Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 1
BAB III TEKNIK PEMETAAN TOPOGRAFI/DETAIL ................................................................ 2
Capaian Pembelajaran:...................................................................................................................... 2
3.1 Pendahuluan .......................................................................................................................... 2
3.2 Penentuan Posisi Horizontal Titik Detail ............................................................................. 3
3.2.1 Sudut Mendatar dengan Pedoman Arah Sisi Poligon ......................................................3
3.2.2 Sudut Mendatar dengan Pedoman Arah Utara (Kompas) ...............................................4
3.3 Penentuan Posisi Vertikal Objek .......................................................................................... 5
3.4 Pemetaan detail Metode Tacheometry.................................................................................. 6
3.4.1 Perhitungan Metode Tacheometry ....................................................................................7
3.4.2 Penggambaran Peta Topografi ........................................................................................11
LATIHAN SOAL BAB III ............................................................................................................. 14

1
Martince Novianti Bani
BAB III
TEKNIK PEMETAAN TOPOGRAFI/DETAIL

Capaian Pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, mahasiswa maupun pembaca diharapkan dapat
menjelaskan teknik pemetaan topografi/detail/situasi, melaksanakan pengukuran
topografi/detail/situasi, memproses data pengukuran dengan mengaplikasikan metode tacheometry,
dan dapat menyajikan data dalam bentuk gambar pada peta situasi dilengkapi garis kontur dengan
skala dan aturan tertentu.

3.1 Pendahuluan
Survei topografi mencakup perekaman data koordinat dan data ketinggian untuk suatu wilayah
tertentu. Data yang diperoleh dimaksudkan untuk menampilkan gambaran unsur-unsur yang ada di
suatu lokasi yang dipetakan secara lengkap, termasuk penggambaran kontur pada bidang datar
dengan skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu secara orthogonal (tegak lurus). Gambaran unsur-
unsur tersebut dapat digunakan untuk membuat peta ketinggian tempat, peta kontur, atau model
medan yang lebih kompleks dari area yang disurvei. Selain itu tujuan dilakukannya pemetaan/survey
topografi juga untuk keperluan proyek konstruksi dan arsitektur, pembangunan drainase,
pemasangan jalur pipa, pembangunan jalan kereta api, jalan tol, jalan layang (flyover) dsb.
Demikian halnya seperti yang telah dijelaskan pada sub bab survei topografi pada bab
sebelumnya bahwa survei topografi dilaksanakan untuk menentukan lokasi fitur alami dan buatan
serta ketinggian yang digunakan dalam pembuatan peta, maka pada bab ini teknik pengukuran dan
pemetaan topografi atau detail dilaksanakan menggunakan metode tacheometry.
Tacheometry sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu tacheos yang berarti cepat dan metron
yang berarti pengukuran. Secara umum, tacheometri dapat diartikan sebagai metode pengukuran
jarak (tidak langsung) tanpa menggunakan pita ukur (pengukuran jarak langsung), baik jarak
horizontal maupun jarak vertikal, keduanya diukur secara bersamaan/simultan.
Perlu diperhatikan juga bahwa dalam pengukuran di lapangan, terdapat beberapa tipe kesalahan
dalam pemetaan detail topografi, yaitu (1) Peralatan atau metode pengukuran yang tidak memuaskan
untuk survei dan kondisi medan tertentu; (2) Kesalahan dalam pembacaan instrumen dan pencatatan
data; (3) Kegagalan untuk memeriksa orientasi azimuth secara berkala ketika banyak titik detail
berada dari satu stasiun tempat berdirinya alat; (4) Terlalu sedikit (atau terlalu banyak) titik kontur
yang diambil; (5) Gagal mengumpulkan beberapa detail pemetaan; dan (6) Kesalahan dalam

2
Martince Novianti Bani
mengidentifikasi titik, membuat sket, dan menempatkan simbol saat melakukan survei dan di
lapangan.

