1. Keangkuhan sebagai penguasa Dengan capaian sebagai penguasa dunia ponsel selama
14 tahun terakhir nokia merasa bahwa mereka adalah produsen ponsel tiada tanding, dengan
market share yang begitu besar ternyata membuat mereka tidak mempersiapkan rencana akan
perkembangan dunia gadget.
2.Kedatangan Stephen Elop Elop adalah mantan orang Microsoft yang memimpin divisi
bisnis (Microsoft Office). Ia adalah CEO pertama Nokia yang bukan “putra daerah”. 21
September 2010, Elop resmi jadi nahkoda baru. Besar harapan yang membebani pundaknya.
Ekspektasi tinggi inginkan Nokia cepat siuman setelah pingsan berkepanjangan. Tentu tak
mudah pekerjaan rumah yang ditanggungnya. Elop harus mampu mengangkat Nokia agar
kembali terapung setelah tenggelam digilas Blackberry, Apple iPhone, dan segerbong ponsel
keroyokan berbasis Android. Namun, tiga tahun memimpin Nokia, pendapatan perusahaan
ini justru turun 40 persen. Keuntungan anjlok 95% dan harga saham menukik 60 persen. Nilai
Nokia turun dengan kapitalisasi pasar merosot USD 13 miliar. Untuk bisa bertahan, Elop tega
merumahkan 40.000 karyawan dan memangkas biaya operasional 50 persen. Tak cukup itu,
Symbian dimatikan pada tahun 2011. MeeGo juga dihentikan pengembangannya karena
dianggap tidak sejalan. Kemudian, Nokia memilih tambatan hati ke Windows Phone. Dan
akhirnya nasib Nokia berakhir pada akuisisi divisi mobile nokia oleh Microsoft, dan taukah
anda ternyata Stephen Elop kembali dijadikan CEO divisi mobile oleh Microsoft.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/irwandeny/salah-apa-nokia_54f942c4a333110a068b49ae
Nokia bukan saja melewatkan kesempatan untuk menghasilkan keuntungan, tetapi juga
kesempatan untuk bertahan hidup.
“Jika kita tidak berubah, maka posisi kita akan terganti. ANDA TIDAK BELAJAR, itu tidak
apa2, tapi jika PIKIRAN anda tidak mengikuti perkembangan zaman, anda akan segera
tersingkir!” Itulah renungan yang mungkin bisa dipetik dari tumbangnya Nokia.
SUMBER:
http://news.fimadani.com/read/2015/09/21/sebuah-cerita-mengenai-kebangkrutan-nokia/