabrik di wilayah garmen di Manhattan menempatkan pekerjanya
dlm ruangan terkunci utk mencegah mereka melarikan diri.
 146 tewas karena kebakaran.
Pengaruh Bisnis terhadap Etika
 Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya, bagaimana
perusahaan bersedia melakukan apa saja demi laba.
 Dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperlukan hanya sikap
baik dan sopan kepada pemegang saham.
 Kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan
maksimal bagi shareholders.
 Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek dengan
segala cara berupaya melakukan hal-hal yang bisa
meningkatkan keuntungan.
 Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel sering
menjadi faktor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam
berbisnis.
Hubungan sinergis antara
etika dan laba
 Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah
competitive advantage yang sulit ditiru.
 Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan adalah bagaimana Johnson &
Johnson (J&J) menangani kasus keracunan Tylenol tahun 1982.
 Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah
mengonsumsi Tylenol di Chicago.
 Meski penyelidikan masih dilakukan guna
mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J
segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran
dan mengumumkan agar konsumen berhenti
mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih
lanjut.
 Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan
oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-
botol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam
kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS.
 Secara jangka panjang, filosofi J&J yang
meletakkan keselamatan konsumen di atas
kepentingan perusahaan berbuah
keuntungan lebih besar kepada
perusahaan.
 Begitu kasus diselesaikan, Tylenol
dilempar kembali ke pasaran dengan
penutup lebih aman dan produk itu segera
kembali menjadi pemimpin pasar (market
leader) di Amerika Serikat.
 Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin, 2006) penulis buku Moral
Intelligence, berargumen bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki
pemimpin yang menerapkan standar etika dan moral yang tinggi terbukti
lebih sukses dalam jangka panjang.
 Miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam Itpin, 2006)
dalam buku Winners Never Cheat: kunci utama
kesuksesan adalah reputasinya sebagai pengusaha yang
memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
 Sebuah studi selama dua tahun yang dilakukan The
Performance Group, sebuah konsorsium yang
terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial
Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux,
dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan
produk yang ramah lingkungan dan peningkatan
environmental compliance bisa menaikkan EPS
(earning per share) perusahaan, mendongkrak
profitability, dan menjamin kemudahan dalam
mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi.
 Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa 300
perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang
berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added
sampai dua-tiga kali daripada perusahaan lain yang tidak melakukan hal
serupa.
 Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul
University di tahun 1997 menemukan bahwa perusahaan
yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam
menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja
finansial (berdasar penjualan tahunan/revenue) yang
lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan
hal serupa
BERBISNIS DENGAN ETIKA
 Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu
aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi
harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan.
 Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas
dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang
maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur,
pemakai dan lain-lain
Masalah etika dalam bisnis

1. Suap (Bribery),
2. Paksaan (Coercion),
3. Penipuan (Deception),
4. Pencurian (Theft),
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)
Suap (Bribery),
 Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima,
atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan
mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan
kewajiban publik.
 Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan
membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan
membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun 'pembayaran
kembali' setelah transaksi terlaksana.
 Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau
penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai
cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat
disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang
diharapkan oleh pemberi hadiah.
Paksaan (Coercion),

 Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau


dengan menggunakan jabatan atau ancaman.
 Coercion dapat berupa ancaman untuk mempersulit
kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri
terhadap seorang individu.
Penipuan (Deception),

Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan


mengucapkan atau melakukan kebohongan.
Pencurian (Theft)

Merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil
property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut
dapat berupa property fisik atau konseptual.
Diskriminasi tidak jelas
(Unfair discrimination)
 Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap
orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, atau agama.
 Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang
dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan
antara mereka yang 'disukai' dan tidak.
Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis
 Perubahan perdagangan dunia menuntut segera
dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi
dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus
ditempuh?.
 Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis
tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat
yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik
etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika
bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung.
 Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan
yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara,
tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan
perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.
 Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya
etika bisnis.
Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses
jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika
bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik
lingkup makro maupun mikro.
Dalam menciptakan etika bisnis,
Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan hal sebagai berikut:

1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu
mengendalikan diri mereka masing-masing untuk
tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam
bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak
mendapatkan keuntungan dengan jalan main
curang atau memakan pihak lain dengan
menggunakan keuntungan tersebut.
Inilah etika bisnis yang "etik".
2. Pengembangan Tanggung Jawab
Sosial (Social Responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan


keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang"
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah


untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi adalah
salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti
perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan
untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan
yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang
dimiliki akibat adanya tranformasi informasi
dan teknologi.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk


meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah,
dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat
antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
kebawah, sehingga dengan perkembangannya
perusahaan besar mampu memberikan spread
effect terhadap perkembangan sekitarnya.
5. Menerapkan Konsep
“Pembangunan Berkelanjutan”

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan


hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6. Menghindari Sifat 5K
(Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi,Kolusi dan komisi

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap


seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang
dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun
berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan
negara.
7. Mampu Menyatakan yang
Benar itu Benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar


untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena
persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan
"kongkalikong" dengan data yang salah.
Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi"
serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling
Percaya antar Golongan Pengusaha

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang


"kondusif" harus ada sikap saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan
golongan pengusaha
lemah, sehingga pengusaha lemah mampu
berkembang bersama dengan pengusaha
lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang
selama ini kepercayaan itu hanya ada antara
pihak golongan kuat, saat sekarang sudah
waktunya memberikan kesempatan kepada
pihak menengah untuk berkembang dan
berkiprah dalam dunia bisnis.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main
Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah


ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan
konsisten dengan etika tersebut. Mengapa?
Seandainya semua ketika bisnis telah
disepakati, sementara ada
 "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak
yang lain mencoba untuk melakukan
"kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas
semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu
demi satu.
10. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan


Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah
disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika
bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak,
jelas semua memberikan suatu ketentraman dan
kenyamanan dalam berbisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum
Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu


hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-
Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi"
terhadap pengusaha lemah.
69

Anda mungkin juga menyukai