3.2 Penentuan Posisi Horizontal Titik Detail


Prinsip penentuan posisi horizontal titik detail (objek) yang akan dipetakan yaitu menggunakan
metode polar (perhatikan Gambar 2.1). Data yang diperlukan untuk menyatakan posisi horizontal
suatu objek adalah sudut mendatar dan jarak mendatar yang diukur dari posisi alat ke objek yang
dimaksud. αAC
Utara
C…?
αCA
dAC

αAC
C”
A (XA, YA)

Gambar 2. 1 Metode Polar (Rectangular)

Dua cara pengukuran sudut mendatar yaitu:


a. Sudut mendatar dengan pedoman arah sisi poligon
b. Sudut mendatar dengan pedoman arah utara (kompas)

3.2.1 Sudut Mendatar dengan Pedoman Arah Sisi Poligon


Posisi horizontal titik detail atau objek yang dinyatakan oleh sudut mendatar berpedoman
pada sisi poligon dan jarak mendatar antar posisi alat dan titik objek dapat digambarkan sebagai
berikut: h

e g
A a f
d
c
b C
3
2
1

B
Gambar 2. 2 Pengukuran titik detail berpedoman sisi poligon
3
Martince Novianti Bani
Keterangan:
𝑨, 𝑩, 𝑪, … 𝒅𝒔𝒕 : titik-titik polygon yang telah diketahui atau dihitung koordinatnya
𝒂, 𝒃, 𝒄, … 𝒅𝒔𝒕 : titik-titik detail (objek) yang akan dipetakan
𝟏 , 𝟐 , … 𝒅𝒔𝒕 : sudut mendatar terhadap sisi BA
𝒅𝑩𝒂 , 𝒅𝑩𝒃 , … 𝒅𝒔𝒕 : jarak mendatar dari alat ke detail (objek)

Dengan data-data tersebut (sudut mendatar dan jarak mendatar), maka posisi titik-titik detail
dapat ditentukan dan dipetakan. Pernyataan posisi horizontal dapat ditulis 𝒂 (𝒂 , 𝒅𝑩𝒂) ;

𝒃 (𝒃 , 𝒅𝑩𝒃); 𝒄 (𝒄 , 𝒅𝑩𝒄) … 𝐝𝐬𝐭.

3.2.2 Sudut Mendatar dengan Pedoman Arah Utara (Kompas)


Posisi horizontal titik detail (objek) berpedoman pada arah utara dan jarak mendatar dari
posisi alat ke titik objek dapat digambarkan sebagai berikut:

h
Utara
e g
A a
d f
c
b C
1
2
3

B
Gambar 2. 3 Pengukuran titik detail berpedoman arah utara

Keterangan:
𝑨, 𝑩, 𝑪, … 𝒅𝒔𝒕 : titik-titik polygon
𝒂, 𝒃, 𝒄, … 𝒅𝒔𝒕 : titik-titik detail
𝜶𝟏 , 𝜶𝟐 , 𝜶𝟑 , … 𝒅𝒔𝒕 : azimuth dari tempat alat (B) ke titik detail
𝒅𝑩𝟏 , 𝒅𝑩𝟐 , 𝒅𝑩𝟑 , … 𝒅𝒔𝒕 : jarak mendatar dari alat ke detail (objek)

Posisi horizontal titik-titik objek yang dapat dinyatakan dengan argument azimuth dan jarak
adalah titik 𝒂 (𝜶𝒂 , 𝒅𝑩𝒂 ); titik 𝒃 (𝜶𝒃 , 𝒅𝑩𝒃 ) dan titik 𝒄 (𝜶𝒄 , 𝒅𝑩𝒄 ) … 𝒅𝒔𝒕.

4
Martince Novianti Bani
Gambar 2.4 merupakan gambaran dari titik-titik detail atau situasi dari sebuah bangunan
(unsur buatan manusia), mulai dari titik a sampai titik h. Titik 1, 2 dan 3 merupakan titik kerangka
dasar atau titik ikat yang berfungsi sebagai stasion tempat berdirinya alat ukur. Dari titik kerangka
dasar tersebut maka dapat dipetakan semua titik-titik detail dari bangunan tersebut. Selain titik-titik
di pojok bangunan tersebut, titik-titik disekitar bangunan (unsur alam) juga dapat diukur sehingga
dapat di gambarkan garis kontur untuk memperoleh bentuk permukaan tanah di sekitar bangunan
tersebut. Untuk penentuan vertikal objek akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

h Utara

e g
f
a d α12
c (170;170)
β3
b
d31

d12

3 β2

d23 β1
2

Gambar 2. 4 Pengukuran titik-titik situasi atau titik-titik detail

3.3 Penentuan Posisi Vertikal Objek


Pengukuran posisi vertikal suatu objek maupun titik-titik di lapangan secara umum digunakan
untuk penggambaran relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu. Penggambaran tinggi-rendahnya permukaan bumi direpresentasikan oleh garis-garis
ketinggian yang disebut dengan kontur. Penggambaran kontur pada umumnya dilakukan dengan
metode interpolasi dengan memanfaatkan data titik-titik tinggi di lapangan maupun elevasi objek
yang dalam area pemetaan. Sesuai dengan keperluannya maka kerapatan data titik-titik tinggi
diupayakan seoptimal mungkin, artinya tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit, sehingga
memudahkan dalam penarikan garis kontur dengan cara interpolasi. Sedangkan untuk penentuan
posisi titik-titik pada suatu area tertentu dapat dilakukan pengukuran sudut dan jarak antara titik-titik
atau detail. Jumlah detail unsur situasi yang diukur harus betul-betul representatif, oleh sebab itu
kerapatan letak detail harus selalu dipertimbangkan terhadap bentuk unsur situasi serta skala dari

5
Martince Novianti Bani
peta yang akan dibuat. Berikut akan dijelaskan mengenai penentuan atau pengukuran titik detail
menggunakan metode tacheometry.

3.4 Pemetaan detail Metode Tacheometry


Pemetaan atau pengukuran detail situasi dilaksanakan untuk memperoleh dan mengetahui
keadaan topografi daerah yang akan dipetakan. Pelaksanaan pengukuran detail situasi untuk
mendapatkan posisi horizontal dan vertikal titik detail atau objek di lapangan dilakukan dengan
menggunakan metode tacheometry. Beberapa peralatan utama yang dibutuhkan yaitu:
a. Theodolite atau total stion dan statif
b. Rambu ukur atau prisma
c. Roll meter atau pita ukur
d. Kalkulator

BA

BT

BT BB
V

∆h
Hi
D (Jarak Datar)

Gambar 2. 5 Pengukuran titik detail dengan mengaplikasikan metode Tacheometry

Beda tinggi: ∆𝒉𝑨𝑩 = (𝑯𝒊 − 𝑯𝑻 + 𝑽𝑫)


𝑽𝑫 = 𝑺𝑫 𝒔𝒊𝒏 𝜶 = 𝑯𝑫 𝒕𝒂𝒏 𝜶
Elevasi B : 𝑯𝑨 + ∆𝒉
𝑯𝑨 + (𝑯𝒊 − 𝑯𝑻 + 𝑽𝑫)

Pada prinsipnya, metode tacheometry digunakan untuk mendapatkan beda tinggi dan jarak
horizontal suatu objek secara simultan. Dalam hal ini data yang diperlukan pada saat pengukuran
meliputi bacaan benang atas pada rambu ukur (BA), bacaan benang tengah pada rambu ukur (BT),
bacaan benang bawah pada rambu ukur (BB), bacaan sudut miring pada alat ukur (m), bacaan sudut

6
Martince Novianti Bani
zenith pada alat ukur (Z), besarnya sudut mendatar (𝜷) yang dihitung dari referensi salah satu sisi
polygon atau 𝜶 (azimuth magnetis), dan tinggi instrument (𝑯𝒊) terhadap titik/patok/pilar.
Dalam pengukuraan, semua detail situasi yang diukur harus dibuat sketsanya dan dilengkapi
dengan arah utara, serta jumlah dan kerapatan letak detail yang diukur harus mempertimbangkan
skala gambar yang akan dibuat.

3.4.1 Perhitungan Metode Tacheometry


Metode tacheometry sering dilakukan dalam kegiatan pengukuran praktis, karena dengan
metode ini dapat langsung dihitung jarak mendatar dan beda tinggi antara dua tempat yaitu posisi
alat dan posisi target. Dalam pelaksaan perhitungannya maka rumus praktis yang digunakan untuk
perhitungan jarak mendatar dan beda tinggi (lihat gambar 2.5) dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Jarak mendatar: 𝑫 = 𝟏𝟎𝟎 (𝑩𝑨 − 𝑩𝑩)𝒔𝒊𝒏𝟐 𝒁
Beda tinggi : ∆𝒉 = 𝟏𝟎𝟎(𝑩𝑨 − 𝑩𝑩) 𝐬𝐢𝐧 𝒁. 𝐜𝐨𝐬 𝒁 + (𝑯𝒊 − 𝑩𝑻)

Contoh:
1. Data pada table berikut ini memperlihatkan bagian pengukuran detail dengan mengaplikasin
metode tacheometry. Alat ditempatkan di atas titik A, tinggi alat (Hi) = 1.500 m dan posisi titik
A (130.000; 140.000; 125.100) meter, titik B (35.000; 55.000; 140.000) meter.

Bacaan Rambu
Alat Target Sudut Hz Sudut V (Z)
BA BT BB
B - - - 2015’00” -
A 1 1.800 1.375 0.950 5530’10” 8830’10”
1.5 2 1.870 2.260 2.650 6540’30” 8440’15”
3 2.660 2.380 2.100 9825’50” 9050’25”
4 2.200 2.000 1.800 12000’20” 9115’10”
5 2.600 2.130 1.660 12550’00” 11010’00”

Penyelesaian:
Untuk penggambaran diperlukan 𝛂𝐀𝐁 = 𝐭𝐚𝐧−𝟏 (𝐗⁄𝐘) = 𝟒𝟖° 𝟏𝟎′ 𝟒𝟕. 𝟑𝟖"

𝐝𝐀𝐁 = √(∆𝐗 𝟐 + ∆𝐘 𝟐 ) = 𝟏𝟐𝟕. 𝟒𝟕𝟓 𝐦


Rumus Tacheometry:
Jarak mendatar: 𝑫 = 𝟏𝟎𝟎 (𝑩𝑨 − 𝑩𝑩)𝒔𝒊𝒏𝟐 𝒁
Beda tinggi : ∆𝒉 = 𝟏𝟎𝟎(𝑩𝑨 − 𝑩𝑩) 𝐬𝐢𝐧 𝒁. 𝐜𝐨𝐬 𝒁 + (𝑯𝒊 − 𝑩𝑻)
Perhitungan elevasi (H) titik detail
𝑯𝟏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟏
7
Martince Novianti Bani
𝑯𝟐 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟐
𝑯𝒏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝒏
Maka dapat dihitung
𝐷𝐴1 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑍
= 100(1.800 − 0.950)(sin 88 °30’10”)2 = 84.94197 meter
∆ℎ𝐴1 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛𝑍 ∗ 𝑐𝑜𝑠𝑍 + (𝐻𝑖 − 𝐵𝑇)
= 100(1,800 − 0.950) sin 88°30’10” ∗ cos 88°30’10” + (1.500 − 1.375)
= 2.345 meter
𝐻1 = 𝐻𝐴 + ∆ℎ𝐴1
= 125.100 + 2.345 = 127.445 meter
Dengan cara yang sama pula, maka dapat dihitung elevasi pada titik 2, 3 4 dan 5
Elevasi/Tinggi
Alat Target Jarak Beda Tinggi
(H)
125.100 m
B 127.4755 140.000 m
1 21.810 2.345 127.445 m
A 2
3
4
5

Contoh perhitungan koordinat (X, Y) titik detail (lihat gambar 2.3):


𝐷𝐴1 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑍
= 100(1.800 − 0.950)(sin 88 °30’10”)2 = 84.94197 meter
𝛼𝐴1 = 𝛼𝐴𝐵 + 𝛽1 = 48°10′ 47.38" + ( 55°30’10” − 20°15’00”)
= 48°10′ 47.38" + 35°15’10” = 83°25’57.38”
𝑋1 = 𝑋𝐴 + 𝐷𝐴1 sin 𝛼𝐴1 = 130.000 + (84.94197 sin 83°25’57.38”) = 214.385 m
𝑌1 = 𝑌𝐴 + 𝐷𝐴1 cos 𝛼𝐴1 = 140.000 + (84.94197 cos 83°25’57.38”) = 109.560 m
𝐷𝐴2 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑍
𝛼𝐴2 = 𝛼𝐴𝐵 + 𝛽2 = 48°10′ 47.38" + ( 65°40’30” − 20°15’00”)
𝑋2 = 𝑋𝐴 + 𝐷𝐴2 sin 𝛼𝐴2
𝑌2 = 𝑌𝐴 + 𝐷𝐴2 cos 𝛼𝐴2
Dengan cara tersebut dapat dihitung pula koordinat titik 2, 3, 4 dan 5.

X Y
Alat Target D (m) Azimuth X (m) Y (m)
(d.sin α) (d.cos α)
8
Martince Novianti Bani
130.000 140.000
B 127.4755 4810’47.38” 35.000 55.000
1 21.810 83°25’57.38” 21.666 2.494 214,385 109,560
A
2
3
4
5

2. Data pada tabel memperlihatkan bagian pengukuran detail dengan metode tacheometry. Alat
ditempatkan di atas A, tinggi alat (Hi) = 1,520 dan posisi titik A (130.000; 140.000; 125.100)
meter.
Bacaan Rambu Sudut V
Alat Target Sudut Hz
BA BT BB (Z)
B - - - 2015’00” -
A 1 1.800 1.375 0.950 5530’10” 8830’10”
1.52 2 1.870 2.260 2.650 6540’30” 8440’15”
3 2.660 2.380 2.100 9825’50” 9050’25”
4 2.200 2.000 1.800 12000’20” 9115’10”
5 2.600 2.130 1.660 12550’00” 11010’00”

Perhitungan elevasi titik-titik detail, prinsipnya sama dengan contoh 1:


𝑯𝟏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟏
𝑯𝟐 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟐
𝑯𝒏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝒏
Contoh perhitungan koordinat (X, Y) titik detail (lihat gambar 2.4):
𝐷𝐴1 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑍
= 100(1.800 − 0.950)(sin 88 °30’10”)2 = 84.94197 meter
𝛼𝐴1 = Bacaan A. 1 – Bacaan A. U
= (55°30’10” − 20°15’00”) = 35°15’10”
𝑋1 = 𝑋𝐴 + 𝐷𝐴1 sin 𝛼𝐴1 = 130,000 + (84.94197 sin 35°15’10”) = 181.913 m
𝑌1 = 𝑌𝐴 + 𝐷𝐴1 cos 𝛼𝐴1 = 140,000 + (84.94197cos 35°15’10”) = 203.447 m

𝐷𝐴2 = 100 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑠𝑖𝑛2 𝑍


𝛼𝐴2 = Bacaan A. 2 – Bacaan A. U
= ( 65°40’30” − 20°15’00”)
𝑋2 = 𝑋𝐴 + 𝐷𝐴2 sin 𝛼𝐴2
𝑌2 = 𝑌𝐴 + 𝐷𝐴2 cos 𝛼𝐴2
Dengan cara tersebut dapat dihitung pula koordinat titik 2, 3, 4 dan 5.

9
Martince Novianti Bani
Jika dalam pengukuran di lapangan menggunakan alat Total Station (TS) dan target prisma,
maka data yang perlu dicatat/ddownload, meliputi:
• Bacaan jarak mendatar (HD = Horizontal Distance)
• Bacaan jarak vertikal (VD = Vertikal Distance)
• Bacaan sudut zinith sebagai sudut vertikal (Z)
• Bacaan arah mendatar (untuk menghitung besarnya sudut mendatar  terhadap sisi poligon,
gambar 2.2, atau azimuth magnetis , gambar 2.3)
• Tinggi instrument/alat ukur terhadap titik/patok/pilar (Hi)
• Tinggi target prisma terhadap titik/patok/pilar (HT)

Rumus Tacheometry menjadi:


Jarak datar : 𝐷 = 𝐻𝐷 (ditampilkan PADAlayar monitor TS)
Beda tinggi : ℎ = 𝑉𝐷 + (𝐻𝑖 − 𝐻𝑇)
Perhitungan elevasi titik-titik detail:
𝑯𝟏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟏 = 𝐕𝐃𝑨𝟏 + (𝑯𝒊 − 𝑯𝑻)
𝑯𝟐 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝟐 ; … 𝐝𝐬𝐭
Secara umum dapat ditulis:
𝑯𝒏 = 𝑯𝑨 + ∆𝒉𝑨𝒏 = 𝐕𝐃𝑨𝟏 + (𝑯𝒊 − 𝑯𝑻)
Untuk perhitungan koordinat (X, Y) titik detail (lihat gambar 2.3):
𝐷𝐴1 = 𝐻𝐷𝐴1 (ditampilkan oleh layar TS)
𝛼𝐴1 = 𝛼𝐴𝐵 + 𝛽1
𝛽1 = Bacaan arah Hz A. 1 – Bacaan arah Hz ke sisi poligon
𝑿𝟏 = 𝑿𝑨 + 𝑫𝑨𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝟏
𝒀𝟏 = 𝒀𝑨 + 𝑫𝑨𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑨𝟏
𝑿𝟐 = 𝑿𝑨 + 𝑫𝑨𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝜶𝑨𝟐 = 𝑿𝑨 + 𝑫𝑨𝟐 𝐬𝐢𝐧(𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟐 )
𝒀𝟐 = 𝒀𝑨 + 𝑫𝑨𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑨𝟐 = 𝒀𝑨 + 𝑫𝑨𝟐 𝐜𝐨𝐬 (𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝟐 )
Secara umum dapat ditulis:
𝑿𝒏 = 𝑿𝑨 + 𝑫𝑨𝒏 𝐬𝐢𝐧 𝒏 = 𝑿𝑨 + 𝑫𝑨𝟐 𝐬𝐢𝐧(𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝒏 )
𝒀𝒏 = 𝒀𝑨 + 𝑫𝑨𝒏 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝑨𝒏 = 𝒀𝑨 + 𝑫𝑨𝒏 𝐜𝐨𝐬 (𝜶𝑨𝑩 + 𝜷𝒏 )

10
Martince Novianti Bani
3.4.2 Penggambaran Peta Topografi
3.4.2.1 Penempatan Poligon Utama
1. Pada kertas millimeter yang telah disiapkan titik-titik poligon yang sudah dihitung
koordinatnya (X,Y) diplot sesuai skala yang ditentukan
2. Berdasarkan skala yang ditetapkan, buatk garis-garis grid sesuai ketentua. Dapat juga
diberi angka-angka sesuai dengan koordinat di poligon tersebut
3. Tempatkan titik-titik koordinat pada sumbu X dan Y
4. Beri keterangan atau label atau nama titik pada pilar, patok kayu atau titik detail yang
telah diplott.
5. Hubungkan titik-titik yang telah diplott dengan garis putus-putus.
6. Jika diperlukan pengukuran cabang maka dilakukan dengan dimulai dan diakhiri pada
titik-titik poligon utama
P1 (100.000; 200.000)

P8 (130.349; 181.098)

P2 (79.033; 159.177)

P7 (173.407; 153.660)
P3 (103.482; 144.446)

P6 (152.914; 121.241)
P4 (80.077; 106.805)

P5 (124.282; 75.971)

Gambar 2. 6 Penempatan titik poligon (diadopsi dari Sasongko, 2018)

3.4.2.2 Penempatan dan Penggambaran Detail/Objek


1. Titik-titik detail (setiap slag) yang diukur dari titik poligon utama maupun poligon
cabang, ditempatkan berdasarkan sudut jurusan dan jarak datar di masing-masing titik
pengambilan.
11
Martince Novianti Bani
2. Cantumkan nomor-nomor titik detail dan nilai ketinggiannya dan gambar disesuaikan
dengan bentuk detail (objek), antara lain batas-batas desa, sawah, ladang atau
punggungan, selanjutnya titik-titik yang telah ditempatkan dapat dihubungkan sesuai
dengan skets baik itu pinggir jalan, pinggir sungai, taman, dan objek-objek lainnya
3. Cantumkan nama-nama tempat, sungai, dan daerah-daerah yang diukur sesuai toponimi
(nama tempat) yang berlaku. Perlu diperhatikan juga bentuk dan ukuran tulisan untuk
nama-nama desa, sungai, bukit, gunung, dan detail lainnya.
4. Penggambaran garis ketinggian (kontur) sesuai interval tertentu, yang bentuknya harus
sesuai dengan yang tergambar pada sket buku ukur.
Bentuk kontur pada umumnya untuk skala kecil dan skala besar akan ada perbedaan
pada penggambaran daerah curam maupun lembahnya. Untuk skala kecil (lebih kecil
dari 1:10.000) bentuk curam seperti huruf V kelihatan runcing, sedang untuk skala besar
(lebih besar dari 1:10.000) bentuk curam seperti V tidak begitu runcing. Untuk skala
lebih besar dari 1:10.000, bentuk curamnya tidak lagi seperti huruf V, melainkan bentuk
busur yang lonjong.
5. Pada garis kontur yang mempunyai kelipatan sepuluh dari intervalnya, harus digambar
tebal dan diberi angka harga ketinggiannya disebut sebagai indeks kontor. Manfaat
indeks kontur yaitu untuk memudahkan pembaca peta dalam menganalisa pola
kenaikan atau penurunan ketinggian suatu tempat. Indeks kontur umumnya juga
ditempatkan pada garis kontur keempat atau kelima dalam suatu peta topografi.
6. Pada umumnya interval kontur ditentukan berdasarkan skala peta.
1
interval kontur = x angka skala
2000
1
Untuk skala 1:5000 maka interval konturnya adalah = 2000 x 25000 = 12.5 meter.

<1:5000 1:5000 1:2500

1:1000
Gambar 2. 7 Contoh penggambaran garis kontur
12
Martince Novianti Bani
3.4.2.3 Aspek kartografi Peta
Kartografi merupakan salah satu tahapan dalam proses pembuatan peta. Kartografi
memperhatikan aspek estetika peta, sehingga peta yang dihasilkan menjadi mudah dipahami
terutama ketika disajikan dalam format cetak (hardcopy). Proses kartografi yang baik akan
membantu dalam pengecekan peta cetak agar peta yang dihasilkan tidak hanya benar dan
akurat, tapi juga logis dan memenuhi kaidah estetika peta.
a. Memberi warna peta
Apabila diinginkan peta topografi yang berwarna, maka harus terpenuhi aturan-aturan
yang berlaku untuk peta topografi.
• Warna hijau : untuk yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan
• Warna biru : untuk yang berhubungan dengan air
• Warna merah : untuk yang berhubungan dengan kegiatan manusia
• Warna coklat : untuk yang berhubungan dengan tanah, dsb.
b. Keterangan Peta
Setelah melewati proses penggambaran keseluruhan peta maka gambar tersebut masih
harus dilengkapi dengan beberapa keterangan antara lain:
1) Mencantumkan nama peta
2) Mencantumkan skala peta secara grafis atau numeris di bawah gambar
3) Mencantumkan arah utara
4) Mencantumkan simbol atau legenda yang tergambar pada peta
5) Mencantumkan jenis peta dan lokasinya
6) Nama dan alamat pelaksana
7) Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

Contoh standar warna dan simbol peta topografi dapat dilihat pada
www.tanahair.indonesia.go.id.

13
Martince Novianti Bani
LATIHAN SOAL BAB III

1. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan maka diketahui elevasi pada titik M = 125.250 m
(+nomor preasensi); Hi = 1.50 m serta beberapa titik detail direpresentasikan oleh sejumlah data
pada table berikut:
Kedudukan Bacaan Rambu Ukur Bacaan

Alat Target BA BT BB Jur Hz Sudut Z

M U(Utara) - - - 15°10’00” -
1 1,450 1,400 1,350 215°10’50” 95°15’00”
2 1,600 1,510 1,420 10°00’00” 85°25’00”
3 1,880 1,765 1,650 15°45’10” 90°25’20”
4 1,970 1,865 1,760 15°45’20” 80°18’00”
5 1,280 1,190 1,100 38°40’05” 89°20’40”
6 1,310 1,153 0,995 75°30’10” 91°10’00”
7 1,950 1,883 1,815 115°50’00” 86°45’05”

Pertanyaan
a. Hitung jarak mendatar dari posisi alat ke target dan elevasi titik-titik detailnya.
b. Jika arah MU merujuk pada arah utara, maka gambarkan posisi detail dengan skala tertentu.

2. Pengukuran beberapa titik dengan mengaplikasikan alat ukur theodolite dan rambu ukur
direpresentasikan oleh sejumlah data pada table di bawah ini.
Kedudukan Bacaan Rambu Ukur Bacaan
Alat Target BA BT BB Jur Hz Sudut Z
N - - - 20°30’15” -
1 2,100 1,950 1,800 250°10’40” 78°20’20”
2 2,750 2,355 1,960 40°50’05” 80°30’10”
M
3 2,100 1,534 0,968 89°30’20” 73°40’20”
4 1,650 1,275 0,900 122°20’10” 83°50’30”
5 1,775 1,663 1,550 115°40’15” 120°10’10”

Jika Elevasi pada titik M = 210.100 m dan Tinggi alat (Hi) = 1.50 m, maka hitunglah:
a. Jarak mendatar antara posisi alat dan posisi target (rambu ukur)
b. Beda tinggi dan elevasi titik 1 s.d. 5.
c. Koordinat titik detail. jika diketahui koordinat pada titik (+ nomor presensi) M = -25.155;
40.321 m dan MN = 15550’50”.

14
Martince Novianti Bani
3. Pengukuran titik-titik detail dengan menggunakan Total Station direpresentasikan oleh sejumlah
data pada tabel berikut ini:
Bacaan
Alat Target HT Jur. Hz Zenith D (HD) V (VD)
BM1 A 1,500 350°25’50” 99°55’45” 160,260 0,170
Hi = 1.600 m 1 1,500 164°35’35” 95°31’17” 38,670 -1,580
2 1,500 162°44’42” 92°53’05” 35,850 -2,190
3 1,500 179°33’25” 94°25’26” 29,550 -1,520
4 1,500 169°43’35” 93°34’15” 47,560 -2,800
5 2,000 183°35’34” 94°45’00” 35,820 -1,760
6 2,000 168°25’39” 93°23’12” 40,560 -2,640
7 2,000 178°26’35” 92°45’45” 40,338 -2,250
8 2,000 181°38’38” 91°16’42” 55,280 -3,700
9 2,000 180°55’25” 92°54’28” 70,338 -1,440
10 2,000 175°41’24” 172°56”23 38,830 -2,570

Berdasarkan data awal pada tabel di atas, maka


a. Hitung koordinat titik detail jika XBM1 = 500.555 meter; YBM1 = 250.555 meter.
b. Hitung elevasi titik detail jika HBM1 = 45.555 meter.

4. Metode Tacheometry diaplikasikan pada pengukuran sepanjang garis sumbu (As) suatu rencana
jalan raya. Posisi alat di BM1 dengan elevasi (HBM1) = 234.321 meter dan tinggi alat = 1.50 m.
Data hasil ukuran dicatat pada table di bawah ini.
Kedudukan Bacaan Rambu Ukur Bacaan
Alat Target BA BT BB Jur. Hz Zenith
BM1 A 1,950 1,853 1,755 00°00’00” 95°25’05”
B 1,650 1,587 1,523 00°00’00” 95°20’20”
C 1,550 1,393 1,235 00°00’00” 91°35’00”
D 1,280 1,190 1,100 00°00’00” 91°45’00”
E 1,850 1,695 1,540 180°00’00” 89°29’30”
F 1,560 1,505 1,450 180°00’00” 88°26’44”
G 2,300 2,125 1,950 180°00’00” 92°15’35”
H 2,780 2,715 2,650 180°00’00” 91°05’00”

Pertanyaan:
a. Hitung jarak mendatar dari posisi alat ke target dan elevasi titk-titik detail
b. Jika titik A sebagai titik awal rencana jalan dan titik H sebagai titik akhir. Hitung Panjang
ruas jalan dan gradien jalan raya tersebut.
c. Hitung kedalam galian dan/atau tinggi timbunan pada setiap titik detail.

15
Martince Novianti Bani

Anda mungkin juga menyukai